Wednesday, November 11, 2009

Pengambilan Keputusan Etis Dan Faktor-Faktor di Dalamnya

Laporan Buku
Pengambilan Keputusan Etis Dan Faktor-Faktor di Dalamnya

Rev. Dr. Malcolm Brownlee


Buku ini dibagi dalam tiga bagian yaitu, pertama, membahas tentang pengambilan keputusan etis dalam pengalaman kita dan theologia kristen; kedua, Faktor-faktor dalam pengambilan keputusan etis; ketiga, berisi kesimpulan pembahasan dan prakata tindakan.

Arti dan Ciri-ciri Keputusan Etis
Pengertian kata etis dan etika adalah pemikiran yang sistematis tentang kelakuan lahir serta motivasi dan keadaan batin yang mendasarinya. Sedangkan kata moralitas hanya menyangkut kebaikan atau keburukan kelakuan lahir yang terjadi. Dari pengertian ini, etika berkaitan dengan tabiat/watak/karakter manusia dan perbuatan yang dilakukan berdasar tabiatnya itu. Jadi buku ini bermaksud untuk membantu pembacanya untuk lebih peka terhadap kehendak Allah sehingga keputusan-keputusan etika yang diambil menjadi lebih baik. Buku ini menyajikan metode-metode membuat keputusan yang baik.
Dalam hidup sehari-hari, kita senantiasa dihadapkan pada pertimbangan-pertimbangan etika dalam mengambil keputusan (atau untuk tidak mengambil keputusan). Ada beberapa ciri-ciri dalam pengambilan keputusan yang etis:
• Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
• Sering menyangkut pilihan yang sukar.
• Tidak mungkin dielakkan.
• Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.

