Friday, February 26, 2010

John Calvin

Pendahuluan
John Calvin adalah salah satu Reformator Protestan yang terkemuka. Jika Martin Luther dipakai Tuhan untuk memulai Reformasi, John Calvin dipakai Tuhan untuk membangun dasar-dasar teologi Injili yang kuat dan berpengaruh besar sampai hari ini. Setiap orang yang belajar teologi Injili pasti tidak akan lepas dari pengaruh pemikiran Calvin.

Kehidupan Awal
John Calvin (10 Juli 1509 – 27 Mei 1564) dilahirkan di kota Noyon di Perancis. Sejak usia 12 tahun Calvin sudah bekerja pada Uskup sebagai tenaga administrasi. Calvin memotong rambutnya sebagai simbol dedikasinya pada gereja. Calvin juga memenangkan penghargaan dari “The Montmors” dan melalui bantuan itu dia melanjutkan studi di “The College de la Marche” di Paris. Setelah menyelesaikan studinya, dia memasuki “The College de Montaigu” untuk belajar filosofi. Pada tahun 1525 atau 1526, ayahnya mengirimnya ke University of Orleans untuk belajar hukum. Setelah beberapa tahun belajar, pada tahun 1529 Calvin memasuki Universitas Bourges. Di sana Calvin belajar bahasa Yunani, yang perlu bagi belajar Perjanjian Baru.
Suatu waktu dalam studinya, Calvin mengalami pertobatan. Pertobatan itu berhubungan dengan pemisahan dirinya dari gereja Katolik Roma. Pada tahun 1532 Calvin mendapatkan gelar doktor hukum dan menerbitkan buku pertamanya. Pada tahun 1533 terjadi pertentangan keras antara para reformis melawan anggota konservatif fakultas di Universitas. Salah satu reformis adalah teman dekat Calvin yaitu Nicolas Cop (rektor dari universitas tersebut). Akibat pertentangan itu Calvin menerima imbasnya sehingga tahun depannya dia terpaksa hidup bersembunyi dan berpindah-pindah dari Angouleme, Noyon, dan Orleans. Akhirnya Calvin terpaksa meninggalkan Perancis pada bulan Oktober 1534. Pada bulan Januari 1535, Calvin bergabung dengan Cop di Basel, Swiss. Saat itu Basel berada di bawah pengaruh seorang reformis yang bernama Johannes Oecolampadius.

Reformasi
Pada tahun 1536 Calvin memutuskan bahwa tidak ada masa depan baginya di Perancis. Dalam perjalannya ke Strasbourg, akibat manuver militer, Calvin terpaksa mengambil jalan memutar ke arah Selatan yang membawanya sampai di Jenewa. Calvin hanya bermaksud tinggal semalam saja tapi bujukan William Farel membuatnya tinggal dan melayani sebagai “pastor”. Beberapa tahun kemudian, bersama dengan Farel, Calvin menyusun sebuah katekismus dan pengakuan iman. Dewan kota menolak pengakuan iman mereka dan akibat pertentangan mereka dengan dewan kota, Calvin dan Farel diusir dari Jenewa. Atas permintaan Martin Bucer dan Wolfgang Capito, Calvin melayani di Strasbourg. Di sana Calvin menggembalakan 400-500 orang dan berkhotbah atau mengajar tiap hari dan dua kali berkhotbah pada hari minggu.
Sementara itu terjadi perubahan di Jenewa ketika pendukung Calvin memenangkan jabatan di dewan kota Jenewa. Mereka mengirim utusan untuk memanggil kembali Calvin. Akhirnya diputuskan bahwa Strasbourg meminjamkan Calvin selama enam bulan dan Calvin tiba kembali di Jenewa pada 13 September 1541. Ternyata Calvin menghabiskan waktunya di Jenewa jauh lebih lama dari enam bulan. Selama masa pelayanannya di Jenewa, Calvin berkhotbah lebih dari 2.000 kali dan berhasil mengatasi beberapa perselisihan pandangan teologi dengan beberapa orang. Di Jenewa, Calvin memulai program pembaharuannya. Ia menetapkan empat kategori dalam pelayanan gereja, dengan peranan dan kekuasaan yang berbeda-beda:
• Doktor memegang jabatan dalam ilmu teologi dan pengajaran untuk membangun umat dan melatih orang-orang dalam jabatan-jabatan lain di gereja.
• Pendeta yang bertugas berkhotbah, melayani sakramen, dan menjalankan disiplin gereja, mengajar, dan memperingatkan umat.
• Diaken mengawasi pekerjaan amal, termasuk pelayanan di rumah sakit dan program-program untuk melawan kemiskinan.
• Penatua yaitu 12 orang awam yang tugasnya adalah melayani sebagai suatu polisi moral. Mereka umumnya mengeluarkan surat-surat peringatan, serta bila perlu menyerahkan para pelanggar ke Konsistori.
Perkawinan dan Akhir Hidupnya di Dunia
Setelah tiga kali gagal membina hubungan rumah tangga, pada usia 31 tahun Calvin akhirnya menikah dengan seorang janda beranak dua yang bernama Idelette de Bure Stordeur. Dari perkawinan itu mereka mendapat tiga orang anak yang semuanya meninggal sebelum mencapai umur dua minggu.
Kesehatan Calvin mulai memburuk ketika ia menderita sakit kepala, perdarahan paru-paru, asam urat dan batu ginjal. Kadang-kadang, ia harus digotong ke mimbar dan Calvin memberikan khotbah terakhirnya pada tanggal 6 February 1564 di St. Pierre. Calvin meninggal di Jenewa pada 27 Mei 1564. Ia dikuburkan di Cimetière de Plainpalais dengan sebuah batu nisan yang ditandai semata-mata dengan inisialnya, "J.C", sebagian untuk menghormati permintaannya agar ia dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dikenal, tanpa saksi ataupun upacara.

Karya Calvin
Pada bulan Maret 1536, Calvin mempublikasikan edisi pertama Institutes of the Christian Religion dalam bahasa Latin dan kemudian dalam bahasa Perancis (1541). Buku ini berisi apologetik terhadap imannya dan pernyataan dari posisi doktrinal para reformis. Secara konstan Calvin merevisi tulisannya, dari enam pasal pada edisi pertama menjadi delapan puluh pasal pada edisi terakhirnya yang diterbitkan pada tahun 1559 dan 1560. Calvin juga menulis tafsiran-tafsiran kitab-kitab dalam Alkitab. Untuk Perjanjian Lama dia menerbitkan tafsiran semua kitab kecuali kitab-kitab sejarah. Untuk Perjanjian Baru Calvin melewatkan surat 2 Yohanes, 3 Yohanes dan Wahyu.

Pandangan Teologi John Calvin
Beberapa prinsip Calvin dalam penafsiran dapat diringkaskan sbb:
1. Mementingkan penerangan dari Roh Kudus.
Kepandaian manusia tidak dapat menggantikan penerangan Roh Kudus.
2. Menolak penafsiran alegoris.
Baginya penafsiran alegoris adalah alat setan untuk menjauhkan manusia dari kebenaran Alkitab.
3. Alkitab ditafsirkan dengan Alkitab.
Seorang penafsir harus memperhatikan tata bahasa, konteks dan lainya dari teks yang akan ditafsirkan.
4. Sangat hati-hati dalam nubuat akan Mesias.
Baginya penafsir harus memperhatikan latar belakang, sejarah nubuat dari ayat-ayat tersebut. Dia percaya kebanyakan referensi Mesias di Mazmur harus ditafsir secara analogis.
5. Sangat hormat kepada Alkitab.
Namun dia masih sanggup memperhatikan perbedaan gaya bahasa atau sastra dari setiap penulis Alkitab.

Secara khusus Paul Enns mengatakan ada tujuh penekanan dari Calvin yaitu: Penekanan akan kedaulatan Allah (Mzm. 135:6; Dan. 4:35; Ef. 1:11, dsb), Predestinasi dan pemilihan merupakan konsep Alkitab, Doktrin kerusakan total konsisten dengan Alkitab, Pemilihan tanpa syarat merupakan keharusan yang logis dan penekanan yang Alkitabiah, Doktrin penebusan terbatas, Anugerah yang tidak dapat ditolak, dan Ketekuanan orang-orang kudus.

Sesungguhnya dasar dari semua sistem Calvinisme adalah kedaulatan Allah yang direfleksikan dalam lima butir yang dikenal sebagai “Lima butir Calvinisme”. Sesungguhnya Calvin sendiri tidak menulis “lima butir” itu melainkan berasal dari Synod of Dort (1619) dan sebagai hasil pengukuhan keunikan Calvinisme selama berabad-abad. Kelima butir itu adalah:
1. Kerusakan Total.
Kerusakan total adalah setelah jatuh dalam dosa manusia selalu dan semata-mata berbuat dosa dan ketidakmampuan manusia secara total untuk melakukan, memahami, atau bahkan menginginkan kebaikan. Kerusakan total tidak berarti manusia telah rusak secara mutlak dan kehilangan kebaikan secara relatif.
2. Pemilihan tanpa syarat.
Untuk memahami poin ini perlu dipahami tiga buah istilah:
• Penetapan sejak semula. Artinya rencana Allah yang berdaulat, yang dengannya Allah menetapkan semua yang akan terjadi di seluruh alam semesta.
• Predestinasi. Predestinasi adalah bagian dari penetapan sejak semula yang menunjuk pada destini kekal manusia: surga atau neraka. Predestinasi terdiri dari dua bagian yaitu pemilihan (surga) dan penolakan (neraka).
• Pemilihan tanpa syarat. Pemilihan Allah yang beranugerah keselamatan kepada manusia-manusia berdosa selalu dilakukan tanpa syarat. (Yoh 6:37, 39; Yoh 15:16; Kis. 13:48; 2 Tes. 2:13; Ef. 1:4-5; Roma 8:29-30; Roma 9:6-26)
3. Penebusan terbatas.
Calvinisme mengajarkan bahwa Kristus mati hanya bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya yaitu penebusan secara terbatas. Kata “terbatas” bukan berarti kuasa Kristus terbatas. Kuasa Kristus tidak terbatas tetapi bersifat terbatas dalam cakupannya.
4. Anugerah yang tidak dapat ditolak.
Anugerah adalah pemberian kepada orang yang tidak layak menerima pemberian itu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan tidak dapat ditolak adalah bila Allah telah memilih orang-orang untuk diselamatkan dan bila Ia memberikan Roh Kudus untuk mengubah mereka dari orang-orang yang penuh kebencian menjadi orang-orang yang penuh kasih, maka tidak ada yang dapat menahan-Nya.
5. Ketekunan orang-orang kudus.
Istilah ini mengacu pada orang-orang kudus yang disebut Paulus dalam surat-suratnya, akan bertekun dalam mempercayai Kristus sebagai Juruselamat mereka. Dalam kepercayaan itu mereka dapat ragu-ragu, tetapi akan terus percaya untuk selamanya. Oleh karena itu, mereka akan tetap diselamatkan. Ketekunan ini bergantung pada ketekunan Allah bukan kekuatan manusia.

Penutup
John Calvin sebagai salah satu Reformator sangat besar jasanya dalam dunia teologi. Sebagai seorang pemikir besar, Calvin mewariskan pengajaran-pengajaran yang menjadi fondasi bagi golongan Reformed. Walaupun demikian, bukan berarti orang-orang golongan lain tidak mendapat manfaat dari pengajaran Calvin karena dalam tingkat tertentu pasti golongan Injili mengadopsi pengajaran Calvin.

Martin Luther

Pendahuluan
Setiap orang kristen di seluruh dunia seharusnya tahu sebuah nama ini: Martin Luther. Luther adalah sang Reformator pertama yang mendobrak tradisi dan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh gereja Katolik. Tulisan ini membahas secara singkat riwayat hidup Martin Luther dan pandangan teologinya.

Kehidupan Awal
Martin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 di Eisleben, Jerman. Orangtuanya bernama Hans Luder (kemudian Luther) dan Margarethe Lindermann. Keesokan harinya pada perayaan hari St. Matin of Tours, Martin Luther dibaptiskan secara Katolik. Keluarganya pindah ke Mansfeld pada tahun 1484. Martin Luther mempunyai beberapa saudara laki-laki dan wanita dan dia dekat dengan salah seorang saudaranya, Jacob. Ayahnya, Hans, mempunyai keinginan anak pertamanya (Martin Luther) untuk menjadi seorang pengacara. Dia mengirim Martin ke sekolah Latin di Mansfeld, dan kemudian Magdeburg di tahun 1497. Pada usia 19 tahun di tahun 1501, Luther memasuki universitas Erfurt dan mendapatkan gelar master pada tahun 1505.
Untuk memenuhi harapan ayahnya, Luther mendaftar di sekolah hukum universitas Erfurt tetapi dengan segera ditinggalkannya. Luther percaya bahwa hukum mewakili suatu ketidakpastian sementara dia mencari kepastian dalam hidupnya. Kemudian Luther terbenam dalam dunia teologi dan filosofi. Ada dua orang yang mempengaruhi pemikiran Luter yaitu Bartholomaus Arnnoldi von Usingen dan Jodocus Trutfetter yang mengajarkannya untuk tidak mudah menerima pendapat orang lain walaupun itu berasal dari pemikir-pemikir terbesar dan untuk mencoba membuktikannya dengan pengalamannya sendiri. Ternyata filosofi terbukti tidak memuaskan dirinya karena tidak dapat membawa manusia kepada Tuhan. Karenanya Alkitab menjadi bagian penting baginya.
Pada tanggal 2 Juli 1505 Luther sedang berkuda dalam perjalanan pulang dari universitas ketika badai terjadi dan sebuah petir menyambar di dekatnya. Dengan ketakutan dia berteriak, “Tolong Santa Anna, aku akan jadi rahib”. Menepati janjinya, dia memasuki biara Agustian di Efurt pada 17 Juli 1505. Luther mendedikasikan dirinya hidup membiara, memaksa diri untuk berpuasa, berdoa ber-jam-jam, dsb. Pada tahun 1507 Luther ditabiskan menjadi imam dan mulai 1508 mengajar teologi di universitas Wittenberg. Dia mendapat gelar sarjana dalam Biblical studies dan pada tanggal 19 Oktober 1512 Luther mendapat gelar doktor teologi. Antara tahun 1514 dan 1515 melalui studi kitab Mazmur dan Roma, Luther mendapat pemahaman bahwa kita dibenarkan semata-mata oleh iman. Dengan kata lain dibenarkan oleh Allah melalui karya Kristus bukan melalui perbuatan kita sendiri.

