Wednesday, November 11, 2009

Manajemen Pengembangan Pelayanan

Pendahuluan

Buku ini ditulis oleh Drs. Hadi P. Sahardjo. Th.M. Beliau adalah alumni SAAT Malang (B.Th; S.Th.; M.A. in Theology dan M.Div., alumni International Theological Seminary Los Angeles, USA (Th.M.) dan melayani di GII Hok Im Tong Bandung. Saat ini beliau sedang study lanjut doktoral (D.Th.) di STBI Semarang.
Buku ini dibagi menjadi sebelas bab yang mengulas dan memberikan solusi bagaimana seharusnya setiap hamba Tuhan dapat mengembangkan dan meningkatkan pelayanannya.


Bab 1: Pengembangan Peran-Peran Pelayan

Bab ini membahas tentang peran-peran hamba Tuhan, yang dengan menyadari tugas panggilannya, sudah seharusnya terus-menerus meng-up grade dirinya. Sebelum melakukan hal itu, dia harus mengenali dirinya sendiri berkenaan dengan perannya sebagai:
• Peran sebagai pribadi.
Perilaku dan kehidupan pribadi seorang hamba Tuhan sangat berpengaruh terhadap pelayanan dan kepemimpinannya. Hal-hal berikut sangat penting untuk diperhatikan yaitu panggilannya, karakter, moral, kerohanian, kehidupan doanya, reputasi keuangan, gaya hidup, dan komitmennya.
• Peran sebagai kepala rumah tangga.
Mampu memberikan peran yang tepat kepada istrinya, menjaga keharmonisan keluarga, dan menjadikan kehidupan keluarga sebagai contoh bagi jemaat.
• Peran sebagai pelayan.
Tulus melayani bukan minta dilayani.
• Peran sebagai pengkhotbah.
Menyadari khotbah adalah bagian terpenting dalam pelayanannya.
• Peran sebagai guru/pengajar.
Cakap mengajar.
• Peran sebagai administrator.
Mengerti prinsip-prinsip organisasi dan administrasi secara tepat.
• Peran sebagai motivator.
Bertindak proaktif bagi kemajuan gereja dengan memotivasi jemaat.
• Peran sebagai inovator.
Inovasi penting dilakukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di masa mendatang.


Bab 2: Pengembangan Kualifikasi-Kualifikasi Dalam Pelayanan

Bab ini membahas sebagai pemimpin rohani, hamba Tuhan harus membekali diri dengan berbagai kualifikasi untuk menunjang pelayanannya yaitu:
• Kualifikasi natural, misalnya mental yang stabil, sifat yang simpatik, tekun, realistik.
• Kualifikasi pendidikan, yaitu pendidikan Alkitab di STT dan pendidikan budaya (bahasa, sejarah, psikologi, dll).
• Kualifikasi kerohanian, yaitu sudah lahir baru, pengalaman yang cukup, mempunyai kehidupan bersaat teduh dan berdoa secara rutin, sensitif dalam kehidupan rohani.

Ada tiga tugas pokok hamba Tuhan, yaitu:
• Proclaim, yaitu pemberitaan Firman Tuhan dari mimbar, memimpin ibadah, mengajar.
• Leading, yaitu menjalankan tugas sebagai gembala, mengatur masalah organisatoris dan administrasi.
• Care, yaitu menjalankan tugas pastoral (konseling) dan mengembangkan bimbingan jemaat.

Pelayanan yang dilakukan hamba Tuhan adalah pelayanan yang holistik yang meliputi seluruh aspek hidup manusia. Hal ini meliputi juga pelayanan perkunjungan (visitasi). Tujuan visitasi adalah mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu persatu, mengabarkan Firman Allah dalam konteks hidup sehari-hari, melayani, dan membangun jemaat.
Visitasi dapat dilakukan di rumah jemaat dan rumah sakit. Kunjungan di rumah dapat bersifat hiburan, memberikan nasihat, ucapan syukur, dan bersifat pimpinan. Sedangkan kunjungan di rumah sakit perlu karena biasanya pasien merasa kesepian dan tidak dapat pergi ke mana-mana. Selain itu semasa sakit biasanya seseorang menjadi lebih terbuka terhadap berita Injil.


