Friday, October 1, 2010

(Tugas Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru)

Missions** And The New Testament Scripture
(Tugas Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru)
Diterjemahkan oleh Hendrawan Widodo

** misi (mission) adalah misi Allah (missio Dei, sedangkan misi (missions) adalah tugas dari misi Allah itu. “Mission” adalah “pengutusan Tuhan”, “missions” adalah tugas-tugas “mission” Yaitu tugas-tugas pengutusan yang dilaksanakan oleh umat Allah untuk menggenapkan keseluruhan rancangan Allah yang kekal guna membawa shalom bagi ciptaan-Nya.

Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru
Dalam studi kita tentang Perjanjian Baru, agar kita dapat menangkap signifikansi artinya secara penuh sebagai sebuah buku misi, kita akan menjauh sedikit dan melihatnya secara keseluruhan daripada sekedar melihat bagian-bagian yang digabungkan untuk membuktikan adanya pengajaran misinya. Kita ingin untuk mengerti tempatnya dalam Kitab Suci, pesan-pesannya sebagai pewahyuan Ilahi, tujuan penulisannya, dan tujuan dari institusi-institusi dan operasional-operasional yang dimaksudkannya.

I. Tujuan Perjanjian Baru
Sebuah fakta yang mengejutkan, diungkapkan oleh catatan, bahwa Kristus, sang penulis gerakan misi, tidak menulis sebuah bukupun, dan tidak memberikan sebuah arahan yang spesifik kecuali instruksi kepada para murid-Nya untuk berkumpul di Yerusalem sampai mereka mendapat kuasa dari Sorga, dan perintah untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Kabar Gembira kepada seluruh bangsa-bangsa. Kelihatannya Dia melakukan sendiri seluruh pekerjaan mengajar, berkhotbah, dan menyembuhkan. Dia meninggalkan tugas kepada para murid-Nya untuk bersaksi tentang diri-Nya kepada seluruh dunia (KPR 1:8).

1. Diperlukan Sebuah Wahyu Tentang Injil.
Murid-murid Kristus, yang harus menyebarkan sebuah kepercayaan baru, memerlukan sebuah interpretasi/penafsiran yang terpercaya akan diri Yesus, kehidupan dan pesan-pesan-Nya. Memang mereka sudah mempunyai Perjanjian Lama, tetapi hal itu belum cukup. Menghadapi fakta akan kuatnya kepercayaan bangsa Israel dan kepercayaan pagan orang-orang non-Yahudi, mereka segera sadar jika mereka akan mengabarkan Kabar Baik kepada seluruh bangsa-bangsa, mereka harus mempunyai dokumen tertulis yang tidak hanya berisi ajaran Kristus, tetapi juga menunjukan bahwa kepercayaan baru bertumbuh keluar dari hidup-Nya dan pelayanan-Nya adalah puncak dari Perjanjian Lama dan konsumasi (pemenuhan akhir) dari maksud penebusan Tuhan bagi seluruh dunia. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bahwa Roh Kudus menginspirasikan penulisan Kitab Suci Perjanian Baru.
2. Untuk Menginterpretasikan Kristus.
Perjanjian Baru ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mencapai dua tujuan: (1). Untuk memperlihatkan bahwa kehidupan dan pelayanan Yesus adalah pemenuhan dari Perjanjian Lama; (2). Untuk memberikan Kabar Baik Yesus beserta intrepetasinya kepada dunia: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3:16 – 17).
Kristus meninggalkan murid-murid-Nya, yang akan dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, untuk bersaksi bagi-Nya di seluruh dunia (KPR 1:8). Mereka yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, telah menulis kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai bagian dari kesaksian mereka kepada Yesus, untuk menyatakan kepada dunia Kabar Baik ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
3. Sebuah Pesan Misi.
Perjanjian Baru berada di atas segala sesuatu buku-buku misi. Perjanjian Baru ditulis oleh para misionaris bagi gereja-gereja yang misioner dan delapan belas berita misi mengungkapkan sebuah agama yang misioner bagi seluruh dunia. “Dalam situasi yang nyata dan penting, “ kata Dr. Carver, “Perjanjian Baru adalah produk usaha penginjilan/misi. Sebuah hal yang paling penting adalah Roh Kudus memberikan kepada kita Wahyu Kristiani untuk memenuhi kebutuhan akhir pekerjaan misi dalam bersaksi tentang Yesus (Seluruh dunia dalam seluruh kata-kata).
Karenanya Perjanjian Baru tidak hanya berisi misi Injil, melainkan hanya misi Injil. “Hal ini secara mendalam menghindari menjadi sesuatu yang lain” kata Dr. Horton. “itu bukanlah hukum perburuhan atau kode yang menarik, bukan sistem stereotype dari institusi gereja, bukan kegiatan seremonial atau pendeta, atau gedung gereja – semuanya adalah akumulasi atau pertumbuhan - tetapi secara simpel dan teguh adalah sebuah suara, suara tangisan di padang gurun, sebuah suara dari Sorga, suara yang mengundang semua manusia kepada Kerajaan Allah, dan berkata, “Biarlah dia yang mendengar datang”.

II. Tujuan Kabar Baik Misi
Karakter misi Perjanjian Baru diperlihatkan dalam seluruh kitab-kitabnya terutama dalam ke-empat Injil. Studi secara mendalam menunjukkan ke-empat Injil tidak hanya menulis tentang biografi Yesus saja, melainkan untuk menafsirkan Dia dan berita-Nya kepada seluruh dunia dalam konteks misi (Yoh. 20:30 – 31).

1. Kristus Adalah Penguasa Dunia – Matius.
Tujuan penulisan Injil Matius adalah untuk mengungkapkan Kristus sebagai penguasa dunia. Lebih lanjut, hal itu adalah Kabar Baik dari otoritas-Nya: otoritas atas segalanya – hak untuk mewarisi kekuasaan yang diungkapkan dalam karakter-Nya; hak untuk mengelola seperti yang ditunjukkan dalam penebusan-Nya; hak untuk mengungkapkan Wahyu seperti yang dinyatakan dalam pengajaran-Nya.
Matius mengawali Injilnya dengan silsilah yang menempatkan Yesus dalam garis keturunan Daud. “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.” (Mat. 1:1). Hal ini mengkaitkan Yesus dengan dua kovenan terpenting dalam Perjanjian Lama yaitu kovenan Daud (Raja) dan kovenan Abraham (Janji Tuhan) (Kej. 15:18; 2 Sam. 7:8 – 16). Matius menutup Injilnya dengan sebuah visi akan kedatangan Kristus ke dunia dengan penuh kemuliaan dan kekuasaan (Mat. 25:3 – 46). Kalimat kunci adalah: “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:10).
2. Kristus Adalah Pekerja Yang Berkuasa – Markus.
Injil Markus ditulis untuk mengungkapkan Yesus sebagai pelayan Allah. Injil ini menggabungkan pakaian kerajaan dengan kain pelayan. Dia selamanya bekerja dengan kekuasaan yang hebat dan kemenangan. Kalimat kunci adalah: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mar. 10:45).
Dalam Injil ini karakter pelayan Kristus berlanjut terus menerus tanpa terputus. Di sana tidak ada silsilah, karena siapa yang memberikan silsilah seorang pelayan?. Tetapi, pelayan yang rendah hati, yang mengosongkan diri-Nya dari rupa Allah dan mengambil rupa manusia (Fil. 2:6 – 8) adalah Allah yang berkuasa (Kol.2:9) seperti yang dinyatakan oleh Markus 1:1, dan karenanya pekerjaan besar menyertai dan mengklarifikasikan pelayanan-Nya.
Sebagai Injil – Pelayan, Markus mempunyai karakteristik Injil perbuatan daripada kata-kata.
Kristus diungkapkan sebagai pekerja Ilahi yang merestorasi dunia yang hilang dan jatuh. Dia mengusir setan-setan, menyembuhkan berbagai penyakit, memperbaharui mereka yang berdosa, mengalahkan kematian dan menghidupkan. Dia memulihkan yang hancur. Dia menghardik dan mengusir setan untuk menolong mereka yang dapat dipulihkan dan dan ditolong. Dia adalah pelayan Allah, berkuasa penuh, menderita, berkarya tanpa henti, sampai pada akhirnya. Dia berkarya tanpa cacat sehingga manusia dapat diselamatkan. Dia mengimpartasikan roh yang sama kepada para murid-Nya, sampai setelah kematian-Nya “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mar. 16:20). Injil Markus adalah sebuah panggilan untuk menderita bersama Kristus bagi penebusan dunia.

3. Kristus Adalah Manusia Yang Sempurna – Lukas.
Injil Lukas ditulis untuk menyatakan Kristus sebagai Anak Manusia yang sempurna. Lukas melihat Yesus dengan kesadaran penuh akan tujuan Allah ketika Dia berkata, “"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej. 1:26). Pada diri Yesus-lah gambaran dan rupa Allah yang nyata pada manusia terjadi.
Lukas memulai Injilnya dengan menyatakan kejadian-kejadian ajaib berkaitan dengan kelahiran Yohanes dan Yesus. dia mengisahkan kunjungan malaikat Gabriel kepada Maria dan pernyataan kepada Maria tentang fakta yang mulia bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias: “Karenanya, juga pribadi yang suci akan dilahirkan darimu dan harus disebut sebagai Anak Allah” (Luk. 1:25 – 38). Seluruh Injil Lukas adalah Wahyu (pengungkapan) bahwa manusia berdosa dapat diselamatkan dan menjadi sempurna, suci, diberkati, dan kekal. Kalimat kuncinya adalah “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10).
4. Kristus Adalah Anak Allah – Yohanes.
Injil Yohanes ditulis untuk menyatakan ke-Tuhanan Yesus. Di dalamnya kita mendapati keteraturan progresifitas kata-kata dan karya-karya yang memperlihatkan Yesus adalah Anak Allah. Yohanes menguraikan misteri ini seperti cahaya yang belum pernah terlihat sebelumnya. Yohanes memperlihatkan bahwa Krsitus adalah Allah yang menyertai kita.
Tujuan pokok Injil Yohanes adalah agar manusia percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah (Yoh. 20:31). Injil Yohanes memperlihatkan bahwa Kristus dalam realitas adalah Anak Allah dan merupakan identitas dan realitas dari kehadiran-Nya, simpati-Nya, kuasa-Nya bersama gereja-Nya sepanjang waktu. Lebih lanjut, dia tidak seperti yang digambarkan oelh Matius (sebagai Anak Daud), oleh Markus (sebagai pekerja yang berkuasa), oleh Lukas (sebagai Anak Manusia), tetapi Yohanes menggambarkan Yesus sebagai Firman, Anak Allah (Yoh. 1:12 – 13).
Kalimat kuncinya adalah “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Dalam eksistensi-Nya, kita memperoleh pengetahuan akan artinya eksistensi Allah. Dalam perkataan-Nya, kita belajar kebenaran asali dari Allah. Dalam tindakan-Nya, kita menemukan aktivitas Allah. Dalam Injil Yohanes, Kristus menghubungkan para murid-Nya kepada diri-Nya dengan cara menjadikan hidup dan aktivitas para murid menjadi kelanjutan pelayanan penebusan-Nya. “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21).
5. Pernyataan Misi.
Pada ke-empat Wahyu Kristus dalam ke-empat Injil, kita mendapatkan amanat misi.
Injil Matius adalah Kabar Baik dari Raja. Amanat Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk memproklamirkan ke-Tuhanan Yesus ke seluruh dunia. Inilah catatan pertama dari khotbah, apakah ada di rumah atau di luar negeri. Inilah catatan pertama yang dibutuhkan dunia (Mat. 28:18 – 20).
Injil Markus adalah Injil pelayanan. Amanat Yesus yang dicatat berdasarkan pada kewajiban para murid-Nya untuk memproklamirkan Kabar Baik penebusan-Nya ke seluruh dunia. Itulah sebuah berita tentang pemulihan dan pembaharuan (Mar. 16:15 – 16).
Injil Lukas memberitakan Kabar Baik dari Manusia yang ideal dan sempurna. Amanat Yesus yang dicatat kepada para murid-Nya adalah kewajiban mereka untuk mengungkapkan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan seluruh dunia. Siapa saja yang menerima Dia wajib untuk bersaksi, membuktikan, menyatakan, menjalankan teladan Kristus, menjawab kegagalan dunia dengan kemenangan yang mereka alami (Luk. 24:46 – 49).
Injil Yohanes adalah Kabar Baik akan demonstrasi/tanda dari Allah. Amanat yang dicatat oleh Yohanes adalah panggilan para murid untuk bersekutu bersama Kristus dalam pelayanan-Nya di dunia untuk melawan dosa. Kemanusiaan berada dalam keadaan yang tidak harmonis dengan Allah. Sebagai hasilnya, terjadi pergolakan, ketakutan, kecurigaan, ketidak-stabilan dalam pemerintah, keberdosaan dalam kehidupan pribadi, kesedian dan luka di mana-mana. Dosa adalah penyebab itu semua dan dosa tidak harmonis dengan Allah. Kristus datang untuk merekonsiliasi dunia dengan Allah. Dia datang untuk menyelamatkan dunia dari dosa. Misi-Nya adalah misi penebusan bagi semua orang dan dia memamnggil para murid-Nya ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dalam tanggung-jawab terhadap dunia (Yoh. 20:21).
Tidak ada seorangpun yang dapat mendengarkan Yesus berkata-kata dalam Injil, dan paling sedikit ketika Dia berbicara tentang diri-Nya sendiri, tanpa terpesona oleh sifat universal dari berita-Nya dan misi-Nya. Ke-empat Injil memberikan gambaran diri Yesus yang patuh selamanya. Dia diperkenalkan sebagai Penyelamat secara universal.

III. Membuka dan Memperluas Visi
Dari ke-empat Injil yang mencatat tindakan-tindakan Kristus, kita sampai ke KPR. KPR mencatat tindakan-tindakan murid-murid Yesus. Kitab ini, dijelaskan sebagai Injil ke-lima atau kitab dari Roh Kudus, memberitahukan tentang karya dari para misionaris pertama. Kitab ini mengungkapkan ide-ide misionaris dalam pelayanan para murid.
1. Perkembangan Yang Sangat Menakjubkan.
Kristus meninggalkan beberapa orang murid. Di luar para rasul, ada paling sedikit seratus dua puluh orang di Yerusalem (KPR 1:15) dan kira-kira lima ratus orang lainnya (1 Kor. 15:16) yang tersebar ke seluruh Galilea dan daerah sekitar Yerusalem. Kita melihat hidup para murid sebuah perkembangan yang menakjubkan.
Secara normal kita menduga ada sekelompok kecil orang yang menyertai Sang Guru dari Nazaret dan mereka yang berpikir bahwa Dia akan membebaskan Israel (Luk. 24:21), ketika Guru mereka disalib, tenggelam dalam kekecewaan dan kembali kepada pekerjaan mereka semula. Tetapi hal itu tidak terjadi. Fakta yang menakjubkan adalah mereka, yang tidak terpelajar, tidak mempunyai uang, tidak punya pengaruh, tidak punya posisi dalam kehidupan sosial, secara tiba-tiba dan tidak dapat dicegah, dengan dimulai dari Yerusalem, pergi keluar ke semua arah untuk menyatakan bahwa Yesus yang disalib adalah Penyelamat dunia (KPR 2:22 – 39; 4:10 -12; 10:34 – 43; 11:19 – 26; 13:1 – 5).
2. Pergerakan Dunia Sudah Dimulai.
Sebuah gerakan dunia dimulai dari hari Pentakosta. Ketika janji Allah Bapa turun kepada para murid-Nya dan kuasa dari Roh Kudus memenuhi mereka, mereka tidak dapat tetap diam dalam kamar di atas, tetapi harus turun ke bawah dengan hati yang berkobar-kobar kepada rakyat yang berdosa dan lapar (KPR 2:1 – 4).
Di sana mereka berkumpul, di samping penduduk Yerusalem, Yahudi Helenis atau Yahudi perantauan dari tiga belas negara yang berbeda yang disebut dalam KPR 2:8 – 12. Mereka mendengar kesaksian dan mendengar tentang “Pekerjaan besar Allah” pada hari itu ketika khotbah misi pertama dilakukan, khotbah pertama yang memberitakan pertobatan, baptisan, pengampunan dosa, dan karunia Roh Kudus diberitakan. “Hari itu jumlah mereka ditambahkan kira-kira tiga ratus orang (KPR 2:41). Khotbah misi kedua dilakukan beberapa hari kemudian (KPR 3:11 – 26). Keduanya dilakukan oleh Petrus. Petrus memulai kesaksiannya mula-mula di Yerusalem dan dilanjutkan kepada tempat-tempat lain di dunia, dimulai dari antara orang-orang non-Yahudi dengan Kornelius (KPR 10:34 – 43).
3. Termasuk Orang-orang Non-Yahudi.
Segera setelah Pentakosta, terjadi perselisihan antara mereka yang berpikiran sempit dan mereka yang berpikiran luas mengenai Kabar Baik (KPR 15:5 – 6). Beberapa orang yang memegang teguh tradisi Yahudi menyatakan bahwa Kabar Baik hanya bagi Yahudi sehingga orang-orang non-Yahudi harus menjadi orang Yahudi untuk dapat meneriama Kabar Baik (KPR 15:1). Orang-orang lainnya percaya Kabar Baik diberikan bagi semua orang. Perbedaan ini membawa mereka kepada konferensi misi pertama (KPR 15:2 – 31). Kitab KPR memperlihatkan bagaimana kontroversi diselesaikan dengan mendukung pendapat yang kedua (Kabar Baik bagi setiap orang percaya di seluruh dunia).
Sejauh ini selama gereja tetap tinggal di Yerusalem, sangat kelihatan berciri Yahudi. Tetapi Yesus tidak bermaksud agar gereja tetap tinggal di Yerusalem. Itu adalah gereja di seluruh dunia dengan puj-pujian di seluruh dunia dan misi sedunia. Tujuan dari pasal pertama KPR adalah untuk menunjukkan bagaimana Roh Kudus memimpin gereja keluar dari komunitas Yahudi kepada komunitas dunia dan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus dan harus dilakukan: gereja bagi semua bangsa.
Gereja memulai misi dunianya dengan tersebarnya para murid dari Yerusalem setelah Stephen dirajam (KPR 8:4 – 5). Filipus melakukan pekerjaan misi di Samaria (KPR 8:4 – 5). Para rasul Petrus dan Yohanes, yang datang untuk memeriksa pekerjaan Filipus (KPR 8:14) tetap memberitakan Kabar Baik di berbagai desa di Samaria (KPR 8:25). Para murid sudah melebarkan pekerjaan mereka ke luar Yerusalem, tetapi Kabar Baik belum dikabarkan kepada non-Yahudi. Ketika mereka dipaksa keluar dari Yerusalem karena penganiayaan dan pergi kepada Antiokia, Siprus, dan Fenesia, mereka tetap hanya memberitakan kepada orang Yahudi (KPR 11:9). Hal ini terjadi sampai orang Siprus dan Kirene memberitakan Injil kepada orang Yunani dengan hasil sejumlah besar orang menjadi percaya (KPR 11:20 – 21). Bahkan Petrus sendiri secara pribadi harus mendapat sebuah penglihatan Ilahi sebelum dia siap untuk memberitakan Kabar Baik Injil kepada Kornelius (KPR 10:9 – 21).
Pekerjaan di antara non-Yahudi dimulai oleh Barnabas, seorang murid yang kaya dari Siprus yang telah menyerahkan semua hartanya dan menyerahkannya ke gereja di Yerusalem (KPR 4:36 – 37). Ketika kabar sampai kepada gereja di Yerusalem, mereka mengutus Barnabas ke Antiokia (KPR 11:22 – 23). Ketika melihat kerja Roh Kudus, Barnabas mencari Saulus di Tarsus. Kemudian, selama satu tahun penuh mereka melayani di Antiokia (KPR 11:23 – 26). Barnabas adalah misionaris pertama yang kirim keluar dalam Perjanjian Baru.
4. Kabar Gembira Bagi Seluruh Dunia.
Di Antiokia-lah misionaris pertama diutus. “Ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka. Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Jadi, mereka dikirim oleh Roh Kudus sendiri (KPR 13:1 – 4). Gereja digerakkan oleh Roh Kudus untuk menjadi berkat dan para misionaris diutus keluar oleh Roh Kudus. Inilah kombinasi agung antara mandat Ilahi dan usaha manusia dalam melaksanakan perintah Allah.
Selama dua puluh tahun setelah kematian Kristus, ibukota Greko-Siria di Timur menjadi titik tolak bagi usaha yang sistematis, yang diarahkan oleh Roh Kudus, untuk mengabarkan Injil ke seluruh Asia Kecil dan Kepulauan Aegean. Usaha yang tak kenal lelah dari para misionaris yang menjalankan tugas dipimpin oleh Roh Kudus ke Makedonia dan Yunani. Dari semenanjung, mereka mendapat penglihatan akan Italia dan Roma dan daerah-daerah lain sampai Spanyol dan “the pillars of Hercules”.
Kemudian diikuti oleh tiga perjalanan misi Paulus di Asia Kecil, Yunani, Eropa dan seluruh dunia Barat mengenal Yesus. Pada hari itu, ketika patuh pada visi dari sorga, Paulus dan Lukas berlayar langsung ke Samothrace dan mendarat di Neapolis, pelabuhan Filipi. Kekristenan meninggalkan tempat kelahirannya dan menjadi sejarah dan secara sungguh-sungguh satu usaha misi global yang agresif mentransformasikan iman bagi segala ras.

IV. Surat-surat Misi
1. Surat-surat Misi Paulus.
Tidak ada seorangpun yang dapat membaca surat-surat Paulus tanpa menyadari natur “World-Wide”nya. Surat-surat Paulus adalah surat-surat misionari dari hasil pekerjaan misinya dan perlu untuk dikaji secara keseluruhan.
1) Surat Roma.
Surat ini ditulis sebab Paulus merasa bahwa gereja di Roma mempunyai posisi yang strategis. Semua gereja harus berdasar pada iman. Surat ini adalah manifesto Kabar Baiknya. Tema surat yang diungkapkan adalah “Kebenaran asali Tuhan” (Rom. 1:16 – 17). Kebenaran ini dapat dicapai manusia melalui Kristus (Rom. 3:21 – 28) bagi orang Yahudi dan non-Yahudi (Rom. 3:29 – 30). Dunia digambarkan sedang menuju kehancuran (Rom. 3: 9 – 23). Kondisi ini terjadi karena dosa Adam (Rom. 5:12), tetapi melalui kebenaran seorang, Kristus, “Anugerah cuma-cuma didapat melalui pembenaran dari Kristus (Rom. 5:18). Surat Roma adalah Kabar Baik bagi dunia.
2) Surat 1 dan 2 Korintus.
Surat ini ditulis untuk mereformasi penyalah-gunaan yang mengancam untuk melemahkan kehidupan spiritual gereja di Korintus. Dalam surat ini kita mendapatkan gambaran kesulitan nyata yang dihadapi oleh orang-orang Kristen di tengah komunitas yang membencinya. Kita melihat benturan antara kekristenan dan budaya. Belum lagi benturan dengan kepercayaan paganisme. Dalam surat ini Paulus sebagai misionaris memberikan prinsip-prinsip kepercayaan terhadap Kristus dalam rangka membangun gereja Perjanjian Baru di daerah paganisme.
3) Surat Galatia.
Surat ini ditulis untuk membetulkan ajaran-ajaran yang salah. Paulus mengumpulkan petobat-petobat baru non-Yahudi dan kemudian ada orang-orang yang menyesatkan mereka dengan mengatakan untuk menjadi seorang Kristen, mereka harus menjadi Yahudi. Tema dari surat Galatia adalah pembuktian Injil anugerah Tuhan tanpa syarat apapun. Hal ini penting sebagai dokumen misi. Kunci pemikiran adalah “Pembenaran orang-orang non-Yahudi oleh iman (Gal. 3:8).
4) Surat Efesus.
Surat ini ditulis untuk menempatkan gereja sebagai institusi Ilahi dan untuk memperlihatkan bagaimana anggota gereja seharusnya berlaku/berjalan. Dalam surat ini kita mengetahui posisi yang mulia dari orang-orang yang percaya melalui anugerah; Kebenaran berkenaan dengan gereja, yang adalah tubuh Allah dan perjalanan yang berharga sebagai orang Kristen. Kita belajar bahwa di dalam gereja, perbedaan antara Yahudi dan non-Yahudi tidak ada; semua adalah sama di hadapan Kristus (Ef. 2:11 – 22).
5) Surat Filipi.
Surat ini ditulis untuk mengekspresikan apresiasi yang mendalam dari rasul Paulus untuk uang yang dikirimkan gereja Filipi bagi dirinya (Fil. 4:15 – 19). Hanya gereja Filipi-lah yang diperlihatkan oleh catatan, Paulus menerima bantuan keuangan. Hal itu merupakan suport yang paling antusias yang diterima Paulus dan seharusnya menjadi model bagi semua gereja dalam misinya (Fil. 1:3 – 7).
6) Surat Kolose.
Surat ini ditulis untuk menempatkan gereja sebagai penjaga dan untuk menyelamatkannya dari kesalahan guru-guru palsu yang mengaku sebagai orang Kristen, tetapi bermaksud untuk menyebarkan ide-ide Yahudi (Kol. 2:4 – 8). Kristus adalah satu-satunya Penyelamat (Kol. 2:9 – 13). Paulus tidak hanya menulis bagi gereja saja tetapi bagi gereja-gereja sepanjang sejarah untuk membimbimbing mereka dalam misinya di tengah ajaran sesat di dunia (Kol. 2:18 – 23; 4:15 – 16).
7) Surat 1 dan 2 Tesalonika.
Surat ini ditulis untuk memberikan instruksi dalam doktrin-doktrin misi dan untuk menguatkan gereja mula-mula di tengah penganiayaan (1 Tes. 1:7 – 10). Surat kedua ditulis untuk memperbaiki impresi yang salah tentang kedatangan Kristus yang kedua dan untuk mendesak orang-orang Kristen Tesalonika untuk melanjutkan hidupnya (2 tes. 2:1 – 5).
8) Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus.
Surat ini ditulis untuk menguatkan para rekan kerja Paulus. Paulus menasihati para pengkhotbah-pengkhotbah muda berkaitan dengan administrasi gereja.
Ketika gereja bertumbuh dalam angka dan bertambah kuat, secara alami timbul pertanyaan akan aturan gereja, pengakuan iman, dan disiplin. Dalam lapangan misi, pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan terjadi. Pertama-tama rasul Paulus menanganinya sendiri, tetapi pada perkembangan berikutnya tampak jelas diperlukan petunjuk-petunjuk yang jelas bagi gereja-gereja sepanjang zaman. Inilah isi surat kepada Timotius dan Titus.
9) Surat Filemon.
Surat ini adalah surat yang terpendek dari semua surat Paulus. Surat ini sangat bernuansa misi karena berisi tentang kebenaran, revolusi terhadap dunia kuno, tidak hanya non-Yahudi dan orang liar, bahkan budak-pun dapat diterima di Kerajaan Allah dan harus diterima sebagai saudara dalam Kristus (Fil. 1:10, 14 – 16).
Semua tulisan Paulus adalah karya misi dan tidak dapat dipahami terpisah dari usahanya untuk mengenalkan Kristus kepada bangsa-bangsa. Sebuah elemen yang konstan dan permanen pada pikiran dan pekerjaannya adalah misi. Kasih akan Kristus dan pikiran akan dunia yang terhilang membelenggunya.

2. Surat-surat Misi Lainnya.
Surat-surat misi lainnya tidak mempunyai kesan yang sangat kuat dibandingkan dengan surat-surat Paulus, tetapi mempunyai tujuan dan cara pandang yang sama.
1) Surat Ibrani.
Surat ini merupakan “connecting link” antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tujuan surat Ibrani adalah untuk menunjukkan bahwa institusi besar hukum adalah bersifat simbolis dan kebenaran yang belum jelas akhirnya telah diungkapkan (Ib. 9:1 – 11). Kuil dan para imam, altar dan pengorbanan, cadar dan Kemah Suci memasuki arti “World-Wide”. Hal ini dipenuhi dan digenapi di dalam Kristus (Ib. 9:11 – 15). Hal ini sebenarnya tidak pernah hilang melainkan tersimpan oleh bangsa Yahudi sampai akhirnya diberikan kepada seluruh dunia. Apa yang terjadi di Israel sebelumnya adalah persiapan yang panjang. Sekarang hal ini sudah diungkapkan bagi dunia dan bayangan yang menutupi telah tersingkap dan isinya telah nyata.
2) Surat Yakobus.
Surat Yakobus mempunyai isi dan cara pandang yang misioner. Surat ini adalah pengajaran singkat dari Yesus dan sangat bersifat praktis tentang iman, perbuatan baik, dan berdoa. Pokok-pokok isinya tidak dengan jelas menunjukkan tentang misi, tetapi paling tidak berupa kesaksian akan perluasan misi pada zaman apostolik. Hal ini karena surat Yakobus ditujukan bagi “Dua belas suku yang tersebar di luar negeri (Yak. 1:1), yaitu orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen dan tersebar di seluruh dunia. Yakobus sendiri, seperti yang dinyatakan dalam KPR dan tradisi adalah seorang Yahudi ortodoks. Karena itu, surat ini sangat mengesankan melihat dia bersaksi melalui suratnya yang mengabarkan pesan kekristenan.
3) Surat Petrus.
Surat Petus memberikan bukti yang kuat akan rekonsiliasi yang tercapai pada zaman apostolik antara mereka yang berpikiran sempit dan mereka yang mempunyai konsep pemikiran yang luas, yang didukung oleh Paulus. Pada satu kesempatan Paulus menentang Petrus secara langsung (Gal. 2:11), tetapi surat ini menyatakan bahwa Petrus telah sepenuhnya menerima pemikiran misioner Paulus. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan surat ini adalah memberikan kesaksian bagi kemajuan misi yang dilakukan oleh gereja-gereja apostolik.
4) Surat Yohanes.
Surat Yohanes mempunyai signifikansi yang kaya dalam misi. Bagian ini kelihatannya bersifat maju dalam pemikiran karena tidak membahas keadaan dan detail sejarah. Yohanes melihat kebenaran kekristenan tidak mempunyai relasi dengan Yudaisme melainkan dalam relasinya kepada dunia. Maksudnya kekristenan bukan bagi bangsa Yahudi saja melainkan bagi dunia. Dia menulis bahwa manusia dapat percaya pada kebenaran yang memang dimaksudkan bagi manusia tanpa ada pembatasan. Dia melihat seluruh dunia berada dalam kuasa kegelapan dan kehadiran Kristus berasal dari Allah dan terang-Nya di dunia dimaksudkan agar dunia mendapatkan terang (1 Yoh. 1:5 – 7).

V. Wahyu Terakhir
Kitab Wahyu menutup Perjanjian Baru dengan menyengat sebab mengulangi dan mengkonfirmasi pesan misioner Injil. Pribadi yang muncul dalam ke-empat Injil, seperti munculnya terang dalam kegelapan, muncul dalam kitab Wahyu dengan digambarkan sebagai merpati yang mempesona dari badai petang hari (Wah. 1:12 – 18).
Dalam kitab ini, Anak Manusia menyatakan diri-Nya sebagai “Alpha dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir”. Dia memberikan pesan kepada gereja-Nya sebagai Domba yang dibunuh, tetapi sekarang hidup selamanya dan dimahkotai dalam kemenangan. Kita mendengar semua suara dari seluruh dunia menyatakan Dia sebagai “Raja di atas segala Raja dan Tuhan di atas segala Tuhan” (Wah. 19:1 – 16).
Melalui pertempuran yang membingungkan, teror penderitaan dari kekalahan dan asap dan api dari lubang di bumi memenuhi kitab dengan kegelapan yang pekat. Tidak ada kesalahan arti jika mengerti tujuan utama dari semuanya itu. Injil yang kekal sudah diproklamasikan melalui sorga dan sudah meliputi bumi. Tujuan kedatangan Kristus sudah tercapai. Setiap anggota keluarga dan suku-suku dan lidah mengaku Dia sebagai Tuhan. setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku. Itulah pemenuhan akhir yang mulia dari tugas misi (Wah. 22:1 – 14).
Survei singkat menunjukkan Perjanjian Baru adalah sebuah kitab misi. Kitab ini memberikan Pribadi bagi dunia, Injil bagi dunia, dan tugas bagi dunia. Perjanjian Baru ditulis untuk menginterpretasikan Kristus dan pesan-Nya kepada dunia. Kitab ini sangat terstruktur, kokoh dan bersifat misioner. Dari halam pertama sampai halaman terakhir, Perjanjian Baru dengan jelas menonjolkan sifat misionernya. Seseorang tidak dapat menilai sebuah puisi tanpa melibatkan puisi itu atau bagaikan seorang musisi handal yang tidak mempunyai pengetahuan tentang musik jika kita mencoba untuk mempelajari Perjanjian Baru tanpa memperhitungkan tujuan misi Allah dalam diri Kristus.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengerti dengan benar tanpa memahami Kabar Baik bagi dunia bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

Saturday, August 28, 2010

Apa Tujuan Mujizat?

Nats: Yohanes 21:1 - 14


Mujizat adalah sebuah kata yang menggetarkan banyak hati manusia. Di kalangan kekristenan, paling tidak ada tiga pandangan yang berbeda. Pandangan pertama diusung kaum liberal. Mereka tidak percaya mujizat terjadi di Alkitab dan di dunia. Bagi mereka semua peristiwa supra-natural di Alkitab hanyalah sekedar dongeng atau mitos belaka. Pandangan kedua mempercayai mujizat benar terjadi di Alkitab, but that’s it. Dulu pernah terjadi, tetapi setelah kedatangan Roh Kudus pada Pentakosta, mujizat sudah berhenti. Pandangan ketiga percaya bahwa mujizat pernah terjadi dan masih terjadi hari ini.
Nah, saya sih percaya kita semua adalah golongan yang ketiga bukan?. Kita percaya mujizat masih ada hari ini, tetapi sebenarnya ada sebuah pertanyaan yang lebih penting daripada apakah mujizat masih terjadi atau tidak, yaitu apa sebenarnya tujuan Allah mengizinkan mujizat terjadi. Perikop kita malam ini akan menjawab pertanyaan ini. Tetapi sebelum itu, seperti yang saya janjikan dalam sms, kalo ada yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan: “ada berapa mujizat terjadi dalam perikop ini”, akan mendapat sebuah buku terbaru pak Yohan, gratis. Tentunya saudara sudah memelototi perikop ini sepanjang hari ini bukan?. Ada yang mau mencoba??
Mari kita hitung bersama-sama ya, caranya kita bersama-sama meneliti ayat per ayat. Setuju? OK, let’s do it.

Eksposisi Yohanes 21:1 -14

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.

Mujizat pertama: Yesus menampakkan diri pasca kebangkitan.
Alasan mengapa para murid datang ke Galilea adalah untuk memenuhi pesan malaikat yang menampakkan diri kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain (Matius 28:7). Pesan ini kemudian diulangi oleh Yesus sendiri (Matius 28:10). Ayat ini (Matius 28:10) adalah alasan mengapa mereka ada di Galilea, tetapi sebenarnya setelah Amanat Agung (Matius 28:18 – 20) diberikan oleh Yesus kepada mereka, tidak ada alasan jelas mengapa mereka masih tetap tinggal di Galilea, bahkan pergi ke danau Galilea.

2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.

Ada tujuh orang murid yang ada di danau Galilea. Tidak jelas di mana murid-murid yang lain, apakah mereka belum sampai di danau Galilea ataukah mereka sudah meninggalkan Galilea untuk melaksanakan Amanat Agung.