Dasar Etika Kristen
Dasar kepercayaan kristen adalah kembali pada kehendak Tuhan sebagai patokan terakhir mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Untuk mengerti kehendak Tuhan ada beberapa teori utama yaitu:
1. Etika Akibat. Kehendak Tuhan dinyatakan dalam tujuan-Nya dan manusia menyelaraskan hidupnya dengan tujuan-Nya. ‘Apa yang baik menurut tujuan-Nya yang baik’?
2. Etika Kewajiban. Kehendak Tuhan dinyatakan dalam hukum-Nya dan kita harus mentaati perintah-Nya dalam norma yang sesuai. ‘Apa yang benar menurut hukum-Nya yang benar’?
3. Etika Tanggung-jawab. Kehendak Tuhan dinyatakan dalam perbuatan-Nya. Manusia harus ber-respon, bertanggung-jawab terhadap peristiwa di sekitarnya. ‘Apa tanggapan kita yang tepat terhadap situasi atau peristiwa ini’?
Ketiga teori di atas mempunyai tekanan-tekanan yang berbeda, tapi dalam prakteknya sering menganjurkan perbuatan yang sama walau dengan alasan yang berbeda. Misalnya dalam hal berzinah semua teori menentang dengan alasan yang berbeda. Etika akibat menilai perzinahan sebelum pernikahan berdampak pada kesetiaan dan kasih di antara pasutri; etika kewajiban memandang perzinahan sebagai pelanggaran dari hukum-Nya; etika tanggung jawab memandang perzinahan sebagai penyalah-gunaan pemberian Allah yang baik.
Dalam hal mendapatkan hak azasi dalam negara yang meniadakan hak azasi, semua teori dapat menuntut perbuatan-perbuatan yang berbeda. Etika akibat menekankan kebebasan dan keadilan adalah tujuan Allah bagi manusia sehingga pelanggaran hukum adalah sah untuk mencapai tujuan itu; etika kewajiban berpendapat bahwa setiap warga negara wajib tunduk pada perarturan pemerintah walau tidak adil; etika tanggung jawab mungkin akan patuh sampai batas tertentu, namun dalam keadaan tertentu hukum dapat dilanggar dalam konteks melaksanakan kehendak Tuhan.
Dari penjelasan di atas, penulis disadarkan ternyata pelaksanaan etika tidak simple bahkan cenderung rumit. Sebuah acuan Firman Tuhan dalam 1 Korintus 12:23-11:1 (halaman 55-64) dapat menjadi pegangan yang pasti.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Etis
Buku ini menyajikan lima faktor yang mempengaruhi keputusan etis, yaitu: iman, tabiat, lingkungan sosial, norma-norma, dan situasi.
Iman.
Ada empat unsur iman yang membentuk satu kesatuan yang hidup:
1. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kita kepada sesuatu yang kita anggap terpenting.
Iman adalah kepercayaan yang praktis pada sesuatu yang paling dihargai, yang paling pokok dalam kehidupan kita. Jadi setiap manusia sebenarnya hidup dari iman, terlepas dari apakah imannya kepada Tuhan atau hal lainnya seperti harta atau gengsi. Hidup oleh iman (Roma 1:17) berarti perbuatan yang berdasar pada iman kepada Allah.
2. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah.
Iman kristen artinya hubungan yang akrab dengan Allah, suatu persekutuan dan penyerahan diri kepada-Nya. Kita bertransformasi semakin mirip dengan karakter kristus.
3. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah.
Allah bekerja melalui gereja dan dunia sehingga kita terpanggil untuk memberitakan pekerjaan Allah dalam peristiwa di luar gereja.
4. Iman sebagai pendirian tentang apa yang benar.
Kepercayaan mengenai sifat dan pekerjaan Allah sangat mempengaruhi kelakukan kita. Sifat Allah yang mengasihi akan membuat kita akan mengasihi juga, bukan karena takut tapi karena bersyukur.
Tabiat atau Karakter
Tabiat adalah susunan batin (sifat) seseorang yang dibentuk melalui interaksi dengan lingkungan dan Allah, yang memberi arah kepada keinginan dan perbuatan orang itu. Karena sifat interaksi dengan lingkungan dan Allah, maka tabiat dapat berubah. Sedangkan watak adalah pembawaan lahir sehinga bersifat tetap. Pengertian tabiat berbeda dengan kepribadian walau sama dapat berubah. Tabiat hanya mencakup sifat-sifat moral dalam diri manusia, sedang kepribadian mencakup sifat moral, emosional dan mental.
Sebagai orang-orang yang lahir baru, kita mendapatkan hidup yang baru dan berjalan dalam proses pengudusan bersama Roh Kudus agar tabiat dan kepribadian kita diubah-Nya dari dalam ke luar. Akibatnya, batin yang diperbaharui akan menghasilkan perbuatan yang baik pula. Jadi Yesus menekankan pada pembaharuan hati (motivasi) daripada perilaku secara lahiriah. Sebuah prinsip penting adalah kepatuhan pada legalitas hukum harus disertai kasih dan ketaatan pada Allah. Hukum tanpa kasih adalah kejam, sedang kasih tanpa hukum adalah kekacauan.
Ada beberapa faktor yang membentuk tabiat yaitu, bagian yang bersifat pembawaan dari lahir sebagai pemberian Tuhan misalnya jenis kelamin, kekuatan dan kelemahan tubuh. Faktor yang kedua adalah bagian yang dibentuk oleh usaha diri sendiri misalnya lingkungan sosial, pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
Tabiat yang diubahkan akan mepunyai ciri-ciri sbb:
• Berintegritas. Orang yang beintegritas mempunyai identitas diri yang utuh dan hati yang teguh. Integritas berarti mempunyai kejujuran kepada orang lain dan kesunguhan serta kebulatan hati di dalam dirinya sendiri.
• Mempunyai pengertian terhadap kehendak Allah dan kepekaan pada hal-hal yang baik.
• Kebajikan-kebajikan. PB memberikan beberapa daftar kebajikan-kebajikan yaitu pada Matius 5:1-12; 2 Petrus 1:5-7; 1 Korintus 13:13; 1 Tesalonka 1:3, 5:8; Efesus 6:14-16; 2 Korintus 6:6-7. Kebajikan-kebajikan di atas bukan menyetakan sifat yang berbeda-beda melainkan satu kesatuan yang berakar pada kehidupan yang berpusatkan pada Allah.
• Menjadi serupa dengan Kristus. Hal ini harus dimengerti lebih dari sekedar meniru tindakan-tindakan-Nya. Serupa dengan Kristus berarti mentaati-Nya, berjalan dalam jalan yang dirintis-Nya, menjadi serupa dengan pola kehidupan-Nya.
Kunci untuk meneladani Yesus adalah penyangkalan diri dan pengosongan diri, yaitu dengan patuh pada Allah seperti Dia taat sampai mati, mengasihi dan melayani sesama serta memikul salib.
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial mempengaruhi pengambilan keputusan etis tapi tidak menentukan keputusan etis. Lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah, gereja, dan budaya mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai moral walau pada akhirnya kita sendiri yang memutuskan dan bertanggung jawab pada keputusan dan perbuatan diri sendiri. Jadi dapat dikatakan kita dipengaruhi oleh masyarakat dan mempengaruhi masyarakat secara timbal balik. Pada satu sisi, norma dan nilai-nilai masyarakat akan meresap dan mempengaruhi tabiat/karakter dan membentuk identitas diri.
Agar dapat menyerap hal-hal yang baik diperlukan sebuah keterbukaan terhadap orang lain. Ada dua macam keterbukaan yaitu keterbukaan tanpa sebuah karakter yang kuat. Keterbukaan ini berarti menyesuaikan atau cenderung menerima semua pendapat orang lain daripada pendapatnya sendiri. Jelas ini bukan keterbkaan yang positif. Keterbukaan kedua adalah keterbukaan orang yang mempunyai karakter yang kuat. Orang ini dapat menerima dan belajar dari hal-hal yang baik, ia dapat mengubah diri bila pendapat orang lainlah yang benar. Di lain pihak, ia dapat menolak pendapat orang lain bila ia yakin pendapat itu salah. Inilah sebuah keterbukaan yang dewasa.
Sebagai perwakilan Kristus di dunia gereja mempunyai fungsi yang penting dalam mempengaruhi jemaat dan dunia dalam mengambil keputusan etis:
• Gereja sebagai jemaat pertanggungan –jawab etis.
• Gereja sebagai jemaat pengampunan.
• Gereja sebagai jemaat pendidikan moral.
• Gereja sebagai pembentuk tabiat moral.
• Gereja sebagai jemaat dukungan moral.
• Gereja sebagai jemaat diskusi moral.
• Gereja sebagai jemaat perbuatan moral.
Norma-norma
Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong manusia untuk mengambil keputusan yang benar. Dua jenis norma yan terpenting adalah prinsip-prinsip yang memberikan bimbingan secara umum dan peraturan-peraturan yang lebih spesifik.
Sumber yang paling berotoritas untuk norma-norma bagi orang kristen adalah Alkitab. Ada lima hal berkaitan dengan peranan norma dalam kehidupan moral:
• Norma dan kasih-karunia Allah. Norma-norma kristen bukan peraturan kaku melainkan sebuah pedoman untuk mencapai hidup yang lebih bahagia.
• Norma dan kedaulatan Tuhan. Ada beberapa teolog yang menolak peraturan manusia karena dianggap bertentangan dengan kedaulatan Tuhan. Tetapi, sebenarnya Roh Kudus dapat membimbing untuk menerapkan peraturan dengan benar sesuai kehendak-Nya tanpa bertentangan dengan kedaulatan-Nya.
• Norma dan situasi. Etika situasi menolak peraturan-peraturan yang berlaku secara absolut dalam setiap situasi. Misalnya bolehkah mencuri pistol yang akan dipakai untuk membunuh?. Pembahasan menarik ada pada halaman 193-202.
• Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci. Poin ini mirip dengan poin di atas. Ada kalanya peraturan bertentangan dengan kasih agape. sebenarnya norma memerlukan kasih dan kasih memerlukan norma.
• Norma batin. Bagaimana hubungan antara hukum tertulis dengan hukum hati nurani?. Kepekaan hati nurani harus selalu ditundukkan pada Firman Tuhan dan bimbingan Roh Kudus.
Situasi
Pengertian tentang situasi penting karena dalam kesamaan pandangan akan norma-norma dan nilai-nilai hidup, manusia dapat berselisih tentang tindakan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya pengertian yang berbeda tentang situasi. Jadi pengertian mengenai situasi penting karena:
• Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilai-nilai etis kepada situasi tersebut. Suatu perbuatan yang salah dalam suatu situasi tertentu dapat menjadi benar dalam situasi yang lain.
• Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan berguna dalam situasi tersebut. Pengertian tentang situasi dapat menolong untuk membuat rencana dan melakukan tindakan yang terbaik dalam situasi tersebut.
• Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang memerlukan perhatian. Dengan memahami situasi, kita dapat membedakan akan masalah yang penting dan yang kurang penting.
Sebuah situasi kadang dapat dimengerti dengan mudah dengan akal yang sehat, tapi ada kalanya situasi sulit dimengerti karena:
• Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita. Setiap situasi terdiri dari delapan unsur (tempat, waktu, benda, orang, struktur sosial, gagasan/pikiran, kejadian, Tuhan) yang saling mempengaruhi sehingga tidak mudah untuk menentukan faktor yang terpenting.
• Pengertian tentan situasi dipengaruhi oleh nilai, kepentingan, pengalaman, prasangka, dan faktor-faktor subyektif lain. Setiap manusia mempunyai pandangan yang subyektif karena dipengaruhi oleh sikap mental yang bersangkutan.
Agar dapat memperbaiki pengertian akan situasi, ada beberapa hal dapat dilakukan:
• Penyelidikan yang maksimal akan situasi agar mendapatkan pengertian yang mendalam.
• Menggunakan bahan-bahan ilmiah dan pendapat para ahli.
• Memperluas pengertian tentang situasi.
• Peka terhadap pekerjaan dan kehendak Allah.
• Peka terhadap kebutuhan orang lain.
Cara Pengambilan Keputusan Etis
Setelah pemaparan yang mendalam, penulis buku menutup tulisannya dengan menantang setiap pembaca untuk mengambil keputusan dan menjalankannya. Walau demikian penulis memberikan smber bantuan yang dapat menolong kita agar dapat mengambil keputusan yang baik, tepat, dan benar:
• Doa, ibadah, dan Roh Kudus. Gaya hidup yang dibentuk oleh doa dan ibadah serta dibimbing oleh Roh Kudus merupakan kebutuhan yang sangat penting.
• Gereja dan orang-orang lain. Persekutuan dengan orang percaya lainnya akan menguatkan, bahkan orang tidak percayapun mungkin mempunyai pengetahuan yang belum kita punyai.
• Alkitab. Pengaruh Alkitab yang terpenting adalah membentuk iman dan karakter/tabiat sehingga kita dibekali untuk mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan.
• Bahan bacaan yang bermutu yaitu sumber pengetahuan di luar Alkitab. Alkitab mempunyai kewibawaan yang utama tapi tidak tunggal. Jadi Alkitab tetap menjadi tolok ukur bagi kebenaran yang berada di luar diri-Nya.








Analisa Buku
Buku ini ditulis secara sistematis sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Setiap bagian buku memaparkan dengan jelas apa yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu pengambilan keputusan etis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam perspektif kristen.
Penulis menunjukkan keterbukaannya terhadap pandangan teolog lain yang mempunyai pendapat yang berbeda dengannya. Dengan cara yang santun penulis menanggapi perbedaan tersebut dan menyatakan pemikirannya.
Latar belakang Injili penulis membuat otoritas Alkitab sebagai Firman Tuhan sangat terasa. Sangat tepat bila buku ini dijadikan referensi mata kuliah Etika program strata dua karena banyak hal yang dapat didiskusikan dalam kelas. Ada banyak isu-isu yang selama ini tidak pernah saya pikirkan dibahas dalam buku ini. Sebuah contoh pembahasan 1 Korintus 10: 23 - 11:1 dapat menjadi pola acuan pertimbangan tindakan etis dalam hidup dalam gereja maupun di luar gereja.
Sebagai orang asing penulis berhasil memahami budaya Indonesia sehingga buku ini terasa pas kontekstualisasinya tidak seperti buku terjemahan.

Kekuatan Dan Kelemahan
Kekuatan:
1. Isi buku sistematis sehingga mudah dipahami.
2. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari bukan bahasa teologis sehingga mudah dimengerti.
3. Sebenarnya buku ini menyajikan pengertian doktrinal yang dalam, hanya disajikan dengan ringan dan tanpa kesan menggurui dan menyalahkan orang lain.
4. Menyajikan contoh-contoh dalam konteks Indonesia.
Kelemahan:
1. Bagian tiga (bagian kesimpulan) terlalu pendek.
2. Penulis buku sudah menyinggung karya James Fowler ‘The Stages of Faith’. Hanya kurang dieksplorasi dan dibahas secara mendalam. Saya sangat menikmati pembahasan James Fowler melalui internet dan sebenarnya berharap topik ini dibahas lebih mendalam karena relevan dengan bab IV (Iman).

Hal-hal Yang Baru Dan Menarik
1. Pembahasan etika dikaitkan dengan iman kristen sebenarnya bukan topik yang baru dan sudah menjadi perdebatan sejak dahulu. Satu hal yang menarik adalah penulis berhasil menyajikan topik ini secara berimbang antara sisi teologi dan sisi praktisnya. Setahu saya, teolog liberal lebih tertarik dengan topik ini sehingga buku-buku yang ada kebanyakan ditulis oleh mereka. Sangat menarik dan patut disyukuri kalau penulis yang beraliran Injili menulis buku yang sangat bagus ini sekaligus dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa teologi dan pembelajar serius lainnya.
2. Buku ini diterbitkan oleh BPK dan penulis sendiri pernah mengajar di Duta Wacana. Quo Vadis, penerbit Injili?








Rev. Dr. Malcolm Brownlee


Buku ini dibagi dalam tiga bagian yaitu, pertama, membahas tentang pengambilan keputusan etis dalam pengalaman kita dan theologia kristen; kedua, Faktor-faktor dalam pengambilan keputusan etis; ketiga, berisi kesimpulan pembahasan dan prakata tindakan.

Arti dan Ciri-ciri Keputusan Etis
Pengertian kata etis dan etika adalah pemikiran yang sistematis tentang kelakuan lahir serta motivasi dan keadaan batin yang mendasarinya. Sedangkan kata moralitas hanya menyangkut kebaikan atau keburukan kelakuan lahir yang terjadi. Dari pengertian ini, etika berkaitan dengan tabiat/watak/karakter manusia dan perbuatan yang dilakukan berdasar tabiatnya itu. Jadi buku ini bermaksud untuk membantu pembacanya untuk lebih peka terhadap kehendak Allah sehingga keputusan-keputusan etika yang diambil menjadi lebih baik. Buku ini menyajikan metode-metode membuat keputusan yang baik.
Dalam hidup sehari-hari, kita senantiasa dihadapkan pada pertimbangan-pertimbangan etika dalam mengambil keputusan (atau untuk tidak mengambil keputusan). Ada beberapa ciri-ciri dalam pengambilan keputusan yang etis:
• Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
• Sering menyangkut pilihan yang sukar.
• Tidak mungkin dielakkan.
• Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.

Dasar Etika Kristen
Dasar kepercayaan kristen adalah kembali pada kehendak Tuhan sebagai patokan terakhir mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Untuk mengerti kehendak Tuhan ada beberapa teori utama yaitu:
1. Etika Akibat. Kehendak Tuhan dinyatakan dalam tujuan-Nya dan manusia menyelaraskan hidupnya dengan tujuan-Nya. ‘Apa yang baik menurut tujuan-Nya yang baik’?
2. Etika Kewajiban. Kehendak Tuhan dinyatakan dalam hukum-Nya dan kita harus mentaati perintah-Nya dalam norma yang sesuai. ‘Apa yang benar menurut hukum-Nya yang benar’?
3. Etika Tanggung-jawab. Kehendak Tuhan dinyatakan dalam perbuatan-Nya. Manusia harus ber-respon, bertanggung-jawab terhadap peristiwa di sekitarnya. ‘Apa tanggapan kita yang tepat terhadap situasi atau peristiwa ini’?
Ketiga teori di atas mempunyai tekanan-tekanan yang berbeda, tapi dalam prakteknya sering menganjurkan perbuatan yang sama walau dengan alasan yang berbeda. Misalnya dalam hal berzinah semua teori menentang dengan alasan yang berbeda. Etika akibat menilai perzinahan sebelum pernikahan berdampak pada kesetiaan dan kasih di antara pasutri; etika kewajiban memandang perzinahan sebagai pelanggaran dari hukum-Nya; etika tanggung jawab memandang perzinahan sebagai penyalah-gunaan pemberian Allah yang baik.
Dalam hal mendapatkan hak azasi dalam negara yang meniadakan hak azasi, semua teori dapat menuntut perbuatan-perbuatan yang berbeda. Etika akibat menekankan kebebasan dan keadilan adalah tujuan Allah bagi manusia sehingga pelanggaran hukum adalah sah untuk mencapai tujuan itu; etika kewajiban berpendapat bahwa setiap warga negara wajib tunduk pada perarturan pemerintah walau tidak adil; etika tanggung jawab mungkin akan patuh sampai batas tertentu, namun dalam keadaan tertentu hukum dapat dilanggar dalam konteks melaksanakan kehendak Tuhan.
Dari penjelasan di atas, penulis disadarkan ternyata pelaksanaan etika tidak simple bahkan cenderung rumit. Sebuah acuan Firman Tuhan dalam 1 Korintus 12:23-11:1 (halaman 55-64) dapat menjadi pegangan yang pasti.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Etis
Buku ini menyajikan lima faktor yang mempengaruhi keputusan etis, yaitu: iman, tabiat, lingkungan sosial, norma-norma, dan situasi.
Iman.
Ada empat unsur iman yang membentuk satu kesatuan yang hidup:
1. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kita kepada sesuatu yang kita anggap terpenting.
Iman adalah kepercayaan yang praktis pada sesuatu yang paling dihargai, yang paling pokok dalam kehidupan kita. Jadi setiap manusia sebenarnya hidup dari iman, terlepas dari apakah imannya kepada Tuhan atau hal lainnya seperti harta atau gengsi. Hidup oleh iman (Roma 1:17) berarti perbuatan yang berdasar pada iman kepada Allah.
2. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah.
Iman kristen artinya hubungan yang akrab dengan Allah, suatu persekutuan dan penyerahan diri kepada-Nya. Kita bertransformasi semakin mirip dengan karakter kristus.
3. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah.
Allah bekerja melalui gereja dan dunia sehingga kita terpanggil untuk memberitakan pekerjaan Allah dalam peristiwa di luar gereja.
4. Iman sebagai pendirian tentang apa yang benar.
Kepercayaan mengenai sifat dan pekerjaan Allah sangat mempengaruhi kelakukan kita. Sifat Allah yang mengasihi akan membuat kita akan mengasihi juga, bukan karena takut tapi karena bersyukur.
Tabiat atau Karakter
Tabiat adalah susunan batin (sifat) seseorang yang dibentuk melalui interaksi dengan lingkungan dan Allah, yang memberi arah kepada keinginan dan perbuatan orang itu. Karena sifat interaksi dengan lingkungan dan Allah, maka tabiat dapat berubah. Sedangkan watak adalah pembawaan lahir sehinga bersifat tetap. Pengertian tabiat berbeda dengan kepribadian walau sama dapat berubah. Tabiat hanya mencakup sifat-sifat moral dalam diri manusia, sedang kepribadian mencakup sifat moral, emosional dan mental.
Sebagai orang-orang yang lahir baru, kita mendapatkan hidup yang baru dan berjalan dalam proses pengudusan bersama Roh Kudus agar tabiat dan kepribadian kita diubah-Nya dari dalam ke luar. Akibatnya, batin yang diperbaharui akan menghasilkan perbuatan yang baik pula. Jadi Yesus menekankan pada pembaharuan hati (motivasi) daripada perilaku secara lahiriah. Sebuah prinsip penting adalah kepatuhan pada legalitas hukum harus disertai kasih dan ketaatan pada Allah. Hukum tanpa kasih adalah kejam, sedang kasih tanpa hukum adalah kekacauan.
Ada beberapa faktor yang membentuk tabiat yaitu, bagian yang bersifat pembawaan dari lahir sebagai pemberian Tuhan misalnya jenis kelamin, kekuatan dan kelemahan tubuh. Faktor yang kedua adalah bagian yang dibentuk oleh usaha diri sendiri misalnya lingkungan sosial, pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
Tabiat yang diubahkan akan mepunyai ciri-ciri sbb:
• Berintegritas. Orang yang beintegritas mempunyai identitas diri yang utuh dan hati yang teguh. Integritas berarti mempunyai kejujuran kepada orang lain dan kesunguhan serta kebulatan hati di dalam dirinya sendiri.
• Mempunyai pengertian terhadap kehendak Allah dan kepekaan pada hal-hal yang baik.
• Kebajikan-kebajikan. PB memberikan beberapa daftar kebajikan-kebajikan yaitu pada Matius 5:1-12; 2 Petrus 1:5-7; 1 Korintus 13:13; 1 Tesalonka 1:3, 5:8; Efesus 6:14-16; 2 Korintus 6:6-7. Kebajikan-kebajikan di atas bukan menyetakan sifat yang berbeda-beda melainkan satu kesatuan yang berakar pada kehidupan yang berpusatkan pada Allah.
• Menjadi serupa dengan Kristus. Hal ini harus dimengerti lebih dari sekedar meniru tindakan-tindakan-Nya. Serupa dengan Kristus berarti mentaati-Nya, berjalan dalam jalan yang dirintis-Nya, menjadi serupa dengan pola kehidupan-Nya.
Kunci untuk meneladani Yesus adalah penyangkalan diri dan pengosongan diri, yaitu dengan patuh pada Allah seperti Dia taat sampai mati, mengasihi dan melayani sesama serta memikul salib.
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial mempengaruhi pengambilan keputusan etis tapi tidak menentukan keputusan etis. Lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah, gereja, dan budaya mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai moral walau pada akhirnya kita sendiri yang memutuskan dan bertanggung jawab pada keputusan dan perbuatan diri sendiri. Jadi dapat dikatakan kita dipengaruhi oleh masyarakat dan mempengaruhi masyarakat secara timbal balik. Pada satu sisi, norma dan nilai-nilai masyarakat akan meresap dan mempengaruhi tabiat/karakter dan membentuk identitas diri.
Agar dapat menyerap hal-hal yang baik diperlukan sebuah keterbukaan terhadap orang lain. Ada dua macam keterbukaan yaitu keterbukaan tanpa sebuah karakter yang kuat. Keterbukaan ini berarti menyesuaikan atau cenderung menerima semua pendapat orang lain daripada pendapatnya sendiri. Jelas ini bukan keterbkaan yang positif. Keterbukaan kedua adalah keterbukaan orang yang mempunyai karakter yang kuat. Orang ini dapat menerima dan belajar dari hal-hal yang baik, ia dapat mengubah diri bila pendapat orang lainlah yang benar. Di lain pihak, ia dapat menolak pendapat orang lain bila ia yakin pendapat itu salah. Inilah sebuah keterbukaan yang dewasa.
Sebagai perwakilan Kristus di dunia gereja mempunyai fungsi yang penting dalam mempengaruhi jemaat dan dunia dalam mengambil keputusan etis:
• Gereja sebagai jemaat pertanggungan –jawab etis.
• Gereja sebagai jemaat pengampunan.
• Gereja sebagai jemaat pendidikan moral.
• Gereja sebagai pembentuk tabiat moral.
• Gereja sebagai jemaat dukungan moral.
• Gereja sebagai jemaat diskusi moral.
• Gereja sebagai jemaat perbuatan moral.
Norma-norma
Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong manusia untuk mengambil keputusan yang benar. Dua jenis norma yan terpenting adalah prinsip-prinsip yang memberikan bimbingan secara umum dan peraturan-peraturan yang lebih spesifik.
Sumber yang paling berotoritas untuk norma-norma bagi orang kristen adalah Alkitab. Ada lima hal berkaitan dengan peranan norma dalam kehidupan moral:
• Norma dan kasih-karunia Allah. Norma-norma kristen bukan peraturan kaku melainkan sebuah pedoman untuk mencapai hidup yang lebih bahagia.
• Norma dan kedaulatan Tuhan. Ada beberapa teolog yang menolak peraturan manusia karena dianggap bertentangan dengan kedaulatan Tuhan. Tetapi, sebenarnya Roh Kudus dapat membimbing untuk menerapkan peraturan dengan benar sesuai kehendak-Nya tanpa bertentangan dengan kedaulatan-Nya.
• Norma dan situasi. Etika situasi menolak peraturan-peraturan yang berlaku secara absolut dalam setiap situasi. Misalnya bolehkah mencuri pistol yang akan dipakai untuk membunuh?. Pembahasan menarik ada pada halaman 193-202.
• Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci. Poin ini mirip dengan poin di atas. Ada kalanya peraturan bertentangan dengan kasih agape. sebenarnya norma memerlukan kasih dan kasih memerlukan norma.
• Norma batin. Bagaimana hubungan antara hukum tertulis dengan hukum hati nurani?. Kepekaan hati nurani harus selalu ditundukkan pada Firman Tuhan dan bimbingan Roh Kudus.
Situasi
Pengertian tentang situasi penting karena dalam kesamaan pandangan akan norma-norma dan nilai-nilai hidup, manusia dapat berselisih tentang tindakan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya pengertian yang berbeda tentang situasi. Jadi pengertian mengenai situasi penting karena:
• Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilai-nilai etis kepada situasi tersebut. Suatu perbuatan yang salah dalam suatu situasi tertentu dapat menjadi benar dalam situasi yang lain.
• Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan berguna dalam situasi tersebut. Pengertian tentang situasi dapat menolong untuk membuat rencana dan melakukan tindakan yang terbaik dalam situasi tersebut.
• Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang memerlukan perhatian. Dengan memahami situasi, kita dapat membedakan akan masalah yang penting dan yang kurang penting.
Sebuah situasi kadang dapat dimengerti dengan mudah dengan akal yang sehat, tapi ada kalanya situasi sulit dimengerti karena:
• Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita. Setiap situasi terdiri dari delapan unsur (tempat, waktu, benda, orang, struktur sosial, gagasan/pikiran, kejadian, Tuhan) yang saling mempengaruhi sehingga tidak mudah untuk menentukan faktor yang terpenting.
• Pengertian tentan situasi dipengaruhi oleh nilai, kepentingan, pengalaman, prasangka, dan faktor-faktor subyektif lain. Setiap manusia mempunyai pandangan yang subyektif karena dipengaruhi oleh sikap mental yang bersangkutan.
Agar dapat memperbaiki pengertian akan situasi, ada beberapa hal dapat dilakukan:
• Penyelidikan yang maksimal akan situasi agar mendapatkan pengertian yang mendalam.
• Menggunakan bahan-bahan ilmiah dan pendapat para ahli.
• Memperluas pengertian tentang situasi.
• Peka terhadap pekerjaan dan kehendak Allah.
• Peka terhadap kebutuhan orang lain.
Cara Pengambilan Keputusan Etis
Setelah pemaparan yang mendalam, penulis buku menutup tulisannya dengan menantang setiap pembaca untuk mengambil keputusan dan menjalankannya. Walau demikian penulis memberikan smber bantuan yang dapat menolong kita agar dapat mengambil keputusan yang baik, tepat, dan benar:
• Doa, ibadah, dan Roh Kudus. Gaya hidup yang dibentuk oleh doa dan ibadah serta dibimbing oleh Roh Kudus merupakan kebutuhan yang sangat penting.
• Gereja dan orang-orang lain. Persekutuan dengan orang percaya lainnya akan menguatkan, bahkan orang tidak percayapun mungkin mempunyai pengetahuan yang belum kita punyai.
• Alkitab. Pengaruh Alkitab yang terpenting adalah membentuk iman dan karakter/tabiat sehingga kita dibekali untuk mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan.
• Bahan bacaan yang bermutu yaitu sumber pengetahuan di luar Alkitab. Alkitab mempunyai kewibawaan yang utama tapi tidak tunggal. Jadi Alkitab tetap menjadi tolok ukur bagi kebenaran yang berada di luar diri-Nya.