Sejarah Reformasi
Pada tahun 1516-1517, Johann Tetzel dikirim ke Jerman untuk menjual surat pengakuan dosa guna mengumpulkan uang bagi pembangunan Basilika St. Peter di Roma. Luther menulis surat protes kepada Albrecht, Archbishop Mainz dan Magdeburg dilampiri tembusan 95 tesis. Sebenarnya Luther tidak bermaksud mengkonfrontasi gereja Katolik melainkan hanya keberatan secara akademis terhadap praktek-praktek gereja. Kemudian Luther mengirimkan 95 tesisnya ke gereja “All Saints” pada 31 Oktober 1517. Peristiwa inilah yang dikenal sebagai Reformasi Protestan. Dengan cepat 95 tesis Luther diterjemahkan dari Latin ke Jerman dan dicetak. Hal ini menimbulkan salah satu kontroversi pertama yang disebabkan oleh percetakan. 95 tesis Luther menyebar ke seluruh Jerman dalam dua minggu dan dalam dua bulan ke Eropa. Dalam tahun 1520 Luther menerbitkan tiga karyanya yang paling terkenal yaitu “To the Christian Nobility of the German Nation”, On the Babylonian Captivity of the Church, dan On the Freedom of a Christian”.
Dalam menanggapi 95 tesis Martin Luther, Paus Leo X mengirim Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan pada tahun 1518. Mazzolini menyatakan Luther sebagai penyesat dan menulis bantahan tertulis terhadap dalil-dalilnya. Luther menjawab dengan cara yang sama sehingga terjadi suatu pertikaian. Berikutnya Kardinal Kayetanus diutus Paus untuk menerima janji kesetiaan Luther di Augsburg pada bulan Oktober 1518. Meskipun secara tersirat mengaku taat pada gereja, Luther dengan berani menyangkal kewibawaan Paus dan menyatakan bahwa lembaga kepausan bukan hakikat gereja yang asli dan tidak dapat berubah. Paus melakukan upaya terakhir untuk menyelesaikan konflik dengan Luther pada Januari 1519. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan membuat Luther sepakat untuk berdiam diri sepanjang lawan-lawannya juga berdiam diri. Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap pendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya.
Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan ajarannya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sebagai orang buangan oleh Diet, tulisannya dilarang dan diperintahkan untuk ditangkap. Juga dikatakan setiap orang yang memberi makan atau tempat tinggal bagi Luther adalah tindak kejahatan. Bahkan diperbolehkan setiap orang untuk membunuh Luther tanpa dihukum. Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Kemudian dia juga menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.
Secara diam-diam Luther kembali ke Wittenberg dan memberikan delapan khotbah yang menyatkan nilai-nilai dasar kristiani seperti kasih, kesabaran, kemurah-hatian, dan kebebasan serta mengingatkan perlunya percaya kepada kata-kata Tuhan. Luther sendiri tidak mendukung penggunaan kekerasan untuk mendapatkan kebebasan beragama. Dia merasa bingung dengan orang-orang yang fanatik terhadap agama, namun di sisi lain radikal secara politik.
Kehidupan Pribadi Luther
Delapan tahun setelah menulis 95 tesisnya, Luther menikah dengan Katherine von Bora. Jika Luther adalah mantan biarawan, Katherine (Katie) adalah mantan suster. Mereka menikah pada tanggal 13 Juni 1525. Katie sangat berarti bagi Luther. Dia menjadi pengurus kebun, juru masak, perawat, peternak sapi, pemegang pembukuan, dan pembuat bir. Secara berkelakar Luther pernah berkata: “Untuk urusan rumah tangga, aku tunduk kepada Katir. Namun, untuk urusan lain aku tunduk kepada Roh Kudus”.
Luther dan Katie mempunyai enam orang anak. Ketika Luther berusia 59 tahun, putri mereka, Magdalena meninggal. Itu menjadi pukulan hebat bagi Luther karena pada waktu itu dia juga sedang menghadapi masalah yang lain yaitu kesehatan yang memburuk dan beberapa perselisihan agama yang besar. Pada tahun 1546, pada usia 62 tahun, Martin Luther meninggal dan Katie menyusul empat tahun kemudian. Kata-katanya yang terakhir adalah, “Aku akan berpegang pada Kristus kuat-kuat”. Ada sebuah pepatah yang suka dikutip Luther, “Seorang istri seharusnya membuat suaminya senang tatkala pulang ke rumah dan seorang suami seharusnya membuat istrinya merasa sedih ketika melihatnya pergi”.

Pandangan Penafsiran Martin Luther
Beberapa prinsip penafsiran Martin Luther menurut F.F Bruce yang dikutip oleh Sutanto adalah sbb:
1. Mementingkan iman dan penerangan Roh Kudus.
2. Alkitab adalah otoritas tertinggi, di atas gereja.
3. Alkitab dapat dimengerti dan bersifat konsekuen. Kesulitan dalam menafsir adalah ketidaktahuan manusia akan arti kata dan tata bahas Alkitab.
4. Setiap orang dapat mengerti Alkitab tanpa pertolongan atau petunjuk dari gereja. Alkitab harus ditafsir dengan Alkitab, maksudnya ayat yang kurang jelas ditafsir dengan ayat yang lebih jelas.
5. Pusat dari Alkitab adalah Kristus.
6. Membedakan Taurat dan Injil. Taurat berfungsi menunjukkan kesalahan manusia dan Injil adalah anugerah penyelamatan dan kuasa Allah.

Mark Shaw menyatakan bahwa teologi Luther adalah paradoks dan teologi Salib. Maksudnya adalah kunci dalam memahami kebenaran Alkitab ditinjau dari sudut kematian Kristus itu adalah bahwa Allah sekarang ini berbicara melalui paradoks, yaitu:
1. Paradoks Allah.
Dalam dalilnya yang kedua puluh Luther menyatakan “Seseorang baru layak disebut seorang teolog jika ia memahami hal-hal yang visibel dari sisi yang lemah dari Allah.
2. Paradoks Keselamatan.
Kematian Kristus adalah suatu pencapaian yang menyelamatkan saya dan bukan hasil usaha saya.
3. Paradoks realitas.
Realitas sejati tidak seperti yang dipikirkan akal busi. Realitas sejati mengenai Allah dan keselamatan-Nya bersifat “paradoksikal” dan tersembunyi di balik kontradiksinya. Hanya iman semata yang dapat memahami realitas yang sejati dan bersifat paradoks.
4. Paradoks penderitaan.
Penderitaan adalah sarana untuk menumbuhkan penyangkalan diri. Mustahil seseorang tidak tersanjung oleh perbuatan baiknya kecuali melalui pengalaman penderitaan dan kejahatan. Ia terlebih dahulu dihancurkan dan tidak berdaya, sehingga dia diajar bahwa perbuatan baiknya itu bukan apa-apa, dan perbuatan baiknya tidak bersumber dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah.
5. Paradoks kebenaran.
Luther menyatakan bahwa salib seharusnya merubah cara pandang kita terhadap setiap doktrin yang lain.
6. Paradoks pelayanan.
Dalam pelayanan gerejawi, tidak ada yang lebih kuat dari pada kelemahan. Maksudnya gereja dan diri kita akan hancur bila tidak ditopang Kristus yang disalibkan dan telah bangkit.

Penutup
Martin Luther tidak saja dipakai Tuhan untuk memicu Reformasi, tetapi juga meninggalkan pandangan teologi Injili yang baik. Tentu tidak semua doktrin Luther diterima semua kaum Injili, tetapi karyanya tetap abadi. Sola Fide, Sola Scriptura, Soli Deo Gloria.

Hermeneutika

Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab
(Pdt. Hasan Sutanto, D.Th.)



Pendahuluan
Buku ini dulunya adalah diktat yang dipakai dalam mata kuliah Hermeneutik di SAAT Malang. Penulisnya adalah dosen SAAT, Pdt. Hasan Sutanto D.Th (M.Th ketika buku diterbitkan pertama kali). Buku ini dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu pendahuluan, prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara umum, dan prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara khusus.


Ringkasan Buku
Dalam bab pertama penulis memberikan pengertian awal dari hermeneutik berupa definisi dan kepentingan hermeneutik dalam konteksnya dengan Alkitab. Selanjutnya diuraikan apa saja syarat-syarat seorang penafsir Alkitab. Setelah itu penulis sedikit masuk dalam Bibliologi dengan menerangkan beberapa keyakinan tentang Alkitab.
Selanjutnya penulis menguraikan sejarah singkat berbagai aliran (sejarah) penafsiran. Sejarah penafsiran dimulai dari penafsiran orang Yahudi dari zaman Ezra sampai zaman Kristus, berlanjut ke penafsiran Harafiah , penafsiran Midrash, penafsiran Pesher, penafsiran Alegori, dan penafsiran Tipologi. Sejarah penafsiran selanjutnya adalah cara penafsiran abad pertama, cara penafsiran alegoris abad-abad pertama, penafsiran harafiah abad-abad pertama, cara penafsiran bapa-bapa gereja Latin dan Medieval, cara penafsiran masa Renaissance, Reformasi dan Post-Reformasi, dan penafsiran abad ke-20.
Kemudian penulis memberikan beberapa kesalahan yang sering ditemukan dalam penafsiran Alkitab misalnya tidak percaya kepada Alkitab, melalaikan bahasa aslinya, melalaikan konteks dsb. Bagian pertama buku ditutup dengan daftar Alkitab dan buku-buku referensi yang diperlukan untuk penafsiran.


Bab kedua berisi prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara umum. Beberapa prinsip dan metode penafsiran adalah:
• Analisa teks, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Diusahakan agar teks yang akan ditafsirkan adalah yang paling dekat dengan naskah asli.
• Analisa isi Alkitab. Paling tidak penafsir harus memperhatikan keunikan penulisan Kitab, tanggal penulisan Kitab, dan pembaca Kitab.
• Analisa sejarah dan latar belakang. Misalnya keadaan geografis, waktunya, agama, politik dan ekonomi, dan kebudayaan.
• Analisa sastra. Setiap Kitab mempunyai gaya sastra yang berbeda.
• Analisa konteks, yaitu konteks dekat dan konteks jauh.
• Analisa arti kata. Harus memperhatikan fonologi, morfologi, dan semantik.
• Analisa tata bahasa. Sangat penting karena sangat mempengaruhi arti.
• Integrasi. Langkah akhir dalam penafsiran adalah mengintegrasikan semuanya itu.


Bab ketiga membahas penyelidikan prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara lebih mendetail atau lebih khusus. Bagian ini membahas cara-cara dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gaya sastra yang berlainan dalam Alkitab. Dengan memahami setiap gaya sastra yang digunakan dalam kitab-kitab dalam Alkitab, diharapkan penafsir dapat menghindari salah tafsir dan mampu menafsir dengan tepat.
Gaya sastra yang berlainan misalnya adalah:
• Bahasa kiasan pendek. Berguna untuk memperkaya pengertian terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis.
• Perumpamaan, yaitu cerita yang digunakan untuk menjelaskan suatu kebenaran.
• Alegori. Alegori adalah cerita yang mengadakan beberapa perbandingan.
• Simbol. Dipakai untuk menyampaikan pengertian yang melebihi pengetahuan umum dari kata yang dipakai.
• Tipologi (Tipe), yaitu suatu korespondensi dalam satu, atau beberapa aspek antara tokoh, peristiwa, benda, dsb di PL dengan tokoh, peristiwa, benda yang sejaman dengan PB.
• Syair. Sebenarnya tidak hanya terbatas pada kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung saja.
• Nubuat. Kitab Nabi adalah kitab yang bercorak nubuat.
• Apokaliptik. Jenis sastra ini menunjuk pada sekelompok literatur beserta konsep dasarnya yang tumbuh subur di daerah Alkitab pada sekitar abad 2 SM sampai 1M.
• Surat. PL hanya mencatat beberap surat, tetapi PB mencatat banyak surat.
• Kutipan-kutipan PL dan PB. PL dan PB mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Yesus sendiri memberikan penghormatan tinggi terhadap PL dan Dia menunjukkan bahwa apa yang terdapat dalam PL sudah digenapi dalam DiriNya.


Kelebihan dari Buku
Kelebihan dari buku ini:
• Alkitabiah. Penulis adalah seorang Injili sekaligus dosen di seminari Injili sehingga isi buku dapat dipercaya. Kepercayaan ini bukannya isi buku pasti 100% benar isinya, melainkan prinsip-prinsip penafsirannya benar dan Alkitabiah.
• Sistematis. Karena berangkat dari asal usul diktat pelajaran hermeneutika yang tentunya sudah di cek dan ricek isinya dan cara penyajiannya. Isi buku disajikan secara sistematis.
• Lengkap. Menyajikan prinsip-prinsip dan metode penafsiran secara cukup lengkap.


Kekurangan dari Buku
Kekurangan dari buku ini adalah:
• Kurangnya penerapan praktis. Maksudnya adalah penulis tidak banyak memberikan contoh-contoh praktis dari ayat-ayat atau perikop Alkitab. Dalam hal ini buku Gordon Fee dan Douglas Stuart lebih praktis.
• Tidak ada pembahasan cara penafsiran kitab per kitab. Apa yang disajikan oleh penulis hanya bersifat global atau dengan kata lain seperti buku pengantar hermeneutika.


Penutup
Buku Hermeneutik karya Pdt. Hasan Sutato adalah sebuah buku yang baik sekali. Buku-buku penafsiran yang bermutu sangat jarang bila dibandingkan buku-buku Biblika atau Sistematika apalagi tulisan orang Indonesia. Oleh karenanya buku ini patut menjadi salah satu buku referensi bagi mata kuliah hermeneutika di STT dan juga dapat diringkas dan dikombinasikan dengan buku-buku lain untuk pelajaran Alkitab di gereja-gereja maupun persekutuan-persukutuan.

Pengertian, Tujuan dan Sumber

Pendahuluan
Alkitab adalah Wahyu Khusus atau Penyataan Khusus Allah Bapa bagi anak-anak-Nya di dunia. Alkitab sudah selesai ditulis sekitar tahun 100 dan kanonisasi terakhir pada tahun 397 M pada Konsili Karthago mengesahkan 39 kitab PL dan 27 kitab PB sebagai totalitas Firman Allah.
Sebagai Penyataan Allah, Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi bagi segala aspek kehidupan manusia. John Calvin berkata bahwa seorang tidak dapat mengenal dirinya sendiri secara tepat sampai ia mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Ia katakan tentang manusia. Oleh karenanya, kepentingan terbesar manusia dalam hidupnya setelah keselamatan adalah untuk mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah.
Makalah ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan sumber teologi sitematika. Teologi sistematika mempunyai signifikansi arti yang sangat besar dalam dunia teologi karena menjadi dasar pengetahuan akan Allah.

Pengertian Teologi Sistematika
Dalam mempelajari teologi sistematika, setiap orang percaya harus mempunyai sebuah presuposisi tentang Allah dan Alkitab. Pandangan yang umum bagi kaum Injili adalah sbb:
1. Allah itu ada.
2. Allah telah menyatakan diri-Nya secara khusus dalam Alkitab.
3. Penyataan khusus harus diselidiki untuk mengetahui apa yang telah dinyatakan oleh Allah.
Untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang komprehensif tentang pengertian teologi sistematika bukanlah sebuah tugas yang mudah. Di kalangan para sarjana Alkitab-pun masih ada kerancuan pengertian antara istilah “Sistematika” dan “Dogmatika”. Louis Berkhof menyamakan pengertian karya-karya dogmatika dengan teologi sistematika. R. Soedarmo memberikan definisi dogmatika sebagai ilmu teologi yang menyelidiki dan merumuskan hal-hal yang dinyatakan di dalam Kitab Suci dan yang mencari kesatuan dari hal-hal tersebut. Perkataan dogmatika berhubungan erat dengan kata dogma. Dogma adalah kata benda dari kata kerja dokein yang berarti menduga, mengira. Dengan demikian, dogma berarti buah pikiran yang diakui oleh suatu golongan di dalam suatu ilmu (misalnya ilmu filsafat). Dengan pengertian ini, maka dogma dalam konteks Alkitab adalah hasil penyelidikan orang percaya tentang Firman Tuhan yang ditentukan oleh Gereja dan diperintahkan untuk dipercayai.
Di pihak lain, Paul Enns menyatakan bahwa memang pengertian teologi dogmatik kadang-kadang dibingungkan dengan teologi sistematik, sehingga ada beberapa karya teologi sitematik yang diberi judul “teologi dogmatik” (misalnya karya W. G. T. Shedd). Teologi dogmatik biasanya dimengerti sebagai studi yang menunjuk pada sistem kredo yang dikembangkan oleh suatu denominasi atau gerakan teologi tertentu.
Untuk mendapatkan pengertian yang benar tentang teologi sistematika, perlu melihat akar kata dalam bahasa aslinya. Kata teologi berasal dari kata Yunani theos yang artinya “Allah”, dan logos yang berarti “kata (Firman) atau percakapan”. Jadi teologi berarti percakapan tentang Allah. Dengan kata lain, melalui Firman, kita mengenal Allah. Kata sistematika berasal dari kata Yunani sunistano yang berarti “berdiri bersama-sama atau untuk mengatur”. Dari pengertian ini, teologi sistematika menekankan pensistematisan teologi.
Sampai tahapan pengertian ini teologi sistematika dapat dimengerti sebagai pensistematisan isi Alkitab menjadi tema-tema tertentu, misalnya doktrin Allah, doktrin Alkitab, dll. Dengan kata lain, teologi sistematika menghubungkan data tentang penyataan Alkitab secara menyeluruh untuk menunjukkan gambaran total mengenai pernyataan diri Allah secara sistematis. Melewati titik pengertian ini, kembali ada perbedaan pengertian apakah kebenaran yang diasimilasikan itu hanya terbatas pada Alkitab itu sendiri atau juga mencakup asimilasi informasi tentang Allah dari setiap sumber manapun juga. Lewis Sperry Chafer berpegang pada pandangan yang lebih luas dengan mengatakan bahwa teologi sistematik merupakan asimilasi informasi tentang Allah dari “setiap sumber manapun” termasuk informasi di luar Alkitab. Sedangkan Charles Hodge membatasi definisi teologi sistematik pada informasi yang berasal dari Alkitab saja.
Pandangan Paul Enns sejalan dengan Chafer dengan memandang teologi sistematika sebagai asimilasi kebenaran dari seluruh Alkitab dan dari luar Kitab Suci, dalam proses mensistematiskan doktrin-doktrin Alkitab. Demikian juga Millard Erickson menyatakan bahwa doktrin-doktrin iman kristen terutama berdasarkan pada Kitab Suci, ditempatkan dalam konteks budaya secara umum, dibahasakan dalam ungkapan yang relevan dengan zaman itu, dan berkaitan dengan isu-isu kehidupan.
Berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat ini, penulis memilih untuk setuju dengan pendapat Chafer, Enns, dan Erickson. Alasan penulis adalah berdasarkan sebuah buku yang ditulis oleh Arthur Holmes yang berjudul “Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah’. Holmes mengatakan bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah, tetapi tidak berarti semua kebenaran itu terkandung dalam Alkitab atau dapat disimpulkan dari Alkitab. Alkitab sendiri bukan sebagai penyataan yang lengkap mengenai segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, melainkan sebagai tuntunan yang sufisien (cukup) bagi iman dan perilaku umat Allah. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada bagian “Sumber Teologi Sistematik” di bagian bawah makalah ini.

Tujuan Teologi Sistematika
Ada beberapa tujuan mempelajari teologi sistematika, yaitu:
1. Sebagai penjelasan tentang kekristenan.
Teologi sistematik penting sebagai studi penelitian, penjelasan, dan pengorganisasian secara sistematis dari doktrin-doktrin yang merupakan dasar yang penting bagi kekristenan. Teologi sistematika menghasilkan pengertian yang jelas tentang kepercayaan dasar dari iman kristen.
2. Sebagai apologetik bagi kekristenan.
Teologi sistematik memampukan orang kristen untuk mempertahankan kepercayaan mereka secara rasional terhadap lawan-lawan dan orang yang antagonis pada iman kristen. Doktrin iman kristen yang telah disistematiskan harus diteliti, dijelaskan, dan dipresentasikan sebagai suatu pembelaan dari kekristenan sepanjang sejarah.
3. Sebagai alat untuk kedewasaan orang kristen.
Teologi sistematik adalah esensi dari kebenaran orang kristen, berarti teologi sistematik adalah kebenaran-kebenaran yang esensial bagi orang percaya (2 Tim. 3:16-17). Paulus sendiri memberikan teladan lewat tulisannya bahwa doktrin (teologi) adalah dasar dari kedewasaan orang kristen dan juga untuk melindungi orang percaya dari kesalahan (1 Yoh. 4:1; Yud. 4).

Sumber Teologi Sistematika
Teologi sistematik mempunyai dua sumber yaitu berasal dari sumber-sumber utama dan sumber-sumber kedua. Sumber-sumber utama adalah sbb:
1. Kitab Suci.
Alkitab adalah sumber utama bagi teologi yang mewahyukan tentang Allah dan relasi manusia dengan Dia. Karenanya pewahyuan Allah kepada manusia dalam 66 kitab PL dan PB adalah sumber utama dari pengetahuan manusia akan Allah.
2. Alam Semesta.
Mazmur 19 menyatakan bahwa alam semesta juga merupakan sumber utama dari pengetahuan akan Allah. Alam yang diwahyukan secara harmonis, adalah saksi yang terus-menerus menyatakan sifat-sifat Allah, kuasa-nya yang kekal, dan natur Ilahi (Roma 1:20).

Sedangkan sumber-sumber kedua adalah sbb:
1. Pengakuan-pengakuan doktrinal.
Pengakuan-pengakuan doktrinal seperti kredo Nicea, pengakuan Westminster, dan pengakuan lainnya mempunyai arti penting dalam memahami bagaimana orang kristen sepanjang abad telah mengerti konsep teologis.
2. Tradisi.
Yang dimaksud dengan tradisi di sini adalah tradisi yang benar karena tradisi bisa salah dalam memahami iman kristen. Apa yang diajarkan oleh individu tertentu, Gereja, dan denominassi merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan penyataan teologis.
3. Penalaran.
Penalaran yang dimadsud adalah penalaran yang dibimbing oleh Roh Kudus. Penalaran ini juga merupakan sumber teologi.
4. Pengalaman agamawi.
Pengalaman agamawi yang dimaksud di sini adalah pengalaman yang sehat, yang merupakan buah dari kesetiaan terhadap otritas Alkitab. Pengalaman itu harus dituntun, diatur, dan dijaga oleh Alkitab.

Penutup
Pengenalan akan Allah adalah kerinduan hati terbesar Agustinus. Jika seorang bapa Gereja dan teolog besar seperti Agustinus mempunyai kerinduan hati yang besar untuk mengenal Allah, sudah sepantasnya kita mempunyai kerinduan hati yang sama. “Pintu gerbang” dalam mengenal Allah di masa kini adalah Alkitab, dan teologi Biblika, Historika, dll di sistematiskan menjadi “sari” Alkitab yang telah disintesiskan agar mudah dipelajari melalui tema-tema (doktrin-doktrin). Seyogyanya setiap orang kristen belajar teologi dengan baik dan pembelajaran itu dapat dimulai dari teologi sistematika. Semakin sulit dan kacau keadaan dunia, pengetahuan yang sehat tentang teologi yang benar semakin diperlukan. Seyogyanya pula kita memberikan apresiasi yang tinggi kepada para teolog-teolog senior yang telah bersusah payah menyusun buku-buku pelajaran teologi sistematika sehingga kita dapat mempelajarinya dengan lebih mudah. Soli Deo Gloria.

Teologi Sistematika

Rekomendasi Buku Teologi Sistematika Untuk Diajarkan Pada Jemaat


Pendahuluan
Teologi sistematika adalah hasil dari inti sari yang didapatkan dari gabungan teologi historika, teologi biblika, dan sumber-sumber lain. Semua yang digali dari Alkitab melalui gabungan teologi di atas kemudian di sistematiskan menjadi doktrin-doktrin seperti doktrin Alkitab, doktrin Allah, dsb. Oleh karenanya teologi sistematika adalah hasil kerja keras seorang/beberapa teolog dalam menafsirkan Alkitab dan menyajikan hasilnya secara sistematis tema per tema atau topik per topik.
Dalam menulis buku teologi sistematis, seorang teolog tidak dapat lepas dari pengaruh subyektifitas pribadi. Subyektifitas berasal dari faktor pengajaran tertentu, pengalaman pribadi dsb. Oleh karenanya Alkitab yang bersifat obyektif dipelajari dan ditafsirkan oleh manusia-manusia subyektif yang berusaha menjadi obyektif. Tidak heran buku-buku sistematika yang ditulis para teolog Injili mempunyai sedikit perbedaan di beberapa pandangan walau selalu sama dalam menafsirkan hal-hal yang paling penting seperti keselamatan. Tulisan ini bermaksud memberikan pandangan akan sebuah buku sistematika yang direkomendasikan sebagai buku pegangan utama untuk diajarkan kepada jemaat.


Buku-buku Teologi Sistematika Dan Latar Belakang Penulisnya
Di antara banyak buku-buku teologi sistematika, dipilih empat buah buku untuk dibahas di sini yaitu:
1. Teologi Sistematika 1-5 yang ditulis oleh Louis Berkhof.
Louise Berkhof (1873-1957) adalah seorang ahli teologi sistematika yang berpandangan Reformed. Berkhof lulus dari Calvin Theological Seminary pada tahun 1900 dan lulus dari Princeton Theological Seminary (B.D) tahun 1902. Berkhof dikenal sebagai teolog yang orisinil atau spekulatif tetapi sangat bagus dalam mengorganisasikan dan menjelaskan ide-ide teologi dasar menurut ajaran John Calvin, Abraham Kuyper, dan Herman Bavinnck. Wayne Grudem menyatakan buku “Teologi Sistematika” sebagai sebuah harta informasi dan analisa….mungkin yang paling berguna dari berbagai perspektif teologi.
2. Teologi Dasar 1-2 yang ditulis oleh Charles C. Ryrie.
Charles Caldwell Ryrie (lahir tahun 1925) adalah seorang penulis kristen dan teolog. Ryrie lulus dari Haverford College (B.A), Dallas Theological Seminay (Th.M dan Th.D) dan Edinburg University (Ph.D). Selama beberapa tahun dia melayani sebagai profesor sistematika teologi dan dekan studi doktoral di Dallas Theological Seminary dan sebagai profesor di Philadelphia Bible College. Beliau adalah seorang premillenial dispensationalist.
3. Teologi Sistematika yang ditulis oleh Henry C. Thiessen.
Henry Clarence Thiessen mengajar di Dallas Theological Seminary dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus pada Graduate School di Wheaton College.
4. Teologi Kristen 1-3 yang ditulis oleh Millard J. Erickson.
Millard Erickson (lahir tahun 1932) adalah Distinguised Profesor teologi pada Western Seminary, Portland. Dia juga menjabat sebagai profesor teologi dan dekan akademik pada Bethel Seminary selama beberapa tahun. Dia mendapatkan gelar B.A. dari universitas Minnesota, B.D. dari Northern Baptist Seminary, M.A. dari universitas Chicago dan Ph.D dari universitas Northwestern. Erickson adalah seorang pendeta Baptis yang berpandangan Injili konservatif, egalitarian dan Calvinist secara moderat.


Tinjauan Buku-buku Teologi Sistematika
1. Louis Berkhof.
Buku “Teologi Sistematika” Louis Berkhof yang sangat tebal dibagi menjadi lima buku oleh penerbitnya di Indonesia. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1941. Kelima buku itu masing masing membahas doktrin Allah, doktrin manusia, doktrin Kristus, doktrin Keselamatan, dan doktrin Gereja. Enns menyebutkan bahwa Berkhof berpandangan Amillenialism.
Kelebihan buku ini:
• Pembahasan masing-masing doktrin cukup mendalam dan membandingkan pandangannya dengan pandangan teolog lain.
• Berteologi Reformed, cocok bagi golongan Reformed.
Kekurangan buku ini:
• Buku ini sudah cukup lama sehingga ada beberapa pandangan yang sudah kurang cocok dengan zaman sekarang.
• Penggunaan kalimat-kalimat yang rumit sehingga buku ini sulit untuk dibaca dan dipahami.
• Tidak ada pembahasan tentang doktrin Roh Kudus secara khusus. Hal ini cukup mengherankan saya.
2. Charles Ryrie.
Buku “Teologi Dasar” Ryrie dibagi menjadi 2 buku dalam bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1986. Buku ini sebenarnya cocok bagi kaum awam karena bahasa dan pembahasannya yang relatif ringan. Ryre adalah salah satu tokoh dispensasionalis yang paling terkemuka pada masa kini.
Kelebihan buku ini:
• Mudah dipahami isinya karena bahasanya ringan dan sangat sistematis.
• Relatif lebih up to date dibandingkan Berkhof.
Kekurangan buku ini:
• Pembahasan kurang mendalam, mungkin karena buku ini ditujukan untuk kaum awam.
• Penempatan doktrin Alkitab di bawah doktrin Allah. Secara umum sistematika selalu dimulai dari doktrin Alkitab dan dilanjutkan dengan doktrin Allah.
3. Henry Thiessen.
Buku ‘Teologi Sistematika” Thiessen hanya satu jilid dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1949. Tidak jelas bagaimana pandangan “denominasi” Thiessen, tetapi membaca catatan akademisnya dan menelusuri tulisannya, saya menduga Thiessen sedikit banyak dipengaruhi oleh pandangan Calvinis walau beliau adalah orang Baptis.
Kelebihan buku ini:
• Disajikan tidak “seberat Berkhof, tapi tidak seringan Ryrie”.
• Isi buku “tidak basa-basi”, langsung to the poin dan tidak banyak membahas pandangan pihak lain.
Kekurangan buku ini:
• Penggabungan doktrin Kristus, Roh Kudus, dan keselamatan menjadi satu (bagian VI).
4. Millard Erickson.
Buku “Teologi Kristen” dibagi menjadi tiga jilid dalam bahasa Indonesianya. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1983.
Kelebihan buku ini:
• Pembahasan buku ini cocok bagi pembelajar serius Alkitab. Isinya komplit (kecuali doktrin Alkitab).
• Buku ini tidak “seberat” bukunya Berkhof dan tidak seringan Ryrie. Erickson cukup terperinci dalam membahas suatu topik.
• Tidak banyak membicarakan pandangan lain, melainkan mengajarkan apa yang ia yakini secara konsisten.
Kekurangan buku ini:
• Tidak adanya pembahasan mengenai doktrin Alkitab.
• Terlalu bertele-tele dalam beberapa pokok pembahasan.


Buku Yang Direferensikan
Dalam memilih sebuah buku untuk direferensikan ada sebuah pertimbangan yaitu sasaran apa yang hendak dicapai atau dengan kata lain seberapa jauh jemaat awam akan belajar?. Jadi sebelum proses pembelajaran dilakukan perlu disepakati bersama tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu. Di sini diasumsikan tujuan yang ingin dicapai adalah membekali jemaat dengan pengetahuan sistematika yang cukup, yang setara dengan mahasiswa S1.
Sesungguhnya untuk memberikan hanya sebuah buku untuk diajarkan kepada jemaat/anggota persekutuan bagaikan memilih seorang anak dari beberapa anak yang diberikan Tuhan. Masing-masing buku tidak ada yang sempurna dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Yang mungkin dilakukan adalah memilih sebuah buku untuk menjadi inti atau dasar dengan dilengkapi buku-buku lain sebagai referensi.
Berdasarkan pemaparan di atas, saya memilih buku Teologi Kristen tulisan Millard Erickson sebagai buku inti dan menggunakan buku-buku lainnya sebagai bahan referensi. Alasan pemilihan buku itu karena buku itu lengkap (kecuali doktrin Alkitab), cukup “up to date” karena diterbitkan pertama kali pada tahun 1980-an dan isinya cukup seimbang. Hanya saja ada dua hal yang diganti dari buku itu karena keyakinan pribadi yaitu mengenai pandangan Premilenialisme diganti menjadi Amilenialisme dan dispensasionalisme diganti menjadi perjanjian kovenan. Tentu saja buku Erickson bukanlah buku sistematika yang paling sederhana dan paling mudah dipahami. Oleh karenanya suatu studi yang sungguh-sungguh di bawah pencerahan dari Roh Kudus diperlukan agar kita dapat mengerti kebenaran dan kebenaran itulah yang disajikan kepada para jemaat secara sederhana agar dapat dimengerti dengan baik.
Sebagai alternatif kedua adalah buku Teologi Dasarnya Ryrie. Buku ini sangat mudah dibaca dan dimengerti. Buku ini juga cukup lengkap pokok-pokok pembahasannya dan up to date. Jadi jika orang-orang yang diajarkan diwajibkan membaca buku pegangan, buku Ryrie ini adalah pilihan pertama, tetapi jika tidak diwajibkan membaca buku pegangan, buku Ericksonlah yang dipilih.


Penutup
Topik teologi sistematika sangat menarik. Akibat perbedaan hasil penafsiran membuat para teolog berbeda pendapat di sana dan di sini. Menariknya, bahkan teolog dari golongan yang samapun dapat mempunyai perbedaan pandangan tentang doktrin. Hanya saja perbedaan itu kecil-kecil dan tidak berpengaruh pada kerangka Injili yang mendasar. Perbedaan-perbedaan kecil wajar dan memperkaya khasanah pemikiran kita. Perbedaan tidak dapat dihindari karena kita mempunyai berbagai perbedaan budaya, kebiasaan, pendidikan yang berbeda, dll. Selama perbedaan itu masih di dalam kerangka penafsiran yang sehat dan benar, hal itu wajar saja. Salah satu kemajuan teologi adalah karena adanya perbedaan pendapat yang memicu kita untuk terus belajar.
Pada akhirnya Alkitab sendiri berkata bahwa di dunia ini kita hanya dapat melihat kebenaran secara samar-samar. Setelah kembali ke surga, barulah semua hal itu menjadi jelas. Sola Fide, Sola Scriptura, Sola Gracia, Soli Deo Gloria.

Sejarah Gereja Baptis

Perkembangan Gereja-gereja Baptis
(Dr. E. C. Smith)


Pendahuluan
Mempelajari sejarah dalam teologi sangat penting. Sejarah adalah “laboratorium” dalam perkembangan teologi. Dari sejarah ada banyak manfaat yang didapat antara lain mempelajari keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan masa lalu dan apa saja faktor yang membuatnya berhasil atau gagal. Sejarah adalah cermin kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai kebajikan dan pengalaman. Tulisan ini adalah ringkasan dari buku sejarah Perkembangan Gereja-gereja Baptis yang ditulis oleh Dr. E. C. Smith.


Pasal I : Kepercayaan Orang-orang Baptis

Prinsip Dasar Orang-orang Baptis
Orang-orang Baptis teguh mendasarkan doktrin-doktrin hanya pada prinsip-prinsip Perjanjian Baru dan ajaran yang selaras dengan Perjanjian Baru.

1. Orang-orang Baptis Percaya Kepada Ketuhanan Yesus Kristus Yang Mutlak
Ketuhanan Yesus Kristus sempurna. Kepemimpinan Yesus secara langsung diberikan lewat Roh Kudus.
2. Orang-orang Baptis Percaya Bahwa Perjanjian Baru itu Satu-satunya Pembimbing Bagi Kepercayaan dan Kehidupannya
Perjanjian Baru adalah penyataan yang cukup dan bersifat final mengenai kehendak Allah dalam semua kepercayaan dan kehidupan. Penafsiran dan pengertiannya harus melalui bimbingan Roh Kudus.
3. Orang-orang Baptis Percaya Kepada Keselamatan Karena Karunia Allah
Keselamatan dari dosa adalah pemberian cuma-cuma melalui Kristus dengan syarat kepercayaan dan penyerahan kepada Kristus. Sedangkan gereja hanya sebagai alat bagi pekabaran Injil. Upacara-upacara hanya sebagai lambang-lambang dan peringatan akan tindakan Allah untuk menyelamatkan. Perbuatan baik adalah pertumbuhan lebih lanjut dari kemanusiaan baru yang sudah diselamatkan. Oleh karenanya hanya orang percaya yang dapat dibaptiskan. Jadi baptisan anak tidak dikenal dalam gereja Baptis.
4. Orang-orang Baptis Percaya Kepada Kemampuan Setiap Orang Untuk Mendekati Allah Lewat Kristus Tanpa Perantara Lain
Tiap orang bebas dan wajib berhubungan dengan Allah secara pribadi melalui Yesus (keimanan orang percaya). Prinsip ini adalah dasar ajaran demokrasi dalam gereja baptis.
5. Kesimpulan
Ke-empat prinsip di atas adalah kepercayaan dasar orang-orang Baptis. Dari empat prinsip itu berkembanglah doktrin-doktrin dan kehidupan perbuatan yang lainnya yang menjadi ciri khas Baptis.

Hal-hal Yang Diutamakan Orang-orang Baptis
1. Anggota-anggota Gereja Terdiri dari Orang-orang yang Diselamatkan
Syarat utama menjadi anggota gereja adalah pengalaman kelahiran baru dan keikut-sertaan dalam upacara-upacara gerejawi.
2. Paham Bahwa Allah Mengasihi dan Menebus
Allah adalah Bapa yang mengasihi dan menebus manusia berdosa melalui anak-Nya. Penebusan ini sudah ditetapkan dalam kekekalan.
3. Pengabaran dan Pengutusan Injil
Penginjilan dan pengutusan Injil adalah salah satu prioritas orang-orang Baptis. Pengertian ini adalah berdasarkan pengetahuan akan dosa dan akibatnya dan karena patuh pada Amanat Agung. Jadi pekabaran Injil berada di atas (mendahului) pelayanan sosial.
4. Otonomi Gereja Setempat
Tiap jemaat lokal adalah merdeka (otonom) dan mempunyai pemerintahan sendiri yang lepas dari kekuasaan organisasi gabungan gereja. Oleh karenanya kuncinya adalah kerja sama secara suka rela yang sederajat untuk mencapai tujuan bersama.
5. Pemisahan Antara Gereja dan Negara
Orang Baptis percaya bahwa pemerintah atas kehendak Allah dan orang kristen wajib taat dan membantu-Nya (Rom. 13:1-7). Orang Baptis berpendapat bahwa negara dan gereja dapat menjalankan tugas-tugasnya lebih baik bila terpisah (Kis. 5:29).
6. Kesatuan Doktrin Sebagai Dasar Persatuan
Dasar bagi kerja sama dengan pihak lain adalah adanya kesesuaian doktrin, tujuan, dan maksud dengan gereja Baptis.

Kehidupan Orang-orang Baptis
Ada tiga jenis kehidupan. Pertama, kehidupan yang jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip Perjanjian Baru sehingga harus ditolak; Kedua, ada kehidupan yang diharuskan oleh prinsip-prinsip Perjanjian baru dan karenanya harus dimasukkan dalam kehidupan Gereja Perjanjian Baru; Ketiga, ada kehidupan yang meskipun tidak secara langsung diperintahkan oleh prinsip-prinsip Perjanjian Baru, tetapi tidak dilarang. Kehidupan seperti ini dapat dilakukan atau ditinggalkan tanpa mempengaruhi kesetiaan kepada Perjanjian Baru. Orang-orang Baptis selalu berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip kehidupan-kehidupan gereja yang mendasar di bawah ini:

1. Kesederhanaan Dalam Kebaktian
Sifat kebatkitan gereja-gereja Baptis umumnya sederhana dan tidak formal. Kebaktian adalah alat untuk membantu perjumpaan dengan Allah. Gereja baptis tidak condong pada liturgi yang rumit atau suatu urut-urutan upacara yang tetap.
2. Pembaptisan Orang-orang Hanya Setelah Percaya
Pembaptisan menurut orang Baptis adalah penjelmaan seseorang yang diselamatkan ke dalam air untuk melambangkan kematiannya terhadap dosa dan kebangunannya memasuki hidup baru dalam kristus (Roma 6:4; Kis 8:36-39). Hal ini dilakukan pada orang yang sudah percaya terlebih dahulu.
3. Pembaptisan Menurut Alkitab Saja
Kepercayaan baptis adalah pembaptisan dengan cara selam. Keselamatan diperoleh melalui iman semata bukan melalui upacara-upacara. Penyelaman adalah lambang pengalaman keselamatan. Orang Baptis percaya bahwa pembaptisan adalah syarat untuk menjadi anggota gereja, karenanya semua anggota seharusnya dibaptiskan dengan cara yang sama.

4. Perjamuan Tuhan Hanya Bagi Orang-orang Percaya yang Telah Dibaptisan
Orang Baptis mengadakan Perjamuan Tuhan hanya bagi mereka yang termasuk anggota denominasi mereka.
5. Pemerintahan Gereja Yang Demokratis
Pemerintahan gereja Baptis menganut demokrasi murni. Dua prinsip Perjanjian baru yang menjadi acuan adalah: Pertama, gereja adalah suatu organisme rohani yang bertujuan melaksanakan kehendak Kristus; Kedua, tiap orang kristen mempunyai kemampuan untuk secara langsung menghubungi Allah. Karenanya setiap anggota hendaknya mempunyai suara yang sama dalam pemerintahan gereja.

Sejarah Baptis Itu Suatu Cerita Tentang Kesetiaan Kepada Prinsip-prinsip Dan Kehidupan Berdasarkan Perjanjian Baru
Orang Baptis tidak mengakui adanya pendiri golongannya. Tiap-tiap zaman ada orang-orang yang mentaati prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh orang-orang baptis zaman sekarang. Pasca Reformasi, ada dua penyelewengan Perjanjian baru yang tetap diselenggarakan yaitu pembaptisan anak dan penyatuan gereja dan negara. Karenanya golongan “Evangelical” mulai memisahkan diri dari gerakan reformasi. Golongan ini dikenal sebagai “Anabaptis” karena pandangan tentang baptisan. Pengikut Anabaptis terus bertambah dan meluas ke seluruh Eropa ditengah aniaya orang Katolik dan Protestan.
Beberapa orang Anabaptis diusir dari Jerman dan tinggal di belanda. Dibawah pimpinan Menno Simons, mereka menjadi golongan Mennonite. Golongan Mennonite mempengaruhi berdirinya gereja-gereja Baptis pertama di Inggris sekitar tahun 1611. Sumbangan terbesar orang Baptis mungkin adalah pergerakan pengutusan Injil yang modern melalui William Carey dan Andrew Fuller.
Sejarah Baptis di Amerika dimulai dari gereja di Rhode Island tahun 1639. Gereja ini dipimpin oleh Roger Williams. Dewasa ini orang-orang Baptis tersebar di seluruh dunia dan merupakan golongan non-Katolik yang terbesar di Amerika.





Pasal II: Latar Belakang Orang-orang Baptis

Penyelewengan Pola Perjanjian Baru Dalam Agama Kristen
Dalam perkembangannya, gerakan kristen mengalami perlawanan dari luar dan dari dalam. Dari luar dengan jalan penganiayaan, dan dari dalam berupa penyelewengan terhadap prinsip-prinsip Perjanjian Baru.

1. Penyelewengan Doktrin Keselamatan
Dalam dua abad awal penyelewengan doktrin dengan mengganti anugerah keselamatan dengan keselamatan oleh perbuatan sendiri. keselamatan dipandang sebagai pemberian gereja, kamampuan individu mendekati Allah diganti dengan ajaran yang menyandarkan diri pada perbuatan lahir.
2. Memutarbalikkan Upacara-upacara Keagamaan
Pada awal abad kedua terjadi penyelewengan di mana pembaptisan dianggap sebagai alat penyelamat oleh Yustinus Martyr. Lebih lanjut penyelewengan dengan mengajarkan baptisan bayi dan orang-orang sakit. Pada tahun 110, Ignatius mengajarkan roti dan anggur yang dipakai dalam perjamuan adalah “obat kekekalan hidup” dan bahkan dinyatakan sebagai tubuh dan darah Kristus yang benar-benar jika diberkati oleh imam yang ditabiskan. Akhirnya timbul kesalahan bahwa uskup menguasai keselamatan karena kekyasaannya atas sakramen.
3. Perubahan Dalam Susunan Pemerintahan Gereja
Gereja di Perjanjian Baru tidak memberikan kekuasaan pada pendeta kecuali kekuasaan untuk memimpin yang diserahkan oleh saudara seiman di gereja. Mulai tahun 150 M mulai timbul pemimpin gereja dan akhir abad ketiga golongan pendeta mulai memisahkan diri dari golongan awam. Abad ke empat uskup menjadi pejabat daerah dan mempunyai kuasa atas gereja-gereja di daerah itu. Selanjutnya lima orang uskup mulai memerintah uskup-uskup di bawahnya dan uskup Roma lebih berhasil memperoleh kekuasaan dan mendapat tempat pertama di antara uskup-uskup lainnya. Inilah yang menjadi asal usul gereja Katolik Roma dengan Paus-nya yang berkuasa.
4. Akibat-akibat Penyelewengan Pola Perjanjian Baru
Ada enam akibat dari penyelewengan pola Perjanjian Baru:
• Melemahkan kedudukan iman dalam pengajaran kristen.
• Perubahan dalam bidang pelayanan pendeta. Pendeta mendapat kuasa sebagai imam sebagai kepala jabatan gereja.
• Perkembangan doktrin-doktrin yang tidak sesuai dengan Alkitab yaitu sakramen gereja Katolik untuk menerima anugerah. Hal lain adalah kepercayaan purgatori dan upacara-upacara ritual.
• Perubahan sifat kebaktian dengan perjamuan Tuhan menjadi inti kebaktian.
• Perubahan dalam cita-cita kristen bagi kehidupan dalam dunia ini. Timbul gerakan masuk ke biara untuk menjauhkan diri dari dunia.
• Timbul kekuasaan kaum rohaniawan atas gereja.
5. Kesimpulan
Penyelewengan di atas mengakibatkan dampak langsung pada perkembangan orang Baptis. Orang Baptis adalah salah satu golongan yang bangkit untuk hanya mengajarkan doktrin Perjanjian Baru.

Latar Belakang Anabaptis
Perkembangan Baptis banyak mendapat bantuan dari golongan Anabaptis (Brethern). Mereka berpegang pada kemampuan setiap orang untuk mendekati Allah tanpa perantara, anggota gereja adalah mereka yang sudah dilahirkan baru, dan pemisahan gereja dan negara.

1. Orang-orang Anabaptis Swiss
Golongan Anabaptis yang paling awal timbul di Swiss. Mereka adalah pecahan dari golongan reformasi Zwingli. Mereka disebut golongan radikal dan mendapatkan penganiayaan hebat. Tokoh-tokohnya adalah Conrad Grebel, Wilhelm Reublin dan Felix Malah. Perpecahan timbul karena Zwingli berkompromi dengan maksud mendapat bantuan bagi reformasi.
2. Orang-orang Anabaptis Jerman
Penganiayaan juga terjadi di Jerman. Tokohnya adalah Baltazar Hubmaier dan John Denck. Penganiayaan dilakukan orang Katolik dan golongan Luther. Alasannya karena dituduh sebagai golongan fanatik radikal yang mengakibatkan pemberontakan pada tahun 1527.

3. Orang-orang Mennonite
Faktor penting yang memungkinkan kelangsungan gerakan Anabaptis adalah perubahan hidup Menno Simons yang banyak menulis banyak pembelaan pad a Anabaptis. Mulanya orang-orang Anabaptis berusaha memakai nama “Brethern”, tapi suatu waktu golongan ini meluas dan terkenal sebagai orang Mennonite.
4. Orang-orang Anabaptis Inggris
Permulaan Anabaptis di Inggris tidak jelas. Golongan pertama yang dapat dikenal riwayatnya adalah golongan Barrowe yang kemudian digantikan oleh Francis Johnson.
5. Kesimpulan
Golongan Baptis adalah keturunan rohani dari Anabaptis. Dalam perkembangannya orang Baptis berkembang bebas dan lepas dari Anabaptis. Dapat dikatakan ada banyak kesamaan ajaran dan kepercayaan antara Anabaptis dan Baptis.

Sejarah Inggris (mulai awal abad ketujuh-belas)
1. Inggris Sebelum Tahun 1066
Sekitar tahun 500 M, St. Agustinus membawa Injil ke Inggris.
2. Magna Charta
Dalam masa perkembangan Kerajaan Inggris, timbul pertentangan antara raja dan bangsawan. Tahun 1215 segolongan bangsawan memakasa raja John I menandatangani Magna Charta yang memberi banyak hak kepada bangsawan dan rakyat Inggris.
3. Peristiwa-peristiwa Selanjutnya Sebelum Reformasi
Perkembangan berikutnya, parlemen mulai mendapat kekuasaan dan tahun 1298 parlemen mendapat hal untuk mengesahkan semua pajak. Universitas-universitas besar mulai berdiri saat itu. Setelah perang seratus tahun dengan Perancis (1337-1453), Inggris terjerumus perang saudara.
4. Reformasi Inggris
Raja Henry VIII memecat Kardinal Wesley sebagai pengurus kerajaan dan memutuskan hubungan dengan Katolik. Alasannya dia ingin menceraikan istrinya dan menikah dengan wanita lain, dan tidak diijinkan oleh Paus.

5. Zaman Keemasan
Pemerintahan Elizabeth I sering disebut zaman keemasan sejarah Inggris. Elizabeth mendirikan gereja Anglican. Inggris mendirikan “East Indian company” dan mulai menyelidiki dunia baru: Amerika. Semasa pemerintahan James I (1603), orang Inggris mendirikan koloni di Jameston dan Plymouth di Amerika Utara. Sebagian besar penduduknya meninggalkan Inggris untuk mendapatkan kebebasan beragama. Orang yang tidak memasuki gereja Inggris disebut separatis dan dianiaya.
6. Perang Saudara
Perang saudara pecah di Inggris karena perselisihan antara raja dan parlemen. Tahun 1649, Oliver Cromwell mendirikan sebuah Commonwealth (republik yang diperintah oleh parlemen). Empat tahun kemudian Cromwell Commonwealth dan menjadi seorang diktaktor. Pada masa itu penganiayaan terjadi bagi orang yang tidak setuju dengan gereja negara dan mendirikan gereja sendiri. Pada masa itulah golongan Baptis timbul.
7. Reformasi
Setelah Cromwell meninggal, Commonwealth kembali berkuasa. Ketika william dari Oranye berkuasa, parlemen mengesahkan undang-undang yang mengharuskan Rja dan Permaisuri Inggris menjadi anggota gereja Anglican.
8. Kesimpulan
Golongan Baptis bangkit di Inggris, di tengah-tengah penganiayaan.

Kesimpulan
Faktor sejarah menjadi peran penting dalam perkembangan Baptis yaitu:
• Penyelewengan dari pola Ilahi.
• Pengaruh dan bantuan orang-orang Anabaptis pada waktu permulaan yang genting.
• Keadaan-keadaan di Inggris menyebabkan timbulnya suatu golongan kristen baru yang meluas ke seluruh dunia.




Pasal III: Permulaan Baptis di Inggris

Ahli-ahli sejarah Baptis sepakat bahwa orang Baptis timbul di Inggris pada awal tahun 1600. Nama Baptis mulai dipakai sekitar tahun 1644. Nama itu mula-mula dipakai dalam sebuah buku “The Moderate Baptist” oleh William Britten pada tahun 1654 dan dipakai resmi dalam buku “The Baptist Catechism”.

Teori-teori Tentang Asal-Usul Baptis
1. Teori Yerusalem-Yordan-Yahya
Menurut teori ini, orang Baptis selamanya ada sejak Yohanes Pembaptis. Ada yang mengatakan sejak hari Pentakosta. Yang pokok dalam pandangan itu adalah adanya kelangsungan pelayanan rasul-rasul atau kelangsungan gereja-gereja Baptis sejak Perjanjian Baru sampai sekarang.
2. Teori Kekeluargaan Rohani Anabaptis
Pandangan ini mengatakan ada hubungan rohani antara orang-orang Baptis dan golongan Anabaptis di Jerman, Swiss, dan Belanda.
3. Teori Keturunan Golongan Separatis Inggris
Teori ini berkeyakinan bahwa orang-orang Baptis berasal dari golongan separats di Inggris yang berpegang pada pemerintahan gereja secara demokratis dan pembaptisan bagi yang percaya.
4. Teori Pengaruh Perjanjian Baru
Teori ini mengatakan orang Baptis timbul secara langsung dari ajaran-ajaran Perjanjian Baru.

Dua Golongan Baptis
Di Inggris timbul dua golongan Baptis yang berbeda yaitu Baptis Umum dan Baptis Khusus. Pokok perbedaannya adalah tentang penebusan dosa dan kematian Kristus. Golongan Baptis Umum percaya Kristus mati untuk semua orang (teologi Armenia) dan Baptis Khusus dipengaruhi Calvin dengan percaya bahwa Kristus mati bagi orang pilihan saja.

Kebangkitan Golongan Baptis Umum
1. John Smyth
Smyth mempersoalkan ajaran-ajaran dan kekuasaan gereja Anglican. Smyth bergabung dengan golongan radikal yang mengajarkan bahwa greja Inggris yang didirikan oleh negara tidak dapat mewujutkan gereja yang benar. Smyth kadang-kadang disebut sebagai pendiri gereja Baptis modern.
2. Gereja Gainsborough
Gereja Gainsborouh pecah pada tahun 1606 menjadi dua berdasarkan pertimbangan praktis. Pada waktu itu James I memaksa semua orang yang tidak menganut ajaran gereja negara untuk meninggalkan Inggris. Karenanya mereka mengungsi ke Belanda.
3. Jemaat-jemaat di Belanda
Jemaat Smyth menetap di Amsterdam pada tahun 1607. Pada akhir 1608 atau awal 1609, Smyth menjadi seorang Anabaptis. Pada tahun 1630 terdapat enam buah jemaat Baptis dan tahun 1644 ada empat puluh gereja Baptis umum.

Timbulnya Baptis Khusus Inggris
1. Asal-usal Baptis Khusus
Gereja baptis khusus mulai timbul sekitar tahun 1638 dengan Henry Jacob sebagai pelopor yang langsung. Gereja baptis khusus mengajarkan kayakinan bahwa hanya orang-orang percaya yang dilahirkan kembali seharusnya dibaptiskan dan hanya ada penebusan terbatas.
2. Baptis Khusus Memutuskan Penyelaman ke Dalam Air Sebagai Satu-satunya Cara Pembaptian
Tahun 1640 beberapa anggota jemaat di bawah pimpinan Spilsbury bersama-sama Ricard Blunt yakin bahwa pembaptisan dengan percik tidak benar menurut ajaran Perjanjian Baru.
3. Sejarah Lebih Lanjut Golongan Baptis Khusus
Pada tahun 1644 ada lima belas pendeta Baptis khusus yang menulis pernyataan kepercayaan yang mengakui doktrin Calvin, kepercayaan pada baptisan selam, dan kebebasan agama.




Pasal IV: Sejarah Baptis Lebih Lanjut di Eropa

Perjuangan Baptis Untuk Kebebasan Agama di Inggris
Pada masa sesudah masa persemakmuran dalam sejarah Inggris (1640-1660), jumlah orang Baptis menjadi besar jumlahnya. Mereka bergabung dengan gerakan Cromwell dengan harapan mendapat kebebasan kenegaraan dan keagamaan.

1. Usaha-usaha Baptis Pada Permulaan Untuk Memperoleh Kebebasan Keagamaan
Orang-orang Baptis bergabung dengan Cromwell karena bagi mereka perang saudara itu merupakan perjuangan bagi kebebbasan politik dan agama. Orang Baptis juga menentang orang Prebyter untuk mendirikan gereja negara sendiri. Selain itu ada juga orang Baptis yang bekerja dalam pemerintahan.
2. Baptis Menentang Cromwell
Orang-orang Baptis menjadi bertentangan dengan Cromwell karena sikapnya yang mabuk kekuasaan. Muncul gerakan Monarchi yang kelima sebagai tanggapan bahwa Cromwell menjadi ancaman bagi cita-cita kebebasan agama. Pada tahun 1661 gerakan ini runtyuh karena kegagalan pemberontakan bersenjata di abwah Thomas Verner.
3. Penganiayaan Lebih Lanjut Terhadap Orang-orang Baptis
Akibat pemberontakan yang gagal, raja mengesahkan beberapa undang-undang yang mengurangi kebebasan Baptis. Sebagai akibatnya seorang pekabar Injil besar, John Bunyan dipenjara selama dua belas tahun.
Pada tahun 1662 parlemen mengesahkan undang-undang yang mengharuskan semua pendeta yang menerima nafkah negara untuk menyetujui doktrin dan kebijaksanaan negara. Akibatnya dua ribu pendeta, terutama dari Presbyter mengundurkan diri dan mencari nafkah dengan jalan lain. Ketika wabah menewaskan lebih dari serartus ribu orang di London, para pendeta merawat orang-orang sakit. Akhirnya penganiayaan pada mereka mereda pada tahun 1687. Raja James II mengeluarkan Declaration of Indulgence 1687 yang menghentikan sementara undang-undang yang menindas golongan separatis, mengizinkan kebaktian di umum, dan membebaskan mereka dari ujian untuk pekerjaan negara.

4. Toleransi
Pada tahun 1689 di bawah William dari Oranye, parlemen mengesahkan undang-undang toleransi yang menguntungkan non-conformis meski tidak memberi kebebasan keagamaan secara penuh.

Kemunduran Baptis Pada Masa Toleransi
Toleransi berdampak buruk pada pertumbuhan karena tidak disertai dengan semangat pekabaran Injil di kalangan Baptis. Baru setelah kebangunan rohani di bawah Wesley, sekali lagi mereka menemukan semanagat pekabaran Injil dan usaha baptis mengalami perluasan.

1. Kelapukan Baptis Umum
Kelapukan Baptis umum disebabkan oleh masalah pemusatan organisasi dan penyelewengan doktrin. Pada tahun 1750 banyak orang kristen meninggalkan barisan Baptis umum karena mereka mengingkari ke-Allahan Kristus. Perpecahan itu tidak menghentikan penyelewengan sehingga berakibat pada penurunan jumlah sampai hampir separuh.
2. Kemunduran Baptis Khusus
Kelemahan baptis khusus adalah terlalu mengutamakan doktrin pemilihan atau unsur ke-Allah-an dalam keselamatan. Akibat tidak melakukan pengabaran Injil, jumlah mereka merosot dengan cepat.

Timbulnya Kebangunan Rohani
Dalam abad kedelapan belas yang pertama, agama mengalami kemunduran yang paling buruk. Tidak hanya rakyat biasa yang mempunyai budi pekerti yang buruk, para rohaniawanpun mengikuti budaya yang berlaku.

1. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Wesley dan Whitefield
Dalam keterpurukan itu, Allah membangkitan John Wesley. Perubahan Wesley terjadi ketika dia bertemu dengan sekelompok orang Moravia. Tahun 1738 dia diselamatkan dan tidak lama kemudian Inggris bangkit oleh khotbahnya. Dalam kebangunan rohani John Wesley dibantu kakaknya Charles Wesley dan George Whitefield.

2. Baptis Umum Bangkit Kembali
Mungkin hasil paling cepat dan jelas dari gerakan Wesley adalah kebangkitan keagamaan di antara orang-orang Baptis umum. Orang yang paling berjasa adalah Dan Taylor. Tahun 1770 Taylor memimpin pembentukan The Assembly of Free Connection Baptists. Dalam kemajuan yang cepat pada masa itu, sebuah perkumpulan pengutusan Injil ke luar negeri dibentuk tahun 1816 dan dimulailah pekerjaan di India.
3. Baptis Khusus Bangkit Kembali
Pengaruh kebangunan rohani Wesley yang dirasakan di antara orang-orang baptis khusus tidak secepat yang dirasakan orang baptis umum. Hal ini karena doktrin Wesley tentang kematian Kristus tidak dapat diterima orang Baptis khusus. Kebangunan rohani di antara orang Baptis khusus dipimpin oleh Charles Whitefield. Tahun 1778 John Fawcet membentuk persatuan gabungan di daerah Yorkshire dan Lancashire. Orang Baptis khusu di London juga mengalami pertumbuhan. Sampai tahun 1776 mereka mendirikan gereja baru setiap dua tahun. Tahun 1770 perkumpulan pendidikan di Bristol didirikan dan pada 1781 Robert Robinson mendirikan perguruan tinggi Baptis. Suatu pengaruh kuat perubahan doktrin datang dari Andrew Fuller dengan menafsirkan ajaran-ajaran Calvin dengan menekankan pada tanggung jawab perorangan akan pengabaran Injil. Semangat dan pandangan yang sehat dalam pengutusan Injil adalah penyebab utama kebangkitan semangat penginjilan.
4. Permulaan Perhatian Kepada Pengutusan Injil
Tokoh penginjilan adalah William Carey. Tahun 1787 dia ditabiskan di Moulton. Pada mulanya niat baik perlunya pengutusan Injil ditolok dalam suatu pertemuan Baptis. Akhirnya pada 2 Oktober 1792, pada pertemuan pendeta di Kattering, empat belas pendeta yang hadir menerima baik usul Carey dan membentuk perkumpulan pengutusan Injil. Setahun kemudian seorang ahli bedah, John Thomas dan Carey diangkat menjadi utusan Injil ke India. Dalam tahun-tahun berikutnya orang Baptis membuka lapangan baru di Ceylon dan pulau-pulau lainnya di sekitar Samudra India, Jamaika, West Indies, dan Amerika Tengah. Utusan Injil dikirim ke Italis, China, dan Afrika Tengah.

Perluasan Baptis dan Kerukunan Denominasi
Tahun-tahun setelah 1800 adalah kemajuan dan perkembangan yang pesat orang Baptis. Ada 165 gereja baru pada tahun 1800, 700 buah pada lima tahun berikutnya, dan pada akhir 1900 ada 961 gereja didirikan.mereka memlopori pendirian STT dan gerakan sekolah minggu, perbaikan penjara, dan aktif pada gerakan pembebasan budak belian di seluruh dunia.

1. Perluasan di Negeri Sendiri
Di bawah pimpinan John Steadman, gereja-gereja di daerah-daerah perindustrian di Inggris dibangkitkan dan pekabaran injil yang digiat dilakukan. Pendeta yang paling terkenal adalah Charles Haddon Spurgeon (1834-1892). Di bawah pelayanannya, gereja bertumbuh dengan cepat dan pada 1861 didirikan gedung gereja yang mampu menanmpung lebih dari lima ribu orang. Spurgeon menggabungkan teologia Calvin, moralitas keras, dan semangat pekabaran Injil.
2. Persatuan Baptis Tahun 1891
Pada tahun 1891 perpecahan antara orang baptis umum dan Baptis khusus pulih kembali. Andrew Fuller melunakkan bentuk ekstrem doktrin pemilihan, membuat orang Baptis khusus mempunyai jiwa pekabaran Injil. Dan Taylor mempengaruhi orang Baptis umum untuk melepaskan liberalismenya sehingga bangkit kembali semangat pekabaran Injilnya. Tetapi tidak semua orang Baptis Inggris bergabung dalam persatuan Baptis. Sekelomp[ok orang di bawah pimpinan William Gadsby (1773- 1844) tetap tidak bergabung dalam persatuan Baptis.









Pasal V: Permulaan Baptis di Amerika

Sejarah Baptis Amerika dibagi menjadi tiga masa. Pertama, berciri kesaksian yang setia dan penganiayaan yang kejam selama zaman penjajahan; Kedua, waktu perluasan wilayah dan berciri pertumbuhan serta kegiatan pengutusan Injil yang pesat; Ketiga, berciri pengabaran injil dan pendidikan.

Sejarah Baptis Masa Permulaan di Amerika
1. Gereja Baptis Yang Pertama di Amerika
Sebuah gereja yang dapat disebut sebagai gereja Baptis pertama adalah gereja di Dover, New Hamshire. Untuk melepaskan diri dari penganiayaan, jemaat pindah ke New Jersey dan mendirikan sebuah gereja Baptis pada tahun 1689.
2. Roger Williams dan Gerejanya di Providence
Roger William lahir tahun 1607. Dia mengungsi dari Inggris tahun 1631. Di Amerika dia menjadi pendeta di Salem. Karena kekerasan ajarannya, dia dibuang keluar daerah Massachusetts. Selepas dari pembuangan dia pindah ke daerah Providence. Tahun 1663 sebuah piagam kerajaan yang memueat prinsip kebebasan agama. Tahun 1639 Roger William menjadi seorang Baptis dan membaptiskan sepuluh orang lainnya.
3. Gereja Newport dan John Clarke
Sebuah gereja lain yang dapat dianggap sebagai gereja Baptis pertama adalah gereja Newport yang didirikan oleh Dr. John Clarke. Pada bulan Oktober 1648 ada sebuah gereja baptis dengan lima belas anggota di Newport.
4. Kemajuan Baptis di Massachusetts
Usaha mendirikan gereja Baptis di Massachusetts dihalangi oleh pembesar dan hukum-hukum sipil yang melarang tindakan yang tidak sesuai dengan gereja negara dengan ancaman penganiayaan bagi yang membangkang. Henry Dunster, John Clarke, dan Obadiah Holmes adalah korban penganiayaan. Tetapi semua usaha itu tidak berhasil karena pandangan-pandangan Baptis bertambah kuat di antara golongan Puritan dan banyak imigran Baptis datang dari Eropa. Pada tahun 1665, Thomas Gould mengorganisasikan sebuah gereja Baptis di kediamannya sendiri. setelah kematian gould pada tahun 1678, gereja mendirikan sebuah gedung pertemuan di Boston. Setelah tahun 1691 kebebasan beragama diwujutkan oleh William dari Oranye.
5. Kemajuan Baptis di Daerah-daerah New England Yang Lain
Seorang yang memajukan pertumbuhan Baptis di New England adalah William Screven. Dia menghadapi penganiayaan dan meninggalkan Maine pada 1683. Dia mendirikan gereja Baptis pertama di Amerika bagian Selatan di dekat Charleston, South Carolina.
Di Pennsylvania, gereja Baptis pertama dibentuk oleh orang-orang Baptis dari Irlandia, Scotlandia, dan Inggris.
6. Perkembangan Baptis di Selatan
Kemajuan gereja Baptis di Selatan mulai dengan perlahan-lahan. Beberapa kemajuan dialami orang-orang Baptis Virginia meski mereka menderita menghadapi penganiayaan. Ada empat puluh tujuh buah gereja baptis di Amerika sebelum Kebangunan Rohani Besar.

Masa Perluasan Baptis di Amerika
1. Kebangunan Besar di Amerika
Kemajuan dan perluasan Baptis berkaitan erat dengan kebangunan rohani besar (The Great Awakening). Kebangunan besar dimulai tahun 1734 di Northampton dengan pengkhotbah Congregational, Jonathan Edward. Pengaruh rohani dari gerakan baru itu meluas ke seluruh Amerika. Kebangunan itu mendapat dorongan baru dari George Whitefield pada tahun 1739. Inilah suatu zaman yang baru dalam kehidupan rohani di Amerika.
2. Pertumbuhan dan Perluasan Yang Cepat
Sejak kebangunan rohani besar jonathan edward, pertumbuhan orang-orang Baptis tetap meningkat. Delapan gereja di Massachusetts bertambah menjadi dua puluh tujuh gereja antara tahun 1740-1775. Pada tahun 1784 jumlah gereja Baptis bertambah menjadi tujuh puluh tiga buah dan mempunyai lebih dari tiga ribu orang.
Seorang pemimpin kemjuan adalah Hezekiah Smith. Dia ditabiskan sebagai pendeta di Charleston dan berkhotbah sebagai pekabar Injil keliling. Sekurang-kurangnya ada tiga belas buah gereja di daerah sekitar Haverhill yang merupakan hasil pelayanan Smith. Dalam perang Amerika dan Inggris, Smith melayani sebagai pendeta tentara. Setelah perang dia membentuk perkumpulan Warren dan membangun kembali Brown University.
Issac Backus berjuang menghapus ketidak-adilan penganiayaan di Virginia dan Massachusetts. Golongan Baptis terus tumbuh dalam jumlah dan dalam pembentukan gabungan-gabungan. Dua puluh lima tahun terakhir dari abad ke delapan belas merupakan masa pertumbuhan Baptis yang terbesar di Amerika. Ada tiga faktor yang berpengaruh yaitu pemberian kebebasan agama, kegiatan pengutusan Injil, dan keselarasan semangat demokrasi orang-orang dan pemerintahan sidang jemaat gereja-gereja Baptis.

Perkembangan Kesadaran Pengutusan Injil Baptis Amerika
1. Perkembangan Pekerjaan Pengutusan Injil di Negeri Sendiri
Sebagian besar pekerjaan penginjilan dilakukan perorangan tanpa ada tugas pengutusan Injil. Hasil pelayanan mereka adalah pertumbuhan yang mengagumkan dari gereja-gereja dan anggota-anggota. Mereka bertindak sebagai pengkhotbah keliling yang maju memasuki daerah-daerah baru untuk berkhotbah dan mengajar.
Sementara itu pendirian perkumpulan pengutusan Injil Baptis di Amerika didirikan dan dipimpin oleh John M. Peck. Pada tahun 1817 konvensi Trienal mengutusnya ke sebelah barat Missisippi, perjalanan sejauh seribu mil melalui daerah yang tidak dikenal dan berbahaya. Peck mulai di kota St. Louis dan mendirikan lima puluh gereja dan sekolah. Perlawanan dari dalam Baptis membuat konvensi trienial menghentikan bantuan bagi Peck pada tahun 1820. Peck meneruskan pelayanannya dengan berkeliling ke negara bagian sebelah Timur dan mendirikan Seminari di rock spring, Illinois. Pada tahun 1832, John M. Peck dan Jonathan Going mendirikan perkumpulan pengutusan Injil Baptis di Amerika. Hasilnya dari sembilan ratus gereja pada tahun 1832, menjadi tujuh ribu empat ratus tujuh puluh buah gereja dengan lima ratus delapan puluh satu ribu orang pada tahun 1896.
2. Permulaan Pengutusan Injil Baptis Amerika di Luar Negeri
Sebenarnya orang-orang Baptis memeulai pekerjaan pengutusan Injil ke luar negeri lebih dahulu daripada dalam negeri secara terorganisir. Pada awal abad ke sembilan belas, The British East India Company mengadakan tekanan untuk melarang utusan Injil baptis Inggris masuk ke India. Karenanya mereka berlayar dari Inggris ke Amerika dan baru ke India. Di Amerika mereka membangkitkan semangat bagi pengutusan Injil ke luar negeri.
Pada tahun 1913 Adoniram Judson dan istrinya Ann Hassettine Judson dan Luther Rice yang melayani di India menjadi orang Baptis. Karenanya mereka kehilangan sponsor karena orang Baptis belum mengadakan pengutusan Injil. Rice kembali ke Boston untuk mendapat bantuan dari orang Baptis Amerika. Tahun 1814 berdirilah Konvensi pusat Denominasi Baptis di Amerika Serikat untuk Pengutusan Injil. Judson sendiri akhirnya melayani di Birma karena diusir dari india oleh The British East India Company. Pekerjaan di Birma mengalami kemajuan di antara suku Karen.

Pemisahan Jadi Golongan Baptis Konvensi Utara dan Selatan
1. Sebab-sebab Pemisahan
Pada masa sebelum tahun 1845, paham Unitarian yang mengingkari doktrin Tritunggal dan berkeyakinan bahwa Yesus bersifat Allah, tapi tidak beroknum seperti Bapa menjadi salah satu pertentangan di antara orang-orang Baptis. Orang Baptis di New England termasuk yang paling gigih menentang doktrin yang salah itu.
Setelah itu guncangan terjadi karena suatu golongan yang memntingkan emosionalisme di gereja-gereja dan berusaha mendapat pengalaman yang bersifat penglihatan rohani yang jelas, seperti wahyu dan kejadian emosional lainnya. Akhirnya pemisahan terjadi.
Sedangkan pertentangan yang paling kuat dan berakibat merusak adalah masalah perbudakan. Selain perbudakan ada pertentangan Landmark. Gerakan ini memusatkan pikiran pada paham bahwa gereja setempatlah yang paling utama. Gerakan ini tidak mengakui pembaptisan yang dilakukan golongan agama lain dan anggotanya hanya boleh ikut perjamuan Tuhan di gereja setempat. Gerakan ini menjadi sumber pertentangan sejak tahun 1854 sampai 1905 dan akhirnya menjadi semakin tidak populer.
2. Pembentukan Konvensi Baptis Selatan
Penyebab langsung pecahnya Baptis menjadi konvensi Baptis utara dan Selatan disebabkan karena dewan pengutusan Injil ke luar negeri menyatakan bahwa seorang yang memiliki budak belian tidak akan diangkat menjadi utusan Injil. Hal ini menyebabkan pada tanggal 10 Mei 1845 di Augusta, Georgia, orang Baptis di Selatan mendirikanm konvebsi Baptis Selatan. Sekarang semua orang Baptis menentang perbudakan sehingga perbedaan utama Baptis Utara dan Selatan adalah mengenai teologia, kegerejaan dan pelaksanaan organisasi. Baptis Selatan lebih teguh berpegang pada doktrin Alkitab yang benar.
3. Pekerjaan Konvensi Baptis Selatan
Golongan Baptis Selatan berkembang dengan pesat. Sejarah konvensi Baptis Selatan adalah cara baru menuju kehidupan denominasi yang berwujut kerja sama yang suka rela, pengutamaan pekabaran Injil, serta perhatian pada pendidikan dan kebajikan. Pada saat ini konvensi Baptis Selatan menjadi yang terbesar di Amerika Serikat dan negeri-negeri di seluruh dunia.

Ikhtisar Kesimpulan
Pelayanan Baptis di Amerika bermula dari penghindaran penganiayaan di Eropa. Namun, pemimpin-peminpin koloni ternyata juga tidak bertoleransi setelah berkuasa. Setelah mendapat sedikit toleransi, orang baptis mengalami keruntuhan moral. Kebangunan rohani terjadi di bawah pimpinan Jonathan Edwards. Dalam revolusi, orang-orang Baptis berjasa sebagai pejuang kebebasan.
Keyakinan akan pengutusan Injil mendorong orang Baptis untuk membentuk kumpulan pengutusan Injil. Adoniram Judson, istrinya dan Luther Rice berkarya di luar negeri, sedangkan John Peck memimpin pengutusan Injil di dalam negeri. Tahun 1845 terjadi perpecahan dan konvensi Baptis Selatan terus bertumbuh.












Pasal VI: Baptis di Dunia

Sebelum gerakan pengutusan Injil modern pada tahun 1793, nama Baptis tidak dikenal di luar Inggris dan Amerika. Pada tahun 1965 ada di seratus dua puluh dua negara dengan 27.127.983 anggota.

Persekutuan Baptis se-Dunia
1. Pendahuluan
Persekutuan Baptis sedunia adalah persekutuan semua organisasi nasional dan regional yang menggabungkan diri dan mengadakan kesatuan antara kelompok-kelompok Baptis. Maksud dan kekuasaannya diraikan demikian:
“Persekutuan Baptis Sedunia, yang meluas ke semua penjuru dunia, didirikan untuk menunjukkan secara lebih jelas kesatuan hakiki umat Baptis di dalam Tuhan Yesus Kristus, bagi inspirasi menuju jiwa persaudaraan dan untuk membina jiwa persekutuan ini sekali-kali tidak boleh merintangi kemerdekaan gereja-gereja atau menguasai pimpinan organisasi-organisasi yang ada”.
2. Organisasi Persekutuan Baptis se-Dunia
Persekutuan Baptis Sedunia pertama kali disarankan oleh Thomas Grantham sekitar tahun 1678. Setelah melalui proses panjang, pada tanggal 11 juli 1905 orang-orang Baptis dari dua puluh tiga negara berkumpul. Pada tanggal 17 Juli 1905, sebuah laporan panitia diterima. Laporan itu sebenarnya menciptakan Persekutuan Baptis Sedunia dengan Alexander Maclaren menjadi presiden sementara dan John Clifford dipilih menjadi presiden yang pertama. Pusat persekutuan itu sekarang ada di Washington D.C., Amerika Serikat.
3. Rapat-rapat Persekutuan Baptis se-Dunia
Kongres yang pertama dari kesebelas kongres Persekutuan Baptis Sedunia diadakan di London pada tahun 1905. Kongres ini membentuk persahabatan orang-orang Baptis sedunia. Berikut ini adalah urut-urutan kongres berikutnya sampai tahun 1965:
• Kongres kedua di Philadelphia 1911.
• Kongres ketiga di Stockholm, Swedia 1923.
• Kongres keempat di Toronto, Kanada 1928.
• Kongres kelima di Berlin, Jerman 1934.
• Kongres keenam di Atlanta, Georgia, the USA 1939.
• Kongres ketujuh di Kopenhagen, Denmark 1947.
• Kongres kedelapan di Cleveland, Ohio 1950.
• Kongres sembilan di London 1955.
• Kongres kesepuluh di Rio De Janeiro, Brasil 1960.
• Kongres kesebelas di Miami, Florida 1965.

4. Pekerjaan Persekutuan Baptis Sedunia
Persekutuan Baptis Sedunia berusaha untuk mengadakan hubungan dan pengertian di antara orang-orang Baptis sedunia. Persekutuan ini menguatkan iman dan keputusan kelompok Baptis yang kecil-kecil dengan jalan membangkitkan rasa. Pada tahun 1905 terdapat kira-kira 6.000.000 orang Baptis, sedangkan tahun 1965 ada lebih dari 27.000.000 orang Baptis dalam 122 negara.

Orang-orang Baptis di Eropa
1. Orang-orang Baptis di Inggris, Wales, Scotlandia, dan Irlandia
Inggris sebagai tempat kelahiran Baptis modern mempunyai kurang dari 200.000 anggota pada tahun 1965; Scotlandia mencatat 20.000 orang, dan 5.000 orang di Irlandia.
2. Orang-orang Baptis di Jerman
Pendiri pekerjaan Baptis Jerman adalah Johann Gerhardt Oncken. Persatuan Baptis jerman terdiri dari 550 buah gereja dengan 1.000 cabang dan mempunyai 57.000 orang anggota.
3. Orang-orang Baptis di Eropa Barat
Pekerjaan baptis dimulai tahun 1869 di bawah pimpinan William I. Knapp dari Amerika. Orang-orang Baptis Swedia datang ke Spanyol tahun 1881 dan bekerja dengan hasil yang agak memuaskan sampai 1921 untuk kemudian diserahkan kepada Dewan Misi Luar Negeri dari Konvensi Baptis Selatan. Pada tahun 1965 ada 51 buah gereja dan sekitar 4.500 anggota.
Di Portugal terdapat kira-kira 1.100 orang Baptis. Pekerjaan baptis dimulai sekitar tahun 1888 oleh Joseph Jones sedangkan pebukaan resmi adalah pada tahun 1908 oleh Zachary C. Taylor.
Pekerjaan Baptis di Perancis dimulai sekitar tahun 1820 oleh Henry Pyt. Terdapat sekitar 3.000 anggota di Perancis. Pada tahun 1892 Konvensi Triennial mendirikan misi di Perancis di bawah pimpinan Prof. Ira Khase dari Institute Teologia Newton.
Kesaksian Baptis di Belanda dimulai tahun 1845 dan persatuan Baptis Belanda didirikan tahun 1881. Pada tahun 1965 terdapat lima puluh gereja dengan lebih dari 9.000 anggota.
Pada tahun 1965 terdapat sekitar 300 orang Baptis di Belgia sedangkan pekerjaan Baptis di Luxemburg baru dimulai tahun 1962 dengan kira0kira dua puluh anggota pada tahun 1965.
4. Orang-orang Baptis di Eropa Utara
Pekerjaan Baptis di Swedia sebenarnya dimulai di Amerika dengan bertobatnya dua orang pelaut Swedia, Gustaf W. Schoeder dan Frederick O. Nilson. Pada tahun 1847 Nilson dibaptiskan dan setelah ditabiskan mulai berkhotbah dengan hasil baik di Swedia. Tahun 1861 Schroder mendirikan gereja pertama di Swedia. Pekerjaan Baptis semakin maju dan konvensi gereja-gereja Baptis Swedia dibentuk tahun 1857. Terdapat lebih dari 30.000 orang Baptis di Swedia.
Oncken merupakan perintis gereja Baptis di Denmark dengan sebelas anggota yang dibaptiskan. Tahun 1839 P.C. Munster memulai gereja yang baru. Pada tahun 1965 terdapat lebih dari 7.000 anggota Baptis di Denmark.
Pekerjaan Baptis di Norwegia dimulai tahun 1860 oleh F.O. Nilson dan Frederick L. Rymker. Kira-kira tujuh ribu anggota melayani dalam lebih dari enam puluh gereja di Norwegia.
5. Orang-orang Baptis di Rusia dan Negara-negara Eropa Timur
Kesaksian Baptis di Rusia dimulai pada akhir abad ke delapan belas dibantu oleh tiga faktor yaitu:
• Kepindahan sejumlah besar pengungsi golongan Mennonite ke Rusia Tenggara pada tahun 1860-an.
• Orang-orang Molokan yang dipengaruhi oleh Baptis pada tahun 1862. Sebagai akibatnya suatu persekutuan Baptis berkembang dan Hasil Pavlov menjadi pemimpinnya.
• Seorang pemimpin yang timbul dari orang Molokan, Ivan Prokhanov. Kelompok Prokhanov berkembang dari 8.743 pada 1914 menjadi lebih dari 250.000 orang delapan tahun kemudian.

Selama Perang Dunia yang pertama, banyak orang Baptis dipenjara karena menolak tugas pertempuran. Antara tahun 1914-1923 jumlah orang Baptis bertambah mencapai kurang dari satu juta orang. Tetapi mulai tahun 1929 orang Baptis kembali mengalami penganiayaan dan pekerjaan baptis tetap berlangsung dalam keadaan yang sulit.
Orang-orang Baptis di Finlandia mencapai 3.000 orang sedangkan di Esthonia pekerjaan baptis dimulai tahun 1884. Pekerjaan Baptis di Lithuania dirintis tahun 1841 dan mencapai 400 orang Baptis pada tahun 1964.
Sementara itu Baptis di Latvia dimulai tahun 1860 oleh Jakobsohn dan satu tahun kemudian tujuh puluh dua orang dibaptiskan. Setelah Perang dunia pertama terdapat 77 gereja dengan lebih dari 10.000 orang. Perang Dunia kedua menyebabkan penganiayaan kejam terhadap orang Baptis Latvia.
6. Orang-orang Baptis di Eropa Selatan
Perkembangan Baptis di Swiss dilayani oleh dua kelompok Baptis yaitu kelompok yang berbahasa Perancis dan kelompok yang berbahasa Jerman. Pekerjaan Baptis di italia dimulai tahun 1870. Setalah Perang dunia II keanggotaan orang Baptis mencapai 5.000 orang dengan 60 gereja.
Pekerjaan Baptis tetap berjalan di negara-negara Balkan di Eropa Tenggara meskipun ada masalah dan ketegangan yang khas. Di Bulgaria hanya ada beberapa ratus orang Baptis. Sedangkan di Rumania pekerjaan Baptis mengalami kemajuan dalam pimpinan pendeta B. Schlipf dan pada tahun 1930 terdapat 43.763 jemaat Baptis. Pada tahun 1947 ada 200.000 orang. Sejak itu pemerintah komunis membatasi kemajuan Baptis dan tinggal 65.000 orang pada tahun 1964.
Pekerjaan Baptis di Hongaria mengalami kemajuan pesat dari pada negara Eropa Tenggara lainnya. Dimulai dari pertobatan enam orang di Jerman. Ketika kembali ke Hongaria mereka membawa iman yang baru. Pekerjaan mereka diperkuat Heinrich Meyer pada tahun 1873. Dalam waktu sepuluh tahun dia membaptiskan 629 orang dan sepuluh tahun berikutnya ada 3.800 orang dibaptiskan. Tahun 1925 jemaat Baptis sudah mencapai 17.000 orang. Perang dan pemerintah komunis menekan orang Baptis yang tinggal kurang dari 20.000 orang pada tahun 1964. Sementara itu jemaat di Yugoslavia mencapai 3.500 orang dengan 30 gereja.
7. Baptis Eropa Yang lain
Orang-orang Baptis melayani berbagai daerah lain di Eropa. Pulau Iceland di Laut Atlantik Utara menjadi lapangan misi Baptis Selatan tahun 1963. Ada juga yang pergi ke Austria, Belgia, dan Polandia.

Orang-orang Baptis di Timur Tengah
Lebih dari enam ratus orang Baptis tinggal di Timur Tengah, di Israel, Yordania, Libanon, Gaza, Yaman, dan Turki. Seorang asli Syria memulai pekerjaan Baptis di Israel tahun 1911. Sekarang dua puluh utusan Injil melayani bersama dua ratus anggota gereja nasional.
Injil pertama kali disampaikan di Libanon oleh orang Presbyterian lebih dari satu abad yang lampau. Utusan Injil baru tahun 1948 diizinkan masuk ke Libanon. Pada tahun 1965 ada sembilan gereja dengan 425 anggota. Tahun 1960 STT Baptis Arab dibuka di Beirut. Di Gaza ada sebuah gereja dengan anggota sebanyak 35 orang. Tahun 1964 orang Baptis membuka klinik kesehatan di Yaman. Total ada sekitar 1.000 orang Baptis di Timur Tengah.

Baptis di Afrika
1. Baptis di Afrika Utara
Di negara-negara seperti Aljazair, Maroko, dan Mesir tercatat kira-kira ada 200 orang Baptis.
2. Baptis di Afrika Barat
Salah satu kelompok Baptis terbesar ada di Nigeria dengan lebih dari 66.000 orang dan 430 gereja. Sedangkan di Ghana dalam waktu dua puluh tahun berkembang menjadi 40 gereja dan 3.000 anggota. Di Togo ada enam buah jemaat Baptis, 1.200 orang di Pantai Waling, 300 orang di Sierra Leone dan banyak kelompok di Senegal dan Guinea. Pekerjaan Baptis di Liberia dimulai oleh para budak dari Amerika dan kini ada 15.000 orang Baptis di sana.
3. Baptis di Afrika Tengah
Di Kongo terdapat 180.000 orang Baptis, 60.000 orang di Kamerun, 20.000 di Afrika Tengah dan 3.000 orang Baptis di Angola.
4. Baptis di Afrika Timur
Usaha baptis dimulai tahun 1956 di Kenya (26 gereja dan 2.000 anggota) dan Tanzania (76 gereja dan 2.000 anggota) dan kemudian Uganda sebuah gereja dengan lima belas anggota). Di Zambia pada tahun 1965 ada enam gereja dengan 250 anggota. Sedangkan di Malawi ada 10 gereja dengan 700 anggota.
5. Baptis di Afrika Selatan
Pada tahun 1965 Rhodesia mempunyai 33 gereja dan 3.228 anggota. Sedangkan di Afrika Selatan ada 45.000 orang. Selain itu orang Baptis juga ada di Basuto dan Republik Afrika Barat Daya. Pada tahun 1965 terdapat lebih dari 400.000 orang Baptis di Afrika.

Baptis di Amerika
1. Baptis di Amerika Utara
Kanada menerima kesaksian Baptis tahun 1775. Tahun 1944 federasi Baptis Kanada dibentuk dan mempersatukan pekerjaan Baptis. Ada tiga puluh macam kelompok Baptis di Amerika Serikat dengan 22 juta anggota. Konvensi Baptis Selatan dengan lebih dari 10 juta anggota dan konvensi Baptis Amerika (Utara) hampir 10 juta anggota. Meksiko dimasuki 1880 dan ada sekitar 60.000 anggota Baptis.
2. Baptis di Amerika Tengah
Terdapat hampir 200.000 orang Baptis di Amerika Tengah. Di guatemala ada 2.000 orang Baptis engan 26 gereja. Kepulauan Bahama mempunyai 20.000 orang Baptis sementara Cuba juga 20.000 orang. Di Dominika hanya ada 200 orang Baptis dan ada 1.500 orang di Trinidad dan Tobago. Republik El Salvador mencatat 3.000 anggota, 1,000 anggota di Nicaragua, 1.000 anggota di Costa rica (enam gereja), 5.000 anggota di Panama (20 gereja) 7.000 orang-orang Indian, dan 150 orang di Puerto Rico.
3. Baptis di Amerika Selatan
Di Venezuela terdapat 25 buah jemaat dengan 1.000 orang anggota. Columbia mempunyai sebuah Seminari international dan terdapat lebih dari 5.000 orang Baptis. Sedangkan di Ekuador ada kira-kira lima ratus orang, sembilan buah gereja, sebuah lembaga teologia, sebuah SD, dan sebuah klinik pengobatan. Lebih dari seribu orang Baptis menetap di Peru dengan tujuh buah gereja.
Di negara terbesar di kawasan Amerika Selatan, Brasil, terdapat 225.000 yang terhimpun dalam 2.000 buah gereja. Sedangkan Bolivia mempunyai 1.200 orang dan 1.000 orang di Paraguay. Di salah satu negara terkecil, Uruguay, terdapat 1.300 orang anggota Baptis dan 25 gereja.
Gereja Baptis pertama di Chili didirikan pada tahun 1892. Terdapat lebih dari 100 gereja dengan 10.000 orang Baptis sedangkan Argentina mempunyai 22.000 orang. Lapangan terakhir yang dimasuki adalah Guyana dengan dua gereja dan 82 anggota.

Baptis di Pasifik Barat Daya
Di Australia orang-orang bangsa Inggris mulai bekerja di Sidney pada tahun 1831. Tahun 1834 pekerjaan Baptis dimulai di daerah Australia Selatan dan tahun 1843 sebuah gereja diorganisasikan di daerah Victoria. Lebih dari 40.000 orang Baptis tinggal di Australia.
Pekerjaan Baptis dimulai di New Zealand pada tahun 1851. Persatuan Baptis New Zealand dibentuk tahun 1882 dan tahun 1965 ada hampir 20.000 orang Baptis di New Zealand.
Tahun 1960 utusan Injil Baptis Selatan melayani pulau Okinawa. Bersama sebagian besar tentara Amerika, jumlah mereka mencapai 1.129 orang yang dilayani dua gereja. Sedangkan Guam mencatat adanya 225 orang anggota Baptis dengan sebuah gereja Baptis. Di Pasifik Barat Daya, jumlah orang Baptis mencapai 80.000 orang.

Kesimpulan
Uraian di atas dimaksudkan untuk membantu orang Baptis dan orang-orang lain menyadari bahwa orang-orang Baptis merupakan suatu kelompok kristen yang kuat, yang berusaha untuk melayani di tiap pelosok dunia.

Pasal VII: Baptis di Asia

Baptis di Asia Selatan
1. Baptis di India
Pekerjaan misi di India sudah dimulai oleh orang Katolik Roma maupun Protestan sebelum tahun 1793. Namun, kedatangan William Carey pada tahun 1793 membuka masa baru bagi Protestan. Carey melayani selama 41 tahun dan meninggal tahun 1834. Selama pelayanannya Carey juga menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali dan membuka cabang misi di Birma dan Indonesia. Dalam tahun-tahun menjelang 1965 ada 481.610 orang Baptis di India.
2. Baptis di Pakistan
Rombongan utusan Injil pertama di Pakistan adalah perkumpulan Utusan Injil Baptis di Inggris. Setelah bekerja selama 160 tahun, terdapat 124 gereja yang beranggotakan 5.000 orang. Sedangkan misi Baptis Australia melaporkan 120 gereja dengan 7.000 orang. Pada tahun 1957 Utusan Baptis Selatan memasuki Pakistan Timur dan menghasilkan lima buah gereja dengan 200 anggota.
3. Baptis di Ceylon dan Nepal
Pekerjaan Baptis di Srilanka (Ceylon) dipimpin oleh James Chaster pada 1812. Pada tahun 1963 ada 3.203 anggota. Sedangkan jumlah orang Baptis di Nepal tidak diketahui jumlahnya.
4. Baptis di Birma
Birma (Myanmar) adalah lapangan yang pertama dan merupakan lapangan yang paling subur Konvensi Baptis Amerika (Utara). Permulaan orang Baptis di Birma tidak dapat dilepaskan dari nama Adoniram Judson dan Ann Hassletine Judson. Dialah perintis pekerjaan Injil di Birma yang dalam pelayanannya telah menguburkan dua orang istrinya, beberapa orang anaknya, dan akhirnya nyawanya sendiri. pada tahun 1914 ada kira-kira 4.000 orang menjadi anggota gereja Baptis.
George Boardman melayani selama empat tahun dan meninggal. Dialah utusan Injil pertama yang mencurahkan hidupnya bagi suku Karen. Pada tahun 1856, hampir 12.000 orang suku Karen menjadi anggota gereja Baptis. Jumlah ini meningkat menjadi 47.530 pada tahun 1914 dan menjadi 103.904 orang dan 1.061 gereja pada tahun 1957. Pekerjaan Ijil juga dilakukan kepada suku-suku lain seperti Kachin, Shan, dan Chin. Keputusan pemerintah menjelang tahun 1965 telah memaksa semua utusan Injil keluar dari Birma. Pada tahun 1964 tercatat lebih dari 212.000 orang Baptis di Birma.

Baptis di Asia Utara dan Tengah
1. Pekerjaan Baptis di Cina
Kesaksian Baptis di Cina dimulai pada tahun 1834 di bawah pimpinan Konvensi Triennial (William dan Matilda Dean). Tahun 1936 pendeta Alanson Reed dan pendeta J.L. Shuck memeulai pekerjaannya dan bulan Desember 1835 membaptiskan tiga orang. Cabang Cina Selatan dibuka tahun 1936, cabang Cina tengah dibuka pada 1847, cabang Cina Utara dimulai tahun 1895, dan cabang Cina daerah pedalaman dibuka tahun 1904. Akhirnya pada tahun 1948 suatu konvensi Baptis Cina didirikan. Selain penginjilan, beberapa STT dibuka di berbagai tempat di Cina. Juga rumah sakit dan perkumpulan penerbit Baptis. Diperkirakan ada sekitar 123.000 orang Baptis di negeri Cina daratan.
2. Baptis di Hongkong dan Macao
Pekerjaan baptis di Hongkong dimulai tahun 1842 oleh J. Lewis Shuck dan pada tahun 1938 gabungan Baptis Hongkong diorganisasikan. Baptis Selatan memasuki Hongkong kembali pada 1949. Menurut laporan tercatat 28 gereja dan 15.000 orang anggota. Sedangkan di Macao terdapat sebuah gereja dengan 750 anggota.
3. Baptis di Taiwan
Pekerjaan misi yang pertama di Taiwan dilakukan oleh Presbyterian Inggris dan Canada. Baptis Selatan mulai bekerja di Taiwan tahun 1948 oleh Bertha Smith dan pendeta Yang Mei Tsai. Pada tahun 1965 Baptis Selatan mencatat 9.700 (selanjutnya 10.995) anggota gereja dan 30 gereja.
4. Baptis di Jepang
Utusan-utusan Injil mulai memasuki Jepang beberapa bulan setelah perjanjian pembukaan dua buah pelabuhan Jepang pada tahun 1854. Pada awal tahun 1860, pendeta J. Goble tiba di Jepang dan tahun 1872 Konvensi Baptis Amerika mulai bekerja dengan pelaksana Nathan Brown. Pekerjaan Baptis Selatan dimulai tahun 1857. Perang saudara di Amerika menghalangi usaha penginjilan sampai tahun 1889 ketika John William McCollum dan Dru Collins McCollum diangkat untuk bekerja di Jepang.
Perang Dunia II mengakibatkan kerusakan dalam pekerjaan Baptis di Jepang. Orang Baptis mengalami aniaya dan sembilan gereja bubar sehingga keanggotaan Baptis berkurang dari 2.700 menjadi kurang dari 500 orang. Berakhirnya perang membuka peluang bagi pekabaran Injil. Pada tahun 1964 ada lima gereja Baptis yang berbahasa Inggris dan tahun 1963 ada gerakan pekabaran Injil yang berbuah dengan beribu-ribu orang yang bertobat.
5. Baptis di Korea
Pekerjaan Baptis dimulai pada tahun 1895 dengan kedatangan utusan-utusan Injil yang dibantu oleh gereja Baptis Boston , Massachusetts. Selain gereja, didirikan STT Baptis Korea, penerbitan, rumah sakit William L. Wallace dan toko-toko buku. Tahun 1965 orang-oirang Baptis Selatan mencatat 160 gereja dengan 6.600 orang anggota.

Baptis di Asia Tenggara
1. Baptis di Filipina
Kesaksian Baptis dimulai tahun 1900 di pulau Panay dan Negros. Konvensi Baptis Filipina diorganisasikan tahun 1935. Konvensi itu terdiri dari 150 gereja dan lebih dari 10.000 anggota.
Pekerjaan Baptis Selatan dimulai tahun 1948 ketika utusan Injil dari Cina dengan beberapa guru pindah ke Baguio untuk belajar bahasa. Sambil belajar mereka juga memberi kesaksian kepada orang Cina Filipina. Kesaksian berbuah menjadi sebuah gereja pada 1950. Pada tahun 1965, orang-orang Baptis Selatan di Filipina tercatat sejumlah 8.390 orang dalam 79 gereja dan 104 pendeta nasional.
2. Baptis di Vietnam Selatan
Pada tahun 1954, Vietnam dibagi menjadi Vietnam Utara yang komunis dan Vietnam Selatan. Utusan-utusan Injil pertama tiba pada tahun 1959. Petobat pertama dibaptiskanpada 1962. Usaha penerbitan dimulai tahun 1962. Sekitar tahun 1965 ada 130 orang Baptis Vietnam namun dengan kesaksian yang maju memberikan harapan yang baik.

3. Baptis di Muangthai (Thailand)
Thailand pertama kali menerima kesaksian Protestan pada tahun 1828 melalui Dr. Karl F. Gutzlaff. Sedangkan kesaksian Baptis dimulai oleh pendeta John Taylor Jones pada tahun 1833. Sebuah gereja Cina didirikan di Bangkok tahun 1937 dan mempunyai 400 anggota pada tahun 1954.
Pekerjaan Baptis Selatan dimulai tahun 1949 dan gereja pertama dibuka di Bangkok tahun 1951. Sampai tahun 1965 ada dua belas pusat yang dilayani. STT Baptis dibuka tahun 1952, toko buku (1953), rumah sakit dan klinik berkeliling. Total orang Baptis ada 4.065 orang dalam tujuh gereja.
4. Baptis di Malaysia
Pada tahun 1937 seorang pemimpin awam Baptis Cina mengorganisasikan dua gereja kecil, satu di singapura dan satu di Alor Satar, Malaysia. Utusan-utusan Injil Baptis datang ke Malaysia tahun 1950. Dalam waktu sepuluh tahun, pekerjaan itu menghasilkan 20 buah gereja dan lebih dari 1.600 orang anggota. Dalam tahun 1965 ada 25 gereja dengan 1.450 anggota.


















Pasal VIII: Baptis di Indonesia

Permulaan Baptis di Indonesia
Permulaan Baptis di Indonesia terjadi pada awal tahun 1.800-an. Pada awal tahun 1812, delapan orang serdadu Inggris mendirikan sebuah gereja Baptis di Semarang. Hampir satu tahun kemudian utusan Baptis pertama yaitu William Robinson tiba di Jakarta. Di antara yang membantu Robinson adalah Thomas Trowt. Salah satu hasil pekerjaan Trowt adalah Gottlob Bruckner. Bruckner menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jawa. Dia melayani selama 43 tahun hingga meninggal tahun 1857 di Semarang.
Pada tahun 1814, Jabez Carey (anak William Carey) datang ke Ambon dan melayani selama empat tahun. Sesudah orang-orang Belanda menguasai Indonesia, Carey terpaksa meninggalkan Ambon.
Pada pertengahan tahun 1819, Nathaniel Ward mendarat di Sumatera. Bersama Richard Burton dan Charles Evans, merekalah yang pertama kali memperkenalkan kekristenan pada suku Batak.

Baptis Selatan di Indonesia
1. Permulaannya
Pada hari natal 1951, tiga orang utusan Injil baptis mendarat di Jakarta dan dimulailah pekerjaan Konvensi Baptis Selatan di Indonesia. Buren Johnson, Stockwell Sears, dan Charles Cowherd adalah para pelopornya. Selama empat belas tahun orang Baptis Selatan telah bertambah sehingga terdapat 3.965 anggota dalam 71 gereja pada tahun 1965.
2. Pertumbuhan Gereja-gereja
Baptis selatan mengorganisasikan gereja pertama di Bandung pada 23 November 1952. Pendeta Charles Cowherd membaptiskan tujuh petobat baru dan tiga belas orang bergabung dengan gereja Baptis. Di jakarta, gereja Baptis Calvari diorganisasikan rahun 1955, gereja Baptis Immanuel di Surabaya (1953), dan tempat-tempat lainnya.
3. Lembaga-lembaga
Perkembangan gereja di Indonesia dibantu dan diperkuat oleh empat buah lembaga yang berpusat pada pelayanan pengobatan, pendidikan pemimpin gereja, penerbitan, dan pekerjaan di antara para mahasiswa. Kediri dipilih bagi tempat permulaan pekerjaan pengobatan. Dr. Kathleen Jones memelopori pekerjaan klinik di Kediri pada tanggal 28 Februari 1957.
4. Sekolah Perawat Baptis
Pada tahun 1961 sebuah sekolah perawat Baptis dibuka di RS Baptis Kediri di bawah pimpinan Virginia Miles. Sedangkan Semarang dipilih menjadi tempat STT Baptis Indonesia. 11 Oktober 1954 adalah hari perkuliahan pertama dengan dua belas mahasiswa.
Gedung penerbitan Baptis didirikan pada tahun 1960. Pekerjaan di antara para mahasiswa dimulai tahun 1963 di Yogyakarta. Pusat mahasiswa kedua dibuka di Semarang.

Pekerjaan Baptis Yang Lain di Indonesia
1. Orang-orang Baptis Australia di Irian Jaya
Pekerjaan Baptis Australia di Irian Barat merupakan perluasan dari pekerjaan yang sudah diselenggarakan di Irian Timur. Cabang pekabaran Injil pertama didirikan di Tiom, dan pada awal tahun 1957 dibuka di Maki, Jukwa, dan dua tahun kemudian di Sungai Pit. Pekerjaan penginjilan diperkuat dengan pelayanan pengobatan, kesempatan pendidikan, dan pekerjaan sosial. Pada tahun 1957 sebuah peguruan tinggi dicoba di Tiom.
Di Tiom dan Maki didirikan gereja-gereja dengan anggota sekitar 35 orang masing-masing gereja. Pada tahun 1961 pecah gerakan melawan masyarakat kristen. Gedung-gedung dibakar dan dirampok dan lebih dari 100 dibunuh. Setelah kerusuhan, terciptalah semangat persatuan yang besar sehingga pekerjaan menjadi maju.
2. Baptis di Antara Orang-orang Kalimantan Asli
Pekerjaan di Kalimantan dirintis oleh suami-istri Bremon. Ketika mereka meninggalkan Kalimantan, mereka menyerahkan pekerjaan kepada Perkumpulan pengutusan Injil Luar Negeri Baptis Konservatif. Ada beberapa utusan Injil di Kalimantan dan menerima sambutan yang baik dari orang-orang Kalimantan asli.
3. Baptis “Mid-Mission”
Batis “Mid-Mission” mengangkat seorang wanita, Helena Jean Moose sebagai utusan Injil. Moose melayani di “The Chinese Baptist Church” di Jakarta. Gereja itu diorganisasikan 87 hari sebelum gereja Baptis pertama di Bandung.

Kesimpulan
Hasrat utama kaum Baptis adalah melayani rakyat Indonesia. Tujuan utamanya adalah memuliakan Tuhan. Kaum Baptis tersebar pada lima buah pulau di Indonesia.


Penutup
Sesungguhnya perkembangan sejarah Gereja-gereja Baptis di seluruh dunia adalah sebagian kecil dari “jejak-jejak kaki” Allah. Gereja-gereja Baptis telah melayani Allah dan mendedikasikan dirinya bagi kemuliaan Allah semata. Apa yang telah dilakukan para perintis di masa lalu dengan segala pengorbanannya adalah bukti kesetiaan mereka kepada Allah dan bukti kesetiaan Allah pada mereka pula. Semua aniaya dapat mereka tanggung karena Allah-lah yang menguatkan mereka. Sungguh buku yang bagus (menginspirasi) terlepas dari penulisannya pada tahun 1965 sehingga buku ini perlu di up-to-date.