Bab 3: Mengembangkan Hubungan Interpersonal Dalam Diri Seorang Pelayan

Dalam pelayanan sehari-hari hamba Tuhan harus memperhatikan hubungan interpersonalnya dengan jemaat. Ada beberapa hubungan penting yang harus diperhatikan: hubungan antara gembala dan jemaat, hubungan antara anggota jemaat, hubungan dengan masyarakat, hubungan hamba Tuhan dengan pendahulunya, penerusnya dan jemaat yang akan ditinggalkannya. Kepribadian seseorang akan terbentuk dalam interaksinya dengan sesama secara pribadi.

Dalam pelayanan konflik yang merepotkan dapat terjadi. Ada beberapa macam konflik yang berbeda yaitu:
• Konflik intrapersonal
• Konflik interpersonal
• Konflik substantif, yaitu di antara seseorang dengan orang lain atau sekelompok orang lain, di antara seseorang dengan organisasi, dan di antara dua organisasi.

Dari cara pendekatannya, ada beberapa jenis konflik, yaitu:
• Approach-approach. Pilihan antara dua hal yang sama-sama baik.
• Approach-avoidance. Pilihan antara dua hal yang saling bertentangan tetap punya nilai yang sama-sama berat/sulit.
• Avoidance-avoidance. Pilihan antara dua hal yang seharusnya sama-sama dihindari.
• Multiple approach-avoidance. Pilihan dari berbagai macam pilihan yang semuanya punya tingkat kesulitan dan bobot yang sama-sama berat.

Konflik yang terjadi dapat disebabkan oleh rasa saling tidak percaya, salah paham, komunikasi yang buruk, perbedaan nilai, dan emosi yang tinggi. Sebagai akibat terjadinya konflik pelayanan terhambat dan terjadi perpecahan dalam gereja karena terjadi dis-integasi, dis-fungsi, dan dis-sosiasi. Sedangkan strategi yang dapat dipakai dalam menghadapi konflik adalah strategi kolaborasi, kompromi, menghindar, akomodasi, kompetisi. Strategi lain adalah menggunakan pihak ketiga berupa arbitrasi, mediasi, dan konsultasi antar pihak. Dengan demikian, penyelesaian konflik menurut Alkitab adalah dengan sikap yang objektif (Neh. 5:1-13), saling mengampuni (Mat. 6:14), komitmen kepada kesatuan gereja (Ef. 4:3), optimis (1Tes. 5:18), proses penyelesaian yang benar (Mat. 18:15-20), doa (Mat. 18:20), mohon hikmat dari Tuhan (2 Raj. 3), kasih, empati dan ketulusan.


Bab 4: Penghambat Perkembangan Pelayan

Bagian ini membahas beberapa hal yang menyebabkan krisis atau penghambat perkembangan pendeta bahkan penyebab kegagalan pendeta:
• Kurang profesional.
• Congkak.
• Dengki.
• Terlalu mengasihani diri sendiri.
• Masalah keuangan.
• Masalah seks.
• Kedudukan.


Bab 5: Pengelolaan Pikiran, Perkataan Dan Tindakan Pelayan

Kegiatan berpikir, berkata-kata dan tindakan seorang pelayan Tuhan perlu dikelola dengan baik. Filipi 4:8 memberikan petunjuk tentang kegiatan berpikir yaitu memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, yang sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji. Kegiatan berpikir sangat penting karena pikiran akan menjadi landasan bagi perkataan yang diucapkan. Sedangkan Paulus memberikan beberapa prinsip bagi tindakan orang percaya yaitu 1 Kor. 6:12; 1 Kor. 8:13; 1 Kor. 9:23; 1 Kor. 10:23; 1 Kor. 10:31; 1 Kor. 11:2-16. Paulus mengatakan apapun yang kita perbuat, perbuatlah itu bagi kemuliaan Allah. Inilah prinsip yang sangat penting.


Bab 6: Pengembangan Diri Melalui “Self-Disclosure”

Salah satu prinsip penting dalam pengembangan diri adalah melalui tahapan “self-disclosure” atau penilaian tentang diri sendiri yang jujur tanpa memakai topeng.