Analisa Buku
Buku ini ditulis secara sistematis sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Setiap bagian buku memaparkan dengan jelas apa yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu pengambilan keputusan etis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam perspektif kristen.
Penulis menunjukkan keterbukaannya terhadap pandangan teolog lain yang mempunyai pendapat yang berbeda dengannya. Dengan cara yang santun penulis menanggapi perbedaan tersebut dan menyatakan pemikirannya.
Latar belakang Injili penulis membuat otoritas Alkitab sebagai Firman Tuhan sangat terasa. Sangat tepat bila buku ini dijadikan referensi mata kuliah Etika program strata dua karena banyak hal yang dapat didiskusikan dalam kelas. Ada banyak isu-isu yang selama ini tidak pernah saya pikirkan dibahas dalam buku ini. Sebuah contoh pembahasan 1 Korintus 10: 23 - 11:1 dapat menjadi pola acuan pertimbangan tindakan etis dalam hidup dalam gereja maupun di luar gereja.
Sebagai orang asing penulis berhasil memahami budaya Indonesia sehingga buku ini terasa pas kontekstualisasinya tidak seperti buku terjemahan.

Kekuatan Dan Kelemahan
Kekuatan:
1. Isi buku sistematis sehingga mudah dipahami.
2. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari bukan bahasa teologis sehingga mudah dimengerti.
3. Sebenarnya buku ini menyajikan pengertian doktrinal yang dalam, hanya disajikan dengan ringan dan tanpa kesan menggurui dan menyalahkan orang lain.
4. Menyajikan contoh-contoh dalam konteks Indonesia.
Kelemahan:
1. Bagian tiga (bagian kesimpulan) terlalu pendek.
2. Penulis buku sudah menyinggung karya James Fowler ‘The Stages of Faith’. Hanya kurang dieksplorasi dan dibahas secara mendalam. Saya sangat menikmati pembahasan James Fowler melalui internet dan sebenarnya berharap topik ini dibahas lebih mendalam karena relevan dengan bab IV (Iman).

Hal-hal Yang Baru Dan Menarik
1. Pembahasan etika dikaitkan dengan iman kristen sebenarnya bukan topik yang baru dan sudah menjadi perdebatan sejak dahulu. Satu hal yang menarik adalah penulis berhasil menyajikan topik ini secara berimbang antara sisi teologi dan sisi praktisnya. Setahu saya, teolog liberal lebih tertarik dengan topik ini sehingga buku-buku yang ada kebanyakan ditulis oleh mereka. Sangat menarik dan patut disyukuri kalau penulis yang beraliran Injili menulis buku yang sangat bagus ini sekaligus dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa teologi dan pembelajar serius lainnya.
2. Buku ini diterbitkan oleh BPK dan penulis sendiri pernah mengajar di Duta Wacana. Quo Vadis, penerbit Injili?

No comments: