Saturday, April 5, 2008

Timeless Calling and Grace

Hakim-hakim 17: 6; 21:25 ‘Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri”

Satu hal yang selalu menjadi kegentaran saya dalam menyampaikan renungan adalah: jangan sampai saya menyampaikan Firman Tuhan secara keliru karena jika keliru dan diterima saudara sebagai kebenaran, artinya saya adalah penyesat Firman dan itu sangat mengerikan, dosa saya dobel karena itu mari kita berdoa agar Roh Kudus sendiri yang mengiluminasikan kebenaran Firman Tuhan dalam hati kita masing-masing.

Sebagai seorang pengusaha kecil-kecilan, kadang saya mendapati bahwa beberapa karyawan suka bekerja sesuka hatinya sendiri misalnya berhenti bekerja ketika tidak ada yang mengawasi dan buru-buru bekerja ketika saya datang. Apakah saudara-saudara mempunyai pengalaman yang sama? Kalau tidak, coba saudara tes. Saudara bilang mau pergi ke luar kota tapi diam-diam menyelinap kembali dan memperhatikan mereka. Kita akan mendapati bahwa manusia sulit untuk mematuhi peraturan dan suka untuk bertindak menurut kemauannya sendiri.

Saudara-saudara, kalau kita melihat sejarah bangsa Israel maka kita mendapati bahwa dalam kitab Keluaran Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Kemudian dalam kitab Yosua kita melihat Yosua meneruskan kepemimpinan Musa dan memimpin bangsa Israel berperang dan merebut tanah Kanaan. Maka kitab Hakim-hakim mencatat kehidupan bangsa Israel di tanah perjanjian, tanah Kanaan. Pasal 2 mengatakan setelah kematian Yosua maka bangsa Israel mulai berpaling dari Tuhan dan menyembah Baal. Sebagai akibatnya Tuhan murka dan menyerahkan bangsa Israel ke dalam penjajahan bangsa kafir. Dalam penderitaan, mereka berteriak mohon pertolongan Tuhan dan Tuhan membangkitkan seorang hakim untuk memimpin bangsa Israel berperang serta memberikan kemenangan. Bangsa Israel berbuat baik sampai hakim tersebut mati, kemudian mereka kembali lagi pada ketidaksetiaan. Jadi setelah satu angkatan berlalu, muncul generasi baru dan mengulangi kesalahan yang sama dengan menyembah berhala. Akibatnya selama jaman hakim-hakim kita melihat suatu pola yang sama yaitu: menyembah berhala, dijajah, bertobat, pertolongan Tuhan datang melalui para hakim, generasi lama berganti generasi baru dan pola yang sama berulang kembali sehingga hukuman Tuhan tidak habis-habisnya menimpa Israel. Nah, setelah hakim terakhir yaitu Samson mati, Hak 17:6 dan ditegaskan lagi pada pasal dan ayat terakhir (21:25) bahwa orang Israel berbuat menurut apa yang dianggapnya baik oleh dirinya masing-masing. Ketika sebuah ayat tercatat dalam Alkitab dan ayat tsb diulangi lagi, maka kita tahu ini adalah suatu hal yang ditekankan oleh penulis. Perbuatan apakah yang dilakukan oleh bangsa Israel?
Pasal 17 mencatat bagaimana Mikha (suku Efraim) mencuri uang ibunya dan men-tahbiskan anaknya menjadi imam padahal jelas hanya suku Lewi-lah yang boleh menjadi imam. Pasal 18 menulis bagaimana suku Dan merebut/merampok Mikha. Pasal 19 mencatat perbuatan a moral yang dilakukan sekelompok orang dari suku Benyamin sehingga akhirnya terjadi perang saudara antara suku Benyamin yang dikeroyok orang Israel lainnya. Pasal 20 mencatat perang yang dahsyat luar biasa, 25.000 orang suku Benyamin dibunuh oleh bangsa Israel, setelah reda amarahnya ternyata hanya tersisa 600 pria tanpa seorangpun wanita dari suku Benyamin. Saudara, suku Benyamin terancam punah karena sebelum perang suku-suku Israel lainnya telah bersumpah untuk tidak menikahkan wanita-wanita mereka dengan pria-pria dari suku Benyamin. Bagaimana jalan keluarnya? Pasal 21: mereka menyuruh pria Benyamin untuk menculik perempuan Silo dan menjadikannya istri mereka. Begitu rusaknya moral bangsa Israel sehingga kitab hakim-hakim diakhiri dengan perkataan: setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Sekarang menurut saudara adakah kemiripan apa yang terjadi dalam jaman hakim-hakim dengan jaman kita hari ini. Bangsa Israel dikatakan hidup menurut apa yang benar menurut pandangannya sendiri artinya hukum dan perintah Allah Yahweh tidak diperdulikan lagi sehingga agama hanyalah menjadi suatu tradisi atau bahkan manusia memperalat agama untuk mendapatkan sesuatu. Chuck Colson yang melakukan pelayanan di penjara-penjara mengatakan Christianity is up, but morality is down. Sebuah survey mendapati bahwa di daerah-daerah kantong kristen di AS ternyata tingkat perceraian orang di luar kristen adalah 36% dan di antara orang kristen adalah 35%. 6 tahun yang lalu George Barna dalam bukunya ‘A Fish Out of Water’ sudah memperingatkan bahwa Amerika sedang menuju suatu jaman anarki moral dan rohani, di mana manusia akan kebal (tidak perduli) terhadap hukum, peraturan, nilai-nilai keluarga dan ajaran gereja, melainkan mereka akan melakukan apa yang mereka inginkan, kapanpun mereka menginginkannya, demi alasan apapun yang mereka inginkan, telepas dari nilai-nilai yang berlaku (1). Kompas, 27-03-2008, hal 11 menulis seorang remaja Jepang berusia 18 th tiba-tiba mendorong seseorang yang sedang menunggu kereta api sampai mati karena terlindas kereta. Ketika ditanya polisi ia menjawab dengan enteng: ‘jika saya telah membunuh seseorang, ya silahkan tahan saya karena saya tak perduli siapa yang saya bunuh’. Saudara, kisah nyata seperti ini dapat dengan mudah ditambahkan kalo kita mau sedikit mencermati koran. Bukankah ada kemiripan antara hari ini dengan jaman Hakim-hakim yang ditulis kira-kira 3.000 tahun yang lalu?.
Rakyat Kacau, Pemimpin Ngaco
Saudara, kita kembali ke hakim-hakim: Di tengah kemerosotan moral bangsa Israel, celakanya para imam, para hamba Tuhan yang seharusnya berteriak melawan penyelewengan-penyelewengan umat justru hidup setali tiga uang. Eli adalah imam besar dan kedua anaknya (Hofni dan Pinehas) adalah imam-imam namun tragisnya mereka justru memakai jabatannya sebagai sarana untuk berbuat dosa.

1 Samuel 2: 12-13a ‘Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu’.
Dosa pertama: Hofni dan Pinehas adalah pencuri. Mereka mengkorupsi korban bakaran kepada Tuhan dengan mengambilnya sebagian untuk mereka sendiri.
1 Samuel 2: 22-24 ‘Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran’.
Dosa kedua: Menurut hukum dalam Ul 21: 18-21 dosa Hofni dan Pinehas seharusnya dihukum rajam sampai mati, tetapi Eli hanya menegur mereka saja.
Dosa ketiga: Eli membiarkan konsep ibadah Baal berlaku di bait Suci. Dalam agama Baal dikenal adanya pelacur bakti yaitu para wanita dan pria yang ditempatkan di kuil dan disediakan untuk melayani kebutuhan biologis jemaatnya. Di sini kita melihat justru Hofni dan Pinehas yang berjinah dengan para pelacur itu. (2)
1 Samuel 2: 29 ‘Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?’.
Dosa keempat: dalam ayat 12 dan 13 di atas dikatakan yang mencuri korban bakaran adalah Hofni dan Pinehas, tetapi rupanya hal ini diketahui oleh Eli dan dimakan olehnya sampai dirinya gemuk. Juga dikatakan Eli menghormati anaknya lebih dari Tuhan sendiri.

Seperti Apa Para Pemimpinnya, Seperti Itu Gerejanya.
Peter Scazzero menulis dalam bukunya “Gereja Yang Sehat Secara Emosional’ bahwa seperti apa para pemimpinnya, seperti itu Gerejanya artinya pemimpin mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan jemaat secara menyeluruh termasuk world-view dan karakter. (3)
Beberapa tahun yang lalu ada sebuah percakapan dua orang ibu-ibu di ruang tunggu seorang dokter:
‘Sus, jaman sekarang kalo pergi ke gereja jangan pakai perhiasan lho’
‘Iya benar, kan sekarang memang banyak rampok dan jambret’
‘Bukan itu maksud saya, minggu lalu di gereja pendetanya kotbah untuk mempersembahkan harta kita buat Tuhan. Lha kok saya merasa kaya dihipnotis, ndak sadar lalu kalung, gelang semua tak copot, tak masukkan ke kantong kolekte. Pulang dari gereja baru saya rasane gelo banget’

Saudara, Dave Hendrick, seorang dosen dari Dallas Teological seminary kemana-mana selalu mengantongi sebuah buku kecil yang berwarna hitam. Isinya lebih dari 100 nama-nama mahasiswa seminary, hamba-hamba Tuhan, gembala-gembala yang jatuh hanya dalam dosa seksual. Tujuannya adalah mengingatkan diri sendiri dan para mahasiswanya agar ‘jangan sampai namamu masuk dalam bukuku’.

Seakan belum cukup, ada banyak puluhan contoh-contoh yang lain tapi saya angkat beberapa saja:
James Baker, Marvin Gorman dan Jimmy Swaggart. 1986, Jimmy Swagart mengekspose penyelewengan James Baker dan Marvin Gorman. Sebagai balasan Gorman menyewa detektif untuk memfilmkan bagaimana Swaggart mengunjungi tempat prostitusi. Seakan-akan Swaggart menyesal dan bertobat tapi lima tahun kemudian dia ditangkap polisi ketika bersama seorang pelacur. (4)
Pdt. ‘B’ yang rumahnya berharga $10 jt, th 2006 meminta donasi untuk membeli pesawat jet seharga $ 36 juta, pada 1989 menubuatkan kedatangan Kristus dan kematian Fidel Castro; 1995 menubuatkan kehancuran komunitas gay Amerika; 2000 menubuatkan pergantian Paus yang akan berasal dari Italia pada 2002. Menubuatkan th 2007 lumpur Lapindo akan teratasi dan Indonesia akan mengalami transformasi di mulai dari Surabaya. Kabar terakhir yang saya baca dari milis, saat ini dia sedang dituntut oleh seorang anak buahnya yang berperan sebagai orang sakit yang disembuhkan dalam KKR-nya dan sedang diselidiki oleh kongres AS yang mempertanyakan pertanggung-jawabannya atas uang sumbangan sebesar $ 89 juta dalam satu tahun saja.
Seorang penginjil pernah dua kali menubuatkan kematian istrinya (yang kedua malah taruhan 100jt); mengadakan perkawinan ‘dalam Roh’ antara anaknya perempuan yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak dengan seorang pendeta sukses yang juga sudah berkeluarga dan punya anak. Tahun lalu ia mengalami kecelakaan ketika mengendarai mobil Mercy-nya sehingga menantunya meninggal. Yang menarik dalam minggu yang sama muncul pemberitaan kasus anaknya yang terlibat penggelapan dana 100M. Hal ini menyebabkan rumah mewah, beberapa sertifikat tanah, bangunan, RK, mobil mewahnya disita. (5)

Adakah Jalan Keluar Dari Tuhan?
Di tengah krisis multi dimensi yang melanda bangsa Israel masihkah ada harapan yang tersisa?
1 Samuel 3: 1-4 ‘Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak sering. Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah. Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa.’

Ketika imam Eli hatinya sudah membatu dan tidak mau bertobat, Tuhan membangkitkan seorang anak kecil yang bernama Samuel untuk menjadi nabi menggantikan Eli. Tuhan bukan seperti seorang kakek reot yang kebingungan menghadapi pemberontakan anak-anak-Nya. Dia adalah Allah yang berdaulat mutlak dan tahu kebutuhan anak-anak-Nya. (6)

Saudara-saudara yang saya kasihi, memang saat ini kita hidup dalam jaman yang ‘up-side down’ dimana kebenaran dikatakan salah dan kesalahan dikatakan benar. Di tengah dunia yang seperti inilah kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia. Ketika cukup banyak hamba Tuhan telah menyeleweng dari kebenaran yang sejati, ijikan saya bertanya apakah kita mau berkomitmen untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati?, maukah kita menjadi Samuel, Samuel jaman ini? Mari kita tundukkan kepala dan merenungkan panggilan Tuhan kepada kita semua sesuai dengan profesi masing-masing.

Suara Tuhan yang lembut ketika Ia memanggil Samuel, Samuel 3.000 tahun yang lalu malam ini masih terdengar bagi saudara dan saya. Suara yang sama, yang menyerahkan nyawa-Nya di Kalvari 2.000 tahun yang lalu, suara yang sama, yang dipuncak penderitaan-Nya berteriak Eli, Eli, lama sabakhtani? Suara itu rindu agar kita memperbaharui komitmen kita kepada-Nya malam ini. Berapapun besarnya kesalahan kita, dosa itu seharga tiap tetes darah Yesus yang dicurahkan di Kayu Salib. Mari kita berdoa.

Hendra, 280308
Bibliografi:
George Barna, A Fish Out of Water
Samin H. Sitohang, Kasus-kasus dalam Perjanjian Lama
Peter Scazzero. Gereja Yang Sehat Secara Emosional
Christian Evangelist Scandals, Wikipedia
Nathanael B.S., Gereja Undercover
Benny Solichin, Application of the Message
Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama
Andrew E. Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1