3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Mujizat kedua: Para nelayan profesional gagal menangkap seekor ikanpun. Pada ayat ini Petrus menunjukkan karismanya dalam memimpin teman-temannya sekaligus menunjukkan sifatnya yang suka menuruti kata hati dan cepat bertindak. Keinginan Petrus untuk menangkap ikan tidak berarti dia meninggalkan tugas dari Yesus. kata yang dipakai adalah “pergi, υπαγω” bukan “bekerja”. Kalo saya pergi ke Jakarta, bukan berarti pekerjaan saya adalah supir bis bukan?. Jadi kemungkinan mereka pergi mencari ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Peristiwa kegagalan mereka menangkap ikan sama persis dengan kejadian yang dicatat dalam Lukas 5:5.

Tuhan bekerja melalui kehidupan sehari-hari (ayat 1 – 3).
Sebenarnya alasan ketujuh murid pergi ke danau Galilea tidak jelas. Di pihak lain, panggilan mereka untuk menjalankan Amanat Agung sangat jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita melakukan hal yang sama. Sementara panggilan Tuhan sangat jelas bagi kita, kadang kita justru melakukan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan panggilan Tuhan itu. Hal itu tidak berarti kita menguasai situasi karena Tuhan tetap memegang kendali.
Ketika kita “melarikan diri” dari panggilan Tuhan, Dia dapat menggunakan segala macam cara untuk membuat kita akhirnya menyerah dan melakukan kehendak-Nya. Ayat ini membuktikan hal itu. Ketika seorang nelayan kawakan dengan waktu yang tepat (menangkap ikan pada malam hari adalah yang paling besar peluangnya) dan dengan alat yang tepat (perahu dan jaring) gagal menangkap seekor ikanpun, hal itu adalah mujizat yang dipersiapkan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi mujizat bukan sekedar ketika hasil tangkapan berlimpah, tetapi ketika hasil tangkapan mengecewakan-pun, hal itu juga mujizat yang dilakukan Tuhan bagi kemuliaan nama-Nya.

4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."

Penterjemahan kalimat “ketika hari mulai siang” kurang baik. Bahasa aslinya mengatakan “early morning/ after the daybreak”. Pagi-pagi sekali Yesus berbicara kepada mereka tapi mereka tidak tahu kalau orang yang berbicara kepada mereka adalah Yesus. Yesus memakai istilah “anak-anak, παιδία” yang berarti anak-anak kecil. Tentunya yang dimaksud Yesus bukan karena mereka anak-anak secara usia melainkan mereka belum dewasa secara rohani (dan memang mereka adalah anak-anak-Nya secara rohani). Kemudian Yesus menanyakan sebuah pertanyaan (adakah kamu mempunyai lauk-pauk?) . Ternyata mereka menjawab dengan jujur “Tidak ada”. Jawaban ini jujur walaupun sebenarnya memalukan karena bagaimana mungkin nelayan kawakan yang bekerja semalam suntuk tidak mendapat hasil apa-apa.

6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Mujizat ketiga: setelah semalaman gagal mendapat seekor ikan, pagi hari sekali tebar jala, penuh.
Kembali ayat ini mengikatkan kita pada Lukas 5:5. Hanya saja paling tidak ada dua perbedaan, yaitu pada peristiwa dahulu yang dicatat oleh Lukas, Petrus tahu dengan jelas siapa yang menyuruhnya, yaitu Yesus, orang yang dikenal sebagai guru. Pada kesempatan ini Petrus tidak mengenali Yesus dan baginya saat itu yang menyuruhnya adalah “hanya seseorang yang tidak dikenal, seorang yang bukan siapa-siapa”. Mengingat hal ini, rupa-rupanya Petrus dan teman-temannya sudah benar-benar putus asa sehingga menuruti perintah “orang asing”. Kalo bicara soal teologi, kira-kira teman-teman lebih percaya sama saya atau pak Santoso?, tetapi kalo bicara soal cetak mencetak, ucapan siapa yang lebih dipercaya?.
Hal kedua yang berbeda akan kita lihat pada ayat 11.

7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.

Providensia Allah (ayat 4 – 8).
Ketika Yesus menampakkan diri, mereka tidak mengenali-Nya, bahkan sampai Yesus membuka percakapan, mereka tetap belum mengenali-Nya. Dalam hidup sehari-hari kitapun kadang berlaku seperti para murid. Kita ingin Tuhan berbicara dan ketika Dia berbicara, kita tidak sadar siapa yang berbicara.
Dalam keadaan sesulit apapun, kasih pemeliharaan Yesus selalu menyertai, bahkan ketika kita belum sadar akan penyertaan-Nya, Dia sudah menyertai. Dalam keadaan ini kembali Dia melakukan mujizat dengan membuat jaring mereka penuh dengan ikan tangkapan sampai tidak dapat ditarik ke atas perahu karena banyaknya ikan, tetapi jaringnya tidak sobek.
Ketika hal itu terjadi, sadarlah Yohanes siapa “orang” itu sebenarnya. Di sini ada dua reaksi yang berbeda antara Petrus dan murid lainnya. Petrus mengikuti kata hatinya, terjun ke danau. Murid lainnya mendarat dengan perahunya dan menghela hasil tangkapan. Dua reaksi yang berbeda ini tidak dicela maupun dipuji oleh Yesus. Jadi prinsip yang dapat ditarik adalah Tuhan tidak melihat reaksi lahiriah melainkan melihat hati manusia.

9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."

Mujizat keempat: Satu ikan dan satu roti untuk 7 orang nelayan kelaparan.
Di sini kita melihat Yesus menyediakan makanan bagi para murid. Sangat menarik, ternyata Yesus hanya menyediakan satu ikan (οψαριον) dan satu roti (αρτον).
Pfeiffer dan Harrison berkata bahwa beberapa ikan itu tidak digunakan untuk menambahi “satu ikan dan satu roti” (ay. 9) yang sudah tersedia. Hal ini berarti Yesus mencukupkan satu ikan dan satu roti bagi para murid. Bagaimana caranya? Tentunya Dia menggandakan ikan dan roti seperti yang dilakukan-Nya pada beberapa kesempatan yang lalu.

11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.

Mujizat kelima adalah tidak robeknya jala.
Ketika nelayan menangkap ikan yang berlimpah sampai jaringnya tidak dapat diangkat naik ke perahu, mereka akan merobek sedikit jalanya untuk mengeluarkan ikan-ikan agar jaringnya dapat diangkat. Jika beban tidak dikurangi, ikan-ikan akan mati. Ikan yang mati akan menambah beban jaring (ikan yang hidup meloncat-loncat sehingga meringankan beban jaring) sehingga jaring akan sobek dan ikan-ikannya hilang. Kita lihat, ternyata jaring mereka dengan ikan-ikan yang mati tidak sobek.
Hal kedua (lihat ayat 6) yang berbeda adalah pada peristiwa dahulu di mana Lukas mencatat jaring ikan mereka sampai sobek karena banyaknya hasil tangkapan. Sedangkan Yohanes justru mencatat “ke-tidak” sobekan jaring mereka.

Pertolongan Tuhan tuntas (ayat 9 – 11).
Yesus mencukupkan kebutuhan para murid dari satu ikan dan satu roti dengan memperbanyaknya. Jala yang tidak koyak juga sebuah hal yang tidak dapat diterima rasio. Dari sini kita belajar bahwa Tuhan sungguh berkuasa dan pertolongannya tuntas. Kiranya tiga ayat ini dapat memberikan hiburan akan totalitas pertolongan Tuhan bagi semua anak-anak-Nya.

12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.
13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.
14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Teladan Yesus (ayat 12 – 14)
Kembali Yesus memberikan teladan untuk melayani para murid-Nya. Yesus dahulu dan sekarang tidak berubah. Dalam situasi yang mengharukan itu, para murid tahu dengan jelas siapa pribadi yang melayani mereka. Jika kita membaca perikop berikutnya, jelas terlihat kebijaksanaan Yesus. Sebelum memberikan tugas kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia menyediakan makanan secukupnya. Jelas Dia tidak ingin hamba-Nya untuk melayani dengan perut yang lapar.
Ayat 13: Pink memberikan penafsiran yang sangat indah: Yesus tidak lagi mengucap syukur kepada Allah sebelum makan seperti kebiasaan-Nya dahulu sebelum kematian dan kebangkitan-Nya. Dahulu sebagai manusia sejati, Dia selalu mengucap syukur kepada Allah. Kini sebagai Allah yang sejati, Dia berotoritas untuk memberikan roti dan ikan kepada mereka.


Tujuan Mujizat (ayat 15 – 19)
Kini kita tiba pada bagian yang paling penting, yaitu apa tujuan Tuhan memberikan mujizat. O, saudara di tengah dunia yang penuh dengan pengajaran yang menyuburkan narsisme, kita harus mengerti dan mengembalikan tujuan mujizat sesuai esensinya, sesuai dengan Alkitab.
Rangkaian peristiwa yang terjadi dari ayat 1 sampai ayat 14 yang mencakup 5 mujizat, adalah persiapan bagi rasul Petrus untuk menerima tugas menggembalakan domba-domba-Nya. Jadi tujuan akhir dari mujizat-mujizat yang terjadi adalah bagi Tuhan sendiri bukan untuk Petrus. Bingung ya?. Setelah saya kasi gambaran, mudah-mudahan jadi jelas. Jika saya adalah seorang karyawan, hasil kerja saya baik sehingga banyak perusahaan kompetitor menawarkan saya untuk bergabung dengan mereka. Melihat hal ini, bos saya takut kalo saya keluar dari pekerjaan yang sekarang. Akhirnya dia menaikkan gaji saya dua kali lipat. Nah, tindakan memberikan kenaikan gaji dua kali lipat sebenarnya ditujukan bagi kepentingan siapa?. Tujuan utama si bos adalah demi kepentingan dia sendiri, yaitu agar saya tidak keluar kerja. Memang sebagai akibatnya saya mendapat gaji dobel, tapi gaji dobel itu adalah berkat yang harus saya pertanggung-jawabkan kepada bos melalui pekerjaan saya bukan?. Dengan gaji dobel, hasil kerja saya juga harus lebih baik dari sebelumnya bukan?.

Sebelum Yesus menugaskan Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia membuat lima mujizat. Pertanyaannya, mengapa Tuhan harus melakukan 5 mujizat terhadap Petrus?. Kita ingat sebelumnya Petrus menyangkal Yesus tiga kali bukan?. Injil mencatat setelah menyangkal, Petrus menangis dengan sedihnya. Kalo kita ingat di zaman yang Patrialistik, ada seorang pria Yahudi menangis di muka umum, ini sangat sulit dibayangkan. Sama sulitnya membayangkan Gober bebek memberikan uang kepada Donal bebek bukan?. Nah, Orang yang menyangkal tiga kali, yang sudah hancur harga dirinya dan hancur kredibilitasnya di mata teman-temannya, akan diangkat menjadi pemimpin semua murid??. Tentunya hal ini membutuhkan penegasan-penegasan Tuhan secara berulang-ulang. Inilah yang terjadi pada Petrus. Mujizat tidak pernah dimaksudkan untuk dinikmati secara pribadi. Ketika Tuhan izinkan mujizat terjadi, di belakangnya ada tanggung-jawab yang harus kita lakukan. Jadi mujizat banyak terjadi justru kepada orang-orang yang lemah imannya, untuk menguatkan mereka. Ketika iman saudara kuat, jangan harapkan mujizat spektakuler akan terjadi setiap hari. Saya percaya tiap hari ada pemeliharaan-Nya karena tiap saat Tuhan jaga kita bukan?. Tetapi sekali lagi bukan mujizat untuk memuaskan diri sendiri.

Sebagai penutup saya mengutip ucapan Dietrich Boenhoffer . Saudara pasti asing dengan nama ini. Saya sendiri sudah bertahun-tahun mendengar nama dan kisahnya. Bulan lalu saya pulang kuliah malam hari sambil mendengarkan kaset kuno (tahun 1991) pak Yakub. Sekali lagi saya mendengar kisah Boenhoffer dan saya mendapati diri menyetir sambil air mata saya berlinang-linang.
Begini kisahnya: Bonhoeffer adalah seorang pendeta muda yang hidup pada masa Hitler. Pada awal kemunculannya, Hitler mempesona rakyat Jerman yang saat itu hidup dalam kesulitan ekonomi. Dia menyerukan agar bangsa Jerman bangkit dan merebut dominasi ekonomi yang selama ini dipegang orang Yahudi. Begitu mempesonanya penampilan Hitler, sehingga banyak gereja-gereja yang mendukungnya. Bahkan seorang tokoh gereja terkenal sampai mengatakan bahwa Hitler adalah gambaran Kristus sendiri, Hitler adalah jawaban Tuhan bagi rakyat Jerman yang menderita. Di tengah-tengah dukungan gereja yang demikian, Bonhoeffer muda (sekitar 33 th.) peka terhadap siapa sebenarnya Hitler itu. Mulailah Bonhoeffer menyerukan, memperingatkan rakyat dan gereja. Akibatnya dia dikucilkan, dikejar-kejar tentara dan seminari tempatnya mengajar ditutup.
Di tengah situasi sulit, seorang temannya, Reinhold Niebuhr menawarkan agar Bonhoeffer datang ke Amerika dan melayani dua jemaat berbahasa Jerman di New York. Tawaran itu diterima dan Bonhoeffer tinggal di New York. Tidak butuh waktu lama sampai Bonhoeffer mengatakan: "I have come to the conclusion that I made a mistake in coming to America. I must live through this difficult period in our national history with the people of Germany. I will have no right to participate in the reconstruction of Christian life in Germany after the war if I do not share the trials of this time with my people... Christians in Germany will have to face the terrible alternative of either willing the defeat of their nation in order that Christian civilization may survive or willing the victory of their nation and thereby destroying civilization. I know which of these alternatives I must choose but I cannot make that choice from security." Dengan kalimat-kalimat itu, Bonhoeffer meninggalkan Amerika dan kembali ke Jerman. Tidak butuh waktu lama sampai Bonhoeffer ditangkap, dipenjara, dan akhirnya digantung sampai mati. Sebelum kematiannya, dunia tidak tau siapa Bonhoeffer itu, tetapi kematiannya menjadi pupuk yang subur bagi darah yang dicurahkan martir-martir Kristus di seluruh dunia.
Bonhoeffer membedakan anugerah yang diterima orang percaya dengan istilah “anugerah yang murahan dan anugerah yang mahal”. Anugerah dari Tuhan gratis, tetapi cara kita memandang anugerah itu yang menjadikan apakah anugerah yang gratis itu menjadi anugerah yang murahan atau anugerah yang mahal.
Sebuah contoh menutup renungan ini: Ada dua orang pemuda miskin dari kampung, melanjutkan kuliah dan kos di Jakarta. Suatu hari, mereka kehabisan uang dan tidak mampu membayar uang kos. Pemilik kos berbelas kasih dan membebaskan mereka dari kewajiban membayar uang kos. Kedua pemuda desa itu sangat berterima kasih, tetapi dengan cara yang berbeda. Pemuda pertama mengucapkan terima kasih dan kemudian hidup seperti biasa, bangun siang, ngomel kalo makanannya kurang enak, ngomel kalo musim hujan kamarnya kebanjiran, dll. Pemuda yang kedua, berterima kasih dengan setiap hari bangun pagi, menyapu, membersihkan kebun, dll sebelum kuliah.
Saudara, sebagai orang percaya, bagaimana sikap kita dalam memandang anugerah keselamatan? Apakah seperti pemuda yang pertama atau pemuda yang kedua?.

Kesimpulan isi renungan:
• Tuhan bekerja dalam kehidupan manusia sehari-hari dan peertolongan-Nya tuntas.
• Mujizat masih ada dan setiap mujizat mempunyai maksud yang tertentu bagi kemuliaan Tuhan.
• Mujizat terjadi bukan karena besarnya iman, justru menunjukkan Tuhan menguatkan kita untuk melakukan kehendak-Nya.
• Tujuan mujizat adalah bagi kemuliaan nama Tuhan.
• Ketetapan Tuhan pasti terjadi. Seberapa jauh kita lari, seperti Yunus dan Petrus, percuma.

Apakah kita memandang mujizat sebagai berkat dari Tuhan untuk kita nikmati secara pribadi? Ataukah kita memandang mujizat sebagai bentuk berkat yang harus dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan?. Keputusan ada di tangan kita, tetapi ingat, ketika kita menolak kehendak-Nya, Dia dapat menggunakan mujizat “jaring kosong” untuk memanggil kita. Mari berdoa.

Hendra.

Yesus, Dasar Yang Kokoh

(Lukas 6:46 – 49; Mazmur 11:3)


Peristiwa 9/11 sembilan tahun yang lalu membuka sebuah lembaran baru bagi masyarakat Amerika. Pagi itu menjadi sebuah sejarah yang pahit ketika para teroris menghancurkan gedung WTC. Ribuan manusia terbunuh secara brutal tanpa kesempatan untuk menyelamatkan diri. Mimpi indah untuk mengejar “American Dream” mendadak menjadi mimpi buruk bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan.
Di balik semua tragedi itu, sampai hari ini ternyata bangsa Amerika mampu bertahan dengan kokoh. Apa yang membuat mereka dapat bertahan? Apa sih rahasia bangsa Amerika?. Sebuah pidato yang dilakukan oleh presiden Bush pada malam harinya mengungkapkan rahasianya. Bush mengatakan: “Serangan-serangan teroris dapat mengguncangkan fondasi-fondasi gedung-gedung yang paling besar, tetapi mereka tidak dapat menyentuh fondasi-fondasi Amerika. Saya tidak tau dari mana Bush mendapat ide untuk mengatakan hal itu. Apakah kebetulan atau tidak, ucapan Bush cocok sekali dengan Firman Tuhan. Mazmur 11:3 “Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?”. Pada kesempatan yang lain, dalam sebuah kebaktian doa, Billy Graham menunjuk pada struktur bangunan yang dihancurkan oleh para teroris. Dia menandaskan bahwa meskipun menara kembar itu telah hancur, fondasinya, ajaib memang, masih ada ditempatnya. Kemudian dia, dengan rasa lega, mengatakan, “Demikian juga dengan kita. Jika fondasi atau dasar-dasar itu masih ada, tidak ada masalah”.
Kisah kedua adalah keluarga dokter. Ada suami istri yang sama-sama dokter. Setelah menikah bertahun-tahun, akhirnya mereka mempunyai seorang anak laki-laki. Prakteknya sangat laris. Setiap hari bisa tutup jam 2 pagi. Saudara bayangkan sendiri berapa penghasilannya. Nah, penghasilan mereka yang gede itu semuanya ditujukan bagi sang anak tunggal. Sudah dibayangkan di negara mana nanti anak itu akan melanjutkan sekolah. Pada suatu hari ketika anak mereka berumur 11 tahun, si anak sakit. Papa masuk ke kamar dan memeriksanya. “ndak apa-apa nak. Ini hanya sakit biasa. Papa kasih obat. Istirahat ya. Besok juga sudah sembuh”. Tidak lama kemudian, seorang dokter lain masuk, sang mama. Jangan lupa papa dokter, mama juga dokter. Sudah menjadi komitmen setiap sang anak sakit, diperiksa papa dan mama. Jadi setiap sakit, sang anak harus buka mulut dua kali, buka baju dua kali. Setelah selesai memerikasa mama bertanya: “di kasi obat apa sama papa?.” “obat ini ma” jawab si anak. “OK, kamu tidur aja, besok juga sudah baik”.
Apa yang dianggap penyakit biasa itu ternyata meregut nyawa anak itu. Jam 1 pagi terdengar teriakan histeris mama. “nggak mungkin, nggak mungkin”. Saudara, sebuah tragedi menimpa keluarga itu. Ketika pemakaman, sang mama tidak sanggup datang ke kuburan. Sang papa mengikuti prosesi pemakaman dengan lesu. Tetapi ketika peti mati kecil itu diturunkan ke liang kubur, mendadak sang papa jatuh. Beberapa tangan menopangnya agar jatuh. Tragedi ini belum berakhir. Setelah penguburan, kedua dokter ini hidup dalam depresi berat. Perasaan tidak dapat mengampuni diri sendiri yang tidak mampu menyelamatkan anak tunggalnya. Teman-teman datang memberi hiburan tapi sia-sia. Mereka kadang makan, kadang tidak. Kadang tidur kadang tidak. Kadang mandi, kadang tidak. Dan mereka berdua tidak lagi pernah membuka prakteknya.
Saudara, dari dua buah kisah ini ada sebuah kesamaan dan sebuah perbedaan. Persamaannya adalah badai gelombang kehidupan yang menghancurkan dapat datang tiba-tiba pada hidup kita. Perbedaannya, setelah badai selesai, bangsa Amerika masih tetap berdiri tegak. Sedangkan keluarga dokter itu hancur dalam badai kehidupan yang dihadapinya. Ada dua kejadian yang mirip, pada akhirnya yang membedakan hasilnya adalah fondasi kehidupan masing-masing. Artinya, dalam hidup ada sebuah hal yang paling penting. Ketika badai kehidupan melanda, apakah uang dapat menolong, apakah koneksi dapat menolong?, apakah reputasi dapat menolong?. Saudara tau jawabannya bukan?. Hanya fondasi yang benar dan kuat di dalam Tuhan yang dapat menopang saya dan saudara agar dapat tetap berdiri tegak.

Pertanyaannya, bagaimana caranya membangun fondasi yang kokoh?
Perikop ini berbicara kepada orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus. Ayat ke-47 menyatakan untuk membangun fondasi yang kokoh diperlukan tiga hal yaitu:
1. Datang kepada Yesus.
Mengapa saya mengatakan bahwa perikop ini ditujukan kepada orang-orang yang sudah percaya?. Karena dalam bahasa aslinya, kata “datang” menggunakan present tense. Artinya hal ini harus dilakukan secara terus menerus, harus diperbaharui senantiasa. Maksud bagaimana? Untuk mendapatkan keselamatan, kita hanya perlu digerakkan oleh Roh Kudus sekali untuk datang dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Untuk bertumbuh di dalam Yesus, kita harus selalu datang dan “menempel” pada Yesus. Ada lagu sekolah minggu yang mengatakan: Yesus pokok dan kita carang-Nya. Saudara tau lagu itu? Mau nyanyi?
Jadi poin pertama untuk membangun fondasi adalah datang kepada Yesus. Terus setelah datang, ngapain?
2. Mendengarkan perkataan Yesus.
Bahasa asli mengatakan untuk mendengarkan firman-firman Yesus. Mendengarkan yang dimaksud adalah mendengarkan sampai mengerti apa yang disampaikan. Setelah mengerti, apakah sudah cukup?. Belum. Ada sebuah jurang yang sangat lebar dan dalam antara mengerti benar-benar Firman Tuhan dengan langkah berikutnya. Apa langkah berikutnya? Ya, melakukan apa yang sudah dimengerti dengan benar.
3. Melakukan Firman yang sudah dimengerti.
Apakah orang yang mengerti dengan baik dan benar Firman Tuhan secara otomatis melakukannya?.
World Vision adalah lembaga Kristen yang melayani lebih dari 50 juta orang per tahun di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. World Vision didirikan oleh seorang yang bernama Bob Pierce. Rekan-rekannya berkata: ‘Ia adalah seorang yang tidak kenal lelah dalam memenangkan jiwa-jiwa’, rekan yang lain berkata: ‘saya belum pernah bertemu dengan orang yang lebih ber-belas-kasihan dari dia, Ia benar-benar seorang Samaria Kristen yang secara harafiah menyerahkan nyawanya untuk orang-orang ‘kecil’ yang miskin di dunia’.
Di balik image yang ‘sempurna’ tsb, bagimana sebenarnya seorang Bob Pierce di mata keluarganya?. Pada kenyataannya dia mengabaikan keluarganya sendiri, sebagai contoh ketika seorang putrinya akan mencoba bunuh diri, dia menelpon ayahnya yang berada di Timur Jauh dan memintanya untuk segera pulang. ‘Saya hanya ingin merasakan tangan ayah memeluk saya’ kata anaknya. Bahkan istrinya juga memohon agar ia pulang tapi Bob Pierce tidak menuruti permintaan keluarganya dan malah memesan tiket ke Vietnam. Padahal dia tidak mempunyai urusan di Vietnam. ‘Saya sudah menduga bahwa ia tidak akan pulang,’ kata anaknya. Beberapa tahun kemudian ia benar-benar berhasil bunuh diri. Hubungan Bob Pierce dengan istrinya dan anaknya yang lain sangat tegang dan mereka tidak saling berbicara bertahun-tahun dan pada usia 64 tahun, pada tahun terakhir hidupnya dia hidup terasing dari keluarganya. Semua kisah ini ditulis oleh putrinya yang bernama Marilee Pierce Dunker dalam sebuah buku yang berjudul ‘Man of Vision, Woman of Prayer’.
Contoh kedua adalah Ray Mossholder, seorang yang terkenal sebagai konselor pernikahan Kristen. Bukunya yang berjudul ‘Pernikahan Plus’ menjadi best seller di mana-mana dan melalui pelayanannya melalui radio dan TV telah menyelamatkan lebih dari 11.000 pasangan dari perceraian. Bayangkan, 11.000 pasangan yang artinya: satu tahun ada 365 hari, bila 11.000/365= 30,14 Artinya bila sebuah perkawinan diselamatkan dari perceraian setiap hari tanpa putus sepanjang tahun, butuh lebih dari 30 tahun untuk menyamai ‘rekor’ Ray Mossholder.
Pelayanannya berakhir pada bulan Januari 2002 ketika ia menuntut cerai istri yang telah dinikahinya selama 40 tahun sekaligus mengumumkan rencananya untuk menikahi wanita lain. O, saudara, ini sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan dan menyedihkan ketika ia mengakui bahwa ‘ia munafik ketika berbicara tentang betapa indahnya pernikahan kami dulu. Apa yang saya ajarkan sebagai kebenaran, entah mengapa, tidak dapat saya terapkan dalam pernikahan kami’.
Saudara, kedua hamba Tuhan ini mengerti Firman Tuhan dengan baik dan sepanjang pelayanannya, mereka melakukan Firman Tuhan itu. Mengapa orang yang mengerti dengan baik dan kemudian melakukannya, pada akhirnya jatuh tengkurap?. Satu jawaban yang sangat penting adalah karena sebenarnya Firman itu belum terinternalisasi dan merubah diri dari dalam ke luar. Apa maksudnya internalisasi?
Ada sebuah film yang menceritakan bagaimana seseorang yang pertama kali masuk ke penjara. Pertama kali, dia merasa sangat tidak kerasan. Dia benci penjara, dia benci dirinya sendiri. Lama-kelamaan, karena memang tidak ada hal lain yang dapat diperbuat, dia berusaha menyesuaikan diri dengan situasi di penjara. Dua puluh tahun kemudian, dia dibebaskan dari penjara. Ketika keluar dari penjara, orang ini sudah tidak memiliki keluarga, teman, pekerjaan, uang, dan…..yang paling buruk adalah dia tidak dapat lagi menyesuaikan diri dengan dunia di luar penjara. Keadaan sudah berubah, dia tidak pernah siap untuk hidup di luar penjara. Akhirnya dia bunuh seseorang dan menyerahkan diri ke polisi agar dapat masuk ke penjara lagi. Apa yang terjadi selama 20 tahun di penjara?. Orang itu mengalami suatu proses yang disebut internalisasi. Orang itu berubah dari dalam dirinya dan menjadi manusia yang baru. Dia menerima dan menjalankan budaya penjara dan bahkan dirinya tidak dapat hidup di luar budaya penjara itu.
Sebagai orang percaya, setiap saat kita harus datang kepada Yesus, mendengarkan Firman-Nya, membiarkan Firman itu memerangi diri kita yang lama. Di situ kita bergumul dengan diri sendiri, menginternalisasi kebenaran Firman sampai akhirnya Firman itu merubah kita dari dalam sampai kita tidak dapat hidup di luar Firman.

Ayat ke-48 memberikan gambaran proses ini seperti membangun rumah. Satu hal yang paling penting dalam membangun rumah adalah menyiapkan fondasi. Untuk menggali tanah dalam-dalam, dibutuhkan suatu pengorbanan yang lebih. Saat ini, saya dan saudara sedang menggali fondasi. Berapa dalam kita mau menggali?. Kalau hidup di dunia ternyata lancar-lancar saja, kita tidak usah menggali dalam-dalam. Tetapi kalau hidup di dunia penuh dengan cobaan dari iblis, kita harus menggali fondasi kita sedalam mungkin.
Hari ini kita hidup di masa yang paradoks. Coba, kita perhatikan anak-anak kita di sekolah. Dalam satu hari berapa jam dihabiskan di sekolah, berapa jam untuk les. Anak umur 7 – 8 tahun bisa menghabiskan waktu dari jam 7 pagi dan pulang ke rumah jam 7 malam. Banyak ortu yang memacu habis anaknya untuk sukses di sekolah dengan les-les yang menghabiskan waktu bermain anak. Mereka mengukur sukses dengan nilai yang tinggi di sekolah. Dengan kata lain, membentuk anak yang baik dan takut Tuhan bukanlah tujuan hidupnya. Dan banyak ortu yang berjuang sangat keras untuk mewujutkan tujuannya.
Anehnya atau paradoksnya, ketika berhubungan dengan Tuhan, kita maunya instan. Kita begitu hebat berjuang di luar gereja, begitu rajinnya. Tetapi begitu berhubungan dengan Tuhan, kita begitu pasif. Ada begitu banyak orang yang rajin belajar, rajin bekerja, rajin bersekolah. Berapa banyak saudara melihat orang-orang yang rajin belajar Firman Tuhan?.
Kalau begitu, ada dua pertanyaan untuk kita renungkan malam ini: sudahkah kita menggali fondasi iman kita? dan seberapa dalam kita ingin menggali iman itu?. Apakah yang dimaksud dengan membangun rumah tanpa fondasi?. Matthew Henry menafsirkannya sebagai orang yang mengetahui kewajibannya tetapi mengabaikannya.

Malam ini Firman Tuhan berbicara dengan sangat jelas. Setiap orang yang sudah percaya mempunyai kewajiban untuk bertumbuh dan membangun fondasi imannya. Ada tiga tahapan. Pertama, dengan kesadaran diri, datang setiap saat untuk belajar Firman Tuhan. Kedua, belajar dengan baik, gumuli Firman itu sampai terinternalisasi dan merubah kita. Ketiga, dari hasil internalisasi itulah kita melakukan kehendak Tuhan.
Saudara, tiga langkah ini harus dilakukan sepanjang kita hidup. Hal ini tidak mudah. Akan ada waktu di mana kita mengalami kemajuan pesat, tetapi akan ada waktu di mana kita mundur sedikit. Dalam pergumulan kita, ayat 49 mencatat janji Tuhan bahwa orang yang menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya pada Yesus, dia tidak akan goyah ketika badai kehidupan menerpa.

Film WTC yang dibintangi oleh Nickolas Cage memberikan data sbb:
Total ada 1.749 orang yang meninggal dari 87 negara
343 adalah para firemen, 84 adalah port authority employees, 37 polisi, diantaranya 23 polisi NY. Jadi usaha pertolongan terhadap korban hanya mampu menyelamatkan 20 orang dan malahan jumlah penolong yang mati jauh lebih banyak dari jumlah yang berhasil diselamatkan.
Nickolas Cage: 9/11 memperlihatkan apa yang manusia mampu lakukan (kejahatan) tapi juga menyatakan kebaikan yang kita sering lupa masih bisa eksis. Bukan karena alasan apapun selain karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Film itu ditutup dengan kalimat: God I saw a lot that day. Apa yang berharga bukanlah hasil melainkan proses dalam mencapai hasil itu, apapun hasilnya.

Sebagai penutup, saya menyampaikan beberapa fakta tentang peristiwa 911:
• Ada 4 pesawat yang dibajak teroris. Target utamanya adalah WTC dan Pentagon.
• Ada sekitar 50.000 orang yang bekerja di menara kembar WTC. Jumlah yang mati dan hilang mencapai 5.000 orang. Berarti 90% target pembunuhan, berhasil selamat.
• Ada 23.000 orang yang bekerja di Pentagon. Hanya 123 orang yang meninggal. Berarti yang lolos adalah 99,5%. Rendahnya tingkat kematian karena pesawat menghempaskan diri terlalu rendah sehingga tidak tepat menghantam sebagian besar bangunan. Bagian yang ditabrak pesawat baru selesai direnovasi untuk melindungi Pentagon dari serangan teroris. Bagian itu baru dilengkapi dengan bahan anti ledakan sehingga jumlah korban dapat diminimalkan.
• Pesawat American Airlines flight 77 adalah Boeing 757 yang berkapasitas 289 orang. Hari itu hanya terisi 64 orang. Artinya 78% kapasitas tidak terisi.
• Pesawat American Airlines flight 11 adalah Boeing 767 yang berkapasitas 351 orang. Hanya terisi 92 penumpang atau 74% kosong.
• United Airlines flight 175 adalah Boeing 767 yang berkapasitas 351 orang. Hanya terisi 65 penumpang atau 81% kosong.
• United Airlines flight 73 adalah Boeing 757 yang berkapasitas 289 orang. Hari itu hanya terisi 45 orang atau 84% kosong.
• Dari total 74.280 orang yang menjadi sasaran teroris, 93% selamat dari kematian. Tidakkah angka-angka di atas mencengangkan?, tidakkah Tuhan begitu baik masih melindungi sebagian besar korban dan melindungi fondasi bangsa Amerika?.

On His Grace,
Hendra, 280810
Kutipan dan ilustrasi dari pak Benny Solihin, pak Yohan Candawasa, dan Charles Swindoll.

Wednesday, August 4, 2010

Pengantar Perjanjian Lama 2

Pendahuluan
Buku ini adalah lanjutan buku Pengantar Perjanjian Lama jilid pertama. Seperti pada buku jilid pertama, secara khusus para penulis memberikan pengantar kepada latar belakang, isi, sifat sastra dan berita Perjanjian Lama mulai dari kitab Mazmur sampai dengan kitab Maleakhi. Salah seorang penulisnya, William Sanford LaSor melayani sebagai profesor Perjanjian Lama di Fuller Theological Seminary sampai pada pensiunnya.

D. Sastra
Puisi Ibrani
Untuk menafsirkan bentuk puisi, sangatlah penting untuk memahami prinsip-prinsip dasar puisi Ibrani. Ciri-ciri puisi Ibrani adalah:
• Kesejajaran pemikiran, yaitu kesejajaran persamaan (Amos 20:1) di mana kata pertama dalam baris pertama (anggur) sejajar dengan kata pertama dalam baris kedua (minuman keras). Demikian juga kata kedua (pencemooh/peribut); kesejajaran pertentangan, yaitu baris kedua mengungkapkan gagasan yang sama tetapi dalam bentuk yang bertentangan (Amos 10:1); kesejajaran perlengkapan, yaitu baris kedua mengembangkan pemikiran dalam baris pertama (Ams. 1:7); bentuk yang lain (Yoel 1:4, Yes. 1:10, Yes. 1:3, Hos. 12:3, Maz. 2:9, Yes. 40:3).
• Rima, irama, dan matra. Umumnya puisi Ibrani tidak memakai rima, tetapi memakai matra dan irama. Misalnya matra 2+2 (sebuah bait mempunyai dua tekanan kuat dalam setiap baris) atau 3+2.
• Pasangan kata dan cara-cara lain. Misalnya kepala=tempurung kepala, ribu=sepuluh ribu, melayani=menyembah, dsb.

Dengan demikian, sangatlah penting untuk meneliti puisi bagi kepentingan penafsiran. Langkah pertama adalah melakukan analisa perikop menurut unsur-unsurnya, mengenal gaya bahasa puisi, aliterasi, asonansi, paronomasia, onomatope, dan berusaha untuk memelihara keindahan pengungkapannya.

Kitab Mazmur
Secara struktur, kitab Mazmur dibagi menjadi lima bagian yaitu Mazmur 1—41; 42—72; 73—89; 90—106; 107—150. Kitab Mazmur merupakan gambaran iman alkitabiah bagi mereka yang tidak mempunyai Alkitab. Rangkuman sejarah (misalnya 78; 105; 106; 136), dorongan untuk hidup saleh (1; 119), pengetahuan akan penghakiman (37; 49; 73), jaminan atas kesetiaan-Nya (103), dsb.
Kitab Mazmur mempunyai beberapa jenis sastra yaitu:
• Nyanyian pujian yang terdiri dari tiga unsur yaitu panggilan untuk beribadat (105:1, 105:6); Gambaran tentang karya atau sifat-sifat Allah (105:7, 105:7, 105:43); Kesimpulan (105:45c). selain itu ada sub-kategori yang berkisar pada peristiwa khusus, misalnya nyanyian kemenangan, nyanyian arak-arakan, nyanyian Sion, nyanyian penobatan.
• Keluhan umat. (12; 44; 58; 60; 74; dsb)
• Keluhan pribadi (22:2; 22:13; 22:5; 22:20-21; 22:10; 22:23; 22:25).
• Nyanyian syukur pribadi (23; 30; 32; 34; dsb)
• Mazmur kerajaan, berupa penobatan, pernikahan, doa sebelum atau sesudah peperangan.
• Mazmur hikmat, yang dapat berbentuk kumpulan amsal, akrostik dan uraian.

Sastra Hikmat
Dalam Perjanjian Lama sastra hikmat meliputi kitab Ayub, Amsal dan Pengkhotbah. Beberapa Mazmur juga mencerminkan tema-tema hikmat (1; 32; 34; 37, dsb) dan baik Kidung Agung dan Ratapan menunjukkan pengaruh hikmat dalam kiasan maupun gaya bahasanya.
Bentuk umum sastra hikmat dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu:
1. Hikmat dalam bentuk amsal, peribahasa, ucapan singkat yang penuh arti dalam kehidupan.
2. Hikmat spekulatif yang bersifat perenungan, berupa dialog, monolog, atau karangan yang menyelidiki masalh pokok manusia seperti arti kehidupan dan penderitaan.
Kitab Amsal
Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang berbeda-beda. Hikmat Ibrani adalah seni untuk mencapai keberhasilan dan kitab Amsal adalah buku petunjuk untuk hidup yang berhasil. Dengan melukiskan kebiasaan hidup yang negatif dan positif, Amsal menjelaskan perilaku yang benar dan salah dalam berbagai keadaan. Jadi tujuan utama kitab ini adalah untuk menjelaskan dengan cermat, tepat dan mudah dingat apa yang dimaksud dengan siap melayani Allah sepenuhnya.
Isi atau susunan kitab Amsal dapat dibagi menjadi paling tidak delapan kumpulan yang mandiri yaitu:
• Pentingnya hikmat (1—9)
• Amsal-amsal Salomo (10:1—22:16)
• Amsal-amsal orang bijak (22:17—24:22)
• Perkataan-perkataan tambahan (24:23—34)
• Amsal-amsal Salomo kumpulan Hizkia (25—29)
• Perkataan-perkataan Agur (30)
• Perkataan-perkataan Lemuel (31:1-9)
• Gambaran tentang istri yang cakap (31:10-31)

Kitab Ayub
Nama Ayub ditafsirkan oleh Albright sebagai “Di manakah Bapa(ku)?” dalam surat Amarna (1350 sM) dan naskah kutukan dari Mesir (2000 sM). Dalam kedua tulisan itu, nama Ayub adalah seorang pemimpin suku di Palestina dan sekitarnya. Waktu penulisan kitab Ayub sulit ditentukan karena umumnya para ahli membagi pasal 1 – 2 dan pasal 42:7 – 17 berasal dari zaman kuno dan pasal 3:1 – 42:6 sebagai bagian yang berasal dari waktu yang kemudian. Agaknya kitab ini diselesaikan antara tahun 700 dan 600 sM. Penulis kitab ini sendiri tidak diketahui.
Susunan kitab ini secara sekilas adalah sbb:
• Pembukaan, dalam bentuk prosa (1 – 2)
• Ratapan Ayub, dalam bentuk puisi (3)
• Dialog antara Ayub dan ketiga sahabatnya dalam tiga babak (puisi, 4 – 27)
• Syair tentang hikmat (puisi, 28)
• Keluhan Ayub (puisi, 29 – 31)
• Kata-kata Elihu (puisi, 32 – 37)
• Jawaban Allah kepada Ayub (puisi, 38:1 – 42:6)
• Penutup (prosa, 42:7 – 7:17)
Secara teologis, kitab ini memaparkan beberapa hal yaitu:
• Kebebasan Allah dalam bertindak
• Adanya pencobaan oleh iblis
• Adanya kekuatan untuk menderita.

Kitab Pengkhotbah
Penulis kitab ini tidak diketahui namanya. Penulisnya adalah seorang yang bijak yang bermaksud untuk menentang pendapat dan nilai-nilai orang bijak lainnya. Pada umumnya para ahkli sependapat bahwa kitab ini ditulis jauh setelah abad ke-10 sM atau jauh setelah zaman Salomo.
Struktur kitab ini adalah sebagai berikut:
• Pembukaan (1:1 – 3)
• Temanya diperlihatkan I (1:4 – 11), terdiri dari kehidupan manusia secara umum, pengatahuan, kesenangan, nasib semua manusia, jerih payah manusia, dan kesimpulan.
• Temanya diperlihatkan II (3:1 – 4:16), terdiri dari pengendalian Allah atas semua peristiwa, kurangnya kekekalan, penindasan, pekerjaan, timbunan kekayaan secara kikir, sifat ketenaran yang cepat berlalu.
• Kata-kata nasihat I (4:17 – 5:11), terdirin dari hormati Allah dalam ibadahmu, bayarlah nazarmu, pasti ada ketidak-adilan dalam pemerintahan, jangan mencintai kekayaan.
• Temanya diperlihatkan III (5:12 – 6:12), terdiri dari kekayaan yang hilang dalam usaha, kekayaan yang tidak dapat dinikmati, ketetapan takdir.
• Kata-kata nasihat II (7:1 – 8:9): kehormatan lebih baik dari kemewahan, ketenangan lebih baik dari kesembronoan, waspada lebih baik dari tergesa-gesa, hilmat dan kekayaan lebih baik dari hikmat saja, kesabaran lebih baik dari amarah, keterbatasan lebih baik dari melampaui batas, pria lebih baik dari wanita, kompromi kadang lebih baik dari bertindak benar.
• Tema yang diperlihatkan IV (8:10 – 9:12): ketidakpastian dalam keadilan, rahasia karya Allah, kematian adalah nasib semua orang, ketidaktentuan hidup.
• Kata-kata nasihat III (9:13 – 12:8): cerita tentang nilai hikmat, hikmat dan kebodohan, pemerintahan raja-raja, cara-cara usaha yang baik, nikmati hidup sebelum datang hari tua.
• Penutup (12:9 – 14)

Secara teologis, kitab ini memaparkan beberapa hal yaitu:
• Kebebasan Allah dan batas-batas hikmat
• Menghadapi kenyataan hidup
• Persiapan untuk Injil

Kidung Agung
Menurut tradisi, kitab ini ditulis oleh Salomo walaupun ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penyuntingan akhir dilakukan pada waktu yang lebih kemudian dari masa Salomo. Kidung Agung bukan tulisan hikmat karena bentuknya yang paling menonjol adalah puisi cinta.
Oleh karena bentuknya yang berupa puisi cinta, penafsiran kitab ini menjadi tidak mudah. Dalam sejarahnya, ada beberapa cara penafsiran yang dilakukan yaitu:
• Alegoris yang dipakai oleh penafsiran Yahudi yang paling awal sampai zaman bapa-bapa gereja.
• Tipologis. Metode ini berusaha menghindari subyektifitas tafsiran alegoris dan mempertahankan tafsiran harafiah puisi itu, dengan menekankan tema-tema utama tentang kasih dan pengabdian.
• Tafsir dramatis, yaitu memperlakukan kitab ini sebagai drama.
• Kidung pernikahan yaitu membandingkan perayaan perkawinan di Siria dengan Kidung Agung.
• Upacara-upacara liturgis, yaitu menganggap kitab ini berasal dari upacara liturgis penyembahan dewa Tamus, dewa kesuburan Babel.
• Kidung cinta kasih, yaitu memandang kitab ini sebagai puisi atau kumpulan puisi cinta, yang mungkin tapi tidak harus dihubungkan dengan perayaan perkawinan atau peristiwa tertentu lainnya.
E. Nubuat
Nabi Dan Nubuat
Pengertian kata “nabi” adalah seorang yang dipanggil untuk berbicara atas nama Allah. Selain itu seorang nabi disebut juga “peliat” yang berarti orang yang melihat dalam suatu penglihatan. Seorang nabi mempunyai ciri-ciri bahwa dia mempertahankan kesadaran dan penguasaan dirinya di bawah penyataan Allah, dipanggil untuk menyampaikan pesan Allah, dan orang yang kudus dalam arti penyerahan diri. Secara umum ada dua pendekatan terhadap nubuat, yaitu menekankan unsur ramalan dan menekankan pemberitaan yang diterapkan pada keadaan saat itu.

Kitab Amos
Amos adalah seorang peternak domba dari Tekoa, suatu desa kira-kira 15 km sebelah selatan Betlehem. Amos bernubuat pada masa Yerobeam II (793 – 753 sM). Nubuat Amos dibagi menjadi tiga bagian: auman singa (1: - 3:8), dakwaan Allah terhadap Israel (3:9 – 6:14), dan hukuman Allah (7:1 – 9:15). Bagian pertama berisi delapan dakwaan dengan ancaman hukuman Allah terhadap enam bangsa di sekitarnya, serta Yehuda dan Israel sendiri.
Pandangan teologis kitab Amos adalah:
• Allah yang Maha Tinggi
Seruan Amos tentang keadilan sosial timbul karena sifat Allah sendiri. secara moral Allah adalah sempurna dan menuntut tingkah laku moral dari setiap orang dan mereka harus mempertanggung-jawabkannya.
• Allah Israel
Inti agama Perjanjian Lama adalah pemilihan Israel menjadi umat Allah. Hubungan khusus ini diperlihatkan juga dalam penghukuman yang diberikan ketika Israel berdosa.
• Tanggung jawab dan pemilihan
Pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan membawa konsekuensi untuk bertanggung-jawab untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Amos mengakhiri kitabnya dengan menyhatakan perjanjian Allah tidak dihancurkan walau mereka terus menerus berdosa. Bahkan Allah berjanji akan menjadikan mereka lebih mulia, sehingga mereka akan mengalami kelimpahan, kemantapan dan keamanan yang belum pernah dialami sebelumnya.

Kitab Hosea
Kira-kira sepuluh tahun setelah Amos, Allah memanggil Hosea untuk melayani sebagai nabi. Pelayanan Hosea adalah pada masa pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia di Yehuda dan Yerobeam II di Israel.
Inti pasal 1 – 3 adalah mengenai perkawinan Hosea. Jelas bahwa Hosea menghubungkan panggilannya sebagai nabi perkawinannya dengan Gomer. Latar belakang Israel pada masa Hosea adalah dipenuhi dengan kemerosotan rohani dan moral yang dalam. Penyembahan Baal terus berlangsung sehingga Allah menggambarkan perzinahan rohani ini dengan menyuruh Hosea mengawini seorang wanita sundal. Nama anak-anak Hosea (Lo-Ruhama : tidak disayangi dan Lo-Ami: bukan umat-Ku) menggambarkan hubungan Allah dan Israel. Israel tidak akan kembali kepada Allah, karenanya Dia sendiri akan mengambil umat-Nya kembali kepada-Nya (2:13 – 22). Kemudian Allah menyuruh Hosea untuk memulihkan Gomer sebagai istrinya dengan membelinya dengan harga seorang budak. Kemerosotan moral Israel melambangkan “upah” yang dibayar oleh dosa. Namun pengampunan Allah dibayar dengan pendisiplinan melalui pembuangan.
Inti pasal 4 – 14 merangkumkan pelayanan Hosea sebagai pengajar dan pemberita sbb:
• Pengenalan akan Allah.
Pengenalan akan Allah bukan hanya berarti pengetahuan akan Allah, melainkan hubungan dengan-Nya dalam kasih dan ketaatan.
• Kebodohan sikap tak berterima kasih.
Tidak mengucap syukur kepada Allah menghasilkan penyembahan berhala atau pemujaan diri sendiri.
• Kesia-sian keagamaan tanpa kesalehan.
Imam-imam menjadi sasaran khusus kemarahan Hosea karena mereka sama bejatnya dengan rakyat yang seharusnya mereka bimbing.
• Belas kasihan Allah yang tak berubah.
Pada akhirnya belas kasihan Allah tidak berubah walau ada keseimbangan antara kasih dan hukuman sebagai dasar hubungan antara Allah dan Israel.
Kitab Yunus
Kitab Yunus mencatat keunikan yang tidak ada dalam kitab yang lain. Kitab ini berisi cerita pengalaman seorang nabi dan bukan laporan pemberitaannya. Sumbangsih teologis kitab Yunus adalah sbb:
• Konsep Allah
Yunus mengakui adanya hubungan antara ketidak-taatannya dengan badai besar, ia percaya Allah mendengar dan menjawab doanya, Allah pengasih dan penyayang, dan Allah akan memperlihatkan anugerah-Nya kepada orang Niniwe jika mereka bertobat.
• Rencana penyelamatan yang universal
Satu-satunya konsep yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab nabi lainnya adalah Allah menyuruh nabi-Nya untuk memberitakan amanat-Nya kepada bangsa lain dan Ia akan menyelamatkan mereka jika bertobat.

Kitab Mikha
Nama Mikha berarti “siapa yang sama dengan Tuhan?”. Dia hidup pada masa pemerintahan Yotam, Ahas dan Hizkia (sekitar 735 – 700 sM). Mikha berasal dari desa dan mungkin seorang petani kecil. Ia menentang penyelewengan Yerusalem dan Samaria serta memperlihatkan bagaimana penghukuman akan segera terjadi dan mempengaruhi Yudea Selatan. Selain itu Mikha mengecam penindasan dan penghisapan pada orang miskin.
Struktur kitab Mikha adalah sbb:
• Bagian pertama (1:2 – 2:13)
 Hukuman yang panjang (1:2 – 2:11)
 Hukuman yang pendek (2:12 – 13)
• Bagian kedua (3 – 5)
 Hukuman yang panjang (3)
 Harapan yang pendek (4:1 – 5)
 Harapan bagi orang-orang yang susah (4:6 – 8)
 Kesusahan yang panjang, harapan yang pendek (4:9 – 10)
 Kesusahan yang pendek, harapan yang panjang (4:11 – 13)
 Kesusahan yang pendek, harapan yang lebih panjang (4:14 – 5:5)
 Harapan bagi sisa Israel yang susah (5:6 – 8)
 Hukuman yang panjang (5:9 – 13)
 Hukuman yang pendek (5:14)
• Bagian ketiga (6 – 7)
 Hukuman yang panjang (6:1 – 7:7)
 Harapan yang pendek (7:8 – 20)

Kitab Yesaya I: Latar Belakang
Yesaya adalah penulis kitab ini walau tidak berarti dialah pengarang atau penyunting akhirnya. Yesaya memulai pelayanannya pada tahun wafatnya Uzia sampai pada pemerintahan raja Yotam, Ahaz, dan Hizkia (740 – 701 sM). Tradisi mengatakan pelayanan Yesaya berlanjut sampai pada masa pemerintahan raja Manasye dan Yesaya mati syahid karena digergaji pada masa pemerintahan raja Manasye pada tahun 687 sM.
Struktur kitab Yesaya adalah sbb:
• Bagian pertama: Penghukuman (1 – 35)
 Dosa-dosa Yehuda (1 – 12)
 Ucapan ilahi tentang penghukuman (13 – 23)
 Maksud Allah dalam penghukuman (24 – 27)
 Peringatan tentang usaha manusia mencari keselamatan (28 – 35)
 Selingan sejarah (36 – 39)
• Bagian kedua: Penghiburan (40 – 66)
 Pembebasan (40 – 48)
 Penebusan (49 – 59)
 Kemuliaan (60 – 66)

Pada umumnya para ahli tidak menganggap Yesaya menulis sendiri keseluruhan kitabnya. Ada yang berpendapat kitab ini ditulis oleh dua orang, tiga orang, bahkan lima orang atau lebih. Alasan-alasan utama yang dikemukakan adalah adanya perbedaan sudut pandang sejarah, sebutan nama Koresy, gaya bahasa, dan pandangan teologis. Akhir-akhir ini muncul pendapat bahwa kitab Yesaya pasal 1 – 39 ditulis oleh Yesaya dan pasal 40 – 66 ditulis oleh seorang nabi lain yang tidak dikenal namanya. Sebenarnya perdebatan mengenai penulis aslinya tidak penting. Hal terpenting adalah adanya pengakuan bahwa secara keseluruhan kitab ini merupakan karya Roh Allah sehingga otoritasnya tidak diragukan lagi.
Kitab Yesaya II: Pemberitaan
Pemberitaan kitab Yesaya adalah sbb:
• Penglihatan dan misi Yesaya
Sedikitnya ada dua penglihatan yang ditunjukkan (1:1; 2:1). Penglihatan itu berisi penyataan tentang Allah Mahakudus dan membuat Yesaya dalam keadaannya yang berdosa. Yesaya melihat dirinya sebagai orang berdosa dan mendapat pelayanan yang dibebankan padanya. Misi Yesaya selain menyampaikan pemberitaan tentang penolakan umat Israel oleh Allah, juga menyampaikan janji Mesianik.
• Ajaran tentang Allah
Ajaran tentang Allah dalam kitab Yesaya berisi pokok bahasan tentang Allah yang Mahakudus, Allah sebagai penyelamat, Allah sebagai penebus, Allah sebagai Bapa, Allah sebagai penguasa tertinggi, dan Roh Allah.
• Hubungan Allah dengan manusia
Ajaran kitab Yesaya tentang hubungan Allah dengan manusia adalah tentang kebenaran, keadilan dan hamba Tuhan. Kata “kebenaran” mempunyai arti “apa yang ditetapkan secara tegas, berhasil dan tetap tahan dalam kehidupan manusia”.

Nubuat Mesianik
Seperti nubuat pada umumnya, nubuatan Mesianik bukan hanya ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi pada masa depan. Namun nubuat itu ada hubungannya dengan maa depan, khususnya dengan Mesias yang akan datang. Karena itu nubuat apapun yang mengkaitkan masa sekarang dengan rencana Allah yang pokok (yang berpuncak dalam diri Kristus) dapat disebut ‘mesianik”.
Dalam Perjanjian Lama, tidak ada istilah “Mesias” secara langsung. walaupun demikian, apa yang dikatakan oleh Perjanjian Lama secara langsung menunjukkan ciri-ciri Mesias itu sendiri, yaitu:
• Anak Daud
Ketika Yesus masuk ke Yerusalem, Dia menggenapi nubuatab Zakharia (Mat 21:5 – Zak 9:9). Demikian juga murid-murid-Nya secara jelas menghubungkan nama keturunan Daud dengan Kristus (Kis 1:16; 2:25; 2:29 – 31; 34 – 36).
• Keturunan Daud
Yesus berasal dari garis keturunan Daud dan nabi-nabi menyebut keturunan Daud akan menjadi raja di tengah-tengah mereka (Yes 9:5 – 6; 11:1; Yer 33:17, 20 – 21; 23: 5 – 6; 33:14 – 16; 30:9; Yeh 34:23 – 24).
• Mazmur-mazmur kerajaan
Mazmur-mazmur juga banyak yang mengacu kepada Yesus, misalnya mazmur 2, 45, 110, dsb.
• Kerajaan mesianik
Nabi-nabi tidak hanya menubuatkan kesinambungan dinasti Daud, melainkan ungkapan “anak Daud” mempunyai pengertian yang lebih luas dan dalam. Dalam Perjanjian Baru, gambaran Mesias digambarkan lebih dari sekedar penggenapan raja ideal, anak Daud, tetapi juga orang bijak yang melebihi Salomo (mat 12:42), Anak Manusia yang menggenapi penglihatan Daniel (Dan 7:14), nabi dan pemberi hukum yang adalah Musa yang kedua (Mat 5 – 7), imam yang lebih tinggi dari Harun (Ibr 5 – 7), hamba Allah yang mengorbankan nyawa sebagai tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:44).

Kitab Yeremia
Yeremia adalah seorang nabi yang tidak ada taranya dalam pemahamannya tentang nubuat dan dalam kemampuannya mengungkapkan nubuat itu. Sepanjang empat puluh tahun yang penuh kekacauan, dia mewartakan firman Allah kepada raja dan rakyat dengan penuh pengorbanan. Firman Allah datang padanya pertama kali pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia (627 sM) ketika dia masih seorang pemuda. Pelayanan Yeremia berlangsung lebih dari empat puluh tahun, sampai sesudah tahun 586 sM, ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar.
Sebagai seorang nabi, Yeremia mempunyai watak yang kuat, yang dapat dijelaskan melalui lima ciri khasnya yaitu jujur, berani melaksanakan apa-apa yang ia yakini walau harus menderita, memperlihatkan kebencian yang besar terhadap tingkah laku yang secara moral dan spiritual tidak pantas, memiliki kepekaan akan penderitaan bangsanya serta kemanusiaan yang sejati, dan mempunyai pengharapan akan masa depan berdasar kesetiaan Allah.
Unsur utama dalam pemahaman teologis Yeremia adalah tekanannya pada peristiwa keluaran sebagai pengalaman rohani Israel yang dominan. Jadi sumbangan teologis Kitab Yeremia adalah sbb:
• Kekuasaan Allah dalam sejarah
Yeremia menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa di Yehuda, Mesir dan Babel lebih ditentukan oleh kekuasaan Allah daripada politik manusia.
• Taurat lama dan baru
Yeremia melihat dosa-dosa bangsa Israel secara keseluruhan sebagai pelanggaran terhadap hukum perjanjian. Untuk memperbaiki keadaan harus ada perjanjian yang baru yang lebih bersifat pribadi daripada janji perkawinan, ditulis dalam hati, bukan pada lempengan batu, yang menghasilkan pengenalan yang benar akan Allah, dan menjamin pengampunan sepenuhnya terhadap dosa (31:32 – 34)
• iman pribadi yang kuat
Dedikasi dan kepercayaan teguh Yeremia walau dalam penganiayaan bersumber pada Allah perjanjian saja.

Kitab Ratapan
Kitab Ratapan tidak diketahui siapa penulisnya karena tidak menyebutkan siapa penulisnya. Walaupun demikian tradisi Yahudi menyatakan Yeremia sebagai penulisnya. Kita ini menggambarkan bencana dari pembuangan yang penuh penderitaan. Waktu penulisan diperkirakan tahun 586 – 530 sM. Kelima pasalnya berisi ratapan Yehuda terhadap hancurnya Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 583 sM.
Kitab Ratapan ditulis untuk mengungkapkan adanya harapan setelah penghukuman Allah. Iman penyair yang kuat memberi semangat pada generasi-generasi sebangsanya untuk menemukan harapan di tengah-tengah bencana dan membimbing orang lain kepada harapan melalui pengenalan yang mendalam terhadap Allah. Kitab ini mempunyai tiga pokok utama yang terjalin bersama yaitu pemahaman yang mendalam para nabi akan penghakiman dan rahmat Allah, pergumulan orang bijak dalam misteri penderitaan, dan ungkapan liturgis dari para imam tentang penyesalan dan harapan.

Kitab Zefanya Dan Yoel

Kitab Zefanya
Nabi Zefanya hidup di antara masa yesaya dan Yeremia. Sepanjang pemerintahan Manasye selama lima puluh tahun tidak ada suara kenabian sampai Zefanya dipanggil. Pemberitaannya mendukung pekerjaan Yeremia dan mendukung pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh raja Yosia. Kitab ini mempunyai dua tema utama yaitu:
• Ancaman hukuman besar yang akan segera datang (1:2 – 3:7)
• Harapan akan keselamatan kelak (3:8 – 20)

Kitab Yoel
Penulisan kitab Yoel agak sukar ditetapkan waktunya. Secara tradisi ada dua pendapat yaitu pada masa pemerintahan raja Yoas (835 – 796 sM) dan setelah Israel kembali dari pembuangan (akhir abad ke 5 sM). Kitab ini mempunyai dua bagian penting yaitu:
• Tulah belalang dan hari Tuhan (1:1 – 2:17)
• Kemenangan yang akan datang (2:18 – 3:21)
Pada bagian pertama nabi Yoel berbicara dan pada bagian kedua Tuhanlah yang berbicara. Titik balik ada pada 2:18 di mana Tuhan menanggapi pertobatan umat-Nya dan membawa pembebasan.

Kitab Nahum Dan Habakuk

Kitab Nahum
Nabi Nahum bernubuat pada masa di antara dua peristiwa penting yaitu jatuhnya kota Tebe ke tangan Asyur pada tahun 663 sM (3:8 – 10) dan hancurnya Niniwe pada tahun 612 sM (1:1; 2:8; 3:7). Nubuatan Nahum sepenuhnya berpusat pada penghancuran musuh bebuyutan Israel. Nahum adalah seorang penulis sastra yang baik dan hanya sedikit yang dapat menandinginya.

Kitab Habakuk
Masa hidup dan pelayanan Habakuk kira-kira pada perempatan terakhir abad ke-7 sM, kira-kira sezaman dengan Zefanya, Yeremia, Nahum dan mungkin Yoel. Alur isi kitab ini adalah sbb:
• Keluhan Habakuk mengenai penghukuman Allah yang “tertunda” (1:2 – 4)
• Jawaban Allah bahwa Babel akan menghukum Yehuda (1:5 – 11)
• Pertanyaan Habakuk mengapa Allah memakai bangsa yang jahat (1:12 – 17)
• Jawaban Allah bahwa Babel akan mendapat balasan setimpal (2: 6, 9, 12, 15, 19)
• Respon Habakuk dengan mengaku percaya pada perjanjian-Nya (3)

Kitab Obaja
Kitab ini adalah yang tersingkat dalam Perjanjian Lama, hanya terdiri dari 21 ayat. Nabi Obaja berasal dari Yehuda dan menerima penglihatan mengenai Edom. Isi kitab ini adalah sbb:
• Penglihatan mengenai Edom (1 – 14)
 Pengumuman jatuhnya Edom (1 – 4)
 Penghancuran total (5 – 9)
 Alasan: kekejaman Edom terhadap Yehuda (10 – 14)
• Hari Tuhan (15 – 21)
 Penghakiman atas bangsa-bangsa (15 – 16)
 Pembebasan Yehuda (17 – 20)
 Kerajaan Allah (21)

Kitab Yehezkiel
Kitab Yehezkiel berasal dari zaman pembuangan (597 – 538 sM) antara tahun 593 – 571 sM. Kitab ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
• Hukuman atas Israel (1 – 24)
• Hukuman atas bangsa-bangsa kafir (25 – 32)
• Pembaruan Israel (33 – 48)

Secara teologi, kitab ini memberikan beberapa hal yaitu:
• Penglihatan akan Allah kepada Yehezkiel
• Penyembahan berhala bangsa Israel
• Tanggung jawab pribadi dengan menolak pengelakan kesalahan generasi lalu
• Peristiwa pembuangan adalah akibat langsung kegagalan Israel memlihara hari Sabat (17:21 – 27)
• Nubuatan melawan Tirus
• Yehezkiel menubuatkan hukuman terhadap bangsa-bangsa yang kejam, ketakutan di dunia orang-orang hidup
• Nubuatan akan Gembala yang sejati
• Pemberian hati dan roh yang baru

Kitab Daniel
Kitab Daniel berisi salah satu berita terbesar dalam Perjanjian Lama yaitu kerajaan-kerajaan dunia akan diganti dengan kerajaan Allah. Kitab ini termasuk jenis sastra “apokaliptik” yang menyingkapkan peristiwa-peristiwa yang akan datang. Isi kitab ini dibagi menjadi dua yaitu cerita-cerita (1 – 6) dan penglihatan-penglihatan (7 – 12). Garis besar isinya adalah sbb:
• Daniel dan raja-raja Babel dan Persia (1 – 6)
 Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel (1)
 Mimpi raja tentang patung (2:1 – 16)
 Patung emas (3:1 – 7)
 Mimpi Nebukadnezar tentang pohon (4:4 – 18)
 Perjamuan Belsyazar; tulisan pada dinding (5:1 – 12)
 Daniel dalam gua singa (6:1 – 18)
• Mimpi dan penglihatan Daniel (7 – 12)
 Keempat binatang dari dalam laut (7:1 – 18)
 Domba jantang, kambing jantan dan tanduk (8:1 – 14)
 Tujuhpuluh tahun yang dinubuatkan Yeremia (9:1 – 2)
 Penglihatan di tepi sangai Tigris (10:1 – 14)
 Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan (11:2 – 28)
 Waktu kesesakan; kebangkitan (12:1 – 4)

Kitab Hagai
Orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babel mulai berkeluarga dan berkembang. Sebagian dari mereka pulang di bawah ezra dan Nehemia, namun sebagian memilih tetap tinggal di Babel. Nabi Hagai hidup sezaman dengan Zakharia. Kitab ini berisi empat nubuat yang disampaikan dalam empat bulan sbb:
• Hagai 1:1 – 11
Nubuat ini ditujukan kepada Zerubabel dan kepada imam besar Yosua untuk menyelesaikan pembangunan kembali Rumah Allah.
• Hagai 2:1b – 10
Nubuat kedua ditujukan kepada Bupati, imam besar dan bangsa itu mengenai kemegahan Rumah Allah.
• Hagai 2:11 – 20
Nubuat ini merupakanb percakapan antara Tuhan dan Hagai. Allah berjanji memberkati mereka jika bertobat.
• Hagai 2:21 – 24
Nubuat ini ditujukan kepada Zerubabel. Isinya bersifat eskalotogis karena Tuhan mengatakan akan merontokkan tahta raja-raja dan membuat Zerubabel “seperti cincin materai” sebab dia yang dipilih-Nya.

Kitab Zakaria
Arti nama Zakaria adalah “Tuhan telah mengingat”. Zakaria hidup sezaman dengan nabi Hagai. Kitab ini dibagi menjadi dua bagian. Pasal 1 -8 adalah nubuat-nubuat yang diberi keterangan waktu dan pasal 9 – 14 tidak diberi keterangan waktu. Garis besar kitab ini adalah sbb:
• Seruan untuk bertobat (1:1 – 6)
• Penglihatan-penglihatan malam (1:7 – 6:8)
• Peristiwa-peristiwa menjelang akhir zaman (9 – 11)
• Peristiwa-peristiwa akhir zaman (12 – 14)

Kitab Maleakhi
Kitab Maleakhi adalah kitab terakhir dari 12 kitab nabi kecil di Perjanjian Lama. Kata Maleakhi berarti “utusanku”. Pada saat penulisan nubuat ini Rumah Allah telah didirikan kembali dan ibadat berlangsung kembali. Keadaan waktu itu digambarkan bahwa kembalinya mereka dari pembuangan tidak membawa suatu zaman mesianis. Akibatnya mereka menjadi tawar hati, menangis, dan ragu-ragu. Perzinahan, sumpah palsu, penindasan, dan diskriminasi merajalela. Agama diremehkan dengan kawin campur yang dilarang.
Struktur kitab ini adalah sbb:
• Judul (1:1)
• Kasih Tuhan dilukiskan oleh nasib edom (1:2 – 5)
• Kecaman terhadap para imam (1:6 – 2:9)
• Penyembahan berhala dan kawin campur (2:10 – 16)
• Allah yang adil (2:17 – 3:5)
• Persepuluhan yang tidak diberikan (3:6 – 12)
• Orang benar dan orang fasik (3:13 – 18)
• Elia dan hari Tuhan (4)

Sedangkan topik teologi kitab ini adalah tentang:
• Tuhan semesta alam
• Teodisi atau pembenaran tindakan Allah
• Perintis jalan, yaitu hanya nabi Maleakhi yang mengajarkan tentang kedatangan kembali nabi Elia.

Analisa Buku
Kekuatan Buku
1. Tim penulis berhasil mensintesiskan pemikirannya sehingga menghasilkan buku yang sangat baik.
2. Buku ini disajikan secara sistematis dan memiliki alur yang baik.
3. Walaupun agak rumit, buku ini tidak terlalu sulit untuk dipahami bagi kaum akademisi.
4. Memberikan pandangan-pandangan yang berbeda dari beberapa ahli walau akhirnya penulis menyatakan pendapatnya sendiri.

Kelemahan Buku
1. Kadang-kadang pembahasan materi terlalu panjang dan bertele-tele.
2. Diperlukan usaha keras dan waktu yang panjang untuk membaca dan memahami buku ini karena tebal.

Hal-hal Baru
1. Buku ini membahas pengantar PL dengan komprehensif. Ada hal-hal baru seperti pembahasan kitab Syair yang lengkap dengan contohnya yang tidak terdapat dalam buku lain.

Saran
1. Sebelum mempelajari buku ini, sebaiknya mempelajari buku sejenis yang lebih singkat. Tanpa pengetahuan yang memadai, sulit untuk memahami buku ini. Membaca buku Denis Green menjadi awalan yang baik.

Penutup
Buku ini banyak memberikan informasi yang berharga tanpa kesan menggurui. Pemahaman yang mendalam tentang Perjanjian Lama merupakan modal berharga bagi setiap hamba Tuhan dan pembelajar serius Alkitab. Buku ini memberikan pemahaman yang sangat baik akan Perjanjian Lama. Soli Deo Gloria.

Pengantar Perjanjian Lama 1

A. Pendahuluan

Otoritas Perjanjian Lama
Kristus sendiri mengakui otoritas penuh dan sifat yang mengikat dari kitab Perjanjian Lama, bahkan Dia sering mengutip Perjanjian Lama sebagai dasar pengajaran-Nya. Yesus memandang Perjanjian Lama sebagai tulisan yang diilhami dan berotoritas, yang mencatat karya Allah dalam sejarah yang menuju kepada puncaknya dalam kerajaan-Nya yang akan datang.
Demikian juga Paulus mengakui pengilhaman dan otoritas penuh dari Kitab Suci Perjanjian Lama (2 Tim. 3:16) dan menemukan maknanya yang terdalam dalam rangka penantian dan persiapan Perjanjian Baru. Tulisan-tulisan dalam surat Ibrani, Yakobus, dan Wahyu juga banyak memakai kiasan dan kutipan Perjanjian Lama.

Penyataan Dan Pengilhaman
Penyataan adalah perbuatan yang mengungkapkan atau membuka. Dalam pengertian aktif, penyataan terdapat dalam komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang diberikan-Nya, firman yang diucapkan-Nya, dan perbuatan yang dilakukan-Nya, baik melalui karya-Nya dalam sejarah maupun firman-Nya. Sehingga tanpa penyataan melalui firman, sedikit sekali manusia yang mengetahui penyataan-Nya melalui karya-Nya.
Penyataan Allah perlu karena Allah melampaui ruang dan waktu yang diamati indra manusia dan karena manusia yang telah jatuh dalam dosa sehingga tidak dapat mendengar, melihat, dan memahami apa yang dinyatakan Allah dengan jelas. Penyataan Allah kepada manusia terjadi melalui alam (penyataan alamiah) kepada setiap manusia dan melalui Alkitab (penyataan khusus) terhadap sekelompok orang yang dipilih-Nya. Di samping karya-Nya dalam penciptaan dan sejarah, Allah menyatakan diri-Nya melalui mimpin, penglihatan dan kata-kata. Penyataan yang paling sempurna ada dalam diri Kristus, Anak-Nya yang menjadi manusia (Ibrani 1:1-3).
Dalam proses memberikan penyataan-Nya, Allah tidak menyatakan segala sesuatu tentang diri dan rencana-Nya pada suatu saat. Ia memberikan serangkaian penyataan yang semakin lengkap dan jelas (misal. Kej. 12:1, 7, 15:13). Yesus sendiri menyatakan Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17). Jadi Dia tidak meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi (PL) melainkan untuk menambahkan “sesuatu yang baru”, yang membuat hal-hal sebelumnya menjadi “lama”. Jadi PL harus dipahami dalam terang penyataan yang lengkap dari PL dan PB.
Tujuan utama Allah dalam menyatakan diri dan kehendak-Nya bukanlah untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia, melainkan untuk menyelesaikan rencana-Nya (bagi manusia) untuk mencapai keselamatan. Bahkan Samuel menjawab pertanyaan Saul dengan menyatakan kehendak Allah (1 Sam. 9:3-10:8). Tugas nabi bukan untuk meramal melainkan menyatakan kedaulatan Allah atas sejarah Israel (1 Raj. 22:1-28).
Pengilhaman adalah karya Roh Allah atas “orang-orang suci pada masa lampau” supaya mereka menyampaikan penyataan Allah dengan tepat secara lisan dan tulisan. Sedangkan bagi generasi berikutnya penyataan itu diteruskan melalui Alkitab yang tertulis. Pengilhaman kata per kata berarti Roh Allah sedemikian meresapi pikiran para penulis Alkitab sehingga mereka memilih kata-kata, ungkapan-ungkapan yang tepat dari perbendaharaan kata dan pengalaman mereka untuk menyampaikan pesan Allah yang tepat.

Kanon
Kanon adalah kumpulan tulisan berwibawa yang ajarannya mengikat penganutnya. Dalam pembentukan kanon PL, ada empat langkah yang berkaitan erat yaitu:
• Ucapan-ucapan yang berwibawa, yang dimulai ketika Musa mencatat firman-Nya di Gunung Sinai (Kel. 24:3-4).
• Tulisan-tulisan berwibawa (Ulangan 31:24-26).
• Kumpulan kitab-kitab berwibawa (Taurat, Nabi-nabi dan Kitab-kitab)
• Kanon yang baku, yaitu 39 kitab PL. sedangkan Katolik menyisipkan kitab Apokrifa (tulisan yang tidak diilhami dan tidak otentik) di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Penulisan Perjanjian Lama
Bahasa asli PL adalah bahasa Ibrani dan sedikit bahasa Aram. Salah satu masalah utama dalam teks adalah menentukan bentuk asli tulisan-tulisan dalam Alkitab dengan tepat. Media yang digunakan dalam penulisan adalah perkamen (kulit yang disamak), papirus, lembaran kayu, lilin atau tanah liat serta pecahan keramik. Sedangkan pemakaian kodeks dalam bentuk buku baru digunakan sejak abad pertama Masehi. Alat-alat tulis yang digunakanpun bermacam-macam sesuai dengan medianya, misalnya pahat, pena besi dengan mata intan, pena buluh. Proses penyalinan dan penyuntingan selama berabad-abad menyebabkan sedikit perubahan dalam teks aslinya (walau tidak merubah maksud dan artinya). Untuk menentukan teks asli ada beberapa petunjuk praktis yaitu:
• Mengikuti teks Masora kecuali artinya tidak jelas atau banyak bukti yang berbeda.
• Teks yang lebih sulit dan tua biasanya lebih mungkin asli.
• Teks yang lebih singkat biasanya asli karena orang cenderung suka menambahkan daripada mengurangi.
• Menerima teks yang memberikan penjelasan terbaik tentang terjadinya semua variasi lainnya, sebagai yang asli.

Macam-macam terjemahan-terjemahan kuno adalah Taurat Samaria, Targum Aram, Septuaginta (LXX), dan terjemahan-terjemahan Yunani lainnya, terjemahan Siria, terjemahan-terjemahan Latin, dan terjemahan sekunder lainnya.

Geografi
Penyataan Allah terjadi dalam ruang dan waktu, sehingga data geografis dan historis menjadi penting dalam penafsiran. Dunia Alkitab adalah sebuah daerah tempat bertemunya benua Eropa, Asia, dan Afrika. Perbatasan bagian Utara dilindungi oleh barisan pegunungan yang menhan angin musim dingin. Di sebelah Selatan dunia Alkitab terdapat gurun Sahara dan Siria-Arabia. Gurun ini menghalangi penyerbuan dari arah selatan. Di tempat itulah manusia mengalami perkembangan dan tempat itu menjadi “tempat lahirnya kebudayaan”.
Nama Palestina mulai dipakai sejak abad ke-5 S.M. Dalam PL, tanah itu disebut sebagai “tanah perjanjian” (Kanaan). Setelah pendudukan Israel, tanah itu disebut sebagai “Israel”. Daerah itu terbentang dari lereng selatan Gunung Hermon hingga tepi gurun selatan (Nagreb) dan di batasi oleh Laut Tengah (barat) dan Lembah Yordan (Timur). Pada zaman Yunani dan Romawi, daerah itu juga meliputi beberapa daerah di sebelah timur sungai Yordan atau Trans-Yordan. Sedangkan menurut pembagian politis selama kerajaan Israel, bagian utara disebut Samaria dan bagian selatan disebut Yudea.
Arti pentingnya geografi dapat dilihat secara politis dan teologis. Secara politis Palestina merupakan jembatan antara kebudayaan-kebudayaan Eropa, Asia Barat Daya dan Afrika Utara. Keadaan alam menerangkan mengapa orang Israel hidup terisolasi, juga menerangkan mengapa perpecahan sering terjadi di Israel. Kerajaan Yehuda terletak di lembah sempit yang penuh dengan batu besar sehingga sukar untuk ditaklukkan, sedangkan Samaria yang terletak di dataran lebih mudah untuk diserang musuh. Secara teologis keadaan geografis dapat dipahami paling jelas pada saat nabi-nabi berjuang melawan Baal. Orang Kanaan memuja Baal yang mencakup pelacuran seksual untuk membujuk tanah agar memberikan hasilnya. Keadaan ini sangat berbeda dengan kepercayaan bangsa Israel yang yakin bahwa Allah-lah yang menciptakan dunia, memberi atau menahan hasilnya.

B. Taurat
Kitab Taurat adalah lima kitab pertama PL yang tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk satu kesatuan yang besar. Hal ini tersirat dalam kisah sejarah yang membentuk tulang punggung dan kerangka Taurat yang di dalamnya tercakup kumpulan hukum-hukum. Kitab Taurat mempunyai unsur-unsur janji, pemilihan, pembebasan, ikatan perjanjian, hukum dan tanah perjanjian.
Di samping kesatuan, kitab Taurat mempunyai keaneka-ragaman sastra seperti perbedaan gaya bahasa, penggunaan nama Yahweh dan Elohim yang bergantian, susunan kalimat, dsb. Karena hal itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kitab Taurat ditulis bukan oleh Musa (misal teori JEDP). Penelitian bukti-bukti teks dan tradisi menyatakan bahwa Musa adalah penulis kitab Taurat. Walaupun demikian, mungkin Ezra-lah (Ezra 7:6, 11a) yang membentuk kumpulan tulisan-tulisan Musa itu menjadi kitab Taurat yang dikenal sekarang. Secara logis tidak mungkin Musa mencatat kematiannya sendiri.

Kitab Kejadian I: Riwayat Zaman Permulaan
Berdasarkan isinya kitab Kejadian dibagi menjadi dua bagian yang merupakan pengentar ke dalam sejarah umat pilihan Allah, yaitu:
• Sejarah zaman permulaan (Kej. 1-11).
Bagian ini merupakan pengantar ke dalam sejarah keselamatan, yang mengemukakan asal mula dunia, manusia dan dosa. Bagian ini terdiri dari penciptaan langit dan bumi, taman Eden dan kejatuhan manusia, bapa leluhur sebelum air bah, air bah dan akibatnya, dan kehidupan para bapa leluhur setelah air bah.
• Sejarah bapa leluhur (Kej. 12-50)
Bagian ini menjelaskan asal mula sejarah keselamatan dalam pemilihan Allah atas para bapa leluhur dan janji-Nya tentang tanah dan keturunan. Bagian ini terdiri dari kisah Abraham dan keluarganya, Yakub dan anak-anaknya, dan Yusuf dan anak-anaknya. Dua riwayat lain yang melengkapi adalah kisah Ismael pada akhir kisah Abraham (25:12-18) dan Esau pada akhir kisah Yakub (36:1-34).

Kitab Kejadian bukanlah mitos namun juga bukan laporan obyektif oleh saksi mata melainkan menyampaikan kebenaran teologis tentang peristiwa zaman dahulu. Ada empat tema teologis utama dalam pola yang berulang dan berkesinambungan dalam kitab ini yaitu:
• Allah sebagai pencipta.
Dikatakan bahwa semua ciptaan Allah itu baik adanya.
• Masalah dosa.
Masalah timbul ketika manusia jatuh dalam dosa.
• Penghakiman Allah atas dosa manusia.
Dosa manimbulkan penghakiman Allah atas manusia.
• Anugerah Allah yang tidak berkesudahan.
Walaupun demikian, Allah sangat mengasihi manusia sehingga memberikan anugerahnya dalam rancangan keselamatan manusia.

Kitab Kejadian II: Sejarah Bapak-Bapak Leluhur
Kisah pemilihan dan pemanggilan Abraham merupakan jembatan yang menjembatani jurang yang diakibatkan dosa manusia. Sebagian besar ahli menempatkan zaman ini pada awal Zaman Perunggu Tengah II, yaitu sekitar abad ke-20 S.M. (Bersamaan dengan perpindahan orang Amori). Bukti-bukti dalam Alkitab dan luar Alkitab mendukung hal ini yaitu:
• Penelitian menunjukkan sifat dan tujuan kisah bapa leluhur sebagai tulisan sejarah.
• Kisah bapa leluhur mencerminkan keadaan Timur Tengah kuno pada awal abad ke-20 S.M. Hal ini didukung dengan miripnya nama-nama mereka dengan nama orang Amori pada abad itu, perjalanan Abraham cocok dengan zaman itu, cara hidup mereka sesuai dengan lingkungan kebudayaan pada zaman itu, berbagai adat istiadat dan hukum mereka mencerminkan kebiasaan masyarakat Timur Tengah kuno, dan gambaran umum tentang agama bapa-bapa leluhur termasuk gambaran yang tua dan otentik.

Tema teologis kisah bapa-bapa leluhur adalah sebagai berikut:
• Pemilihan dan janji-janji Allah.
Pemanggilan Abraham oleh Allah adalah awal dari pemenuhan janji-janji Allah kepada bangsa Israel. Janji itu semakin diperteguh generasi lewat generasi berikutnya.
• Iman dan kebenaran.
Ketaatan dan kepercayaan Abraham kepada Allah menunjukkan hubungan yang erat antara iman dan kebenaran. Kebenaran Abraham adalah kepercayaannya (imannya) kepada janji Allah.
• Perjanjian.
Perjanjian yang diadakan Allah kepada Abraham (ps. 15 dan 17) adalah salah satu gagasan utama dalam Alkitab. Perjanjian itu adalah peneguhan komitmen pada perbuatan tertentu yang tidak terjadi secara alamiah. Hal ini disertai dengan sanksi-sanksi dan sumpah.

Kitab Keluaran I: Latar Belakang Historis
Akhir “zaman bapa-bapa leluhur” kira-kira tahun 1550 S.M., dan dilanjutkan hingga kira-kira tahun 1200 S.M., ketika bangsa Israel telah memasuki Palestina. Pada masa-masa itu Mesir mendominasi dunia zaman kuno dan Palestina terletak dalam batas-batas kerajaannya. Peristiwa Keluarnya bangsa Israel dari Mesir kira-kira tahun 1300 – 1200 S.M. Firaun penindas Israel adalah Seti I (1305 – 1290 S.M.) dan Firaun dalam kitab Keluaran adalah Rameses II (1290 – 1224 S.M.)

Kitab Keluaran II: Isi Dan Teologi
Kitab ini berpusatkan pada dua peristiwa penting yaitu pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir melalui karya penyelamatan Allah di Laut Teberau (kel. 1-18) dan pengukuhan diri-Nya sebagai Allah mereka melalui perjanjian di Gunung Sinai (Kel. 19-40).
Garis besar isi kitab ini adalah sbb:
Pembebasan dari Mesir dan perjalanan ke Sinai (1 – 18)
• Kelahiran dan masa muda Musa: panggilan dan misinya kepada Firaun (2:1 – 6:27)
• Tulah dan Paskah (6:28 – 13:16)
• Berangkat dari Mesir dan pertolongan di Laut Teberau (13:17 – 15:21)
• Perjalanan ke Sinai (15:22 – 18:27)
Perjanjian di Sinai (19 – 24)
• Tuhan menampakkan diri di Sinai (19)
• Pemberian perjanjian (20:1 – 21)
• Kitab perjanjian (20:22 – 23:33)
• Pengesahan perjanjian (24)
Petujuk untuk mendirikan Kemah Suci dan upacara-upacara keagamaan (25 – 31)
• Kemah Suci dan peralatan (25 -27; 29:36 – 30:38)
• Para imam dan persembahan (28:1 – 29:35)
• Para tukang Kemah Suci (31:1 – 11)
• Peringatan untuk menguduskan hari Sabat (31:12 – 18)
Pengingkaran dan pembaruan perjanjian (32 – 34)
• Anak lembu emas (32)
• Kehadiran Allah bersama Musa dan umat Israel (33)
• Pembaruan perjanjian (34)
Pembangunan Kemah Suci (35 -40)
• Persembahan sukarela (35:1 – 29)
• Pengangkatan para tukang (35:30 – 36:1)
• Mendirikan Kemah Suci dan peralatannya (36:2 – 39:43)
• Penyelesaian dan upacara peresmian Kemah Suci (40)

Kitab Imamat
Nama “Imamat” berasal dari Septuaginta yang berarti “kitab mengenai imam-imam”. Tokoh utamanya adalah Harun dan tugas keimamannya terbatas pada dia dan putra-putranya. Tema inti kitab ini adalah kekudusan dan kudus. Pengertian akan konsep kekudusan pada mulanya hanya berarti sebagai sesuatu yang dipisahkan atau dikhususkan bagi maksud keagamaan. Dalam perkembangan berikutnya kekudusan mencakup arti kesempurnaan moral.
Ada tujuh jenis kurban dalam kitab Imamat, yaitu kurban bakaran, kurban penghapus dosa, kurban penebus salah, kurban sajian, kurban keselamatan, kurban syukur, dan kurban nazar. Semua kegiatan kurban tersebut dipimpin oleh imam dan harus mencurahkan darah binatang kurban. Kematian binatang kurban mel;ambangkan kematian orang yang berdosa. Hukuman atas dosa adalah kematian, tetapi hewan mati sebagai ganti orang yang berbuat dosa. Jadi kegiatan kurban binatang dalam kitab ini merupakan tipologi dari kurban Kristus yang sempurna di masa mendatang.

Kitab Bilangan
Kitab Bilangan mencatat kisah bangsa Israel antara peristiwa keluaran dan sinai hingga persiapan di Moab untuk memasuki negeri perjanjian. Sebenarnya rute langsung hanya membutuhkan waktu beberapa hari dan jalan melalui Edom maupun Moab tidak lebih dari dua pekan. Oleh karenanya perjalanan selama 38 tahun 9 bulan adalah hukuman atas ketidakpercayaan mereka sehingga tidak ada seorangpun dari generasi yang tidak beriman itu dapat memasuki negeri itu.
Kitab Bilangan dibagi menjadi tiga bagian utama (di Sinai, di Kadesy, dan di dataran Moab) yang dipisahkan oleh catatan mengenai perjalanan orang Israel. Isi kitab ini adalah sbb:
Di Sinai: Persiapan keberangkatan (1:1 – 10:10)
• Sensus pertama (1)
• Perkemahan suku-suku Israel dan para pemimpinnya (2)
• Jumlah dan kewajiban orang Lewi (3 – 4)
• Hukum-hukum dan peraturan (5)
• Hukum mengenai kenaziran (6)
• Persembahan pada waktu penabishan Kemah Suci (7 – 8)
• Ketetapan-ketetapan mengenai perayaan Paskah (9:1 – 14)
• Tiang awan memimpin perjalanan Israel (9:5 – 10:10)
• Perjalanan dari Sinai sampai Kadesy (10:11 – 12:16)
• Berangkat dari Sinai (10:11 – 36)
• Peristiwa-peristiwa dalam perjalanan (11 – 12)
Di Kadesy, dalam padang gurun Paran (13 – 20)
• Keduabelas pengintai dan laporan mereka (13)
• Keputusan umat dan penghukuman Allah (14)
• Hukum dan peraturan (15)
• Pemberontakan Korah (16)
• Kisah tongkat Harun (17)
• Bagian para imam (18)
• Pentahiran orang yang najis (19)
• Peristiwa penutup di Kadesy (20:1 – 13)
• Perjalanan dari Kadesy ke Dataran Moab (20:14 – 22:1)
• Penolakan Edom (20:14 – 21)
• Kematian Harun, kemenangan atas musuh-musuh (20:22 – 22:1)
Di Dataran Moab (22:2 – 32:42)
• Bileam dan Balak (22:2 – 24:25)
• Kemurtadan di Peor dan hukuman Allah (25)
• Sensus kedua (26)
• Anak-anak perempuan Zelafehad; hak waris bagi anak-anak perempuan (27:1 – 11)
• Yosua ditunjuk untuk menggantikan Musa (27:12 – 23)
• Persembahan pada perayaan-perayaan (28 – 30)
• Pembalasan atas orang Midian (31)
• Warisan suku-suku Trans-Yordan (32)
• Hal-hal lain (33 – 36)
• Tinjauan perjalanan dari Mesir (33)
• Batas-batas tanah orang Israel (34)
• Kota-kota orang Lewi (35)
• Anak-anak perempuan Zelafehad dan hak waris anak-anak perempuan (36)

Makna teologis kitab Bilangan adalah sbb:
• Kehadiran Allah
Allah menyatakan kehadiran-Nya lewat tiang awan dan api.
• Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah melebihi manna dan burung puyuh.
• Kesabaran Allah
Kitab ini penuh dengan keluhan bangsa Israel dan Allah menunjukkan kesabaran-Nya.
• Syafaat
Musa ber-syafaat pada Allah agar mengampuni bangsa Israel.
• Allah dan bangsa-bangsa lain
Allah Israel adalah Allah yang berkuasa atas ilah-ilah bangsa-bangsa dan berkuasa mengendalikan manusia.
• Nubuat agung
Bileam bernubuat tentang seorang penguasa yang akan terbit dari Israel untuk membinasakan musuh-musuh mereka. Dari sinilah timbul pengharapan akan seorang Mesias yang akan memerintah dengan kebenaran dan damai sejahtera.

Kitab Ulangan
Setelah generasi yang keluar dari Mesir telah meninggal seluruhnya, Israel melanjutkan perjalanan dengan memutar lewat Edom, sampai berkemah di Moab dan menantikan perintah akhir untuk memasuki Kanaan. Pada saat itulah Musa memberikan tiga amanat perpisahannya sbb:
Prakata (1:1 – 5)
Amanat pertama: Perbuatan Allah (1:6 – 4:40)
Amanat kedua: Hukum Allah (4:44 – 11:32)
Amanat ketiga: Perjanjian dengan Allah (29 – 30)
Kata penutup dan nyanyian Musa (31:1 – 32:47)
Kematian Musa (32:48 – 34:12)

Kitab Ulangan memberikan pandangan teologis yang mempengaruhi pemikiran dan kehidupan orang Israel, Yahudi dan Kristen sbb:
• Pengakuan iman
Ulangan 6:4 – 5 merupakan ringkasan pengakuan iman Israel yang menyatakan keesaan dan keunikan Allah.
• Allah yang berkarya
Allah menghukum Israel ketika mereka melupakan perintah-Nya, tetapi mengampuni jika mereka berbalik pada-Nya.
• Pemilihan Israel
Pemilihan Israel sebagai milik-Nya dinyatakan dengan banyak cara oleh Allah.
• Perjanjian
Dalam perjanjian antara Allah dan manusia, Allah tidak berhutang apapun melainkan manusia yang harus memenuhi syarat-syarat perjanjian itu.
• Pengertian tentang dosa
Israel banyak melakukan dosa seperti pemberontakan dan sungut-sungut, tetapi dosa terburuk adalah berpaling pada ilah-ilah lain.
• Allah dalam sejarah
Sesungguhnya Allah telah masuk dan berkarya melalui sejarah manusia.

C. Sejarah

Sejarah Yang Pertama
Orang Yahudi dalam kanon Ibrani menggolongkan kitab-kitab ini sebagai “Nabi-nabi Terdahulu”, seangkan kanon Yunani menggolongkannya sejarah kitab-kitab “sejarah”. Sebenarnya kitab-kitab itu bukanlah sejarah seperti yang ditulis oleh sejahrawan modern melainkan sejarah yang ditulis dari sudut pandang profetik dengan ciri menggambarkan kuasa Allah atas sejarah dengan karya dan firman-Nya, menonjolkan perbuatan nabi Samuel, Natan, Elia dan Elisa, memperlihatkan tema khas yaitu karya penyelamatan Allah dan penggenapan janji-Nya.

Kitab Yosua
Kitab Yosua merupakan lanjutan dari kitab Ulangan. Kitab ini terdiri dari dua bagian besar yaitu tinjauan sekilas tentang pendudukan tanah Kanaan dan gambaran tentang bagaimana tanah itu dibagi di antara kedua belas suku Israel. Strukturnya adalah sbb:
• Penugasan kepada Yosua (1:1 – 9)
• Memasuki tanah Kanaan (1:10 – 5:12)
• Penaklukan tanah Kanaan (5:13 – 12:24)
• Pembagian tanah Kanaan (13 – 22)
• Hari-hari terakhir Yosua (23 – 24)

Pemahaman teologis kitab Yosua adalah sbb:
• Allah yang menepati janj
Allah menepati janji-Nya pada Abraham untuk memberikan tanah Kanaan kepada keturunannya.
• Gagasan perjanjian
Hubungan Allah dan Israel merupakan suatu perjanjian.
• Sampai pada tempat perhentian
Pada akhirnya bangsa Israel mencapai Kanaan dan mendapat tempat perhentian setelah penderitaan di padang gurun dan perang.

Kitab Hakim-Hakim
Kitab Hakim-hakim mencatat bahwa Israel hanya berhasil menundukkan sebagian dari musuh-musuhnya karena mereka meninggalkan Allah dan berpaling pada ilah-ilah Kanaan. Yang dimaksud dengan hakim adalah para pemimpin militer atau tokoh pembebas. Pola yang berulang dalam kitab ini adalah Israel melakukan hal yang jahat, Allah mendatangkan suatu bangsa untuk menindas mereka, Israel berseru kepada Allah, Allah membangkitkan seorang hakim, bangsa penindas dikalahkan, amanlah negeri itu.

Struktur kitab ini adalah sbb:
Ikhtisar penaklukan tanah Kanaan (1:1 – 2:5)
Permulaan zaman hakim-hakim (2:6 – 3:31)
Debora dan Barak (4 – 5)
Gideon (6 – 9)
Pemerintahan yang singkat oleh Abimelekh (8:33 – 9:57)
Akhir zaman hakim-hakim (10 – 12)
Penindasan Filistin dan tindakan Simson (13 – 16)
Peristiwa-peristiwa lain pada zaman itu (17 – 21)
Pemahaman teologis kitab hakim-hakim adalah:
• Allah adalah juruselamat
• Pandangan sejarah
• Kerajaan

Kitab Rut
Kitab ini mengisahkan Rut, orang Moab yang menikah dengan Elimelekh, orang Yehuda. Setelah kematian suaminya, Boas menikahi Rut dan dari kelanjutan garis keluarga ini menjadi pentingkarena Obed menjadi ayah Isai yang memperanakan Daud. Kisah Boas yang menikahi Rut adalah berkaitan dengan perkawinan levirat dan penebusan tanah. Perkawinan levirat (Ul. 25:5 - 10) adalah bila seorang laki-laki meninggal tanpa meninggalkan anak lelaki, maka kewajiban untuk melanjutkan keturunannya terletak pada kerabat terdekatnya. Sedangkan penebusan tanah berarti tanah tidak boleh dijual kepada orang luar dan kerabat terdekat wajib untuk membelinya sehingga tanah itu tetap terpelihara dalam lingkungan keluarga. Kerabat terdekat yang wajib untuk mengawini Rut dan melakukan penebusan tanah ternyata menolak sehingga Boas-lah yang mengambil kewajiban itu. Kisah Rut menunjukkan peranan Allah sebagai penyebab segala sesuatu. Dia bekerja di balik layar melalui motivasi dan peristiwa yang biasa.

Berdirinya Kerajaan (1 Samuel 1 – 31)
Kitab Samuel pada mulanya hanya merupakan satu kitab, namun kemudian menjadi dua jilid. Kematian Saul yang tragis menandai pembagian kitab ini. Tradisi Yahudi menyebut Samuel sebagai penulis kitab ini. Pembagian kitab ini adalah sbb:
Samuel: imam, nabi, hakim (1 – 7)
• Masa kecil Samuel (1 – 3)
• Bangsa Filistin dan tabut Tuhan (4 – 7)
Samuel dan Saul: peralihan (8 – 15)
• Mencari seorang raja (8:1 – 12:25)
• Kehebatan militer Saul (13 – 14)
• Keputusan Saul yang fatal (15)
Daud bergumul dengan Saul (16 – 31)
• Daud, kesayangan raja (16 – 20)
• Daud dikejar-kejar (21 – 27)
• Jatuhnya Saul (28 – 31)

Zaman Keemasan Israel (2 Sam 1 – 1 Raj 11)
Kitab ini mencakup durasi sejarah selama kira-kira delapan tahun. Daud dan putranya menempa Israel menjadi kesatuan militer yang mampu menguasai wilayah sekitarnya, sekaligus menjadi pusat perdagangan yang membawa kekayaan dan kejayaan. Para suku yang tidak erat hubungannya, disatukan dalam kerajaan yang kuat. Tema kitab ini adalah sbb:
Pemerintahan Daud yang kuat (1 – 8)
• Menjadi raja Yehuda di Hebron (2 Sam 1 – 4)
• Menjadi raja seluruh Israel di Yerusalem (5 – 8)
Putra-putra Daud (9 – 1 Raj. 2)
• Kebaikan dan kelemahan Daud (9 – 12)
• Ambisi Absalom untuk berkuasa (13 – 18)
• Hari-hari terakhir Daud (2 Sam 19 – 1 Raj 2)
Salomo dan kemuliaannya (1 Raj. 3 – 11)
• Penulisan kitab Raja-raja
• Salomo, orang bijak terbesar
• Salomo, saudagar dan negarawan

Kerajaan Yang Terpecah (1 Raj 12 – 2 Raj 17)
Isi kitab ini adalah sebagai berikut:
Pecahnya kerajaan (1 Raj 12 – 14)
• Kebijakan Rehabeam yang keras (1 Raj 12:1 – 24)
• Yerobeam mendirikan tempat-tempat ibadat yang lain (1 Raj 12:25 – 14:20)
• Pergolakan di dalam dan di luar (1 Raj 14:21 – 15:34)
• Raja Omri (1 Raj 16)
Nabi Elia (1 Raj 17 – 22)
• Kemahiran Ahab dalam bidang politik
• Perlawanan Izebel terhadap kepercayaan Israel
• Pertarungan di gunung Karmel (1 Raj 18)
Nabi Elisa (2 Raj 1 – 8)
• Nabi Elia dan Elisa
• Elisa dan Yoram
• Elisa dan orang-orang Aram
Kekacauan di Israel Utara (2 Raj 9 – 14)
• Atalya dan Yoas
• Raja Yerobeam II
Hari-hari terakhir Israel (2 Raj 15 – 17)
• Uzia, Yotam dan Ahas
• Raja Hosea

Yehuda Sendiri (2 Raj 18 – 25)
Garis besar kitab ini adalah:
Reformasi Hizkia (18 – 20)
• Pemberontakan menentang Asyur
• Persepakatan dengan Mesir
• Tawaran Babel
• Serbuan Sanherib
Pemberontakan Manasye (21)
• Kompromi dengan Asyur
• Perselisihan dengan para Nabi
Pembaruan oleh Yosia (22:1 – 23:30)
• Kitab taurat
• Pertempuran dengan Nekho
Jatuhnya Yerusalem (23:31 – 25:30)
• Dominasi Mesir
• Penaklukan oleh Babel
• Pemberontakan Zedekia
• Pembebasan Yoyakhin
Masalah Kronologis
Terdapat banyak data-data tanggal kronologis dalam PL. sebagian data kronologis dapat disesuaikan dengan sistem penanggalan modern dengan mudah, sementara yang lain menimbulkan masalah yang pelik. Sebagai contoh, perbedaan pengertian hari, bulan, dan tahun zaman PL dan masa kini.
• Hari
Dalam dunia PL, hari dimulai dengan terbenamnya matahari atau dengan munculnya bintang pertama.
• Bulan
Sistem penanggalan PL menggunakan dasar bulan (bulan lunar dengan jumlah hari 29 atau 30). Penanggalan masa kini menggunakan dasar matahari (bulan solar dengan jumlah hari 30 atau 31 hari).
• Tahun
Penghitungan tahun mengikuti peralihan musim yang pada gilirannya ditentukan oleh siklus matahari sebanyak 365, 25 hari. Tetapi bulan lunar yang diperoleh dari siklus bulan dan tahun-tahun menurut siklus matahari tidak dapat dicocokkan dengan tepat.
• Penyisipan
Untuk menyesuaikan tahun lunar dengan tahun matahari diperlukan penyisipan sebanyak 7 kali dalam 19 tahun.
• Tahun umum dan tahun agama
Orang Yahudi menandai tahun baru secara agama pada bulan Nisan dan perayaan tahun baru pada bulan Tisyri.
• Tahun naik tahta dan tahun non-naik tahta
Penghitungan tahun sesuai dengan naik tahtanya seorang raja dapat menimbulkan penafsiran yang salah. Misalnya seorang raja naik tahta pada tanggal 20 Agustus dan tahun pertama dapat dianggap dimulai pada tanggal 20 Agustus itu atau pada tahun Tisyri misalnya 20 September.

Sudut Pandang Kitab Tawarikh
Kitab Tawarikh mencatat ulang sejarah yang dicatat dalam kitab Samuel dan Raja-raja dengan warnanya sendiri yang segar dan khusus, dan memberi bahan yang kaya bagi pemikiran teologis. Ada empat bagian pokok dari kita ini yaitu:
• Silsilah dari Adam sampai Daud (1 Taw 1 – 9)
• Pemerintahan Daud (1 Taw 10 – 29)
• Pemerintahan Salomo (2 Taw 1 – 9)
• Pemerintahan raja-raja keturunan Daud (2 Taw 10 – 36)

Dari sudut pandang teologis, kitab ini mempunyai banyak segi, misalnya:
• Menekankan karya Allah yang langsung. kemenangan atau kekalahan dalam perang tergantung pada kehendak Allah.
• Menyatakan kebenaran mengangkat derajat bangsa.
• Menggaris-bawahi penekanan teologisnya atas otoritas KItab Suci.
• Perhatian pada tempat ibadat, peribadatan, dan orang Lewi sebagai petugasnya.

Kitab Ezra-Nehemi
Secara kronologis kitab ini merupakan lanjutan dari kitab Tawarikh. Nama dedua kitab ini diambil dari nama tokohnya masing-masing. Kedua kitab ini mengkisahkan peristiwa-peristiwa dari dua kurun waktu yang berbeda dalam pemulihan Israel ke negeri perjanjian setelah pembuangan, yaitu:
• Kembalinya mereka dari pembuangan dan pembangunan kembali Rumah Allah tahun 538 – 516 S.M. (Ezra 1 – 6)
• Pekerjaan para pemimpin menata kembali kehidupan mereka secara religius (Ezra) maupun secara fisik (Nehemia) tahun 458 – 420 S.M. (Ezra 7 – Neh 13).
Secara sepintas peristiwa jatuhnya Yerusalem dan peristiwa pembuangan ke Babel memadamkan janji Allah yang telah memilih Israel selama-lamanya sebagai tahta-Nya di bumi dan janji dinasti yang kekal kepada Daud. Tetapi Ezra maupun Nehemia menafsirkan peristiwa ini sebagai hukuman Allah bagi dosa Israel yang telah jauh dari memenuhi kewajiban-kewajiban perjanjian dari Allah. Dengan demikian, malapetaka ini bukan sebuah kontradiksi melainkan sebuah pembenaran (penyucian) iman Israel. Ketika Ezra dan Nehemia meyelesaikan tugasnya menjelang akhir abad berikutnya, masyarakat Israel telah berdiri kokoh secara fisik maupun keagamaan. Ezra melakasnakan pembangunan kerohanian dan Nehemia memantapkan kondisi fisiknya.
Kitab Ester
Kitab Ester adalah satu-satunya kitab yang tidak menyebut nama Allah atau YHWH dalam teks Ibraninya. Kitab ini mengkisahkan perkawinan antara Ester, seorang perempuan Yahudi dan raja Persia, Ahasyweros (mungkin Xerxes I, 485 – 465 S.M.). haman yang mempunyai dendam pada paman Ester, Mordekhai, berencana untuk memusnahkan bangsa Israel. Melalui campur tangan kuasa Allah, Ester akhirnya dapat mementahkan rencana jahat Haman bahkan Haman sendiri di hukum mati oleh raja dan Mordekhai menjadi “orang kedua” setelah raja. Peristiwa ini diperingati bangsa Israel sebagai hari raya Purim.
Meskipun kitab ini sama sekali tidak menyebut nama Allah, kuasa pemeliharaan Allah pada bangsa Israel sangatlah jelas. Mengingat kuasa Persia pada waktu itu meliputi India sampai Etiophia, hampir seluruh Asia Kecil, Siria, Palestina dan negara-negara yang lain, maka rencana pemusnahan itu berlaku bagi hampir seluruh orang Yahudi di dunia. Jadi selain pemeliharaan Allah yang setia pada janji-Nya, kitab ini juga menyatakan bahwa umat Allah dapat dan akan menjadi sasaran penganiayaan oleh dunia walau pertolongan dan kelepasan dari Allah akan muncul.

Analisa Buku

Kekuatan Buku
1. Penulis memberikan latar belakang dunia Perjanjian Lama secara lengkap dan komprehensif.
2. Buku ini disajikan secara sistematis dan memiliki alur yang baik.
3. Walaupun agak rumit, buku ini tidak terlalu sulit untuk dipahami.
4. Memberikan pandangan-pandangan yang berbeda dari beberapa ahli walau akhirnya penulis menyatakan pendapatnya sendiri.

Kelemahan Buku
1. Kadang-kadang pembahasan materi terlalu panjang dan bertele-tele.
2. Diperlukan usaha keras dan waktu yang panjang untuk membaca dan memahami buku ini karena tebal.




Hal-hal Baru
1. Pembahasan latar belakang, sejarah, geografi dunia Perjanjian Lama sangat mengesankan. Pembahasan itu memberikan pengertian yang baru bagi saya. Misalnya dengan mengerti keadaan geografis Israel, saya lebih mengerti mengapa mereka sering jatuh dalam penyembahan kepada Baal.

Saran
1. Sebelum mempelajari buku ini, sebaiknya mempelajari buku sejenis yang lebih singkat. Tanpa pengetahuan yang memadai, sulit untuk memahami buku ini.

Penutup
Pemahaman yang mendalam tentang Perjanjian Lama merupakan modal berharga bagi setiap hamba Tuhan. Buku ini memberikan pemahaman yang mendalam akan Perjanjian Lama. Inilah buku yang tepat bagi pembelajar serius Perjanjian Lama. Soli Deo Gloria.