Sidney Jourad mengatakan “Bila seseorang tidak mengakui pada dirinya sendiri tentang siapa, apa, dan bagaimana dia itu, maka dia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan dan kemudian dia akan sakit dan mati. Dan tidak ada seorangpun dapat menolongnya melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan yang ada.

Sebenarnya topeng-topeng yang dipakai sehari-hari adalah suatu tempat bersembunyi dan menghalangi orang lain untuk mengetahui diri kita sebenarnya. Salah satu topeng yang paling sering dipakai dan diterima masyarakat adalah dengan menampilkan “kepribadian” yang baik.
Selain itu ada topeng-topeng lainnya yaitu:
• Humor dan tertawa.
Orang yang selalu jenaka seringkali merupakan orang yang merasa ketakutan dan merasa tidak aman.
• Tukang bicara.
Orang yang selalu berbicara walau sebenarnya tidak ada hal yang perlu dibicarakan. Berbicara terus menerus adalah topeng sehingga pribadi yang asli tidak terlihat.
• Rasionalisasi.
Yaitu cara yang dipakai untuk membenarkan dirinya dengan cara mencari alasan yang masuk akal. Sering cara ini dipakai untuk mengingkari perasaan yang sebenarnya dan mencari jalan keluar dari perasaan kita yang sebenarnya secara “rasional” walau sebenarnya bukan itu alasan sebenarnya bagi kita. Hal ini dapat dinyatakan dengan indah dalam bahasa inggris “The thing is not the thing, but the thing behind thing is the real thing”.
• Kegairahan rohani.
Pengalaman religius dapat menjadi sebuah kepalsuan terbesar karena menjadi tempat palarian dari kenyataan. Kegiatan rohani menjadi tempat untuk menyembunyikan “aku” yang sebenarnya beserta segala konflik-konflik yang ada di dalamnya.
• Kesibukan.
Inilah sebuah topeng yang populer dan diterima di masyarakat. Kesibukan dilakukan untuk menghindari perasaan hampa yang mencekam. Hanya saja “bekerja keras” adalah sifat yang bagus dan dipuji masyarakat sehingga topeng ini diterima dengan baik.

Selain apa yang sudah disebutkan di atas, masih banyak topeng yang lain seperti harga diri yang lebih, apatis, sombong, kasar, dll.


Bab 7: Pengembangan Dan Pengelolaan Karunia-Karunia Bagi Pelayanan

Karunia-karunia yang dimaksud adalah karunia-karunia dalam Roma 12:3-8, 1 Kor. 12:4-11, 28-30, Ef. 4:11, 1 Ptr. 4:11. paling sedikit ada 1 karunia yang dapat dikategorikan dalam tiga kategori utama yaitu:
• Karunia yang berkaitan dengan pelayanan.
Yaitu melayani, membagikan sesuau, kemurahan, memberi pertolongan, memimpin, menggembalakan.
• Karunia yang berkaitan dengan perkataan.
Bernubuat, mengajar, memberitakan Injil, hikmat, pengetahuan, menasihati, berbicara, membedakan roh.
• Karunia yang berkaitan dengan tanda-tanda.
Iman, menyembuhkan, mengadakan mujizat, berbahasa Roh, menafsirkan bahasa Roh.

Perbandingan antara buah Roh dengan karunia-karunia Roh

No Perbedaan dalam Buah Roh Karunia-karunia Roh
1 Kepemilikan Setiap orang percaya harus memiliki setiap aspek buah Roh Tidak setiap orang percaya memiliki semua karunia
2 Pengembangan Dihasilkan dari dalam Dihasilkan dari luar
3 Sifat Bekaitan dengan karakter (sifat) rohaniah Berkaitan dengan kemampuan rohaniah
4 Kegunaan Untuk kebaikan diri dan orang lain (baik yang percaya maupun belum) Untuk kebaikan Tubuh Kristus
5 Jumlah Tunggal dengan sembilan aspek Jamak/banyak, paling sedikit ada 19 karunia
6 Pengoperasian Dijalankan melalui kehadiran Roh Kudus Dijalankan melalui kuasa Roh Kudus
7 Masa Keberadaan Tetap/bersifat permanen Akan berhenti kalau yang sempurna datang

Selain bentuk karunia seperti di atas, ada bentuk lain yang dijumpai dalam Alkitab, yaitu:
• Karunia organisasi
Kemampuan untuk menyusun rancangan yang efektif untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
• Karunia seni
Kemampuan istimewa untuk membangun jemaat dengan seni.
• Karunia kerajinan tangan
Kemampuan untuk melayani jemaat dengan pekerjaan tangannya.
• Karunia penginjilan
Karunia untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya kepada pengenalan akan Kristus.
• Karunia berkata-kata dengan hikmat
Kemampuan untuk berkata-kata dengan hikmat.
• Karunia memberi
Kemampuan untuk membei dan membagi-bagi materi dengan iklas untuk kerajaan Allah.
• Karunia menolong
Menolong orang lain agar mereka dapat melakukan karunianya dengan lebih efektif.
• Karunia memberkan tumpangan
Membuka rumahnya dengan senang hati bagi orang yang membutuhkan tumpangan.
• Karunia juru syafaat
Mendoakan orang lain dalam waktu yang lama
• Karunia pengetahuan
Menemukan, mengumpulkan, menganalisa dan merumuskan informasi dan ide bagi pertumbuhan jemaat.

• Karunia kepemimpinan
Mampu memimpin orang lain untuk bekerja sama dengan sukarela dalam mencapai tujuan bagi kemuliaan Allah.
• Karunia belas kasihan
Menunjukkan belas kasihan yang diwujutkan dalm tindakan nyata.
• Karunia musik
Mampu memuji Allah dengan suara, alat musik, dan menggubah musik yang membangun iman.
• Karunia melayani
Melibatkan diri untuk melaksanakan tugas tertentu dengan sarana yang ada agar tujuan yang diinginkan tercapai.
• Karunia mengajar
Kemampuan untuk menyampaikan dan mengajar jemaat untuk bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi.
• Karnia kerasulan
Otoritas kerohaniannya diakui jemaat secara spontan sebagai seorang pemimpin rohani.
• Karunia membedakan roh
Mampu untuk membedakan apakah suatu sikap berasal dari Allah atau dari iblis.
• Karunia menggembalakan
Mampu menanggung beban dan tanggung-jawab demi kesejahteraan kerohanian jemaat dalam jangka waktu yang panjang.
• Karunia bernubuat
Menerima dan memberikan secara langsung berita dari Allah untuk umat-Nya. Hal ini bukan meramalkan atau mengatakan peristiwa di masa datang melainkan mengatakan berita Allah dalam situasi yang kongkrit.


Bab 8: Mengembangkan Kepemimpinan Seorang Pelayan

John Edmund Haggai membahas beberapa garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan sbb:
• Prinsip visi.
Kepemimpinan yang baik dimulai dengan visi yang jelas dari Allah. Dengan visi yang jelas, dapat ditentukan apa yang akan dilakukan.
• Prinsip perumusan tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan visi. Contoh perumusan tujuan adalah SMART (Specifis, Measurable, Attainable, Realistic, Tangible).
• Prinsip kasih
Seorang pemimpin harus mendasarkan kepemimpinannya pada kasih pada Allah, sesama dan diri sendiri.
• Prinsip kerendahan hati
Memusatkan perhatian pada tindakan yang rendah hati dan berpusat pada kemuliaan Kristus.
• Pengendalian diri
Pengndalian diri adalah bukti penguasaan kasih.
• Prinsip komunikasi
Pemimpin yang baik dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.

• Prinsip penanaman modal
Pemimpin ibarat menanamkan modal. Dia tidak hanya menuntut tapi juga tahu bagaimana berbuat bagi orang lain.
• Prinsip kesempatan
Pemimpin harus jeli dan peka terhadap kesempatan.
• Prinsip energi/kekuatan
Integritas seorang pemimpin akan mempeoleh keyakinan dan rasa hormat dari orang-orang lain.
• Prinsip daya tahan
Keberhasilan pemimpin dilihat dalam menghadapi kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi.
• Prinsip otoritas
Otoritas secara internal adalah karisma, harga diri, kepribadian yang mendapat apresiasi dari jemaat. Otoitas secara eksternal berasal dari jabatannya. Otoritas internal bersifat stabil, otoritas eksternal bersifat semu.
• Prinsip kesadaran diri
Kesadaran diri meningkatkan mutu kepemimpinan karena mengetahui apa kelebihan dan kekuranan dirinya sehingga dapat meningkatkan diri secara optimal.

Cueni mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepemimpinan seorang pelayan sbb: Tahu bagaimana harus memimpin orang lain, mampu membawa orang lain kepada visi yang tertentu dan jelas, mampu memotivasi orang lain, memberikan semangat dan membakar keberanian orang lain, memberikan keteladanan yang baik, memilki harapan terbaik, menjadi pekerja keras, berani mengambil resiko dan tanggung-jawab, mengasihi orang lain, dan memiliki pandangan dan prinsip tentang pentingnya administrasi.
Tugas utama seorang pemimpin adalah membuat keputusan yaitu mengambil keputusan dengan bijaksana, menentukan metode yang dipakai, menentukan prosedur yang berlaku, mengawasi dan menegakkan disiplin, dan mengontrol secara keseluruhan. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin harus meyakini kehendak Tuhan, keputusannya jelas dan tegas, terarah pada tujuan tunggal yang jelas, sesuai dengan prioritas, rela membayar harga, bertanggung-jawab dan berani melakukan keputusan yang diambilnya.


Bab 9: Manajemen Pelayanan Melalui Penyusunan Program

Penyusunan program kerja yang baik dan terarah adalah rangkaian kegiatan yang diawali dengan analisa jemaat dan masyarakat sekitar. Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan tujuan yang diikuti dengan penusunan program kerja. Setelah itu barulah masuk ke langkah-langkah proses perencanaan.
Analisa situasi dilakukan dengan mencari hubungan antara fakta yang ada, hubungan struktural dan historis agar menemukan masalah yang ada. Analisa data untuk menemukan kebutuhan pokok jemaat dan masyarakat dilakukan dengan mengelompokkan data keanggotaan dan data kependudukan. Kemudian mencatat data khusus seperti potensi masalah. Langkah berikutnya adalah menghubungkan data tersebut dan melakukan analisa data historis dan data strutural. Dari hasil analisa data tersebut ditentukan prioritas kebutuhan dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Langkah terakhir adalah menyusun program kerja jemaat di mana pelaksanaan program akan menghasilkan jawaban atas kebutuhan atau masalah jemaat.


Bab 10: Manajemen Team Work

Team work adalah melakukan pekerjaan tertentu oleh satu team kerja yang anggotanya men-subordinasikan dirinya bagi kepentingan kelompok. Kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap anggota adalah kualifikasi spiritual, edukasional, dan organisasional. Sedangkan untuk pemberdayaan team work sebagai kesatuan membutuhkan keterampilan dalam direction skill, implementation skill, learning skill, dan integration skill.


Bab 11: Study Kasus, Godaan, Kejatuhan Dan Restorasi

Bagian ini membahas study kasus yang terjadi pada pendeta Truman Dollar yang jatuh dalam dosa seksual. Proses restorasi terdiri dari tiga level yaitu restorasi kepada keutuhan spiritual, restorasi kepada pelayanan dan posisi semula. Proses restorasi memakai strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. Setelah 18 bulan diadakan evaluasi atas proses restorasi.
Bagian kedua membahas topik tentang kejenuhan hamba Tuhan terhadap pelayanannya. Dikemukakan alasan-alasan mengapa pendeta rawan terhadap kejenuhan, gejala-gejala kejenuhan, kepribadian yang rawan terhadap kejenuhan, dampaknya pada keluarga dan kodrat pelayanan yang memang mencenderungkan kejenuhan.


Penutup

Buku ini menyajikan pembahasan tentang pengembangan dan peningkatan pelayanan setiap hamba Tuhan secara kontemporer sehari-hari. Pembahasan yang dilakukan cukup beragam meliputi segi psikologi, manajemen, kepemimpinan, dan dilengkapi dengan penyajian study kasus. Terlepas dari kesan kurang mendalamnya setiap pembahasan, buku ini mampu memberikan ‘insight’ akan pentingnya pengembangan kompetensi para hamba Tuhan dalam masa post-modern saat ini.

No comments: