tag:blogger.com,1999:blog-65721334647517528222024-02-21T01:16:27.737+07:00The Spirituality of ChristianityBlog ini merupakan curahan pikiran dan perasaan pribadi sekitar kehidupan dan pelayanan, juga tulisan/hal-hal yang berkesan pada diri sayaUnknownnoreply@blogger.comBlogger64125tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-83704175481582198242010-10-01T21:10:00.000+07:002010-10-01T21:11:14.820+07:00(Tugas Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru)Missions** And The New Testament Scripture<br />(Tugas Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru)<br />Diterjemahkan oleh Hendrawan Widodo<br /><br />** misi (mission) adalah misi Allah (missio Dei, sedangkan misi (missions) adalah tugas dari misi Allah itu. “Mission” adalah “pengutusan Tuhan”, “missions” adalah tugas-tugas “mission” Yaitu tugas-tugas pengutusan yang dilaksanakan oleh umat Allah untuk menggenapkan keseluruhan rancangan Allah yang kekal guna membawa shalom bagi ciptaan-Nya.<br /><br />Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru<br />Dalam studi kita tentang Perjanjian Baru, agar kita dapat menangkap signifikansi artinya secara penuh sebagai sebuah buku misi, kita akan menjauh sedikit dan melihatnya secara keseluruhan daripada sekedar melihat bagian-bagian yang digabungkan untuk membuktikan adanya pengajaran misinya. Kita ingin untuk mengerti tempatnya dalam Kitab Suci, pesan-pesannya sebagai pewahyuan Ilahi, tujuan penulisannya, dan tujuan dari institusi-institusi dan operasional-operasional yang dimaksudkannya.<br /><br />I. Tujuan Perjanjian Baru<br />Sebuah fakta yang mengejutkan, diungkapkan oleh catatan, bahwa Kristus, sang penulis gerakan misi, tidak menulis sebuah bukupun, dan tidak memberikan sebuah arahan yang spesifik kecuali instruksi kepada para murid-Nya untuk berkumpul di Yerusalem sampai mereka mendapat kuasa dari Sorga, dan perintah untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Kabar Gembira kepada seluruh bangsa-bangsa. Kelihatannya Dia melakukan sendiri seluruh pekerjaan mengajar, berkhotbah, dan menyembuhkan. Dia meninggalkan tugas kepada para murid-Nya untuk bersaksi tentang diri-Nya kepada seluruh dunia (KPR 1:8).<br /><br />1. Diperlukan Sebuah Wahyu Tentang Injil.<br />Murid-murid Kristus, yang harus menyebarkan sebuah kepercayaan baru, memerlukan sebuah interpretasi/penafsiran yang terpercaya akan diri Yesus, kehidupan dan pesan-pesan-Nya. Memang mereka sudah mempunyai Perjanjian Lama, tetapi hal itu belum cukup. Menghadapi fakta akan kuatnya kepercayaan bangsa Israel dan kepercayaan pagan orang-orang non-Yahudi, mereka segera sadar jika mereka akan mengabarkan Kabar Baik kepada seluruh bangsa-bangsa, mereka harus mempunyai dokumen tertulis yang tidak hanya berisi ajaran Kristus, tetapi juga menunjukan bahwa kepercayaan baru bertumbuh keluar dari hidup-Nya dan pelayanan-Nya adalah puncak dari Perjanjian Lama dan konsumasi (pemenuhan akhir) dari maksud penebusan Tuhan bagi seluruh dunia. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bahwa Roh Kudus menginspirasikan penulisan Kitab Suci Perjanian Baru.<br />2. Untuk Menginterpretasikan Kristus.<br />Perjanjian Baru ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mencapai dua tujuan: (1). Untuk memperlihatkan bahwa kehidupan dan pelayanan Yesus adalah pemenuhan dari Perjanjian Lama; (2). Untuk memberikan Kabar Baik Yesus beserta intrepetasinya kepada dunia: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3:16 – 17).<br />Kristus meninggalkan murid-murid-Nya, yang akan dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, untuk bersaksi bagi-Nya di seluruh dunia (KPR 1:8). Mereka yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, telah menulis kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai bagian dari kesaksian mereka kepada Yesus, untuk menyatakan kepada dunia Kabar Baik ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).<br />3. Sebuah Pesan Misi.<br />Perjanjian Baru berada di atas segala sesuatu buku-buku misi. Perjanjian Baru ditulis oleh para misionaris bagi gereja-gereja yang misioner dan delapan belas berita misi mengungkapkan sebuah agama yang misioner bagi seluruh dunia. “Dalam situasi yang nyata dan penting, “ kata Dr. Carver, “Perjanjian Baru adalah produk usaha penginjilan/misi. Sebuah hal yang paling penting adalah Roh Kudus memberikan kepada kita Wahyu Kristiani untuk memenuhi kebutuhan akhir pekerjaan misi dalam bersaksi tentang Yesus (Seluruh dunia dalam seluruh kata-kata).<br />Karenanya Perjanjian Baru tidak hanya berisi misi Injil, melainkan hanya misi Injil. “Hal ini secara mendalam menghindari menjadi sesuatu yang lain” kata Dr. Horton. “itu bukanlah hukum perburuhan atau kode yang menarik, bukan sistem stereotype dari institusi gereja, bukan kegiatan seremonial atau pendeta, atau gedung gereja – semuanya adalah akumulasi atau pertumbuhan - tetapi secara simpel dan teguh adalah sebuah suara, suara tangisan di padang gurun, sebuah suara dari Sorga, suara yang mengundang semua manusia kepada Kerajaan Allah, dan berkata, “Biarlah dia yang mendengar datang”.<br /><br />II. Tujuan Kabar Baik Misi<br />Karakter misi Perjanjian Baru diperlihatkan dalam seluruh kitab-kitabnya terutama dalam ke-empat Injil. Studi secara mendalam menunjukkan ke-empat Injil tidak hanya menulis tentang biografi Yesus saja, melainkan untuk menafsirkan Dia dan berita-Nya kepada seluruh dunia dalam konteks misi (Yoh. 20:30 – 31).<br /><br />1. Kristus Adalah Penguasa Dunia – Matius.<br />Tujuan penulisan Injil Matius adalah untuk mengungkapkan Kristus sebagai penguasa dunia. Lebih lanjut, hal itu adalah Kabar Baik dari otoritas-Nya: otoritas atas segalanya – hak untuk mewarisi kekuasaan yang diungkapkan dalam karakter-Nya; hak untuk mengelola seperti yang ditunjukkan dalam penebusan-Nya; hak untuk mengungkapkan Wahyu seperti yang dinyatakan dalam pengajaran-Nya.<br />Matius mengawali Injilnya dengan silsilah yang menempatkan Yesus dalam garis keturunan Daud. “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.” (Mat. 1:1). Hal ini mengkaitkan Yesus dengan dua kovenan terpenting dalam Perjanjian Lama yaitu kovenan Daud (Raja) dan kovenan Abraham (Janji Tuhan) (Kej. 15:18; 2 Sam. 7:8 – 16). Matius menutup Injilnya dengan sebuah visi akan kedatangan Kristus ke dunia dengan penuh kemuliaan dan kekuasaan (Mat. 25:3 – 46). Kalimat kunci adalah: “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:10).<br />2. Kristus Adalah Pekerja Yang Berkuasa – Markus.<br />Injil Markus ditulis untuk mengungkapkan Yesus sebagai pelayan Allah. Injil ini menggabungkan pakaian kerajaan dengan kain pelayan. Dia selamanya bekerja dengan kekuasaan yang hebat dan kemenangan. Kalimat kunci adalah: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mar. 10:45).<br />Dalam Injil ini karakter pelayan Kristus berlanjut terus menerus tanpa terputus. Di sana tidak ada silsilah, karena siapa yang memberikan silsilah seorang pelayan?. Tetapi, pelayan yang rendah hati, yang mengosongkan diri-Nya dari rupa Allah dan mengambil rupa manusia (Fil. 2:6 – 8) adalah Allah yang berkuasa (Kol.2:9) seperti yang dinyatakan oleh Markus 1:1, dan karenanya pekerjaan besar menyertai dan mengklarifikasikan pelayanan-Nya.<br />Sebagai Injil – Pelayan, Markus mempunyai karakteristik Injil perbuatan daripada kata-kata.<br />Kristus diungkapkan sebagai pekerja Ilahi yang merestorasi dunia yang hilang dan jatuh. Dia mengusir setan-setan, menyembuhkan berbagai penyakit, memperbaharui mereka yang berdosa, mengalahkan kematian dan menghidupkan. Dia memulihkan yang hancur. Dia menghardik dan mengusir setan untuk menolong mereka yang dapat dipulihkan dan dan ditolong. Dia adalah pelayan Allah, berkuasa penuh, menderita, berkarya tanpa henti, sampai pada akhirnya. Dia berkarya tanpa cacat sehingga manusia dapat diselamatkan. Dia mengimpartasikan roh yang sama kepada para murid-Nya, sampai setelah kematian-Nya “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mar. 16:20). Injil Markus adalah sebuah panggilan untuk menderita bersama Kristus bagi penebusan dunia.<br /><br />3. Kristus Adalah Manusia Yang Sempurna – Lukas.<br />Injil Lukas ditulis untuk menyatakan Kristus sebagai Anak Manusia yang sempurna. Lukas melihat Yesus dengan kesadaran penuh akan tujuan Allah ketika Dia berkata, “"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej. 1:26). Pada diri Yesus-lah gambaran dan rupa Allah yang nyata pada manusia terjadi.<br />Lukas memulai Injilnya dengan menyatakan kejadian-kejadian ajaib berkaitan dengan kelahiran Yohanes dan Yesus. dia mengisahkan kunjungan malaikat Gabriel kepada Maria dan pernyataan kepada Maria tentang fakta yang mulia bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias: “Karenanya, juga pribadi yang suci akan dilahirkan darimu dan harus disebut sebagai Anak Allah” (Luk. 1:25 – 38). Seluruh Injil Lukas adalah Wahyu (pengungkapan) bahwa manusia berdosa dapat diselamatkan dan menjadi sempurna, suci, diberkati, dan kekal. Kalimat kuncinya adalah “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10). <br />4. Kristus Adalah Anak Allah – Yohanes.<br />Injil Yohanes ditulis untuk menyatakan ke-Tuhanan Yesus. Di dalamnya kita mendapati keteraturan progresifitas kata-kata dan karya-karya yang memperlihatkan Yesus adalah Anak Allah. Yohanes menguraikan misteri ini seperti cahaya yang belum pernah terlihat sebelumnya. Yohanes memperlihatkan bahwa Krsitus adalah Allah yang menyertai kita.<br />Tujuan pokok Injil Yohanes adalah agar manusia percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah (Yoh. 20:31). Injil Yohanes memperlihatkan bahwa Kristus dalam realitas adalah Anak Allah dan merupakan identitas dan realitas dari kehadiran-Nya, simpati-Nya, kuasa-Nya bersama gereja-Nya sepanjang waktu. Lebih lanjut, dia tidak seperti yang digambarkan oelh Matius (sebagai Anak Daud), oleh Markus (sebagai pekerja yang berkuasa), oleh Lukas (sebagai Anak Manusia), tetapi Yohanes menggambarkan Yesus sebagai Firman, Anak Allah (Yoh. 1:12 – 13).<br />Kalimat kuncinya adalah “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Dalam eksistensi-Nya, kita memperoleh pengetahuan akan artinya eksistensi Allah. Dalam perkataan-Nya, kita belajar kebenaran asali dari Allah. Dalam tindakan-Nya, kita menemukan aktivitas Allah. Dalam Injil Yohanes, Kristus menghubungkan para murid-Nya kepada diri-Nya dengan cara menjadikan hidup dan aktivitas para murid menjadi kelanjutan pelayanan penebusan-Nya. “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21).<br />5. Pernyataan Misi.<br />Pada ke-empat Wahyu Kristus dalam ke-empat Injil, kita mendapatkan amanat misi. <br />Injil Matius adalah Kabar Baik dari Raja. Amanat Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk memproklamirkan ke-Tuhanan Yesus ke seluruh dunia. Inilah catatan pertama dari khotbah, apakah ada di rumah atau di luar negeri. Inilah catatan pertama yang dibutuhkan dunia (Mat. 28:18 – 20).<br />Injil Markus adalah Injil pelayanan. Amanat Yesus yang dicatat berdasarkan pada kewajiban para murid-Nya untuk memproklamirkan Kabar Baik penebusan-Nya ke seluruh dunia. Itulah sebuah berita tentang pemulihan dan pembaharuan (Mar. 16:15 – 16).<br />Injil Lukas memberitakan Kabar Baik dari Manusia yang ideal dan sempurna. Amanat Yesus yang dicatat kepada para murid-Nya adalah kewajiban mereka untuk mengungkapkan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan seluruh dunia. Siapa saja yang menerima Dia wajib untuk bersaksi, membuktikan, menyatakan, menjalankan teladan Kristus, menjawab kegagalan dunia dengan kemenangan yang mereka alami (Luk. 24:46 – 49).<br />Injil Yohanes adalah Kabar Baik akan demonstrasi/tanda dari Allah. Amanat yang dicatat oleh Yohanes adalah panggilan para murid untuk bersekutu bersama Kristus dalam pelayanan-Nya di dunia untuk melawan dosa. Kemanusiaan berada dalam keadaan yang tidak harmonis dengan Allah. Sebagai hasilnya, terjadi pergolakan, ketakutan, kecurigaan, ketidak-stabilan dalam pemerintah, keberdosaan dalam kehidupan pribadi, kesedian dan luka di mana-mana. Dosa adalah penyebab itu semua dan dosa tidak harmonis dengan Allah. Kristus datang untuk merekonsiliasi dunia dengan Allah. Dia datang untuk menyelamatkan dunia dari dosa. Misi-Nya adalah misi penebusan bagi semua orang dan dia memamnggil para murid-Nya ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dalam tanggung-jawab terhadap dunia (Yoh. 20:21).<br />Tidak ada seorangpun yang dapat mendengarkan Yesus berkata-kata dalam Injil, dan paling sedikit ketika Dia berbicara tentang diri-Nya sendiri, tanpa terpesona oleh sifat universal dari berita-Nya dan misi-Nya. Ke-empat Injil memberikan gambaran diri Yesus yang patuh selamanya. Dia diperkenalkan sebagai Penyelamat secara universal.<br /><br />III. Membuka dan Memperluas Visi<br />Dari ke-empat Injil yang mencatat tindakan-tindakan Kristus, kita sampai ke KPR. KPR mencatat tindakan-tindakan murid-murid Yesus. Kitab ini, dijelaskan sebagai Injil ke-lima atau kitab dari Roh Kudus, memberitahukan tentang karya dari para misionaris pertama. Kitab ini mengungkapkan ide-ide misionaris dalam pelayanan para murid.<br />1. Perkembangan Yang Sangat Menakjubkan.<br />Kristus meninggalkan beberapa orang murid. Di luar para rasul, ada paling sedikit seratus dua puluh orang di Yerusalem (KPR 1:15) dan kira-kira lima ratus orang lainnya (1 Kor. 15:16) yang tersebar ke seluruh Galilea dan daerah sekitar Yerusalem. Kita melihat hidup para murid sebuah perkembangan yang menakjubkan.<br />Secara normal kita menduga ada sekelompok kecil orang yang menyertai Sang Guru dari Nazaret dan mereka yang berpikir bahwa Dia akan membebaskan Israel (Luk. 24:21), ketika Guru mereka disalib, tenggelam dalam kekecewaan dan kembali kepada pekerjaan mereka semula. Tetapi hal itu tidak terjadi. Fakta yang menakjubkan adalah mereka, yang tidak terpelajar, tidak mempunyai uang, tidak punya pengaruh, tidak punya posisi dalam kehidupan sosial, secara tiba-tiba dan tidak dapat dicegah, dengan dimulai dari Yerusalem, pergi keluar ke semua arah untuk menyatakan bahwa Yesus yang disalib adalah Penyelamat dunia (KPR 2:22 – 39; 4:10 -12; 10:34 – 43; 11:19 – 26; 13:1 – 5).<br />2. Pergerakan Dunia Sudah Dimulai.<br />Sebuah gerakan dunia dimulai dari hari Pentakosta. Ketika janji Allah Bapa turun kepada para murid-Nya dan kuasa dari Roh Kudus memenuhi mereka, mereka tidak dapat tetap diam dalam kamar di atas, tetapi harus turun ke bawah dengan hati yang berkobar-kobar kepada rakyat yang berdosa dan lapar (KPR 2:1 – 4).<br />Di sana mereka berkumpul, di samping penduduk Yerusalem, Yahudi Helenis atau Yahudi perantauan dari tiga belas negara yang berbeda yang disebut dalam KPR 2:8 – 12. Mereka mendengar kesaksian dan mendengar tentang “Pekerjaan besar Allah” pada hari itu ketika khotbah misi pertama dilakukan, khotbah pertama yang memberitakan pertobatan, baptisan, pengampunan dosa, dan karunia Roh Kudus diberitakan. “Hari itu jumlah mereka ditambahkan kira-kira tiga ratus orang (KPR 2:41). Khotbah misi kedua dilakukan beberapa hari kemudian (KPR 3:11 – 26). Keduanya dilakukan oleh Petrus. Petrus memulai kesaksiannya mula-mula di Yerusalem dan dilanjutkan kepada tempat-tempat lain di dunia, dimulai dari antara orang-orang non-Yahudi dengan Kornelius (KPR 10:34 – 43).<br />3. Termasuk Orang-orang Non-Yahudi.<br />Segera setelah Pentakosta, terjadi perselisihan antara mereka yang berpikiran sempit dan mereka yang berpikiran luas mengenai Kabar Baik (KPR 15:5 – 6). Beberapa orang yang memegang teguh tradisi Yahudi menyatakan bahwa Kabar Baik hanya bagi Yahudi sehingga orang-orang non-Yahudi harus menjadi orang Yahudi untuk dapat meneriama Kabar Baik (KPR 15:1). Orang-orang lainnya percaya Kabar Baik diberikan bagi semua orang. Perbedaan ini membawa mereka kepada konferensi misi pertama (KPR 15:2 – 31). Kitab KPR memperlihatkan bagaimana kontroversi diselesaikan dengan mendukung pendapat yang kedua (Kabar Baik bagi setiap orang percaya di seluruh dunia).<br />Sejauh ini selama gereja tetap tinggal di Yerusalem, sangat kelihatan berciri Yahudi. Tetapi Yesus tidak bermaksud agar gereja tetap tinggal di Yerusalem. Itu adalah gereja di seluruh dunia dengan puj-pujian di seluruh dunia dan misi sedunia. Tujuan dari pasal pertama KPR adalah untuk menunjukkan bagaimana Roh Kudus memimpin gereja keluar dari komunitas Yahudi kepada komunitas dunia dan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus dan harus dilakukan: gereja bagi semua bangsa.<br />Gereja memulai misi dunianya dengan tersebarnya para murid dari Yerusalem setelah Stephen dirajam (KPR 8:4 – 5). Filipus melakukan pekerjaan misi di Samaria (KPR 8:4 – 5). Para rasul Petrus dan Yohanes, yang datang untuk memeriksa pekerjaan Filipus (KPR 8:14) tetap memberitakan Kabar Baik di berbagai desa di Samaria (KPR 8:25). Para murid sudah melebarkan pekerjaan mereka ke luar Yerusalem, tetapi Kabar Baik belum dikabarkan kepada non-Yahudi. Ketika mereka dipaksa keluar dari Yerusalem karena penganiayaan dan pergi kepada Antiokia, Siprus, dan Fenesia, mereka tetap hanya memberitakan kepada orang Yahudi (KPR 11:9). Hal ini terjadi sampai orang Siprus dan Kirene memberitakan Injil kepada orang Yunani dengan hasil sejumlah besar orang menjadi percaya (KPR 11:20 – 21). Bahkan Petrus sendiri secara pribadi harus mendapat sebuah penglihatan Ilahi sebelum dia siap untuk memberitakan Kabar Baik Injil kepada Kornelius (KPR 10:9 – 21).<br />Pekerjaan di antara non-Yahudi dimulai oleh Barnabas, seorang murid yang kaya dari Siprus yang telah menyerahkan semua hartanya dan menyerahkannya ke gereja di Yerusalem (KPR 4:36 – 37). Ketika kabar sampai kepada gereja di Yerusalem, mereka mengutus Barnabas ke Antiokia (KPR 11:22 – 23). Ketika melihat kerja Roh Kudus, Barnabas mencari Saulus di Tarsus. Kemudian, selama satu tahun penuh mereka melayani di Antiokia (KPR 11:23 – 26). Barnabas adalah misionaris pertama yang kirim keluar dalam Perjanjian Baru.<br />4. Kabar Gembira Bagi Seluruh Dunia.<br />Di Antiokia-lah misionaris pertama diutus. “Ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka. Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Jadi, mereka dikirim oleh Roh Kudus sendiri (KPR 13:1 – 4). Gereja digerakkan oleh Roh Kudus untuk menjadi berkat dan para misionaris diutus keluar oleh Roh Kudus. Inilah kombinasi agung antara mandat Ilahi dan usaha manusia dalam melaksanakan perintah Allah.<br />Selama dua puluh tahun setelah kematian Kristus, ibukota Greko-Siria di Timur menjadi titik tolak bagi usaha yang sistematis, yang diarahkan oleh Roh Kudus, untuk mengabarkan Injil ke seluruh Asia Kecil dan Kepulauan Aegean. Usaha yang tak kenal lelah dari para misionaris yang menjalankan tugas dipimpin oleh Roh Kudus ke Makedonia dan Yunani. Dari semenanjung, mereka mendapat penglihatan akan Italia dan Roma dan daerah-daerah lain sampai Spanyol dan “the pillars of Hercules”.<br />Kemudian diikuti oleh tiga perjalanan misi Paulus di Asia Kecil, Yunani, Eropa dan seluruh dunia Barat mengenal Yesus. Pada hari itu, ketika patuh pada visi dari sorga, Paulus dan Lukas berlayar langsung ke Samothrace dan mendarat di Neapolis, pelabuhan Filipi. Kekristenan meninggalkan tempat kelahirannya dan menjadi sejarah dan secara sungguh-sungguh satu usaha misi global yang agresif mentransformasikan iman bagi segala ras.<br /><br />IV. Surat-surat Misi<br />1. Surat-surat Misi Paulus.<br />Tidak ada seorangpun yang dapat membaca surat-surat Paulus tanpa menyadari natur “World-Wide”nya. Surat-surat Paulus adalah surat-surat misionari dari hasil pekerjaan misinya dan perlu untuk dikaji secara keseluruhan.<br />1) Surat Roma.<br />Surat ini ditulis sebab Paulus merasa bahwa gereja di Roma mempunyai posisi yang strategis. Semua gereja harus berdasar pada iman. Surat ini adalah manifesto Kabar Baiknya. Tema surat yang diungkapkan adalah “Kebenaran asali Tuhan” (Rom. 1:16 – 17). Kebenaran ini dapat dicapai manusia melalui Kristus (Rom. 3:21 – 28) bagi orang Yahudi dan non-Yahudi (Rom. 3:29 – 30). Dunia digambarkan sedang menuju kehancuran (Rom. 3: 9 – 23). Kondisi ini terjadi karena dosa Adam (Rom. 5:12), tetapi melalui kebenaran seorang, Kristus, “Anugerah cuma-cuma didapat melalui pembenaran dari Kristus (Rom. 5:18). Surat Roma adalah Kabar Baik bagi dunia.<br />2) Surat 1 dan 2 Korintus.<br />Surat ini ditulis untuk mereformasi penyalah-gunaan yang mengancam untuk melemahkan kehidupan spiritual gereja di Korintus. Dalam surat ini kita mendapatkan gambaran kesulitan nyata yang dihadapi oleh orang-orang Kristen di tengah komunitas yang membencinya. Kita melihat benturan antara kekristenan dan budaya. Belum lagi benturan dengan kepercayaan paganisme. Dalam surat ini Paulus sebagai misionaris memberikan prinsip-prinsip kepercayaan terhadap Kristus dalam rangka membangun gereja Perjanjian Baru di daerah paganisme.<br />3) Surat Galatia.<br />Surat ini ditulis untuk membetulkan ajaran-ajaran yang salah. Paulus mengumpulkan petobat-petobat baru non-Yahudi dan kemudian ada orang-orang yang menyesatkan mereka dengan mengatakan untuk menjadi seorang Kristen, mereka harus menjadi Yahudi. Tema dari surat Galatia adalah pembuktian Injil anugerah Tuhan tanpa syarat apapun. Hal ini penting sebagai dokumen misi. Kunci pemikiran adalah “Pembenaran orang-orang non-Yahudi oleh iman (Gal. 3:8).<br />4) Surat Efesus.<br />Surat ini ditulis untuk menempatkan gereja sebagai institusi Ilahi dan untuk memperlihatkan bagaimana anggota gereja seharusnya berlaku/berjalan. Dalam surat ini kita mengetahui posisi yang mulia dari orang-orang yang percaya melalui anugerah; Kebenaran berkenaan dengan gereja, yang adalah tubuh Allah dan perjalanan yang berharga sebagai orang Kristen. Kita belajar bahwa di dalam gereja, perbedaan antara Yahudi dan non-Yahudi tidak ada; semua adalah sama di hadapan Kristus (Ef. 2:11 – 22).<br />5) Surat Filipi.<br />Surat ini ditulis untuk mengekspresikan apresiasi yang mendalam dari rasul Paulus untuk uang yang dikirimkan gereja Filipi bagi dirinya (Fil. 4:15 – 19). Hanya gereja Filipi-lah yang diperlihatkan oleh catatan, Paulus menerima bantuan keuangan. Hal itu merupakan suport yang paling antusias yang diterima Paulus dan seharusnya menjadi model bagi semua gereja dalam misinya (Fil. 1:3 – 7).<br />6) Surat Kolose.<br />Surat ini ditulis untuk menempatkan gereja sebagai penjaga dan untuk menyelamatkannya dari kesalahan guru-guru palsu yang mengaku sebagai orang Kristen, tetapi bermaksud untuk menyebarkan ide-ide Yahudi (Kol. 2:4 – 8). Kristus adalah satu-satunya Penyelamat (Kol. 2:9 – 13). Paulus tidak hanya menulis bagi gereja saja tetapi bagi gereja-gereja sepanjang sejarah untuk membimbimbing mereka dalam misinya di tengah ajaran sesat di dunia (Kol. 2:18 – 23; 4:15 – 16).<br />7) Surat 1 dan 2 Tesalonika.<br />Surat ini ditulis untuk memberikan instruksi dalam doktrin-doktrin misi dan untuk menguatkan gereja mula-mula di tengah penganiayaan (1 Tes. 1:7 – 10). Surat kedua ditulis untuk memperbaiki impresi yang salah tentang kedatangan Kristus yang kedua dan untuk mendesak orang-orang Kristen Tesalonika untuk melanjutkan hidupnya (2 tes. 2:1 – 5).<br />8) Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus.<br />Surat ini ditulis untuk menguatkan para rekan kerja Paulus. Paulus menasihati para pengkhotbah-pengkhotbah muda berkaitan dengan administrasi gereja. <br />Ketika gereja bertumbuh dalam angka dan bertambah kuat, secara alami timbul pertanyaan akan aturan gereja, pengakuan iman, dan disiplin. Dalam lapangan misi, pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan terjadi. Pertama-tama rasul Paulus menanganinya sendiri, tetapi pada perkembangan berikutnya tampak jelas diperlukan petunjuk-petunjuk yang jelas bagi gereja-gereja sepanjang zaman. Inilah isi surat kepada Timotius dan Titus.<br />9) Surat Filemon.<br />Surat ini adalah surat yang terpendek dari semua surat Paulus. Surat ini sangat bernuansa misi karena berisi tentang kebenaran, revolusi terhadap dunia kuno, tidak hanya non-Yahudi dan orang liar, bahkan budak-pun dapat diterima di Kerajaan Allah dan harus diterima sebagai saudara dalam Kristus (Fil. 1:10, 14 – 16).<br /> Semua tulisan Paulus adalah karya misi dan tidak dapat dipahami terpisah dari usahanya untuk mengenalkan Kristus kepada bangsa-bangsa. Sebuah elemen yang konstan dan permanen pada pikiran dan pekerjaannya adalah misi. Kasih akan Kristus dan pikiran akan dunia yang terhilang membelenggunya.<br /><br />2. Surat-surat Misi Lainnya.<br />Surat-surat misi lainnya tidak mempunyai kesan yang sangat kuat dibandingkan dengan surat-surat Paulus, tetapi mempunyai tujuan dan cara pandang yang sama.<br />1) Surat Ibrani.<br />Surat ini merupakan “connecting link” antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tujuan surat Ibrani adalah untuk menunjukkan bahwa institusi besar hukum adalah bersifat simbolis dan kebenaran yang belum jelas akhirnya telah diungkapkan (Ib. 9:1 – 11). Kuil dan para imam, altar dan pengorbanan, cadar dan Kemah Suci memasuki arti “World-Wide”. Hal ini dipenuhi dan digenapi di dalam Kristus (Ib. 9:11 – 15). Hal ini sebenarnya tidak pernah hilang melainkan tersimpan oleh bangsa Yahudi sampai akhirnya diberikan kepada seluruh dunia. Apa yang terjadi di Israel sebelumnya adalah persiapan yang panjang. Sekarang hal ini sudah diungkapkan bagi dunia dan bayangan yang menutupi telah tersingkap dan isinya telah nyata.<br />2) Surat Yakobus.<br />Surat Yakobus mempunyai isi dan cara pandang yang misioner. Surat ini adalah pengajaran singkat dari Yesus dan sangat bersifat praktis tentang iman, perbuatan baik, dan berdoa. Pokok-pokok isinya tidak dengan jelas menunjukkan tentang misi, tetapi paling tidak berupa kesaksian akan perluasan misi pada zaman apostolik. Hal ini karena surat Yakobus ditujukan bagi “Dua belas suku yang tersebar di luar negeri (Yak. 1:1), yaitu orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen dan tersebar di seluruh dunia. Yakobus sendiri, seperti yang dinyatakan dalam KPR dan tradisi adalah seorang Yahudi ortodoks. Karena itu, surat ini sangat mengesankan melihat dia bersaksi melalui suratnya yang mengabarkan pesan kekristenan.<br />3) Surat Petrus.<br />Surat Petus memberikan bukti yang kuat akan rekonsiliasi yang tercapai pada zaman apostolik antara mereka yang berpikiran sempit dan mereka yang mempunyai konsep pemikiran yang luas, yang didukung oleh Paulus. Pada satu kesempatan Paulus menentang Petrus secara langsung (Gal. 2:11), tetapi surat ini menyatakan bahwa Petrus telah sepenuhnya menerima pemikiran misioner Paulus. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan surat ini adalah memberikan kesaksian bagi kemajuan misi yang dilakukan oleh gereja-gereja apostolik.<br />4) Surat Yohanes.<br />Surat Yohanes mempunyai signifikansi yang kaya dalam misi. Bagian ini kelihatannya bersifat maju dalam pemikiran karena tidak membahas keadaan dan detail sejarah. Yohanes melihat kebenaran kekristenan tidak mempunyai relasi dengan Yudaisme melainkan dalam relasinya kepada dunia. Maksudnya kekristenan bukan bagi bangsa Yahudi saja melainkan bagi dunia. Dia menulis bahwa manusia dapat percaya pada kebenaran yang memang dimaksudkan bagi manusia tanpa ada pembatasan. Dia melihat seluruh dunia berada dalam kuasa kegelapan dan kehadiran Kristus berasal dari Allah dan terang-Nya di dunia dimaksudkan agar dunia mendapatkan terang (1 Yoh. 1:5 – 7).<br /><br />V. Wahyu Terakhir<br />Kitab Wahyu menutup Perjanjian Baru dengan menyengat sebab mengulangi dan mengkonfirmasi pesan misioner Injil. Pribadi yang muncul dalam ke-empat Injil, seperti munculnya terang dalam kegelapan, muncul dalam kitab Wahyu dengan digambarkan sebagai merpati yang mempesona dari badai petang hari (Wah. 1:12 – 18).<br />Dalam kitab ini, Anak Manusia menyatakan diri-Nya sebagai “Alpha dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir”. Dia memberikan pesan kepada gereja-Nya sebagai Domba yang dibunuh, tetapi sekarang hidup selamanya dan dimahkotai dalam kemenangan. Kita mendengar semua suara dari seluruh dunia menyatakan Dia sebagai “Raja di atas segala Raja dan Tuhan di atas segala Tuhan” (Wah. 19:1 – 16).<br />Melalui pertempuran yang membingungkan, teror penderitaan dari kekalahan dan asap dan api dari lubang di bumi memenuhi kitab dengan kegelapan yang pekat. Tidak ada kesalahan arti jika mengerti tujuan utama dari semuanya itu. Injil yang kekal sudah diproklamasikan melalui sorga dan sudah meliputi bumi. Tujuan kedatangan Kristus sudah tercapai. Setiap anggota keluarga dan suku-suku dan lidah mengaku Dia sebagai Tuhan. setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku. Itulah pemenuhan akhir yang mulia dari tugas misi (Wah. 22:1 – 14).<br />Survei singkat menunjukkan Perjanjian Baru adalah sebuah kitab misi. Kitab ini memberikan Pribadi bagi dunia, Injil bagi dunia, dan tugas bagi dunia. Perjanjian Baru ditulis untuk menginterpretasikan Kristus dan pesan-Nya kepada dunia. Kitab ini sangat terstruktur, kokoh dan bersifat misioner. Dari halam pertama sampai halaman terakhir, Perjanjian Baru dengan jelas menonjolkan sifat misionernya. Seseorang tidak dapat menilai sebuah puisi tanpa melibatkan puisi itu atau bagaikan seorang musisi handal yang tidak mempunyai pengetahuan tentang musik jika kita mencoba untuk mempelajari Perjanjian Baru tanpa memperhitungkan tujuan misi Allah dalam diri Kristus.<br />Tidak ada seorangpun yang dapat mengerti dengan benar tanpa memahami Kabar Baik bagi dunia bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-46878033944876851062010-08-28T22:04:00.000+07:002010-08-28T22:05:09.265+07:00Apa Tujuan Mujizat?Nats: Yohanes 21:1 - 14<br /><br /><br /> Mujizat adalah sebuah kata yang menggetarkan banyak hati manusia. Di kalangan kekristenan, paling tidak ada tiga pandangan yang berbeda. Pandangan pertama diusung kaum liberal. Mereka tidak percaya mujizat terjadi di Alkitab dan di dunia. Bagi mereka semua peristiwa supra-natural di Alkitab hanyalah sekedar dongeng atau mitos belaka. Pandangan kedua mempercayai mujizat benar terjadi di Alkitab, but that’s it. Dulu pernah terjadi, tetapi setelah kedatangan Roh Kudus pada Pentakosta, mujizat sudah berhenti. Pandangan ketiga percaya bahwa mujizat pernah terjadi dan masih terjadi hari ini. <br />Nah, saya sih percaya kita semua adalah golongan yang ketiga bukan?. Kita percaya mujizat masih ada hari ini, tetapi sebenarnya ada sebuah pertanyaan yang lebih penting daripada apakah mujizat masih terjadi atau tidak, yaitu apa sebenarnya tujuan Allah mengizinkan mujizat terjadi. Perikop kita malam ini akan menjawab pertanyaan ini. Tetapi sebelum itu, seperti yang saya janjikan dalam sms, kalo ada yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan: “ada berapa mujizat terjadi dalam perikop ini”, akan mendapat sebuah buku terbaru pak Yohan, gratis. Tentunya saudara sudah memelototi perikop ini sepanjang hari ini bukan?. Ada yang mau mencoba??<br /> Mari kita hitung bersama-sama ya, caranya kita bersama-sama meneliti ayat per ayat. Setuju? OK, let’s do it.<br /><br />Eksposisi Yohanes 21:1 -14<br /><br />1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.<br /><br />Mujizat pertama: Yesus menampakkan diri pasca kebangkitan.<br />Alasan mengapa para murid datang ke Galilea adalah untuk memenuhi pesan malaikat yang menampakkan diri kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain (Matius 28:7). Pesan ini kemudian diulangi oleh Yesus sendiri (Matius 28:10). Ayat ini (Matius 28:10) adalah alasan mengapa mereka ada di Galilea, tetapi sebenarnya setelah Amanat Agung (Matius 28:18 – 20) diberikan oleh Yesus kepada mereka, tidak ada alasan jelas mengapa mereka masih tetap tinggal di Galilea, bahkan pergi ke danau Galilea.<br /><br />2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.<br /><br />Ada tujuh orang murid yang ada di danau Galilea. Tidak jelas di mana murid-murid yang lain, apakah mereka belum sampai di danau Galilea ataukah mereka sudah meninggalkan Galilea untuk melaksanakan Amanat Agung. <br /><br />3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.<br /><br />Mujizat kedua: Para nelayan profesional gagal menangkap seekor ikanpun. Pada ayat ini Petrus menunjukkan karismanya dalam memimpin teman-temannya sekaligus menunjukkan sifatnya yang suka menuruti kata hati dan cepat bertindak. Keinginan Petrus untuk menangkap ikan tidak berarti dia meninggalkan tugas dari Yesus. kata yang dipakai adalah “pergi, υπαγω” bukan “bekerja”. Kalo saya pergi ke Jakarta, bukan berarti pekerjaan saya adalah supir bis bukan?. Jadi kemungkinan mereka pergi mencari ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Peristiwa kegagalan mereka menangkap ikan sama persis dengan kejadian yang dicatat dalam Lukas 5:5. <br /><br />Tuhan bekerja melalui kehidupan sehari-hari (ayat 1 – 3).<br />Sebenarnya alasan ketujuh murid pergi ke danau Galilea tidak jelas. Di pihak lain, panggilan mereka untuk menjalankan Amanat Agung sangat jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita melakukan hal yang sama. Sementara panggilan Tuhan sangat jelas bagi kita, kadang kita justru melakukan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan panggilan Tuhan itu. Hal itu tidak berarti kita menguasai situasi karena Tuhan tetap memegang kendali.<br />Ketika kita “melarikan diri” dari panggilan Tuhan, Dia dapat menggunakan segala macam cara untuk membuat kita akhirnya menyerah dan melakukan kehendak-Nya. Ayat ini membuktikan hal itu. Ketika seorang nelayan kawakan dengan waktu yang tepat (menangkap ikan pada malam hari adalah yang paling besar peluangnya) dan dengan alat yang tepat (perahu dan jaring) gagal menangkap seekor ikanpun, hal itu adalah mujizat yang dipersiapkan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi mujizat bukan sekedar ketika hasil tangkapan berlimpah, tetapi ketika hasil tangkapan mengecewakan-pun, hal itu juga mujizat yang dilakukan Tuhan bagi kemuliaan nama-Nya.<br /><br />4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.<br />5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."<br /><br />Penterjemahan kalimat “ketika hari mulai siang” kurang baik. Bahasa aslinya mengatakan “early morning/ after the daybreak”. Pagi-pagi sekali Yesus berbicara kepada mereka tapi mereka tidak tahu kalau orang yang berbicara kepada mereka adalah Yesus. Yesus memakai istilah “anak-anak, παιδία” yang berarti anak-anak kecil. Tentunya yang dimaksud Yesus bukan karena mereka anak-anak secara usia melainkan mereka belum dewasa secara rohani (dan memang mereka adalah anak-anak-Nya secara rohani). Kemudian Yesus menanyakan sebuah pertanyaan (adakah kamu mempunyai lauk-pauk?) . Ternyata mereka menjawab dengan jujur “Tidak ada”. Jawaban ini jujur walaupun sebenarnya memalukan karena bagaimana mungkin nelayan kawakan yang bekerja semalam suntuk tidak mendapat hasil apa-apa. <br /><br />6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.<br /><br />Mujizat ketiga: setelah semalaman gagal mendapat seekor ikan, pagi hari sekali tebar jala, penuh.<br />Kembali ayat ini mengikatkan kita pada Lukas 5:5. Hanya saja paling tidak ada dua perbedaan, yaitu pada peristiwa dahulu yang dicatat oleh Lukas, Petrus tahu dengan jelas siapa yang menyuruhnya, yaitu Yesus, orang yang dikenal sebagai guru. Pada kesempatan ini Petrus tidak mengenali Yesus dan baginya saat itu yang menyuruhnya adalah “hanya seseorang yang tidak dikenal, seorang yang bukan siapa-siapa”. Mengingat hal ini, rupa-rupanya Petrus dan teman-temannya sudah benar-benar putus asa sehingga menuruti perintah “orang asing”. Kalo bicara soal teologi, kira-kira teman-teman lebih percaya sama saya atau pak Santoso?, tetapi kalo bicara soal cetak mencetak, ucapan siapa yang lebih dipercaya?.<br />Hal kedua yang berbeda akan kita lihat pada ayat 11.<br /><br />7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.<br />8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.<br /><br />Providensia Allah (ayat 4 – 8).<br />Ketika Yesus menampakkan diri, mereka tidak mengenali-Nya, bahkan sampai Yesus membuka percakapan, mereka tetap belum mengenali-Nya. Dalam hidup sehari-hari kitapun kadang berlaku seperti para murid. Kita ingin Tuhan berbicara dan ketika Dia berbicara, kita tidak sadar siapa yang berbicara. <br />Dalam keadaan sesulit apapun, kasih pemeliharaan Yesus selalu menyertai, bahkan ketika kita belum sadar akan penyertaan-Nya, Dia sudah menyertai. Dalam keadaan ini kembali Dia melakukan mujizat dengan membuat jaring mereka penuh dengan ikan tangkapan sampai tidak dapat ditarik ke atas perahu karena banyaknya ikan, tetapi jaringnya tidak sobek.<br />Ketika hal itu terjadi, sadarlah Yohanes siapa “orang” itu sebenarnya. Di sini ada dua reaksi yang berbeda antara Petrus dan murid lainnya. Petrus mengikuti kata hatinya, terjun ke danau. Murid lainnya mendarat dengan perahunya dan menghela hasil tangkapan. Dua reaksi yang berbeda ini tidak dicela maupun dipuji oleh Yesus. Jadi prinsip yang dapat ditarik adalah Tuhan tidak melihat reaksi lahiriah melainkan melihat hati manusia. <br /><br />9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.<br />10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."<br /><br />Mujizat keempat: Satu ikan dan satu roti untuk 7 orang nelayan kelaparan.<br />Di sini kita melihat Yesus menyediakan makanan bagi para murid. Sangat menarik, ternyata Yesus hanya menyediakan satu ikan (οψαριον) dan satu roti (αρτον). <br />Pfeiffer dan Harrison berkata bahwa beberapa ikan itu tidak digunakan untuk menambahi “satu ikan dan satu roti” (ay. 9) yang sudah tersedia. Hal ini berarti Yesus mencukupkan satu ikan dan satu roti bagi para murid. Bagaimana caranya? Tentunya Dia menggandakan ikan dan roti seperti yang dilakukan-Nya pada beberapa kesempatan yang lalu.<br /><br />11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.<br /><br />Mujizat kelima adalah tidak robeknya jala.<br />Ketika nelayan menangkap ikan yang berlimpah sampai jaringnya tidak dapat diangkat naik ke perahu, mereka akan merobek sedikit jalanya untuk mengeluarkan ikan-ikan agar jaringnya dapat diangkat. Jika beban tidak dikurangi, ikan-ikan akan mati. Ikan yang mati akan menambah beban jaring (ikan yang hidup meloncat-loncat sehingga meringankan beban jaring) sehingga jaring akan sobek dan ikan-ikannya hilang. Kita lihat, ternyata jaring mereka dengan ikan-ikan yang mati tidak sobek.<br />Hal kedua (lihat ayat 6) yang berbeda adalah pada peristiwa dahulu di mana Lukas mencatat jaring ikan mereka sampai sobek karena banyaknya hasil tangkapan. Sedangkan Yohanes justru mencatat “ke-tidak” sobekan jaring mereka. <br /><br />Pertolongan Tuhan tuntas (ayat 9 – 11).<br />Yesus mencukupkan kebutuhan para murid dari satu ikan dan satu roti dengan memperbanyaknya. Jala yang tidak koyak juga sebuah hal yang tidak dapat diterima rasio. Dari sini kita belajar bahwa Tuhan sungguh berkuasa dan pertolongannya tuntas. Kiranya tiga ayat ini dapat memberikan hiburan akan totalitas pertolongan Tuhan bagi semua anak-anak-Nya.<br /><br />12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.<br />13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.<br />14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.<br /><br />Teladan Yesus (ayat 12 – 14) <br />Kembali Yesus memberikan teladan untuk melayani para murid-Nya. Yesus dahulu dan sekarang tidak berubah. Dalam situasi yang mengharukan itu, para murid tahu dengan jelas siapa pribadi yang melayani mereka. Jika kita membaca perikop berikutnya, jelas terlihat kebijaksanaan Yesus. Sebelum memberikan tugas kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia menyediakan makanan secukupnya. Jelas Dia tidak ingin hamba-Nya untuk melayani dengan perut yang lapar.<br />Ayat 13: Pink memberikan penafsiran yang sangat indah: Yesus tidak lagi mengucap syukur kepada Allah sebelum makan seperti kebiasaan-Nya dahulu sebelum kematian dan kebangkitan-Nya. Dahulu sebagai manusia sejati, Dia selalu mengucap syukur kepada Allah. Kini sebagai Allah yang sejati, Dia berotoritas untuk memberikan roti dan ikan kepada mereka. <br /><br /><br />Tujuan Mujizat (ayat 15 – 19)<br />Kini kita tiba pada bagian yang paling penting, yaitu apa tujuan Tuhan memberikan mujizat. O, saudara di tengah dunia yang penuh dengan pengajaran yang menyuburkan narsisme, kita harus mengerti dan mengembalikan tujuan mujizat sesuai esensinya, sesuai dengan Alkitab. <br />Rangkaian peristiwa yang terjadi dari ayat 1 sampai ayat 14 yang mencakup 5 mujizat, adalah persiapan bagi rasul Petrus untuk menerima tugas menggembalakan domba-domba-Nya. Jadi tujuan akhir dari mujizat-mujizat yang terjadi adalah bagi Tuhan sendiri bukan untuk Petrus. Bingung ya?. Setelah saya kasi gambaran, mudah-mudahan jadi jelas. Jika saya adalah seorang karyawan, hasil kerja saya baik sehingga banyak perusahaan kompetitor menawarkan saya untuk bergabung dengan mereka. Melihat hal ini, bos saya takut kalo saya keluar dari pekerjaan yang sekarang. Akhirnya dia menaikkan gaji saya dua kali lipat. Nah, tindakan memberikan kenaikan gaji dua kali lipat sebenarnya ditujukan bagi kepentingan siapa?. Tujuan utama si bos adalah demi kepentingan dia sendiri, yaitu agar saya tidak keluar kerja. Memang sebagai akibatnya saya mendapat gaji dobel, tapi gaji dobel itu adalah berkat yang harus saya pertanggung-jawabkan kepada bos melalui pekerjaan saya bukan?. Dengan gaji dobel, hasil kerja saya juga harus lebih baik dari sebelumnya bukan?. <br /><br />Sebelum Yesus menugaskan Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia membuat lima mujizat. Pertanyaannya, mengapa Tuhan harus melakukan 5 mujizat terhadap Petrus?. Kita ingat sebelumnya Petrus menyangkal Yesus tiga kali bukan?. Injil mencatat setelah menyangkal, Petrus menangis dengan sedihnya. Kalo kita ingat di zaman yang Patrialistik, ada seorang pria Yahudi menangis di muka umum, ini sangat sulit dibayangkan. Sama sulitnya membayangkan Gober bebek memberikan uang kepada Donal bebek bukan?. Nah, Orang yang menyangkal tiga kali, yang sudah hancur harga dirinya dan hancur kredibilitasnya di mata teman-temannya, akan diangkat menjadi pemimpin semua murid??. Tentunya hal ini membutuhkan penegasan-penegasan Tuhan secara berulang-ulang. Inilah yang terjadi pada Petrus. Mujizat tidak pernah dimaksudkan untuk dinikmati secara pribadi. Ketika Tuhan izinkan mujizat terjadi, di belakangnya ada tanggung-jawab yang harus kita lakukan. Jadi mujizat banyak terjadi justru kepada orang-orang yang lemah imannya, untuk menguatkan mereka. Ketika iman saudara kuat, jangan harapkan mujizat spektakuler akan terjadi setiap hari. Saya percaya tiap hari ada pemeliharaan-Nya karena tiap saat Tuhan jaga kita bukan?. Tetapi sekali lagi bukan mujizat untuk memuaskan diri sendiri. <br /><br />Sebagai penutup saya mengutip ucapan Dietrich Boenhoffer . Saudara pasti asing dengan nama ini. Saya sendiri sudah bertahun-tahun mendengar nama dan kisahnya. Bulan lalu saya pulang kuliah malam hari sambil mendengarkan kaset kuno (tahun 1991) pak Yakub. Sekali lagi saya mendengar kisah Boenhoffer dan saya mendapati diri menyetir sambil air mata saya berlinang-linang. <br />Begini kisahnya: Bonhoeffer adalah seorang pendeta muda yang hidup pada masa Hitler. Pada awal kemunculannya, Hitler mempesona rakyat Jerman yang saat itu hidup dalam kesulitan ekonomi. Dia menyerukan agar bangsa Jerman bangkit dan merebut dominasi ekonomi yang selama ini dipegang orang Yahudi. Begitu mempesonanya penampilan Hitler, sehingga banyak gereja-gereja yang mendukungnya. Bahkan seorang tokoh gereja terkenal sampai mengatakan bahwa Hitler adalah gambaran Kristus sendiri, Hitler adalah jawaban Tuhan bagi rakyat Jerman yang menderita. Di tengah-tengah dukungan gereja yang demikian, Bonhoeffer muda (sekitar 33 th.) peka terhadap siapa sebenarnya Hitler itu. Mulailah Bonhoeffer menyerukan, memperingatkan rakyat dan gereja. Akibatnya dia dikucilkan, dikejar-kejar tentara dan seminari tempatnya mengajar ditutup.<br />Di tengah situasi sulit, seorang temannya, Reinhold Niebuhr menawarkan agar Bonhoeffer datang ke Amerika dan melayani dua jemaat berbahasa Jerman di New York. Tawaran itu diterima dan Bonhoeffer tinggal di New York. Tidak butuh waktu lama sampai Bonhoeffer mengatakan: "I have come to the conclusion that I made a mistake in coming to America. I must live through this difficult period in our national history with the people of Germany. I will have no right to participate in the reconstruction of Christian life in Germany after the war if I do not share the trials of this time with my people... Christians in Germany will have to face the terrible alternative of either willing the defeat of their nation in order that Christian civilization may survive or willing the victory of their nation and thereby destroying civilization. I know which of these alternatives I must choose but I cannot make that choice from security." Dengan kalimat-kalimat itu, Bonhoeffer meninggalkan Amerika dan kembali ke Jerman. Tidak butuh waktu lama sampai Bonhoeffer ditangkap, dipenjara, dan akhirnya digantung sampai mati. Sebelum kematiannya, dunia tidak tau siapa Bonhoeffer itu, tetapi kematiannya menjadi pupuk yang subur bagi darah yang dicurahkan martir-martir Kristus di seluruh dunia. <br />Bonhoeffer membedakan anugerah yang diterima orang percaya dengan istilah “anugerah yang murahan dan anugerah yang mahal”. Anugerah dari Tuhan gratis, tetapi cara kita memandang anugerah itu yang menjadikan apakah anugerah yang gratis itu menjadi anugerah yang murahan atau anugerah yang mahal. <br />Sebuah contoh menutup renungan ini: Ada dua orang pemuda miskin dari kampung, melanjutkan kuliah dan kos di Jakarta. Suatu hari, mereka kehabisan uang dan tidak mampu membayar uang kos. Pemilik kos berbelas kasih dan membebaskan mereka dari kewajiban membayar uang kos. Kedua pemuda desa itu sangat berterima kasih, tetapi dengan cara yang berbeda. Pemuda pertama mengucapkan terima kasih dan kemudian hidup seperti biasa, bangun siang, ngomel kalo makanannya kurang enak, ngomel kalo musim hujan kamarnya kebanjiran, dll. Pemuda yang kedua, berterima kasih dengan setiap hari bangun pagi, menyapu, membersihkan kebun, dll sebelum kuliah. <br />Saudara, sebagai orang percaya, bagaimana sikap kita dalam memandang anugerah keselamatan? Apakah seperti pemuda yang pertama atau pemuda yang kedua?. <br /><br />Kesimpulan isi renungan:<br />• Tuhan bekerja dalam kehidupan manusia sehari-hari dan peertolongan-Nya tuntas.<br />• Mujizat masih ada dan setiap mujizat mempunyai maksud yang tertentu bagi kemuliaan Tuhan.<br />• Mujizat terjadi bukan karena besarnya iman, justru menunjukkan Tuhan menguatkan kita untuk melakukan kehendak-Nya.<br />• Tujuan mujizat adalah bagi kemuliaan nama Tuhan.<br />• Ketetapan Tuhan pasti terjadi. Seberapa jauh kita lari, seperti Yunus dan Petrus, percuma.<br /><br />Apakah kita memandang mujizat sebagai berkat dari Tuhan untuk kita nikmati secara pribadi? Ataukah kita memandang mujizat sebagai bentuk berkat yang harus dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan?. Keputusan ada di tangan kita, tetapi ingat, ketika kita menolak kehendak-Nya, Dia dapat menggunakan mujizat “jaring kosong” untuk memanggil kita. Mari berdoa.<br /><br />Hendra.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-14254779243386629692010-08-28T22:02:00.000+07:002010-08-28T22:03:10.536+07:00Yesus, Dasar Yang Kokoh(Lukas 6:46 – 49; Mazmur 11:3)<br /><br /><br /> Peristiwa 9/11 sembilan tahun yang lalu membuka sebuah lembaran baru bagi masyarakat Amerika. Pagi itu menjadi sebuah sejarah yang pahit ketika para teroris menghancurkan gedung WTC. Ribuan manusia terbunuh secara brutal tanpa kesempatan untuk menyelamatkan diri. Mimpi indah untuk mengejar “American Dream” mendadak menjadi mimpi buruk bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan. <br /> Di balik semua tragedi itu, sampai hari ini ternyata bangsa Amerika mampu bertahan dengan kokoh. Apa yang membuat mereka dapat bertahan? Apa sih rahasia bangsa Amerika?. Sebuah pidato yang dilakukan oleh presiden Bush pada malam harinya mengungkapkan rahasianya. Bush mengatakan: “Serangan-serangan teroris dapat mengguncangkan fondasi-fondasi gedung-gedung yang paling besar, tetapi mereka tidak dapat menyentuh fondasi-fondasi Amerika. Saya tidak tau dari mana Bush mendapat ide untuk mengatakan hal itu. Apakah kebetulan atau tidak, ucapan Bush cocok sekali dengan Firman Tuhan. Mazmur 11:3 “Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?”. Pada kesempatan yang lain, dalam sebuah kebaktian doa, Billy Graham menunjuk pada struktur bangunan yang dihancurkan oleh para teroris. Dia menandaskan bahwa meskipun menara kembar itu telah hancur, fondasinya, ajaib memang, masih ada ditempatnya. Kemudian dia, dengan rasa lega, mengatakan, “Demikian juga dengan kita. Jika fondasi atau dasar-dasar itu masih ada, tidak ada masalah”. <br />Kisah kedua adalah keluarga dokter. Ada suami istri yang sama-sama dokter. Setelah menikah bertahun-tahun, akhirnya mereka mempunyai seorang anak laki-laki. Prakteknya sangat laris. Setiap hari bisa tutup jam 2 pagi. Saudara bayangkan sendiri berapa penghasilannya. Nah, penghasilan mereka yang gede itu semuanya ditujukan bagi sang anak tunggal. Sudah dibayangkan di negara mana nanti anak itu akan melanjutkan sekolah. Pada suatu hari ketika anak mereka berumur 11 tahun, si anak sakit. Papa masuk ke kamar dan memeriksanya. “ndak apa-apa nak. Ini hanya sakit biasa. Papa kasih obat. Istirahat ya. Besok juga sudah sembuh”. Tidak lama kemudian, seorang dokter lain masuk, sang mama. Jangan lupa papa dokter, mama juga dokter. Sudah menjadi komitmen setiap sang anak sakit, diperiksa papa dan mama. Jadi setiap sakit, sang anak harus buka mulut dua kali, buka baju dua kali. Setelah selesai memerikasa mama bertanya: “di kasi obat apa sama papa?.” “obat ini ma” jawab si anak. “OK, kamu tidur aja, besok juga sudah baik”. <br />Apa yang dianggap penyakit biasa itu ternyata meregut nyawa anak itu. Jam 1 pagi terdengar teriakan histeris mama. “nggak mungkin, nggak mungkin”. Saudara, sebuah tragedi menimpa keluarga itu. Ketika pemakaman, sang mama tidak sanggup datang ke kuburan. Sang papa mengikuti prosesi pemakaman dengan lesu. Tetapi ketika peti mati kecil itu diturunkan ke liang kubur, mendadak sang papa jatuh. Beberapa tangan menopangnya agar jatuh. Tragedi ini belum berakhir. Setelah penguburan, kedua dokter ini hidup dalam depresi berat. Perasaan tidak dapat mengampuni diri sendiri yang tidak mampu menyelamatkan anak tunggalnya. Teman-teman datang memberi hiburan tapi sia-sia. Mereka kadang makan, kadang tidak. Kadang tidur kadang tidak. Kadang mandi, kadang tidak. Dan mereka berdua tidak lagi pernah membuka prakteknya.<br />Saudara, dari dua buah kisah ini ada sebuah kesamaan dan sebuah perbedaan. Persamaannya adalah badai gelombang kehidupan yang menghancurkan dapat datang tiba-tiba pada hidup kita. Perbedaannya, setelah badai selesai, bangsa Amerika masih tetap berdiri tegak. Sedangkan keluarga dokter itu hancur dalam badai kehidupan yang dihadapinya. Ada dua kejadian yang mirip, pada akhirnya yang membedakan hasilnya adalah fondasi kehidupan masing-masing. Artinya, dalam hidup ada sebuah hal yang paling penting. Ketika badai kehidupan melanda, apakah uang dapat menolong, apakah koneksi dapat menolong?, apakah reputasi dapat menolong?. Saudara tau jawabannya bukan?. Hanya fondasi yang benar dan kuat di dalam Tuhan yang dapat menopang saya dan saudara agar dapat tetap berdiri tegak.<br /><br />Pertanyaannya, bagaimana caranya membangun fondasi yang kokoh?<br /> Perikop ini berbicara kepada orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus. Ayat ke-47 menyatakan untuk membangun fondasi yang kokoh diperlukan tiga hal yaitu:<br />1. Datang kepada Yesus.<br />Mengapa saya mengatakan bahwa perikop ini ditujukan kepada orang-orang yang sudah percaya?. Karena dalam bahasa aslinya, kata “datang” menggunakan present tense. Artinya hal ini harus dilakukan secara terus menerus, harus diperbaharui senantiasa. Maksud bagaimana? Untuk mendapatkan keselamatan, kita hanya perlu digerakkan oleh Roh Kudus sekali untuk datang dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Untuk bertumbuh di dalam Yesus, kita harus selalu datang dan “menempel” pada Yesus. Ada lagu sekolah minggu yang mengatakan: Yesus pokok dan kita carang-Nya. Saudara tau lagu itu? Mau nyanyi? <br />Jadi poin pertama untuk membangun fondasi adalah datang kepada Yesus. Terus setelah datang, ngapain?<br />2. Mendengarkan perkataan Yesus.<br />Bahasa asli mengatakan untuk mendengarkan firman-firman Yesus. Mendengarkan yang dimaksud adalah mendengarkan sampai mengerti apa yang disampaikan. Setelah mengerti, apakah sudah cukup?. Belum. Ada sebuah jurang yang sangat lebar dan dalam antara mengerti benar-benar Firman Tuhan dengan langkah berikutnya. Apa langkah berikutnya? Ya, melakukan apa yang sudah dimengerti dengan benar.<br />3. Melakukan Firman yang sudah dimengerti.<br />Apakah orang yang mengerti dengan baik dan benar Firman Tuhan secara otomatis melakukannya?. <br />World Vision adalah lembaga Kristen yang melayani lebih dari 50 juta orang per tahun di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. World Vision didirikan oleh seorang yang bernama Bob Pierce. Rekan-rekannya berkata: ‘Ia adalah seorang yang tidak kenal lelah dalam memenangkan jiwa-jiwa’, rekan yang lain berkata: ‘saya belum pernah bertemu dengan orang yang lebih ber-belas-kasihan dari dia, Ia benar-benar seorang Samaria Kristen yang secara harafiah menyerahkan nyawanya untuk orang-orang ‘kecil’ yang miskin di dunia’.<br />Di balik image yang ‘sempurna’ tsb, bagimana sebenarnya seorang Bob Pierce di mata keluarganya?. Pada kenyataannya dia mengabaikan keluarganya sendiri, sebagai contoh ketika seorang putrinya akan mencoba bunuh diri, dia menelpon ayahnya yang berada di Timur Jauh dan memintanya untuk segera pulang. ‘Saya hanya ingin merasakan tangan ayah memeluk saya’ kata anaknya. Bahkan istrinya juga memohon agar ia pulang tapi Bob Pierce tidak menuruti permintaan keluarganya dan malah memesan tiket ke Vietnam. Padahal dia tidak mempunyai urusan di Vietnam. ‘Saya sudah menduga bahwa ia tidak akan pulang,’ kata anaknya. Beberapa tahun kemudian ia benar-benar berhasil bunuh diri. Hubungan Bob Pierce dengan istrinya dan anaknya yang lain sangat tegang dan mereka tidak saling berbicara bertahun-tahun dan pada usia 64 tahun, pada tahun terakhir hidupnya dia hidup terasing dari keluarganya. Semua kisah ini ditulis oleh putrinya yang bernama Marilee Pierce Dunker dalam sebuah buku yang berjudul ‘Man of Vision, Woman of Prayer’.<br />Contoh kedua adalah Ray Mossholder, seorang yang terkenal sebagai konselor pernikahan Kristen. Bukunya yang berjudul ‘Pernikahan Plus’ menjadi best seller di mana-mana dan melalui pelayanannya melalui radio dan TV telah menyelamatkan lebih dari 11.000 pasangan dari perceraian. Bayangkan, 11.000 pasangan yang artinya: satu tahun ada 365 hari, bila 11.000/365= 30,14 Artinya bila sebuah perkawinan diselamatkan dari perceraian setiap hari tanpa putus sepanjang tahun, butuh lebih dari 30 tahun untuk menyamai ‘rekor’ Ray Mossholder.<br />Pelayanannya berakhir pada bulan Januari 2002 ketika ia menuntut cerai istri yang telah dinikahinya selama 40 tahun sekaligus mengumumkan rencananya untuk menikahi wanita lain. O, saudara, ini sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan dan menyedihkan ketika ia mengakui bahwa ‘ia munafik ketika berbicara tentang betapa indahnya pernikahan kami dulu. Apa yang saya ajarkan sebagai kebenaran, entah mengapa, tidak dapat saya terapkan dalam pernikahan kami’.<br />Saudara, kedua hamba Tuhan ini mengerti Firman Tuhan dengan baik dan sepanjang pelayanannya, mereka melakukan Firman Tuhan itu. Mengapa orang yang mengerti dengan baik dan kemudian melakukannya, pada akhirnya jatuh tengkurap?. Satu jawaban yang sangat penting adalah karena sebenarnya Firman itu belum terinternalisasi dan merubah diri dari dalam ke luar. Apa maksudnya internalisasi?<br />Ada sebuah film yang menceritakan bagaimana seseorang yang pertama kali masuk ke penjara. Pertama kali, dia merasa sangat tidak kerasan. Dia benci penjara, dia benci dirinya sendiri. Lama-kelamaan, karena memang tidak ada hal lain yang dapat diperbuat, dia berusaha menyesuaikan diri dengan situasi di penjara. Dua puluh tahun kemudian, dia dibebaskan dari penjara. Ketika keluar dari penjara, orang ini sudah tidak memiliki keluarga, teman, pekerjaan, uang, dan…..yang paling buruk adalah dia tidak dapat lagi menyesuaikan diri dengan dunia di luar penjara. Keadaan sudah berubah, dia tidak pernah siap untuk hidup di luar penjara. Akhirnya dia bunuh seseorang dan menyerahkan diri ke polisi agar dapat masuk ke penjara lagi. Apa yang terjadi selama 20 tahun di penjara?. Orang itu mengalami suatu proses yang disebut internalisasi. Orang itu berubah dari dalam dirinya dan menjadi manusia yang baru. Dia menerima dan menjalankan budaya penjara dan bahkan dirinya tidak dapat hidup di luar budaya penjara itu. <br />Sebagai orang percaya, setiap saat kita harus datang kepada Yesus, mendengarkan Firman-Nya, membiarkan Firman itu memerangi diri kita yang lama. Di situ kita bergumul dengan diri sendiri, menginternalisasi kebenaran Firman sampai akhirnya Firman itu merubah kita dari dalam sampai kita tidak dapat hidup di luar Firman.<br /><br /> Ayat ke-48 memberikan gambaran proses ini seperti membangun rumah. Satu hal yang paling penting dalam membangun rumah adalah menyiapkan fondasi. Untuk menggali tanah dalam-dalam, dibutuhkan suatu pengorbanan yang lebih. Saat ini, saya dan saudara sedang menggali fondasi. Berapa dalam kita mau menggali?. Kalau hidup di dunia ternyata lancar-lancar saja, kita tidak usah menggali dalam-dalam. Tetapi kalau hidup di dunia penuh dengan cobaan dari iblis, kita harus menggali fondasi kita sedalam mungkin. <br /> Hari ini kita hidup di masa yang paradoks. Coba, kita perhatikan anak-anak kita di sekolah. Dalam satu hari berapa jam dihabiskan di sekolah, berapa jam untuk les. Anak umur 7 – 8 tahun bisa menghabiskan waktu dari jam 7 pagi dan pulang ke rumah jam 7 malam. Banyak ortu yang memacu habis anaknya untuk sukses di sekolah dengan les-les yang menghabiskan waktu bermain anak. Mereka mengukur sukses dengan nilai yang tinggi di sekolah. Dengan kata lain, membentuk anak yang baik dan takut Tuhan bukanlah tujuan hidupnya. Dan banyak ortu yang berjuang sangat keras untuk mewujutkan tujuannya.<br />Anehnya atau paradoksnya, ketika berhubungan dengan Tuhan, kita maunya instan. Kita begitu hebat berjuang di luar gereja, begitu rajinnya. Tetapi begitu berhubungan dengan Tuhan, kita begitu pasif. Ada begitu banyak orang yang rajin belajar, rajin bekerja, rajin bersekolah. Berapa banyak saudara melihat orang-orang yang rajin belajar Firman Tuhan?. <br />Kalau begitu, ada dua pertanyaan untuk kita renungkan malam ini: sudahkah kita menggali fondasi iman kita? dan seberapa dalam kita ingin menggali iman itu?. Apakah yang dimaksud dengan membangun rumah tanpa fondasi?. Matthew Henry menafsirkannya sebagai orang yang mengetahui kewajibannya tetapi mengabaikannya. <br /><br /> Malam ini Firman Tuhan berbicara dengan sangat jelas. Setiap orang yang sudah percaya mempunyai kewajiban untuk bertumbuh dan membangun fondasi imannya. Ada tiga tahapan. Pertama, dengan kesadaran diri, datang setiap saat untuk belajar Firman Tuhan. Kedua, belajar dengan baik, gumuli Firman itu sampai terinternalisasi dan merubah kita. Ketiga, dari hasil internalisasi itulah kita melakukan kehendak Tuhan. <br />Saudara, tiga langkah ini harus dilakukan sepanjang kita hidup. Hal ini tidak mudah. Akan ada waktu di mana kita mengalami kemajuan pesat, tetapi akan ada waktu di mana kita mundur sedikit. Dalam pergumulan kita, ayat 49 mencatat janji Tuhan bahwa orang yang menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya pada Yesus, dia tidak akan goyah ketika badai kehidupan menerpa.<br /> <br />Film WTC yang dibintangi oleh Nickolas Cage memberikan data sbb:<br />Total ada 1.749 orang yang meninggal dari 87 negara<br />343 adalah para firemen, 84 adalah port authority employees, 37 polisi, diantaranya 23 polisi NY. Jadi usaha pertolongan terhadap korban hanya mampu menyelamatkan 20 orang dan malahan jumlah penolong yang mati jauh lebih banyak dari jumlah yang berhasil diselamatkan.<br />Nickolas Cage: 9/11 memperlihatkan apa yang manusia mampu lakukan (kejahatan) tapi juga menyatakan kebaikan yang kita sering lupa masih bisa eksis. Bukan karena alasan apapun selain karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Film itu ditutup dengan kalimat: God I saw a lot that day. Apa yang berharga bukanlah hasil melainkan proses dalam mencapai hasil itu, apapun hasilnya.<br /><br /> Sebagai penutup, saya menyampaikan beberapa fakta tentang peristiwa 911:<br />• Ada 4 pesawat yang dibajak teroris. Target utamanya adalah WTC dan Pentagon.<br />• Ada sekitar 50.000 orang yang bekerja di menara kembar WTC. Jumlah yang mati dan hilang mencapai 5.000 orang. Berarti 90% target pembunuhan, berhasil selamat.<br />• Ada 23.000 orang yang bekerja di Pentagon. Hanya 123 orang yang meninggal. Berarti yang lolos adalah 99,5%. Rendahnya tingkat kematian karena pesawat menghempaskan diri terlalu rendah sehingga tidak tepat menghantam sebagian besar bangunan. Bagian yang ditabrak pesawat baru selesai direnovasi untuk melindungi Pentagon dari serangan teroris. Bagian itu baru dilengkapi dengan bahan anti ledakan sehingga jumlah korban dapat diminimalkan.<br />• Pesawat American Airlines flight 77 adalah Boeing 757 yang berkapasitas 289 orang. Hari itu hanya terisi 64 orang. Artinya 78% kapasitas tidak terisi.<br />• Pesawat American Airlines flight 11 adalah Boeing 767 yang berkapasitas 351 orang. Hanya terisi 92 penumpang atau 74% kosong.<br />• United Airlines flight 175 adalah Boeing 767 yang berkapasitas 351 orang. Hanya terisi 65 penumpang atau 81% kosong.<br />• United Airlines flight 73 adalah Boeing 757 yang berkapasitas 289 orang. Hari itu hanya terisi 45 orang atau 84% kosong.<br />• Dari total 74.280 orang yang menjadi sasaran teroris, 93% selamat dari kematian. Tidakkah angka-angka di atas mencengangkan?, tidakkah Tuhan begitu baik masih melindungi sebagian besar korban dan melindungi fondasi bangsa Amerika?. <br /><br />On His Grace,<br />Hendra, 280810<br />Kutipan dan ilustrasi dari pak Benny Solihin, pak Yohan Candawasa, dan Charles Swindoll.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-17317441135085376862010-08-04T08:43:00.000+07:002010-08-04T08:44:01.637+07:00Pengantar Perjanjian Lama 2Pendahuluan<br /> Buku ini adalah lanjutan buku Pengantar Perjanjian Lama jilid pertama. Seperti pada buku jilid pertama, secara khusus para penulis memberikan pengantar kepada latar belakang, isi, sifat sastra dan berita Perjanjian Lama mulai dari kitab Mazmur sampai dengan kitab Maleakhi. Salah seorang penulisnya, William Sanford LaSor melayani sebagai profesor Perjanjian Lama di Fuller Theological Seminary sampai pada pensiunnya.<br /><br />D. Sastra<br />Puisi Ibrani<br /> Untuk menafsirkan bentuk puisi, sangatlah penting untuk memahami prinsip-prinsip dasar puisi Ibrani. Ciri-ciri puisi Ibrani adalah:<br />• Kesejajaran pemikiran, yaitu kesejajaran persamaan (Amos 20:1) di mana kata pertama dalam baris pertama (anggur) sejajar dengan kata pertama dalam baris kedua (minuman keras). Demikian juga kata kedua (pencemooh/peribut); kesejajaran pertentangan, yaitu baris kedua mengungkapkan gagasan yang sama tetapi dalam bentuk yang bertentangan (Amos 10:1); kesejajaran perlengkapan, yaitu baris kedua mengembangkan pemikiran dalam baris pertama (Ams. 1:7); bentuk yang lain (Yoel 1:4, Yes. 1:10, Yes. 1:3, Hos. 12:3, Maz. 2:9, Yes. 40:3).<br />• Rima, irama, dan matra. Umumnya puisi Ibrani tidak memakai rima, tetapi memakai matra dan irama. Misalnya matra 2+2 (sebuah bait mempunyai dua tekanan kuat dalam setiap baris) atau 3+2.<br />• Pasangan kata dan cara-cara lain. Misalnya kepala=tempurung kepala, ribu=sepuluh ribu, melayani=menyembah, dsb.<br /><br />Dengan demikian, sangatlah penting untuk meneliti puisi bagi kepentingan penafsiran. Langkah pertama adalah melakukan analisa perikop menurut unsur-unsurnya, mengenal gaya bahasa puisi, aliterasi, asonansi, paronomasia, onomatope, dan berusaha untuk memelihara keindahan pengungkapannya.<br /><br />Kitab Mazmur<br /> Secara struktur, kitab Mazmur dibagi menjadi lima bagian yaitu Mazmur 1—41; 42—72; 73—89; 90—106; 107—150. Kitab Mazmur merupakan gambaran iman alkitabiah bagi mereka yang tidak mempunyai Alkitab. Rangkuman sejarah (misalnya 78; 105; 106; 136), dorongan untuk hidup saleh (1; 119), pengetahuan akan penghakiman (37; 49; 73), jaminan atas kesetiaan-Nya (103), dsb.<br />Kitab Mazmur mempunyai beberapa jenis sastra yaitu:<br />• Nyanyian pujian yang terdiri dari tiga unsur yaitu panggilan untuk beribadat (105:1, 105:6); Gambaran tentang karya atau sifat-sifat Allah (105:7, 105:7, 105:43); Kesimpulan (105:45c). selain itu ada sub-kategori yang berkisar pada peristiwa khusus, misalnya nyanyian kemenangan, nyanyian arak-arakan, nyanyian Sion, nyanyian penobatan.<br />• Keluhan umat. (12; 44; 58; 60; 74; dsb)<br />• Keluhan pribadi (22:2; 22:13; 22:5; 22:20-21; 22:10; 22:23; 22:25).<br />• Nyanyian syukur pribadi (23; 30; 32; 34; dsb)<br />• Mazmur kerajaan, berupa penobatan, pernikahan, doa sebelum atau sesudah peperangan.<br />• Mazmur hikmat, yang dapat berbentuk kumpulan amsal, akrostik dan uraian.<br /><br />Sastra Hikmat<br /> Dalam Perjanjian Lama sastra hikmat meliputi kitab Ayub, Amsal dan Pengkhotbah. Beberapa Mazmur juga mencerminkan tema-tema hikmat (1; 32; 34; 37, dsb) dan baik Kidung Agung dan Ratapan menunjukkan pengaruh hikmat dalam kiasan maupun gaya bahasanya. <br />Bentuk umum sastra hikmat dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu:<br />1. Hikmat dalam bentuk amsal, peribahasa, ucapan singkat yang penuh arti dalam kehidupan. <br />2. Hikmat spekulatif yang bersifat perenungan, berupa dialog, monolog, atau karangan yang menyelidiki masalh pokok manusia seperti arti kehidupan dan penderitaan.<br />Kitab Amsal<br /> Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang berbeda-beda. Hikmat Ibrani adalah seni untuk mencapai keberhasilan dan kitab Amsal adalah buku petunjuk untuk hidup yang berhasil. Dengan melukiskan kebiasaan hidup yang negatif dan positif, Amsal menjelaskan perilaku yang benar dan salah dalam berbagai keadaan. Jadi tujuan utama kitab ini adalah untuk menjelaskan dengan cermat, tepat dan mudah dingat apa yang dimaksud dengan siap melayani Allah sepenuhnya. <br /> Isi atau susunan kitab Amsal dapat dibagi menjadi paling tidak delapan kumpulan yang mandiri yaitu:<br />• Pentingnya hikmat (1—9)<br />• Amsal-amsal Salomo (10:1—22:16)<br />• Amsal-amsal orang bijak (22:17—24:22)<br />• Perkataan-perkataan tambahan (24:23—34)<br />• Amsal-amsal Salomo kumpulan Hizkia (25—29)<br />• Perkataan-perkataan Agur (30)<br />• Perkataan-perkataan Lemuel (31:1-9)<br />• Gambaran tentang istri yang cakap (31:10-31)<br /><br />Kitab Ayub<br /> Nama Ayub ditafsirkan oleh Albright sebagai “Di manakah Bapa(ku)?” dalam surat Amarna (1350 sM) dan naskah kutukan dari Mesir (2000 sM). Dalam kedua tulisan itu, nama Ayub adalah seorang pemimpin suku di Palestina dan sekitarnya. Waktu penulisan kitab Ayub sulit ditentukan karena umumnya para ahli membagi pasal 1 – 2 dan pasal 42:7 – 17 berasal dari zaman kuno dan pasal 3:1 – 42:6 sebagai bagian yang berasal dari waktu yang kemudian. Agaknya kitab ini diselesaikan antara tahun 700 dan 600 sM. Penulis kitab ini sendiri tidak diketahui.<br /> Susunan kitab ini secara sekilas adalah sbb:<br />• Pembukaan, dalam bentuk prosa (1 – 2)<br />• Ratapan Ayub, dalam bentuk puisi (3)<br />• Dialog antara Ayub dan ketiga sahabatnya dalam tiga babak (puisi, 4 – 27)<br />• Syair tentang hikmat (puisi, 28)<br />• Keluhan Ayub (puisi, 29 – 31)<br />• Kata-kata Elihu (puisi, 32 – 37)<br />• Jawaban Allah kepada Ayub (puisi, 38:1 – 42:6)<br />• Penutup (prosa, 42:7 – 7:17)<br />Secara teologis, kitab ini memaparkan beberapa hal yaitu:<br />• Kebebasan Allah dalam bertindak<br />• Adanya pencobaan oleh iblis<br />• Adanya kekuatan untuk menderita.<br /><br />Kitab Pengkhotbah<br /> Penulis kitab ini tidak diketahui namanya. Penulisnya adalah seorang yang bijak yang bermaksud untuk menentang pendapat dan nilai-nilai orang bijak lainnya. Pada umumnya para ahkli sependapat bahwa kitab ini ditulis jauh setelah abad ke-10 sM atau jauh setelah zaman Salomo.<br />Struktur kitab ini adalah sebagai berikut:<br />• Pembukaan (1:1 – 3)<br />• Temanya diperlihatkan I (1:4 – 11), terdiri dari kehidupan manusia secara umum, pengatahuan, kesenangan, nasib semua manusia, jerih payah manusia, dan kesimpulan.<br />• Temanya diperlihatkan II (3:1 – 4:16), terdiri dari pengendalian Allah atas semua peristiwa, kurangnya kekekalan, penindasan, pekerjaan, timbunan kekayaan secara kikir, sifat ketenaran yang cepat berlalu.<br />• Kata-kata nasihat I (4:17 – 5:11), terdirin dari hormati Allah dalam ibadahmu, bayarlah nazarmu, pasti ada ketidak-adilan dalam pemerintahan, jangan mencintai kekayaan.<br />• Temanya diperlihatkan III (5:12 – 6:12), terdiri dari kekayaan yang hilang dalam usaha, kekayaan yang tidak dapat dinikmati, ketetapan takdir.<br />• Kata-kata nasihat II (7:1 – 8:9): kehormatan lebih baik dari kemewahan, ketenangan lebih baik dari kesembronoan, waspada lebih baik dari tergesa-gesa, hilmat dan kekayaan lebih baik dari hikmat saja, kesabaran lebih baik dari amarah, keterbatasan lebih baik dari melampaui batas, pria lebih baik dari wanita, kompromi kadang lebih baik dari bertindak benar.<br />• Tema yang diperlihatkan IV (8:10 – 9:12): ketidakpastian dalam keadilan, rahasia karya Allah, kematian adalah nasib semua orang, ketidaktentuan hidup.<br />• Kata-kata nasihat III (9:13 – 12:8): cerita tentang nilai hikmat, hikmat dan kebodohan, pemerintahan raja-raja, cara-cara usaha yang baik, nikmati hidup sebelum datang hari tua.<br />• Penutup (12:9 – 14)<br /><br />Secara teologis, kitab ini memaparkan beberapa hal yaitu:<br />• Kebebasan Allah dan batas-batas hikmat<br />• Menghadapi kenyataan hidup<br />• Persiapan untuk Injil<br /><br />Kidung Agung<br /> Menurut tradisi, kitab ini ditulis oleh Salomo walaupun ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penyuntingan akhir dilakukan pada waktu yang lebih kemudian dari masa Salomo. Kidung Agung bukan tulisan hikmat karena bentuknya yang paling menonjol adalah puisi cinta. <br /> Oleh karena bentuknya yang berupa puisi cinta, penafsiran kitab ini menjadi tidak mudah. Dalam sejarahnya, ada beberapa cara penafsiran yang dilakukan yaitu:<br />• Alegoris yang dipakai oleh penafsiran Yahudi yang paling awal sampai zaman bapa-bapa gereja.<br />• Tipologis. Metode ini berusaha menghindari subyektifitas tafsiran alegoris dan mempertahankan tafsiran harafiah puisi itu, dengan menekankan tema-tema utama tentang kasih dan pengabdian.<br />• Tafsir dramatis, yaitu memperlakukan kitab ini sebagai drama.<br />• Kidung pernikahan yaitu membandingkan perayaan perkawinan di Siria dengan Kidung Agung.<br />• Upacara-upacara liturgis, yaitu menganggap kitab ini berasal dari upacara liturgis penyembahan dewa Tamus, dewa kesuburan Babel.<br />• Kidung cinta kasih, yaitu memandang kitab ini sebagai puisi atau kumpulan puisi cinta, yang mungkin tapi tidak harus dihubungkan dengan perayaan perkawinan atau peristiwa tertentu lainnya.<br />E. Nubuat<br />Nabi Dan Nubuat<br /> Pengertian kata “nabi” adalah seorang yang dipanggil untuk berbicara atas nama Allah. Selain itu seorang nabi disebut juga “peliat” yang berarti orang yang melihat dalam suatu penglihatan. Seorang nabi mempunyai ciri-ciri bahwa dia mempertahankan kesadaran dan penguasaan dirinya di bawah penyataan Allah, dipanggil untuk menyampaikan pesan Allah, dan orang yang kudus dalam arti penyerahan diri. Secara umum ada dua pendekatan terhadap nubuat, yaitu menekankan unsur ramalan dan menekankan pemberitaan yang diterapkan pada keadaan saat itu.<br /><br />Kitab Amos<br /> Amos adalah seorang peternak domba dari Tekoa, suatu desa kira-kira 15 km sebelah selatan Betlehem. Amos bernubuat pada masa Yerobeam II (793 – 753 sM). Nubuat Amos dibagi menjadi tiga bagian: auman singa (1: - 3:8), dakwaan Allah terhadap Israel (3:9 – 6:14), dan hukuman Allah (7:1 – 9:15). Bagian pertama berisi delapan dakwaan dengan ancaman hukuman Allah terhadap enam bangsa di sekitarnya, serta Yehuda dan Israel sendiri. <br />Pandangan teologis kitab Amos adalah:<br />• Allah yang Maha Tinggi<br />Seruan Amos tentang keadilan sosial timbul karena sifat Allah sendiri. secara moral Allah adalah sempurna dan menuntut tingkah laku moral dari setiap orang dan mereka harus mempertanggung-jawabkannya.<br />• Allah Israel<br />Inti agama Perjanjian Lama adalah pemilihan Israel menjadi umat Allah. Hubungan khusus ini diperlihatkan juga dalam penghukuman yang diberikan ketika Israel berdosa. <br />• Tanggung jawab dan pemilihan<br />Pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan membawa konsekuensi untuk bertanggung-jawab untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Amos mengakhiri kitabnya dengan menyhatakan perjanjian Allah tidak dihancurkan walau mereka terus menerus berdosa. Bahkan Allah berjanji akan menjadikan mereka lebih mulia, sehingga mereka akan mengalami kelimpahan, kemantapan dan keamanan yang belum pernah dialami sebelumnya. <br /><br />Kitab Hosea<br /> Kira-kira sepuluh tahun setelah Amos, Allah memanggil Hosea untuk melayani sebagai nabi. Pelayanan Hosea adalah pada masa pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia di Yehuda dan Yerobeam II di Israel. <br />Inti pasal 1 – 3 adalah mengenai perkawinan Hosea. Jelas bahwa Hosea menghubungkan panggilannya sebagai nabi perkawinannya dengan Gomer. Latar belakang Israel pada masa Hosea adalah dipenuhi dengan kemerosotan rohani dan moral yang dalam. Penyembahan Baal terus berlangsung sehingga Allah menggambarkan perzinahan rohani ini dengan menyuruh Hosea mengawini seorang wanita sundal. Nama anak-anak Hosea (Lo-Ruhama : tidak disayangi dan Lo-Ami: bukan umat-Ku) menggambarkan hubungan Allah dan Israel. Israel tidak akan kembali kepada Allah, karenanya Dia sendiri akan mengambil umat-Nya kembali kepada-Nya (2:13 – 22). Kemudian Allah menyuruh Hosea untuk memulihkan Gomer sebagai istrinya dengan membelinya dengan harga seorang budak. Kemerosotan moral Israel melambangkan “upah” yang dibayar oleh dosa. Namun pengampunan Allah dibayar dengan pendisiplinan melalui pembuangan.<br />Inti pasal 4 – 14 merangkumkan pelayanan Hosea sebagai pengajar dan pemberita sbb:<br />• Pengenalan akan Allah.<br />Pengenalan akan Allah bukan hanya berarti pengetahuan akan Allah, melainkan hubungan dengan-Nya dalam kasih dan ketaatan.<br />• Kebodohan sikap tak berterima kasih.<br />Tidak mengucap syukur kepada Allah menghasilkan penyembahan berhala atau pemujaan diri sendiri.<br />• Kesia-sian keagamaan tanpa kesalehan.<br />Imam-imam menjadi sasaran khusus kemarahan Hosea karena mereka sama bejatnya dengan rakyat yang seharusnya mereka bimbing.<br />• Belas kasihan Allah yang tak berubah.<br />Pada akhirnya belas kasihan Allah tidak berubah walau ada keseimbangan antara kasih dan hukuman sebagai dasar hubungan antara Allah dan Israel.<br />Kitab Yunus<br /> Kitab Yunus mencatat keunikan yang tidak ada dalam kitab yang lain. Kitab ini berisi cerita pengalaman seorang nabi dan bukan laporan pemberitaannya. Sumbangsih teologis kitab Yunus adalah sbb:<br />• Konsep Allah<br />Yunus mengakui adanya hubungan antara ketidak-taatannya dengan badai besar, ia percaya Allah mendengar dan menjawab doanya, Allah pengasih dan penyayang, dan Allah akan memperlihatkan anugerah-Nya kepada orang Niniwe jika mereka bertobat.<br />• Rencana penyelamatan yang universal<br />Satu-satunya konsep yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab nabi lainnya adalah Allah menyuruh nabi-Nya untuk memberitakan amanat-Nya kepada bangsa lain dan Ia akan menyelamatkan mereka jika bertobat.<br /><br />Kitab Mikha<br /> Nama Mikha berarti “siapa yang sama dengan Tuhan?”. Dia hidup pada masa pemerintahan Yotam, Ahas dan Hizkia (sekitar 735 – 700 sM). Mikha berasal dari desa dan mungkin seorang petani kecil. Ia menentang penyelewengan Yerusalem dan Samaria serta memperlihatkan bagaimana penghukuman akan segera terjadi dan mempengaruhi Yudea Selatan. Selain itu Mikha mengecam penindasan dan penghisapan pada orang miskin.<br /> Struktur kitab Mikha adalah sbb:<br />• Bagian pertama (1:2 – 2:13)<br /> Hukuman yang panjang (1:2 – 2:11)<br /> Hukuman yang pendek (2:12 – 13)<br />• Bagian kedua (3 – 5)<br /> Hukuman yang panjang (3)<br /> Harapan yang pendek (4:1 – 5)<br /> Harapan bagi orang-orang yang susah (4:6 – 8)<br /> Kesusahan yang panjang, harapan yang pendek (4:9 – 10)<br /> Kesusahan yang pendek, harapan yang panjang (4:11 – 13)<br /> Kesusahan yang pendek, harapan yang lebih panjang (4:14 – 5:5)<br /> Harapan bagi sisa Israel yang susah (5:6 – 8)<br /> Hukuman yang panjang (5:9 – 13)<br /> Hukuman yang pendek (5:14)<br />• Bagian ketiga (6 – 7)<br /> Hukuman yang panjang (6:1 – 7:7)<br /> Harapan yang pendek (7:8 – 20)<br /><br />Kitab Yesaya I: Latar Belakang<br /> Yesaya adalah penulis kitab ini walau tidak berarti dialah pengarang atau penyunting akhirnya. Yesaya memulai pelayanannya pada tahun wafatnya Uzia sampai pada pemerintahan raja Yotam, Ahaz, dan Hizkia (740 – 701 sM). Tradisi mengatakan pelayanan Yesaya berlanjut sampai pada masa pemerintahan raja Manasye dan Yesaya mati syahid karena digergaji pada masa pemerintahan raja Manasye pada tahun 687 sM.<br /> Struktur kitab Yesaya adalah sbb:<br />• Bagian pertama: Penghukuman (1 – 35)<br /> Dosa-dosa Yehuda (1 – 12)<br /> Ucapan ilahi tentang penghukuman (13 – 23)<br /> Maksud Allah dalam penghukuman (24 – 27)<br /> Peringatan tentang usaha manusia mencari keselamatan (28 – 35)<br /> Selingan sejarah (36 – 39)<br />• Bagian kedua: Penghiburan (40 – 66)<br /> Pembebasan (40 – 48)<br /> Penebusan (49 – 59)<br /> Kemuliaan (60 – 66)<br /><br />Pada umumnya para ahli tidak menganggap Yesaya menulis sendiri keseluruhan kitabnya. Ada yang berpendapat kitab ini ditulis oleh dua orang, tiga orang, bahkan lima orang atau lebih. Alasan-alasan utama yang dikemukakan adalah adanya perbedaan sudut pandang sejarah, sebutan nama Koresy, gaya bahasa, dan pandangan teologis. Akhir-akhir ini muncul pendapat bahwa kitab Yesaya pasal 1 – 39 ditulis oleh Yesaya dan pasal 40 – 66 ditulis oleh seorang nabi lain yang tidak dikenal namanya. Sebenarnya perdebatan mengenai penulis aslinya tidak penting. Hal terpenting adalah adanya pengakuan bahwa secara keseluruhan kitab ini merupakan karya Roh Allah sehingga otoritasnya tidak diragukan lagi.<br />Kitab Yesaya II: Pemberitaan<br /> Pemberitaan kitab Yesaya adalah sbb:<br />• Penglihatan dan misi Yesaya<br />Sedikitnya ada dua penglihatan yang ditunjukkan (1:1; 2:1). Penglihatan itu berisi penyataan tentang Allah Mahakudus dan membuat Yesaya dalam keadaannya yang berdosa. Yesaya melihat dirinya sebagai orang berdosa dan mendapat pelayanan yang dibebankan padanya. Misi Yesaya selain menyampaikan pemberitaan tentang penolakan umat Israel oleh Allah, juga menyampaikan janji Mesianik.<br />• Ajaran tentang Allah<br />Ajaran tentang Allah dalam kitab Yesaya berisi pokok bahasan tentang Allah yang Mahakudus, Allah sebagai penyelamat, Allah sebagai penebus, Allah sebagai Bapa, Allah sebagai penguasa tertinggi, dan Roh Allah.<br />• Hubungan Allah dengan manusia<br />Ajaran kitab Yesaya tentang hubungan Allah dengan manusia adalah tentang kebenaran, keadilan dan hamba Tuhan. Kata “kebenaran” mempunyai arti “apa yang ditetapkan secara tegas, berhasil dan tetap tahan dalam kehidupan manusia”. <br /><br />Nubuat Mesianik<br /> Seperti nubuat pada umumnya, nubuatan Mesianik bukan hanya ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi pada masa depan. Namun nubuat itu ada hubungannya dengan maa depan, khususnya dengan Mesias yang akan datang. Karena itu nubuat apapun yang mengkaitkan masa sekarang dengan rencana Allah yang pokok (yang berpuncak dalam diri Kristus) dapat disebut ‘mesianik”. <br /> Dalam Perjanjian Lama, tidak ada istilah “Mesias” secara langsung. walaupun demikian, apa yang dikatakan oleh Perjanjian Lama secara langsung menunjukkan ciri-ciri Mesias itu sendiri, yaitu:<br />• Anak Daud<br />Ketika Yesus masuk ke Yerusalem, Dia menggenapi nubuatab Zakharia (Mat 21:5 – Zak 9:9). Demikian juga murid-murid-Nya secara jelas menghubungkan nama keturunan Daud dengan Kristus (Kis 1:16; 2:25; 2:29 – 31; 34 – 36).<br />• Keturunan Daud<br />Yesus berasal dari garis keturunan Daud dan nabi-nabi menyebut keturunan Daud akan menjadi raja di tengah-tengah mereka (Yes 9:5 – 6; 11:1; Yer 33:17, 20 – 21; 23: 5 – 6; 33:14 – 16; 30:9; Yeh 34:23 – 24).<br />• Mazmur-mazmur kerajaan<br />Mazmur-mazmur juga banyak yang mengacu kepada Yesus, misalnya mazmur 2, 45, 110, dsb.<br />• Kerajaan mesianik<br />Nabi-nabi tidak hanya menubuatkan kesinambungan dinasti Daud, melainkan ungkapan “anak Daud” mempunyai pengertian yang lebih luas dan dalam. Dalam Perjanjian Baru, gambaran Mesias digambarkan lebih dari sekedar penggenapan raja ideal, anak Daud, tetapi juga orang bijak yang melebihi Salomo (mat 12:42), Anak Manusia yang menggenapi penglihatan Daniel (Dan 7:14), nabi dan pemberi hukum yang adalah Musa yang kedua (Mat 5 – 7), imam yang lebih tinggi dari Harun (Ibr 5 – 7), hamba Allah yang mengorbankan nyawa sebagai tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:44).<br /><br />Kitab Yeremia<br /> Yeremia adalah seorang nabi yang tidak ada taranya dalam pemahamannya tentang nubuat dan dalam kemampuannya mengungkapkan nubuat itu. Sepanjang empat puluh tahun yang penuh kekacauan, dia mewartakan firman Allah kepada raja dan rakyat dengan penuh pengorbanan. Firman Allah datang padanya pertama kali pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia (627 sM) ketika dia masih seorang pemuda. Pelayanan Yeremia berlangsung lebih dari empat puluh tahun, sampai sesudah tahun 586 sM, ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar. <br /> Sebagai seorang nabi, Yeremia mempunyai watak yang kuat, yang dapat dijelaskan melalui lima ciri khasnya yaitu jujur, berani melaksanakan apa-apa yang ia yakini walau harus menderita, memperlihatkan kebencian yang besar terhadap tingkah laku yang secara moral dan spiritual tidak pantas, memiliki kepekaan akan penderitaan bangsanya serta kemanusiaan yang sejati, dan mempunyai pengharapan akan masa depan berdasar kesetiaan Allah.<br /> Unsur utama dalam pemahaman teologis Yeremia adalah tekanannya pada peristiwa keluaran sebagai pengalaman rohani Israel yang dominan. Jadi sumbangan teologis Kitab Yeremia adalah sbb:<br />• Kekuasaan Allah dalam sejarah<br />Yeremia menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa di Yehuda, Mesir dan Babel lebih ditentukan oleh kekuasaan Allah daripada politik manusia.<br />• Taurat lama dan baru<br />Yeremia melihat dosa-dosa bangsa Israel secara keseluruhan sebagai pelanggaran terhadap hukum perjanjian. Untuk memperbaiki keadaan harus ada perjanjian yang baru yang lebih bersifat pribadi daripada janji perkawinan, ditulis dalam hati, bukan pada lempengan batu, yang menghasilkan pengenalan yang benar akan Allah, dan menjamin pengampunan sepenuhnya terhadap dosa (31:32 – 34)<br />• iman pribadi yang kuat<br />Dedikasi dan kepercayaan teguh Yeremia walau dalam penganiayaan bersumber pada Allah perjanjian saja.<br /><br />Kitab Ratapan<br /> Kitab Ratapan tidak diketahui siapa penulisnya karena tidak menyebutkan siapa penulisnya. Walaupun demikian tradisi Yahudi menyatakan Yeremia sebagai penulisnya. Kita ini menggambarkan bencana dari pembuangan yang penuh penderitaan. Waktu penulisan diperkirakan tahun 586 – 530 sM. Kelima pasalnya berisi ratapan Yehuda terhadap hancurnya Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 583 sM. <br /> Kitab Ratapan ditulis untuk mengungkapkan adanya harapan setelah penghukuman Allah. Iman penyair yang kuat memberi semangat pada generasi-generasi sebangsanya untuk menemukan harapan di tengah-tengah bencana dan membimbing orang lain kepada harapan melalui pengenalan yang mendalam terhadap Allah. Kitab ini mempunyai tiga pokok utama yang terjalin bersama yaitu pemahaman yang mendalam para nabi akan penghakiman dan rahmat Allah, pergumulan orang bijak dalam misteri penderitaan, dan ungkapan liturgis dari para imam tentang penyesalan dan harapan.<br /><br />Kitab Zefanya Dan Yoel<br /><br />Kitab Zefanya<br /> Nabi Zefanya hidup di antara masa yesaya dan Yeremia. Sepanjang pemerintahan Manasye selama lima puluh tahun tidak ada suara kenabian sampai Zefanya dipanggil. Pemberitaannya mendukung pekerjaan Yeremia dan mendukung pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh raja Yosia. Kitab ini mempunyai dua tema utama yaitu:<br />• Ancaman hukuman besar yang akan segera datang (1:2 – 3:7)<br />• Harapan akan keselamatan kelak (3:8 – 20)<br /><br />Kitab Yoel<br /> Penulisan kitab Yoel agak sukar ditetapkan waktunya. Secara tradisi ada dua pendapat yaitu pada masa pemerintahan raja Yoas (835 – 796 sM) dan setelah Israel kembali dari pembuangan (akhir abad ke 5 sM). Kitab ini mempunyai dua bagian penting yaitu:<br />• Tulah belalang dan hari Tuhan (1:1 – 2:17)<br />• Kemenangan yang akan datang (2:18 – 3:21)<br />Pada bagian pertama nabi Yoel berbicara dan pada bagian kedua Tuhanlah yang berbicara. Titik balik ada pada 2:18 di mana Tuhan menanggapi pertobatan umat-Nya dan membawa pembebasan.<br /><br />Kitab Nahum Dan Habakuk<br /><br />Kitab Nahum<br /> Nabi Nahum bernubuat pada masa di antara dua peristiwa penting yaitu jatuhnya kota Tebe ke tangan Asyur pada tahun 663 sM (3:8 – 10) dan hancurnya Niniwe pada tahun 612 sM (1:1; 2:8; 3:7). Nubuatan Nahum sepenuhnya berpusat pada penghancuran musuh bebuyutan Israel. Nahum adalah seorang penulis sastra yang baik dan hanya sedikit yang dapat menandinginya.<br /><br />Kitab Habakuk<br /> Masa hidup dan pelayanan Habakuk kira-kira pada perempatan terakhir abad ke-7 sM, kira-kira sezaman dengan Zefanya, Yeremia, Nahum dan mungkin Yoel. Alur isi kitab ini adalah sbb:<br />• Keluhan Habakuk mengenai penghukuman Allah yang “tertunda” (1:2 – 4)<br />• Jawaban Allah bahwa Babel akan menghukum Yehuda (1:5 – 11)<br />• Pertanyaan Habakuk mengapa Allah memakai bangsa yang jahat (1:12 – 17)<br />• Jawaban Allah bahwa Babel akan mendapat balasan setimpal (2: 6, 9, 12, 15, 19)<br />• Respon Habakuk dengan mengaku percaya pada perjanjian-Nya (3)<br /><br />Kitab Obaja<br /> Kitab ini adalah yang tersingkat dalam Perjanjian Lama, hanya terdiri dari 21 ayat. Nabi Obaja berasal dari Yehuda dan menerima penglihatan mengenai Edom. Isi kitab ini adalah sbb:<br />• Penglihatan mengenai Edom (1 – 14)<br /> Pengumuman jatuhnya Edom (1 – 4)<br /> Penghancuran total (5 – 9)<br /> Alasan: kekejaman Edom terhadap Yehuda (10 – 14)<br />• Hari Tuhan (15 – 21)<br /> Penghakiman atas bangsa-bangsa (15 – 16)<br /> Pembebasan Yehuda (17 – 20)<br /> Kerajaan Allah (21)<br /><br />Kitab Yehezkiel<br /> Kitab Yehezkiel berasal dari zaman pembuangan (597 – 538 sM) antara tahun 593 – 571 sM. Kitab ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:<br />• Hukuman atas Israel (1 – 24)<br />• Hukuman atas bangsa-bangsa kafir (25 – 32)<br />• Pembaruan Israel (33 – 48)<br /><br />Secara teologi, kitab ini memberikan beberapa hal yaitu:<br />• Penglihatan akan Allah kepada Yehezkiel<br />• Penyembahan berhala bangsa Israel<br />• Tanggung jawab pribadi dengan menolak pengelakan kesalahan generasi lalu<br />• Peristiwa pembuangan adalah akibat langsung kegagalan Israel memlihara hari Sabat (17:21 – 27)<br />• Nubuatan melawan Tirus<br />• Yehezkiel menubuatkan hukuman terhadap bangsa-bangsa yang kejam, ketakutan di dunia orang-orang hidup<br />• Nubuatan akan Gembala yang sejati<br />• Pemberian hati dan roh yang baru<br /><br />Kitab Daniel<br /> Kitab Daniel berisi salah satu berita terbesar dalam Perjanjian Lama yaitu kerajaan-kerajaan dunia akan diganti dengan kerajaan Allah. Kitab ini termasuk jenis sastra “apokaliptik” yang menyingkapkan peristiwa-peristiwa yang akan datang. Isi kitab ini dibagi menjadi dua yaitu cerita-cerita (1 – 6) dan penglihatan-penglihatan (7 – 12). Garis besar isinya adalah sbb:<br />• Daniel dan raja-raja Babel dan Persia (1 – 6)<br /> Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel (1)<br /> Mimpi raja tentang patung (2:1 – 16)<br /> Patung emas (3:1 – 7)<br /> Mimpi Nebukadnezar tentang pohon (4:4 – 18)<br /> Perjamuan Belsyazar; tulisan pada dinding (5:1 – 12)<br /> Daniel dalam gua singa (6:1 – 18)<br />• Mimpi dan penglihatan Daniel (7 – 12)<br /> Keempat binatang dari dalam laut (7:1 – 18)<br /> Domba jantang, kambing jantan dan tanduk (8:1 – 14)<br /> Tujuhpuluh tahun yang dinubuatkan Yeremia (9:1 – 2)<br /> Penglihatan di tepi sangai Tigris (10:1 – 14)<br /> Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan (11:2 – 28)<br /> Waktu kesesakan; kebangkitan (12:1 – 4)<br /><br />Kitab Hagai<br /> Orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babel mulai berkeluarga dan berkembang. Sebagian dari mereka pulang di bawah ezra dan Nehemia, namun sebagian memilih tetap tinggal di Babel. Nabi Hagai hidup sezaman dengan Zakharia. Kitab ini berisi empat nubuat yang disampaikan dalam empat bulan sbb:<br />• Hagai 1:1 – 11 <br />Nubuat ini ditujukan kepada Zerubabel dan kepada imam besar Yosua untuk menyelesaikan pembangunan kembali Rumah Allah.<br />• Hagai 2:1b – 10<br />Nubuat kedua ditujukan kepada Bupati, imam besar dan bangsa itu mengenai kemegahan Rumah Allah.<br />• Hagai 2:11 – 20 <br />Nubuat ini merupakanb percakapan antara Tuhan dan Hagai. Allah berjanji memberkati mereka jika bertobat.<br />• Hagai 2:21 – 24 <br />Nubuat ini ditujukan kepada Zerubabel. Isinya bersifat eskalotogis karena Tuhan mengatakan akan merontokkan tahta raja-raja dan membuat Zerubabel “seperti cincin materai” sebab dia yang dipilih-Nya.<br /><br />Kitab Zakaria<br /> Arti nama Zakaria adalah “Tuhan telah mengingat”. Zakaria hidup sezaman dengan nabi Hagai. Kitab ini dibagi menjadi dua bagian. Pasal 1 -8 adalah nubuat-nubuat yang diberi keterangan waktu dan pasal 9 – 14 tidak diberi keterangan waktu. Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Seruan untuk bertobat (1:1 – 6)<br />• Penglihatan-penglihatan malam (1:7 – 6:8)<br />• Peristiwa-peristiwa menjelang akhir zaman (9 – 11)<br />• Peristiwa-peristiwa akhir zaman (12 – 14)<br /><br />Kitab Maleakhi<br /> Kitab Maleakhi adalah kitab terakhir dari 12 kitab nabi kecil di Perjanjian Lama. Kata Maleakhi berarti “utusanku”. Pada saat penulisan nubuat ini Rumah Allah telah didirikan kembali dan ibadat berlangsung kembali. Keadaan waktu itu digambarkan bahwa kembalinya mereka dari pembuangan tidak membawa suatu zaman mesianis. Akibatnya mereka menjadi tawar hati, menangis, dan ragu-ragu. Perzinahan, sumpah palsu, penindasan, dan diskriminasi merajalela. Agama diremehkan dengan kawin campur yang dilarang.<br /> Struktur kitab ini adalah sbb:<br />• Judul (1:1)<br />• Kasih Tuhan dilukiskan oleh nasib edom (1:2 – 5)<br />• Kecaman terhadap para imam (1:6 – 2:9)<br />• Penyembahan berhala dan kawin campur (2:10 – 16)<br />• Allah yang adil (2:17 – 3:5)<br />• Persepuluhan yang tidak diberikan (3:6 – 12)<br />• Orang benar dan orang fasik (3:13 – 18)<br />• Elia dan hari Tuhan (4)<br /><br />Sedangkan topik teologi kitab ini adalah tentang:<br />• Tuhan semesta alam<br />• Teodisi atau pembenaran tindakan Allah<br />• Perintis jalan, yaitu hanya nabi Maleakhi yang mengajarkan tentang kedatangan kembali nabi Elia.<br /><br />Analisa Buku<br />Kekuatan Buku<br />1. Tim penulis berhasil mensintesiskan pemikirannya sehingga menghasilkan buku yang sangat baik.<br />2. Buku ini disajikan secara sistematis dan memiliki alur yang baik.<br />3. Walaupun agak rumit, buku ini tidak terlalu sulit untuk dipahami bagi kaum akademisi.<br />4. Memberikan pandangan-pandangan yang berbeda dari beberapa ahli walau akhirnya penulis menyatakan pendapatnya sendiri.<br /><br />Kelemahan Buku<br />1. Kadang-kadang pembahasan materi terlalu panjang dan bertele-tele.<br />2. Diperlukan usaha keras dan waktu yang panjang untuk membaca dan memahami buku ini karena tebal.<br /><br />Hal-hal Baru<br />1. Buku ini membahas pengantar PL dengan komprehensif. Ada hal-hal baru seperti pembahasan kitab Syair yang lengkap dengan contohnya yang tidak terdapat dalam buku lain.<br /><br />Saran<br />1. Sebelum mempelajari buku ini, sebaiknya mempelajari buku sejenis yang lebih singkat. Tanpa pengetahuan yang memadai, sulit untuk memahami buku ini. Membaca buku Denis Green menjadi awalan yang baik.<br /><br />Penutup<br /> Buku ini banyak memberikan informasi yang berharga tanpa kesan menggurui. Pemahaman yang mendalam tentang Perjanjian Lama merupakan modal berharga bagi setiap hamba Tuhan dan pembelajar serius Alkitab. Buku ini memberikan pemahaman yang sangat baik akan Perjanjian Lama. Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-92178194884375534272010-08-04T08:42:00.002+07:002010-08-04T08:43:23.469+07:00Pengantar Perjanjian Lama 1A. Pendahuluan<br /><br />Otoritas Perjanjian Lama<br /> Kristus sendiri mengakui otoritas penuh dan sifat yang mengikat dari kitab Perjanjian Lama, bahkan Dia sering mengutip Perjanjian Lama sebagai dasar pengajaran-Nya. Yesus memandang Perjanjian Lama sebagai tulisan yang diilhami dan berotoritas, yang mencatat karya Allah dalam sejarah yang menuju kepada puncaknya dalam kerajaan-Nya yang akan datang. <br />Demikian juga Paulus mengakui pengilhaman dan otoritas penuh dari Kitab Suci Perjanjian Lama (2 Tim. 3:16) dan menemukan maknanya yang terdalam dalam rangka penantian dan persiapan Perjanjian Baru. Tulisan-tulisan dalam surat Ibrani, Yakobus, dan Wahyu juga banyak memakai kiasan dan kutipan Perjanjian Lama.<br /><br />Penyataan Dan Pengilhaman<br /> Penyataan adalah perbuatan yang mengungkapkan atau membuka. Dalam pengertian aktif, penyataan terdapat dalam komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang diberikan-Nya, firman yang diucapkan-Nya, dan perbuatan yang dilakukan-Nya, baik melalui karya-Nya dalam sejarah maupun firman-Nya. Sehingga tanpa penyataan melalui firman, sedikit sekali manusia yang mengetahui penyataan-Nya melalui karya-Nya. <br /> Penyataan Allah perlu karena Allah melampaui ruang dan waktu yang diamati indra manusia dan karena manusia yang telah jatuh dalam dosa sehingga tidak dapat mendengar, melihat, dan memahami apa yang dinyatakan Allah dengan jelas. Penyataan Allah kepada manusia terjadi melalui alam (penyataan alamiah) kepada setiap manusia dan melalui Alkitab (penyataan khusus) terhadap sekelompok orang yang dipilih-Nya. Di samping karya-Nya dalam penciptaan dan sejarah, Allah menyatakan diri-Nya melalui mimpin, penglihatan dan kata-kata. Penyataan yang paling sempurna ada dalam diri Kristus, Anak-Nya yang menjadi manusia (Ibrani 1:1-3). <br /> Dalam proses memberikan penyataan-Nya, Allah tidak menyatakan segala sesuatu tentang diri dan rencana-Nya pada suatu saat. Ia memberikan serangkaian penyataan yang semakin lengkap dan jelas (misal. Kej. 12:1, 7, 15:13). Yesus sendiri menyatakan Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17). Jadi Dia tidak meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi (PL) melainkan untuk menambahkan “sesuatu yang baru”, yang membuat hal-hal sebelumnya menjadi “lama”. Jadi PL harus dipahami dalam terang penyataan yang lengkap dari PL dan PB. <br /> Tujuan utama Allah dalam menyatakan diri dan kehendak-Nya bukanlah untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia, melainkan untuk menyelesaikan rencana-Nya (bagi manusia) untuk mencapai keselamatan. Bahkan Samuel menjawab pertanyaan Saul dengan menyatakan kehendak Allah (1 Sam. 9:3-10:8). Tugas nabi bukan untuk meramal melainkan menyatakan kedaulatan Allah atas sejarah Israel (1 Raj. 22:1-28). <br /> Pengilhaman adalah karya Roh Allah atas “orang-orang suci pada masa lampau” supaya mereka menyampaikan penyataan Allah dengan tepat secara lisan dan tulisan. Sedangkan bagi generasi berikutnya penyataan itu diteruskan melalui Alkitab yang tertulis. Pengilhaman kata per kata berarti Roh Allah sedemikian meresapi pikiran para penulis Alkitab sehingga mereka memilih kata-kata, ungkapan-ungkapan yang tepat dari perbendaharaan kata dan pengalaman mereka untuk menyampaikan pesan Allah yang tepat.<br /><br />Kanon<br /> Kanon adalah kumpulan tulisan berwibawa yang ajarannya mengikat penganutnya. Dalam pembentukan kanon PL, ada empat langkah yang berkaitan erat yaitu: <br />• Ucapan-ucapan yang berwibawa, yang dimulai ketika Musa mencatat firman-Nya di Gunung Sinai (Kel. 24:3-4).<br />• Tulisan-tulisan berwibawa (Ulangan 31:24-26).<br />• Kumpulan kitab-kitab berwibawa (Taurat, Nabi-nabi dan Kitab-kitab)<br />• Kanon yang baku, yaitu 39 kitab PL. sedangkan Katolik menyisipkan kitab Apokrifa (tulisan yang tidak diilhami dan tidak otentik) di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.<br /><br />Penulisan Perjanjian Lama<br /> Bahasa asli PL adalah bahasa Ibrani dan sedikit bahasa Aram. Salah satu masalah utama dalam teks adalah menentukan bentuk asli tulisan-tulisan dalam Alkitab dengan tepat. Media yang digunakan dalam penulisan adalah perkamen (kulit yang disamak), papirus, lembaran kayu, lilin atau tanah liat serta pecahan keramik. Sedangkan pemakaian kodeks dalam bentuk buku baru digunakan sejak abad pertama Masehi. Alat-alat tulis yang digunakanpun bermacam-macam sesuai dengan medianya, misalnya pahat, pena besi dengan mata intan, pena buluh. Proses penyalinan dan penyuntingan selama berabad-abad menyebabkan sedikit perubahan dalam teks aslinya (walau tidak merubah maksud dan artinya). Untuk menentukan teks asli ada beberapa petunjuk praktis yaitu:<br />• Mengikuti teks Masora kecuali artinya tidak jelas atau banyak bukti yang berbeda.<br />• Teks yang lebih sulit dan tua biasanya lebih mungkin asli.<br />• Teks yang lebih singkat biasanya asli karena orang cenderung suka menambahkan daripada mengurangi.<br />• Menerima teks yang memberikan penjelasan terbaik tentang terjadinya semua variasi lainnya, sebagai yang asli.<br /><br />Macam-macam terjemahan-terjemahan kuno adalah Taurat Samaria, Targum Aram, Septuaginta (LXX), dan terjemahan-terjemahan Yunani lainnya, terjemahan Siria, terjemahan-terjemahan Latin, dan terjemahan sekunder lainnya.<br /><br />Geografi<br /> Penyataan Allah terjadi dalam ruang dan waktu, sehingga data geografis dan historis menjadi penting dalam penafsiran. Dunia Alkitab adalah sebuah daerah tempat bertemunya benua Eropa, Asia, dan Afrika. Perbatasan bagian Utara dilindungi oleh barisan pegunungan yang menhan angin musim dingin. Di sebelah Selatan dunia Alkitab terdapat gurun Sahara dan Siria-Arabia. Gurun ini menghalangi penyerbuan dari arah selatan. Di tempat itulah manusia mengalami perkembangan dan tempat itu menjadi “tempat lahirnya kebudayaan”. <br /> Nama Palestina mulai dipakai sejak abad ke-5 S.M. Dalam PL, tanah itu disebut sebagai “tanah perjanjian” (Kanaan). Setelah pendudukan Israel, tanah itu disebut sebagai “Israel”. Daerah itu terbentang dari lereng selatan Gunung Hermon hingga tepi gurun selatan (Nagreb) dan di batasi oleh Laut Tengah (barat) dan Lembah Yordan (Timur). Pada zaman Yunani dan Romawi, daerah itu juga meliputi beberapa daerah di sebelah timur sungai Yordan atau Trans-Yordan. Sedangkan menurut pembagian politis selama kerajaan Israel, bagian utara disebut Samaria dan bagian selatan disebut Yudea. <br />Arti pentingnya geografi dapat dilihat secara politis dan teologis. Secara politis Palestina merupakan jembatan antara kebudayaan-kebudayaan Eropa, Asia Barat Daya dan Afrika Utara. Keadaan alam menerangkan mengapa orang Israel hidup terisolasi, juga menerangkan mengapa perpecahan sering terjadi di Israel. Kerajaan Yehuda terletak di lembah sempit yang penuh dengan batu besar sehingga sukar untuk ditaklukkan, sedangkan Samaria yang terletak di dataran lebih mudah untuk diserang musuh. Secara teologis keadaan geografis dapat dipahami paling jelas pada saat nabi-nabi berjuang melawan Baal. Orang Kanaan memuja Baal yang mencakup pelacuran seksual untuk membujuk tanah agar memberikan hasilnya. Keadaan ini sangat berbeda dengan kepercayaan bangsa Israel yang yakin bahwa Allah-lah yang menciptakan dunia, memberi atau menahan hasilnya.<br /><br />B. Taurat<br />Kitab Taurat adalah lima kitab pertama PL yang tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk satu kesatuan yang besar. Hal ini tersirat dalam kisah sejarah yang membentuk tulang punggung dan kerangka Taurat yang di dalamnya tercakup kumpulan hukum-hukum. Kitab Taurat mempunyai unsur-unsur janji, pemilihan, pembebasan, ikatan perjanjian, hukum dan tanah perjanjian.<br />Di samping kesatuan, kitab Taurat mempunyai keaneka-ragaman sastra seperti perbedaan gaya bahasa, penggunaan nama Yahweh dan Elohim yang bergantian, susunan kalimat, dsb. Karena hal itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kitab Taurat ditulis bukan oleh Musa (misal teori JEDP). Penelitian bukti-bukti teks dan tradisi menyatakan bahwa Musa adalah penulis kitab Taurat. Walaupun demikian, mungkin Ezra-lah (Ezra 7:6, 11a) yang membentuk kumpulan tulisan-tulisan Musa itu menjadi kitab Taurat yang dikenal sekarang. Secara logis tidak mungkin Musa mencatat kematiannya sendiri.<br /><br />Kitab Kejadian I: Riwayat Zaman Permulaan<br /> Berdasarkan isinya kitab Kejadian dibagi menjadi dua bagian yang merupakan pengentar ke dalam sejarah umat pilihan Allah, yaitu:<br />• Sejarah zaman permulaan (Kej. 1-11). <br />Bagian ini merupakan pengantar ke dalam sejarah keselamatan, yang mengemukakan asal mula dunia, manusia dan dosa. Bagian ini terdiri dari penciptaan langit dan bumi, taman Eden dan kejatuhan manusia, bapa leluhur sebelum air bah, air bah dan akibatnya, dan kehidupan para bapa leluhur setelah air bah. <br />• Sejarah bapa leluhur (Kej. 12-50)<br />Bagian ini menjelaskan asal mula sejarah keselamatan dalam pemilihan Allah atas para bapa leluhur dan janji-Nya tentang tanah dan keturunan. Bagian ini terdiri dari kisah Abraham dan keluarganya, Yakub dan anak-anaknya, dan Yusuf dan anak-anaknya. Dua riwayat lain yang melengkapi adalah kisah Ismael pada akhir kisah Abraham (25:12-18) dan Esau pada akhir kisah Yakub (36:1-34).<br /><br /> Kitab Kejadian bukanlah mitos namun juga bukan laporan obyektif oleh saksi mata melainkan menyampaikan kebenaran teologis tentang peristiwa zaman dahulu. Ada empat tema teologis utama dalam pola yang berulang dan berkesinambungan dalam kitab ini yaitu:<br />• Allah sebagai pencipta. <br />Dikatakan bahwa semua ciptaan Allah itu baik adanya.<br />• Masalah dosa.<br />Masalah timbul ketika manusia jatuh dalam dosa.<br />• Penghakiman Allah atas dosa manusia.<br />Dosa manimbulkan penghakiman Allah atas manusia.<br />• Anugerah Allah yang tidak berkesudahan.<br />Walaupun demikian, Allah sangat mengasihi manusia sehingga memberikan anugerahnya dalam rancangan keselamatan manusia.<br /><br />Kitab Kejadian II: Sejarah Bapak-Bapak Leluhur<br /> Kisah pemilihan dan pemanggilan Abraham merupakan jembatan yang menjembatani jurang yang diakibatkan dosa manusia. Sebagian besar ahli menempatkan zaman ini pada awal Zaman Perunggu Tengah II, yaitu sekitar abad ke-20 S.M. (Bersamaan dengan perpindahan orang Amori). Bukti-bukti dalam Alkitab dan luar Alkitab mendukung hal ini yaitu:<br />• Penelitian menunjukkan sifat dan tujuan kisah bapa leluhur sebagai tulisan sejarah.<br />• Kisah bapa leluhur mencerminkan keadaan Timur Tengah kuno pada awal abad ke-20 S.M. Hal ini didukung dengan miripnya nama-nama mereka dengan nama orang Amori pada abad itu, perjalanan Abraham cocok dengan zaman itu, cara hidup mereka sesuai dengan lingkungan kebudayaan pada zaman itu, berbagai adat istiadat dan hukum mereka mencerminkan kebiasaan masyarakat Timur Tengah kuno, dan gambaran umum tentang agama bapa-bapa leluhur termasuk gambaran yang tua dan otentik.<br /><br />Tema teologis kisah bapa-bapa leluhur adalah sebagai berikut:<br />• Pemilihan dan janji-janji Allah.<br />Pemanggilan Abraham oleh Allah adalah awal dari pemenuhan janji-janji Allah kepada bangsa Israel. Janji itu semakin diperteguh generasi lewat generasi berikutnya.<br />• Iman dan kebenaran.<br />Ketaatan dan kepercayaan Abraham kepada Allah menunjukkan hubungan yang erat antara iman dan kebenaran. Kebenaran Abraham adalah kepercayaannya (imannya) kepada janji Allah.<br />• Perjanjian.<br />Perjanjian yang diadakan Allah kepada Abraham (ps. 15 dan 17) adalah salah satu gagasan utama dalam Alkitab. Perjanjian itu adalah peneguhan komitmen pada perbuatan tertentu yang tidak terjadi secara alamiah. Hal ini disertai dengan sanksi-sanksi dan sumpah.<br /><br />Kitab Keluaran I: Latar Belakang Historis<br /> Akhir “zaman bapa-bapa leluhur” kira-kira tahun 1550 S.M., dan dilanjutkan hingga kira-kira tahun 1200 S.M., ketika bangsa Israel telah memasuki Palestina. Pada masa-masa itu Mesir mendominasi dunia zaman kuno dan Palestina terletak dalam batas-batas kerajaannya. Peristiwa Keluarnya bangsa Israel dari Mesir kira-kira tahun 1300 – 1200 S.M. Firaun penindas Israel adalah Seti I (1305 – 1290 S.M.) dan Firaun dalam kitab Keluaran adalah Rameses II (1290 – 1224 S.M.)<br /><br />Kitab Keluaran II: Isi Dan Teologi<br /> Kitab ini berpusatkan pada dua peristiwa penting yaitu pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir melalui karya penyelamatan Allah di Laut Teberau (kel. 1-18) dan pengukuhan diri-Nya sebagai Allah mereka melalui perjanjian di Gunung Sinai (Kel. 19-40). <br />Garis besar isi kitab ini adalah sbb:<br />Pembebasan dari Mesir dan perjalanan ke Sinai (1 – 18)<br />• Kelahiran dan masa muda Musa: panggilan dan misinya kepada Firaun (2:1 – 6:27)<br />• Tulah dan Paskah (6:28 – 13:16)<br />• Berangkat dari Mesir dan pertolongan di Laut Teberau (13:17 – 15:21)<br />• Perjalanan ke Sinai (15:22 – 18:27)<br />Perjanjian di Sinai (19 – 24)<br />• Tuhan menampakkan diri di Sinai (19)<br />• Pemberian perjanjian (20:1 – 21)<br />• Kitab perjanjian (20:22 – 23:33)<br />• Pengesahan perjanjian (24)<br />Petujuk untuk mendirikan Kemah Suci dan upacara-upacara keagamaan (25 – 31)<br />• Kemah Suci dan peralatan (25 -27; 29:36 – 30:38)<br />• Para imam dan persembahan (28:1 – 29:35)<br />• Para tukang Kemah Suci (31:1 – 11)<br />• Peringatan untuk menguduskan hari Sabat (31:12 – 18)<br />Pengingkaran dan pembaruan perjanjian (32 – 34)<br />• Anak lembu emas (32)<br />• Kehadiran Allah bersama Musa dan umat Israel (33)<br />• Pembaruan perjanjian (34)<br />Pembangunan Kemah Suci (35 -40)<br />• Persembahan sukarela (35:1 – 29)<br />• Pengangkatan para tukang (35:30 – 36:1)<br />• Mendirikan Kemah Suci dan peralatannya (36:2 – 39:43)<br />• Penyelesaian dan upacara peresmian Kemah Suci (40)<br /><br />Kitab Imamat<br /> Nama “Imamat” berasal dari Septuaginta yang berarti “kitab mengenai imam-imam”. Tokoh utamanya adalah Harun dan tugas keimamannya terbatas pada dia dan putra-putranya. Tema inti kitab ini adalah kekudusan dan kudus. Pengertian akan konsep kekudusan pada mulanya hanya berarti sebagai sesuatu yang dipisahkan atau dikhususkan bagi maksud keagamaan. Dalam perkembangan berikutnya kekudusan mencakup arti kesempurnaan moral. <br /> Ada tujuh jenis kurban dalam kitab Imamat, yaitu kurban bakaran, kurban penghapus dosa, kurban penebus salah, kurban sajian, kurban keselamatan, kurban syukur, dan kurban nazar. Semua kegiatan kurban tersebut dipimpin oleh imam dan harus mencurahkan darah binatang kurban. Kematian binatang kurban mel;ambangkan kematian orang yang berdosa. Hukuman atas dosa adalah kematian, tetapi hewan mati sebagai ganti orang yang berbuat dosa. Jadi kegiatan kurban binatang dalam kitab ini merupakan tipologi dari kurban Kristus yang sempurna di masa mendatang.<br /><br />Kitab Bilangan<br /> Kitab Bilangan mencatat kisah bangsa Israel antara peristiwa keluaran dan sinai hingga persiapan di Moab untuk memasuki negeri perjanjian. Sebenarnya rute langsung hanya membutuhkan waktu beberapa hari dan jalan melalui Edom maupun Moab tidak lebih dari dua pekan. Oleh karenanya perjalanan selama 38 tahun 9 bulan adalah hukuman atas ketidakpercayaan mereka sehingga tidak ada seorangpun dari generasi yang tidak beriman itu dapat memasuki negeri itu. <br /> Kitab Bilangan dibagi menjadi tiga bagian utama (di Sinai, di Kadesy, dan di dataran Moab) yang dipisahkan oleh catatan mengenai perjalanan orang Israel. Isi kitab ini adalah sbb:<br />Di Sinai: Persiapan keberangkatan (1:1 – 10:10)<br />• Sensus pertama (1)<br />• Perkemahan suku-suku Israel dan para pemimpinnya (2)<br />• Jumlah dan kewajiban orang Lewi (3 – 4)<br />• Hukum-hukum dan peraturan (5)<br />• Hukum mengenai kenaziran (6)<br />• Persembahan pada waktu penabishan Kemah Suci (7 – 8)<br />• Ketetapan-ketetapan mengenai perayaan Paskah (9:1 – 14)<br />• Tiang awan memimpin perjalanan Israel (9:5 – 10:10)<br />• Perjalanan dari Sinai sampai Kadesy (10:11 – 12:16)<br />• Berangkat dari Sinai (10:11 – 36)<br />• Peristiwa-peristiwa dalam perjalanan (11 – 12)<br />Di Kadesy, dalam padang gurun Paran (13 – 20)<br />• Keduabelas pengintai dan laporan mereka (13)<br />• Keputusan umat dan penghukuman Allah (14)<br />• Hukum dan peraturan (15)<br />• Pemberontakan Korah (16)<br />• Kisah tongkat Harun (17)<br />• Bagian para imam (18)<br />• Pentahiran orang yang najis (19)<br />• Peristiwa penutup di Kadesy (20:1 – 13)<br />• Perjalanan dari Kadesy ke Dataran Moab (20:14 – 22:1)<br />• Penolakan Edom (20:14 – 21)<br />• Kematian Harun, kemenangan atas musuh-musuh (20:22 – 22:1)<br />Di Dataran Moab (22:2 – 32:42)<br />• Bileam dan Balak (22:2 – 24:25)<br />• Kemurtadan di Peor dan hukuman Allah (25)<br />• Sensus kedua (26)<br />• Anak-anak perempuan Zelafehad; hak waris bagi anak-anak perempuan (27:1 – 11)<br />• Yosua ditunjuk untuk menggantikan Musa (27:12 – 23)<br />• Persembahan pada perayaan-perayaan (28 – 30)<br />• Pembalasan atas orang Midian (31)<br />• Warisan suku-suku Trans-Yordan (32)<br />• Hal-hal lain (33 – 36)<br />• Tinjauan perjalanan dari Mesir (33)<br />• Batas-batas tanah orang Israel (34)<br />• Kota-kota orang Lewi (35)<br />• Anak-anak perempuan Zelafehad dan hak waris anak-anak perempuan (36)<br /><br />Makna teologis kitab Bilangan adalah sbb:<br />• Kehadiran Allah<br />Allah menyatakan kehadiran-Nya lewat tiang awan dan api.<br />• Pemeliharaan Allah<br />Pemeliharaan Allah melebihi manna dan burung puyuh.<br />• Kesabaran Allah<br />Kitab ini penuh dengan keluhan bangsa Israel dan Allah menunjukkan kesabaran-Nya.<br />• Syafaat<br />Musa ber-syafaat pada Allah agar mengampuni bangsa Israel.<br />• Allah dan bangsa-bangsa lain<br />Allah Israel adalah Allah yang berkuasa atas ilah-ilah bangsa-bangsa dan berkuasa mengendalikan manusia.<br />• Nubuat agung<br />Bileam bernubuat tentang seorang penguasa yang akan terbit dari Israel untuk membinasakan musuh-musuh mereka. Dari sinilah timbul pengharapan akan seorang Mesias yang akan memerintah dengan kebenaran dan damai sejahtera.<br /><br />Kitab Ulangan<br /> Setelah generasi yang keluar dari Mesir telah meninggal seluruhnya, Israel melanjutkan perjalanan dengan memutar lewat Edom, sampai berkemah di Moab dan menantikan perintah akhir untuk memasuki Kanaan. Pada saat itulah Musa memberikan tiga amanat perpisahannya sbb:<br />Prakata (1:1 – 5)<br />Amanat pertama: Perbuatan Allah (1:6 – 4:40)<br />Amanat kedua: Hukum Allah (4:44 – 11:32)<br />Amanat ketiga: Perjanjian dengan Allah (29 – 30)<br />Kata penutup dan nyanyian Musa (31:1 – 32:47)<br />Kematian Musa (32:48 – 34:12)<br /><br /> Kitab Ulangan memberikan pandangan teologis yang mempengaruhi pemikiran dan kehidupan orang Israel, Yahudi dan Kristen sbb:<br />• Pengakuan iman<br />Ulangan 6:4 – 5 merupakan ringkasan pengakuan iman Israel yang menyatakan keesaan dan keunikan Allah.<br />• Allah yang berkarya<br />Allah menghukum Israel ketika mereka melupakan perintah-Nya, tetapi mengampuni jika mereka berbalik pada-Nya.<br />• Pemilihan Israel<br />Pemilihan Israel sebagai milik-Nya dinyatakan dengan banyak cara oleh Allah.<br />• Perjanjian<br />Dalam perjanjian antara Allah dan manusia, Allah tidak berhutang apapun melainkan manusia yang harus memenuhi syarat-syarat perjanjian itu.<br />• Pengertian tentang dosa<br />Israel banyak melakukan dosa seperti pemberontakan dan sungut-sungut, tetapi dosa terburuk adalah berpaling pada ilah-ilah lain.<br />• Allah dalam sejarah<br />Sesungguhnya Allah telah masuk dan berkarya melalui sejarah manusia.<br /><br />C. Sejarah<br /><br />Sejarah Yang Pertama<br /> Orang Yahudi dalam kanon Ibrani menggolongkan kitab-kitab ini sebagai “Nabi-nabi Terdahulu”, seangkan kanon Yunani menggolongkannya sejarah kitab-kitab “sejarah”. Sebenarnya kitab-kitab itu bukanlah sejarah seperti yang ditulis oleh sejahrawan modern melainkan sejarah yang ditulis dari sudut pandang profetik dengan ciri menggambarkan kuasa Allah atas sejarah dengan karya dan firman-Nya, menonjolkan perbuatan nabi Samuel, Natan, Elia dan Elisa, memperlihatkan tema khas yaitu karya penyelamatan Allah dan penggenapan janji-Nya.<br /><br />Kitab Yosua<br /> Kitab Yosua merupakan lanjutan dari kitab Ulangan. Kitab ini terdiri dari dua bagian besar yaitu tinjauan sekilas tentang pendudukan tanah Kanaan dan gambaran tentang bagaimana tanah itu dibagi di antara kedua belas suku Israel. Strukturnya adalah sbb:<br />• Penugasan kepada Yosua (1:1 – 9)<br />• Memasuki tanah Kanaan (1:10 – 5:12)<br />• Penaklukan tanah Kanaan (5:13 – 12:24)<br />• Pembagian tanah Kanaan (13 – 22)<br />• Hari-hari terakhir Yosua (23 – 24)<br /><br />Pemahaman teologis kitab Yosua adalah sbb:<br />• Allah yang menepati janj<br />Allah menepati janji-Nya pada Abraham untuk memberikan tanah Kanaan kepada keturunannya.<br />• Gagasan perjanjian<br />Hubungan Allah dan Israel merupakan suatu perjanjian.<br />• Sampai pada tempat perhentian<br />Pada akhirnya bangsa Israel mencapai Kanaan dan mendapat tempat perhentian setelah penderitaan di padang gurun dan perang.<br /><br />Kitab Hakim-Hakim<br /> Kitab Hakim-hakim mencatat bahwa Israel hanya berhasil menundukkan sebagian dari musuh-musuhnya karena mereka meninggalkan Allah dan berpaling pada ilah-ilah Kanaan. Yang dimaksud dengan hakim adalah para pemimpin militer atau tokoh pembebas. Pola yang berulang dalam kitab ini adalah Israel melakukan hal yang jahat, Allah mendatangkan suatu bangsa untuk menindas mereka, Israel berseru kepada Allah, Allah membangkitkan seorang hakim, bangsa penindas dikalahkan, amanlah negeri itu. <br /><br />Struktur kitab ini adalah sbb:<br />Ikhtisar penaklukan tanah Kanaan (1:1 – 2:5)<br />Permulaan zaman hakim-hakim (2:6 – 3:31)<br />Debora dan Barak (4 – 5)<br />Gideon (6 – 9)<br />Pemerintahan yang singkat oleh Abimelekh (8:33 – 9:57)<br />Akhir zaman hakim-hakim (10 – 12)<br />Penindasan Filistin dan tindakan Simson (13 – 16)<br />Peristiwa-peristiwa lain pada zaman itu (17 – 21)<br />Pemahaman teologis kitab hakim-hakim adalah:<br />• Allah adalah juruselamat<br />• Pandangan sejarah<br />• Kerajaan <br /><br />Kitab Rut<br /> Kitab ini mengisahkan Rut, orang Moab yang menikah dengan Elimelekh, orang Yehuda. Setelah kematian suaminya, Boas menikahi Rut dan dari kelanjutan garis keluarga ini menjadi pentingkarena Obed menjadi ayah Isai yang memperanakan Daud. Kisah Boas yang menikahi Rut adalah berkaitan dengan perkawinan levirat dan penebusan tanah. Perkawinan levirat (Ul. 25:5 - 10) adalah bila seorang laki-laki meninggal tanpa meninggalkan anak lelaki, maka kewajiban untuk melanjutkan keturunannya terletak pada kerabat terdekatnya. Sedangkan penebusan tanah berarti tanah tidak boleh dijual kepada orang luar dan kerabat terdekat wajib untuk membelinya sehingga tanah itu tetap terpelihara dalam lingkungan keluarga. Kerabat terdekat yang wajib untuk mengawini Rut dan melakukan penebusan tanah ternyata menolak sehingga Boas-lah yang mengambil kewajiban itu. Kisah Rut menunjukkan peranan Allah sebagai penyebab segala sesuatu. Dia bekerja di balik layar melalui motivasi dan peristiwa yang biasa. <br /><br />Berdirinya Kerajaan (1 Samuel 1 – 31)<br /> Kitab Samuel pada mulanya hanya merupakan satu kitab, namun kemudian menjadi dua jilid. Kematian Saul yang tragis menandai pembagian kitab ini. Tradisi Yahudi menyebut Samuel sebagai penulis kitab ini. Pembagian kitab ini adalah sbb:<br />Samuel: imam, nabi, hakim (1 – 7)<br />• Masa kecil Samuel (1 – 3)<br />• Bangsa Filistin dan tabut Tuhan (4 – 7)<br />Samuel dan Saul: peralihan (8 – 15)<br />• Mencari seorang raja (8:1 – 12:25)<br />• Kehebatan militer Saul (13 – 14)<br />• Keputusan Saul yang fatal (15)<br />Daud bergumul dengan Saul (16 – 31)<br />• Daud, kesayangan raja (16 – 20)<br />• Daud dikejar-kejar (21 – 27)<br />• Jatuhnya Saul (28 – 31)<br /><br />Zaman Keemasan Israel (2 Sam 1 – 1 Raj 11)<br /> Kitab ini mencakup durasi sejarah selama kira-kira delapan tahun. Daud dan putranya menempa Israel menjadi kesatuan militer yang mampu menguasai wilayah sekitarnya, sekaligus menjadi pusat perdagangan yang membawa kekayaan dan kejayaan. Para suku yang tidak erat hubungannya, disatukan dalam kerajaan yang kuat. Tema kitab ini adalah sbb:<br />Pemerintahan Daud yang kuat (1 – 8)<br />• Menjadi raja Yehuda di Hebron (2 Sam 1 – 4)<br />• Menjadi raja seluruh Israel di Yerusalem (5 – 8)<br />Putra-putra Daud (9 – 1 Raj. 2)<br />• Kebaikan dan kelemahan Daud (9 – 12)<br />• Ambisi Absalom untuk berkuasa (13 – 18)<br />• Hari-hari terakhir Daud (2 Sam 19 – 1 Raj 2)<br />Salomo dan kemuliaannya (1 Raj. 3 – 11)<br />• Penulisan kitab Raja-raja<br />• Salomo, orang bijak terbesar<br />• Salomo, saudagar dan negarawan<br /><br />Kerajaan Yang Terpecah (1 Raj 12 – 2 Raj 17)<br /> Isi kitab ini adalah sebagai berikut:<br />Pecahnya kerajaan (1 Raj 12 – 14)<br />• Kebijakan Rehabeam yang keras (1 Raj 12:1 – 24)<br />• Yerobeam mendirikan tempat-tempat ibadat yang lain (1 Raj 12:25 – 14:20)<br />• Pergolakan di dalam dan di luar (1 Raj 14:21 – 15:34)<br />• Raja Omri (1 Raj 16)<br />Nabi Elia (1 Raj 17 – 22)<br />• Kemahiran Ahab dalam bidang politik<br />• Perlawanan Izebel terhadap kepercayaan Israel<br />• Pertarungan di gunung Karmel (1 Raj 18)<br />Nabi Elisa (2 Raj 1 – 8)<br />• Nabi Elia dan Elisa<br />• Elisa dan Yoram<br />• Elisa dan orang-orang Aram<br />Kekacauan di Israel Utara (2 Raj 9 – 14)<br />• Atalya dan Yoas<br />• Raja Yerobeam II<br />Hari-hari terakhir Israel (2 Raj 15 – 17)<br />• Uzia, Yotam dan Ahas<br />• Raja Hosea<br /><br />Yehuda Sendiri (2 Raj 18 – 25)<br /> Garis besar kitab ini adalah:<br />Reformasi Hizkia (18 – 20)<br />• Pemberontakan menentang Asyur<br />• Persepakatan dengan Mesir<br />• Tawaran Babel<br />• Serbuan Sanherib<br />Pemberontakan Manasye (21)<br />• Kompromi dengan Asyur<br />• Perselisihan dengan para Nabi<br />Pembaruan oleh Yosia (22:1 – 23:30)<br />• Kitab taurat<br />• Pertempuran dengan Nekho<br />Jatuhnya Yerusalem (23:31 – 25:30)<br />• Dominasi Mesir<br />• Penaklukan oleh Babel<br />• Pemberontakan Zedekia<br />• Pembebasan Yoyakhin<br />Masalah Kronologis<br /> Terdapat banyak data-data tanggal kronologis dalam PL. sebagian data kronologis dapat disesuaikan dengan sistem penanggalan modern dengan mudah, sementara yang lain menimbulkan masalah yang pelik. Sebagai contoh, perbedaan pengertian hari, bulan, dan tahun zaman PL dan masa kini.<br />• Hari<br />Dalam dunia PL, hari dimulai dengan terbenamnya matahari atau dengan munculnya bintang pertama.<br />• Bulan<br />Sistem penanggalan PL menggunakan dasar bulan (bulan lunar dengan jumlah hari 29 atau 30). Penanggalan masa kini menggunakan dasar matahari (bulan solar dengan jumlah hari 30 atau 31 hari).<br />• Tahun<br />Penghitungan tahun mengikuti peralihan musim yang pada gilirannya ditentukan oleh siklus matahari sebanyak 365, 25 hari. Tetapi bulan lunar yang diperoleh dari siklus bulan dan tahun-tahun menurut siklus matahari tidak dapat dicocokkan dengan tepat.<br />• Penyisipan<br />Untuk menyesuaikan tahun lunar dengan tahun matahari diperlukan penyisipan sebanyak 7 kali dalam 19 tahun.<br />• Tahun umum dan tahun agama<br />Orang Yahudi menandai tahun baru secara agama pada bulan Nisan dan perayaan tahun baru pada bulan Tisyri.<br />• Tahun naik tahta dan tahun non-naik tahta<br />Penghitungan tahun sesuai dengan naik tahtanya seorang raja dapat menimbulkan penafsiran yang salah. Misalnya seorang raja naik tahta pada tanggal 20 Agustus dan tahun pertama dapat dianggap dimulai pada tanggal 20 Agustus itu atau pada tahun Tisyri misalnya 20 September. <br /><br />Sudut Pandang Kitab Tawarikh<br /> Kitab Tawarikh mencatat ulang sejarah yang dicatat dalam kitab Samuel dan Raja-raja dengan warnanya sendiri yang segar dan khusus, dan memberi bahan yang kaya bagi pemikiran teologis. Ada empat bagian pokok dari kita ini yaitu:<br />• Silsilah dari Adam sampai Daud (1 Taw 1 – 9)<br />• Pemerintahan Daud (1 Taw 10 – 29)<br />• Pemerintahan Salomo (2 Taw 1 – 9)<br />• Pemerintahan raja-raja keturunan Daud (2 Taw 10 – 36)<br /><br />Dari sudut pandang teologis, kitab ini mempunyai banyak segi, misalnya:<br />• Menekankan karya Allah yang langsung. kemenangan atau kekalahan dalam perang tergantung pada kehendak Allah.<br />• Menyatakan kebenaran mengangkat derajat bangsa.<br />• Menggaris-bawahi penekanan teologisnya atas otoritas KItab Suci.<br />• Perhatian pada tempat ibadat, peribadatan, dan orang Lewi sebagai petugasnya.<br /><br />Kitab Ezra-Nehemi<br /> Secara kronologis kitab ini merupakan lanjutan dari kitab Tawarikh. Nama dedua kitab ini diambil dari nama tokohnya masing-masing. Kedua kitab ini mengkisahkan peristiwa-peristiwa dari dua kurun waktu yang berbeda dalam pemulihan Israel ke negeri perjanjian setelah pembuangan, yaitu:<br />• Kembalinya mereka dari pembuangan dan pembangunan kembali Rumah Allah tahun 538 – 516 S.M. (Ezra 1 – 6)<br />• Pekerjaan para pemimpin menata kembali kehidupan mereka secara religius (Ezra) maupun secara fisik (Nehemia) tahun 458 – 420 S.M. (Ezra 7 – Neh 13).<br />Secara sepintas peristiwa jatuhnya Yerusalem dan peristiwa pembuangan ke Babel memadamkan janji Allah yang telah memilih Israel selama-lamanya sebagai tahta-Nya di bumi dan janji dinasti yang kekal kepada Daud. Tetapi Ezra maupun Nehemia menafsirkan peristiwa ini sebagai hukuman Allah bagi dosa Israel yang telah jauh dari memenuhi kewajiban-kewajiban perjanjian dari Allah. Dengan demikian, malapetaka ini bukan sebuah kontradiksi melainkan sebuah pembenaran (penyucian) iman Israel. Ketika Ezra dan Nehemia meyelesaikan tugasnya menjelang akhir abad berikutnya, masyarakat Israel telah berdiri kokoh secara fisik maupun keagamaan. Ezra melakasnakan pembangunan kerohanian dan Nehemia memantapkan kondisi fisiknya.<br />Kitab Ester<br /> Kitab Ester adalah satu-satunya kitab yang tidak menyebut nama Allah atau YHWH dalam teks Ibraninya. Kitab ini mengkisahkan perkawinan antara Ester, seorang perempuan Yahudi dan raja Persia, Ahasyweros (mungkin Xerxes I, 485 – 465 S.M.). haman yang mempunyai dendam pada paman Ester, Mordekhai, berencana untuk memusnahkan bangsa Israel. Melalui campur tangan kuasa Allah, Ester akhirnya dapat mementahkan rencana jahat Haman bahkan Haman sendiri di hukum mati oleh raja dan Mordekhai menjadi “orang kedua” setelah raja. Peristiwa ini diperingati bangsa Israel sebagai hari raya Purim.<br /> Meskipun kitab ini sama sekali tidak menyebut nama Allah, kuasa pemeliharaan Allah pada bangsa Israel sangatlah jelas. Mengingat kuasa Persia pada waktu itu meliputi India sampai Etiophia, hampir seluruh Asia Kecil, Siria, Palestina dan negara-negara yang lain, maka rencana pemusnahan itu berlaku bagi hampir seluruh orang Yahudi di dunia. Jadi selain pemeliharaan Allah yang setia pada janji-Nya, kitab ini juga menyatakan bahwa umat Allah dapat dan akan menjadi sasaran penganiayaan oleh dunia walau pertolongan dan kelepasan dari Allah akan muncul.<br /><br />Analisa Buku<br /><br />Kekuatan Buku<br />1. Penulis memberikan latar belakang dunia Perjanjian Lama secara lengkap dan komprehensif.<br />2. Buku ini disajikan secara sistematis dan memiliki alur yang baik.<br />3. Walaupun agak rumit, buku ini tidak terlalu sulit untuk dipahami.<br />4. Memberikan pandangan-pandangan yang berbeda dari beberapa ahli walau akhirnya penulis menyatakan pendapatnya sendiri.<br /><br />Kelemahan Buku<br />1. Kadang-kadang pembahasan materi terlalu panjang dan bertele-tele.<br />2. Diperlukan usaha keras dan waktu yang panjang untuk membaca dan memahami buku ini karena tebal.<br /><br /><br /><br /><br />Hal-hal Baru<br />1. Pembahasan latar belakang, sejarah, geografi dunia Perjanjian Lama sangat mengesankan. Pembahasan itu memberikan pengertian yang baru bagi saya. Misalnya dengan mengerti keadaan geografis Israel, saya lebih mengerti mengapa mereka sering jatuh dalam penyembahan kepada Baal.<br /><br />Saran<br />1. Sebelum mempelajari buku ini, sebaiknya mempelajari buku sejenis yang lebih singkat. Tanpa pengetahuan yang memadai, sulit untuk memahami buku ini.<br /><br />Penutup<br /> Pemahaman yang mendalam tentang Perjanjian Lama merupakan modal berharga bagi setiap hamba Tuhan. Buku ini memberikan pemahaman yang mendalam akan Perjanjian Lama. Inilah buku yang tepat bagi pembelajar serius Perjanjian Lama. Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-61965369100073619662010-08-04T08:42:00.001+07:002010-08-04T08:42:51.446+07:00Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian LamaPendahuluan<br /> Pdt. Denis Green LL.B, B.D. adalah mantan dosen di SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara) di kota Malang. Beliau mengajar mata kuliah Pengantar Perjanjian Lama. Buku ini dahulunya disiapkan sebagai buku ajar di SAAT sebelumnya akhirnya diterbitkan oleh Gandum Mas. Buku ini dibagi menjadi menjadi tujuh bab yang memberikan pengantar akan Perjanjian Lama.<br /><br />Bab I : Latar Belakang<br /> Ada beberapa pendapat mengenai penentuan zaman Adam, yaitu antara tahun 4.000 SM sampai 5.000 SM, sekitar 150.000 tahun SM, sampai 500.000 tahun SM, dan setelah tahun 5.000 SM. Sampai sekarang para sarjana belum mencapai konsensus tentang teori-teori di atas. Demikian juga belum ada kesepakatan bersama mengenai waktu air bah dan menara Babel. Sebuah prinsip yang penting adalah Alkitab bukanlah kitab yang dimaksudkan menjadi kitab sejarah manusia melainkan mencatat kejadian-kejadian penting tindakan Allah terhadap manusia.<br /> Perkiraan waktu zaman para Patriarkh adalah tahun 2000-1400 SM. Sedangkan peristiwa Keluaran terjadi kira-kira tahun 1450 SM, zaman Hakim-Hakim 1400-1050 SM, zaman kerajaan bersatu 1050--931 SM, zaman kerajaan terpisah 930-586 SM, zaman pembuangan di Babel (sesudah tahun 587 SM) dan kembali ke Israel kira-kira tahun 538 SM. <br /> Penulisan Perjanjian Lama mempunyai berbagai jenis sastra, bahasa, dan gaya penulisan yaitu Prosa biasa, termasuk juga silsilah-silsilah, Prosa gaya cerita, kebanyakan catatan/riwayat historis, Puisi, Catatan-catatan hukum, Nasihat, Syair dan Amsal, dan Nubuat.<br /> Perkembangan agama bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama menunjukkan bahwa pada zaman Patriarkh, agama orang Ibrani sudah bercorak monolatri (penyembahan kepada satu Allah). Pada zaman Musa monoteisme ditegakkan (kepercayaan kepada satu Allah). Pada perkembangan berikutnya bangsa Israel mulai dipengaruhi politeisme yang mencapai puncaknya pada zaman kerajaan. Baru setelah masa pembuangan ke Babel, monoteisme menjadi corak agama Yudaisme sampai sekarang. Pada zaman Patriarkh upaca sunat merupakan tanda masuknya manusia dalam hubungan perjanjian dengan Tuhan. Sedangkan pada zaman Musa-lah Tuhan menyatakan nama-Nya (YHWH) kepada bangsa Israel yang dilanjutkan dengan perjanjian di Gunung Sinai. <br /> Hari-hari besar bagi bangsa Israel adalah Hari Raya Paskah dan Roti Tidak Beragi (hari ke-14 bulan pertama selama satu minggu), Hari Raya Menuai (50 hari setelah Paskah), Hari Raya Pondok Daun (September/Oktober), Hari Sabat, Bulan Baru, Tahun Sabat, Hari Raya Pendamaian (hari ke-10 dalam bulan ketujuh), dan Hasil Pertama pada bulan April.<br /><br />Bab II: Pentateuch<br /> Kitab Pentateukh adalah kitab yang banyak dipermasalahkan penulisannya. Pendapat tradisional bahwa Musa adalah penulisnya mulai diragukan beberapa sarjana. Mereka adalah Spinoza (1650), Asturk (1735), Eichorn (1780-an), Graf (1853, dengan teori JEDP-nya), Wellhausen (1876), dsb. Semua keberatan di atas dapat diselesaikan dengan penafsiran Alkitab secara benar.<br />Isi Pentateukh secara ringkas adalah sbb:<br />• Kejadian: Penciptaan dan kejatuhan manusia dan sejarah manusia dari Adam sampai Yusuf.<br />• Keluaran: Pelepasan dari Mesir.<br />• Imamat: Penjelasan-penjelasan tentang tata cara ibadah.<br />• Bilangan: Sejarah perjalanan dari Sinai ke dataran Moab.<br />• Ulangan: ikhtisar hukum Taurat.<br /><br />Empat Tema Pokok Pentateukh adalah hal Pemilihan, Perjanjian, Hukum, dan Keluaran. <br /><br />Kejadian<br /> Nama Kejadian artinya adalah “pada mulanya”. Kitab ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu bagian pendahuluan (pasal 1-11) mengisahkan sejarah manusia secara umum selama beberapa ribu tahun dan bagian biografis (pasal 12--50) yang menyoroti Abraham dan keturunannya.<br /> Ajaran kitab Kejadian adalah Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Raja atas alam semesta, penciptaan dunia adalah karya Allah, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dosa membuat hubungan manusia dengan Allah terputus, janji keselamatan diberikan Allah pada pasal 3:15, dan tema pemilihan dan perjanjian.<br /><br />Keluaran<br /> Kitab Keluaran adalah sambungan kitab kejadian yang menerangkan hal hukum. Keluaran mencatat sejarah perbudakan bangsa Israel di Mesir (pasal 1--12), pelepasan mereka dari Mesir (pasal 13-18), dan orang Israel di gunung Sinai (pasal 19--40). <br /> Peristiwa-peristiwa penting kitab Keluaran adalah penyataan Allah YHWH yang mengikatkan Diri pada manusia, Paskah pertama, pemberian hukum di gunung Sinai, dan pendirian Kemah Suci. <br /><br />Imamat<br /> Kitab Imamat artinya “Kitab untuk orang Lewi”. Tetapi sebenarnya dimaksudkan bagi mereka yang mengambil bagian aktif dalam pelayanan sebagai imam. Tujuan langsung kitab ini untuk menjelaskan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang diwajibkan sebagai pedoman hidup bangsa Israel. <br /> Susunan kitab Imamat adalah sebagai berikut: Peraturan-peraturan tentang persembahan korban (pasal 1—7), Pelantikan Imamat (pasal 8—10), Undang-undang (pasal 11--22), Hari-hari Raya (pasal 23), dan Peraturan lain-lain (pasal 24—27). Sedangkan ajaran kitab ini adalah tentang Allah sebagai Tuhan yang Mahakuasa, hadir di tengah umat-Nya, dan Mahakudus, menekankan sekali upacara-upacara ibadah, mengajarkan persembahan korban sebagai pendamaian dosa, dan undang-undang umum yang menunjukkan segala aspek hidup Israel ada di bawah pengamatan Tuhan.<br /><br />Bilangan<br /> Kitab Bilangan menggabungkan hal-hal sejarah dengan peraturan-peraturan hukum. Kitab ini mengisahkan persiapan untuk berangkat dari Sinai (pasal 1—10:10), perjalanan bangsa Israel dari Sinai ke perbatasan tanah Kanaan di Kadesy-Barnea (pasal 10:10—14:45). Kemudian kembali mengembara selama kira-kira 40 tahun di padang gurun sampai tiba di dataran Moab (pasal 15—27), dan kejadian-kejadian di dataran Moab di mana sekali lagi mereka bersiap untuk masuk ke Kanaan (pasal 22—36). <br /> Ajaran kitab Bilangan adalah Allah yang mengatur kehidupan umat-Nya, Dia suci ada-Nya, memimpin umat-Nya dengan cara yang jelas, adil, Mahasetia, dosa digambarkan melalui mencobai Tuhan dan tidak percaya kepada-Nya, Tuhan menguji umat-Nya agar bersandar pada-Nya, menunjuk pada Mesias yang akan datang, dan memberikan gambaran kehidupan sebagian orang kristen.<br /><br />Ulangan<br /> Tujuan kitab Ulangan adalah mempersiapkan bangsa Israel untuk masuk ke Kanaan bersama pemimpin baru, Yosua. Musa mengumpulkan mereka dan menyampaikan beberapa khotbah. Khotbah pertama (pasal 1:1—4:43) mengingatkan apa yang telah diperbuat Allah, khotbah kedua (pasal 4:44—26:19) tentang hukum Allah, khotbah ketiga (pasal 27—30) berupa pembaharuan perjanjian dengan Allah, dan pasal 31—34 menyampaikan kejadian-kejadian akhir sampai meninggalnya Musa. <br /> Ajaran kitab Ulangan adalah tentang Allah, Umat Allah, dan Penyembahan. Allah adalah Yahweh yang membuat perjanjian dengan umat-Nya dan Dia bertindak dalam sejarah bangsa Israel. Umat Allah dipilih karena kasih Allah dan janji-Nya kepada nenek moyang mereka dan dikuduskan (dikhususkan). Walupun demikian, ketaatan pada hukum adalh cara umat membalas kasih Tuhan. penyembahan yang dimaksud di kitab ini adalah berupa penyembahan yang bersifat rohani dan pribadi.<br /><br />Bab III: Kitab-Kitab Sejarah<br /> Periode sejarah yang dikisahkan dalam kitab-kitab sejarah dimulai pada saat bangsa israel masuk ke Kanaan dan berakhir pada pertengahan masa pembuangan di Babel (kira-kira tahun 1400 s/d 550 SM). Dalam riwayat sejarah dapat dibedakan empat pokok besar yaitu hal kerajaan, Firman yang disampaikan oleh para nabi, Bait Suci di Yerusalem, dan hal ibadah.<br /><br />Yosua<br /> Menurut tradisi Yahudi, penulis sebagian besar kitab ini adalah Yosua sendiri. kitab ini mengkisahkan sejarah Israel mulai dari kematian Musa, penaklukan Kanaan, sampai kematian Yosua. Perintah Tuhan untuk menaklukan dan melenyapkan bangsa Kanaan merupakan tugas bagi bangsa Israel untuk menghukum bangsa itu (Ul. 9:4) dan untuk menjaga kemurnian iman bangsa Israel.<br /> Susunan kitab Yosua adalah sebagai berikut: Masuk ke Kanaan (pasal 1--5), Penaklukan Kanaan (pasal 6—12), Kanaan di bagi-bagi (pasal 13—22), dan perpisahan dengan Yosua (pasal 23—24). Sedangkan ajaran dalam kitab Yosua adalah tentang kesetiaan Tuhan akan janji-Nya kepada bangsa Israel, kekudusan Tuhan yang ditunjukkan melalui penghukuman-Nya atas penduduk Kanaan, dan keselamatan yang dari Tuhan.<br /><br />Hakim-Hakim<br /> Hakim adalah seorang yang diangkat oleh Tuhan untuk memimpin umat-Nya agar hidup berpadanan dengan perintah-Nya dan mnelepaskan mereka dari penindasan musuh. Riwayat hakim-hakim meliputi periode setelah kematian Yosua dan pemunculan Samuel (1375 s/d 1050 S.M.). Sejarah ini mempunyai pola tetap yaitu Israel meninggalkan Tuhan untuk mengikuti allah-allah lain sehingga Tuhan membiarkan mereka menderita di bawah penguasaan bangsa-bangsa Kanaan. Israel memohonkan pertolongan Tuhan, Tuhan mengangkat seorang hakim untuk melepaskan mereka dari penjajah, Israel berbuat baik sampai hakim itu mati dan kemudian jatuh lagi dalam ketidak-setiaan.<br /> Susunan kitab Hakim-Hakim terdiri dari pendahuluan (pasal 1:1—2:5), kisah hakim-hakim Israel (pasal 2:6—16:31), dan tambahan yang terdiri dari kemunduran dalam ibadah (pasal 17—18) dan kemunduran moral (pasal 19—21). Sedangkan ajaran dari kitab ini adalah meinggalkan Tuhan mengakibatkan penyembahan berhala, dosa dan kekalahan dan dosa pasti dihukum Tuhan.<br /><br />Rut<br /> Kitab ini mengisahkan tentang perkawinan Rut, perempuan Moab dan Boas, seorang Israel. Dari keturunan mereka kelak akan lahir raja Daud dan Yesus. Inti ajaran kitab ini adalah Allah tidak membatasi keselamatan pada satu bangsa saja dan penyerahan diri kepada Tuhan menuntut pengorbanan diri.<br /><br />1 & 2 Samuel<br /> Kitab 1 & 2 Samuel mengisahkan sejarah Israel sejak akhir masa Hakim-hakim sampai tahun-tahun akhir raja Daud (tahun 1075 s/d 970 S.M.). di sini dijelaskan mengapa bangsa Israel memilih pemerintahan kerajaan dari pemerintahan teokrasi sebelumnya. Susunan kitab ini adalah pelayanan nabi Samuel (1 Sam. 1—12), pemerintahan Saul ( 1 Sam. 13—31), dan pemerintahan Daud (2 Sam. 1—24). Tiga tokoh kitab ini adalah Daud, Saul, dan Samuel. Samuel seorang nabi besar yang sangat jujur (12:3-5) dan terbiasa berdoa. Saul adalah raja pertama Israel yang berangsur-angsur mengalami kemunduran sehingga akhirnya ditolak Tuhan. Daud, raja kedua Israel adalah seorang yang berkenan di hadapan Tuhan walaupun pernah berdosa dengan berzinah, akhirnya bertobat.<br /><br />1 & 2 Raja-Raja<br /> Tujuan kitab ini adalah menceritakan sejarah umat Allah dari akhir pemerintahan Daud (970 S.M.), melalui masa kemakmuran Salomo, perpecahan Israel dari Yehuda, sampai keruntuhan Kerajaan Utara tahun 722 S.M. dan permulaan masa pembuangan. Pembagian pasalnya adalah sbb: Masa pemerintahan Salomo (1—11), Kerajaan terpisah (1 Raj.—2 raj. 17), dan Kerajaan Yehuda sampai pembuangan (2 Raj. 18—25). <br /><br />1 & 2 Tawarikh<br /> Selain bertujuan untuk mencacat sejarah Israel, kitab ini juga menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan Bait Suci, ibadahnya dan kejadian lain yang meningkatkan kehidupan keagamaan Israel. Kitab ini ditulis berdasarkan titik pandang seorang imam, berbeda dengan kitab samuel dan Raja-Raja yang bertitik tolak dari pandangan seorang nabi. Kitab ini mulai ditulis sesudah masa pembuangan berupa silsilah-silsilah (1 Taw. 1—9), masa pemerintahan Daud (1 Taw. 10—29), masa pemerintahan Salomo ( 2 Taw. 1—9), dan raja-raja Yehuda (2 Taw. 10—36). Penekanan kitab ini adalah tentang ibadah yang sejati dan pembaruan setelah masa kemurtadan yang berujung pada pembuangan.<br /><br />Ezra—Nehemia<br /> Kerajaan Babel dikalahkan oleh Media-Persia pada tahun 539 S.M. di bawah raja Koresy. Koresy bertindak lunak pada bangsa Israel dengan mengizinkan otonomi lokal dan mengizinkan mereka untuk pulang. Ezra adalah pemimpin bidang moral dan agama, sedangkan Nehemia pemimpin dalam bidang politik. Susunan kitab ini adalah sbb: pemngembalian rombongan yang dipimpin oleh Sesbazar (Ezra 1—4), pengembalian rombongan yang dipimpin oleh Zerubabel (Ezra 5—6), pengembalian rombongan yang dipimpin oleh Ezra (Ezra 7—10), Nehemia kembali ke Yerusalem (Neh. 1—2), pembangunan tembok kota (Neh. 3—7:4), kejadian-kejadian lain waktu kunjungan Nehemia yang pertama (Neh. 7:5—13:3), kunjungan Nehemia yang kedua (Neh. 13:4—31). Beberapa ajaran pokoknya adalah Tuhan selalu menepati janji-Nya, belajar dari kesalahan dan dosa masa lalu, hamba Tuhan yang ingin berhasil harus bersandar pada iman, berdoa, tekun dan bertanggung-jawab dalam pekerjaannya.<br /><br />Ester<br /> Penulis kitab Ester tidak diketahui sedang waktu penulisannya diperkirakan sekitar tahun 450—400 S.M. Adapun susunan kitab itu terdiri dari dua bagian besar yaitu bahaya yang dahsyat (1—5) dan penyelamatan yang ajaib (6—10). Tujuan penulisan kitab ini untuk menunjukkan Allah berkuasa menyelamatkan bangsa Israel dari kepunahan, manusia mempunyai tanggung jawab untuk melakukan bagiannya, menunjukkan kesia-siaan kepercayaan pada takhayul, dan menjelaskan asal mula hari raya Purim.<br /><br />Bab IV: Kitab-Kitab Syair<br /> Dari lima kitab syair, hanya Kidung Agung yang tidak mengandung tulisan-tulisan “hikmat”. Tulisan hikmat adalah hasil renungan dan pengalaman penulisnya. Prinsip kebenaran tidak diberikan secara langsung melainkan harus disimpulkan sendiri oleh pembacanya. Salah satu ciri syair Ibrani yang paling menonjol adalah parallelisme (penggabungan ide). Parallelisme dibagi menjadi dua bagian besar:<br />1. Parallelisme lengkap, di mana setiap kata dalam baris pertama diimbangi oleh kata yang sejajar dalam baris kedua (Yes. 1:3; Maz. 83:15).<br />2. Parallelisme tidak lengkap, yang dibagi menjadi jenis di mana sebagian baris kedua sejajar dengan baris pertama (Maz. 59:17) dan jenis di mana pada baris kedua disisipkan sebuah kata yang tidak mempunyai kata yang sejajar pada baris pertama (Maz. 75:7).<br /><br />Ayub<br /> Susunan kitab Ayub adalah penderitaan Ayub (1—2), perdebatan antara Ayub dengan kawan-kawannya (3—31), pembicaraan Elihu (32—37), jawaban Tuhan pada Ayub (38—42:6), dan pemulihan keadaan Ayub (452:7—17). Sedangkan ajaran kitab ini adalah pencobaan dan penderitaan tidak hanya disebabkan oleh keadaan hidup, lingkungan, orang lain, atau diri sendiri melainkan iblis juga berusaha menjatuhkan orang saleh; dosa manusia terbesar adalah kesombongan; salah satu penyebab penderitaan adalah dosa manusia (walau ada sebab-sebab lain). Kadang Tuhan mengizinkan anak-anak-Nya menderita untuk menguatkan iman; iblis adalah pendusta; Allah Mahakuasa dan berdaulat; Ayub menjadi gambaran Yesus.<br /><br />Mazmur<br /> Kitab Mazmur adalah kumpulan nyanyian dari beberapa orang. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima bagian yaitu bagian pertama (1—41), bagian kedua (42—72), bagian ketiga (73—89), bagian keempat (90—106), bagian kelima (107--150). Mazmur sendiri terdiri dari beberapa golongan yaitu mazmur doa (17,25,43,86,88), puji-pujian 33,47,95, dsb), pertobatan(32,38,51), doa syafaat (77,80,122), pengakuan iman(19,93,96,99,104), khotbah (78,112,113,119), kutuk (35,58,59,109), problem moral (49,73), dan Mazmur Mesianik (22,45,110). Sedangkan tema-tema pokoknya adalah tentang Allah, kutuk atas musuh, hidup sesudah mati, dan ajaran tentang Mesias,<br /><br />Amsal<br /> Arti dari Amsal adalah melambangkan atau menyerupai. Kitab Amsal berisi ucapan hikmat dari guru-guru yang ingin menerapkan prinsip-prinsip hukum Allah dalam hidup manusia. Jadi Amsal pada dasarnya adalah perumpamaan dari manusia sehingga walaupun pada umumnya benar, tetapi tidak selalu benar.<br /> Susunan kitab Amsal adalah: pendahuluan (1:1—7); ajaran tentang hikmat (1:8—9:18); kumpulan Amsal salomo pertama (10:1—22:16); perkataan orang bijak (22:17—24:16); kumpulan Amsal Salomo kedua (25—29); perkataan Agur (30); perkataan Lemuel (31:1-9); lampiran: istri yang sempurna (31:10-31). Sedangkan ajaran pokok Amsal adalah tentang takut akan Allah, nasihat hikmat dsb.<br /><br />Pengkhotbah<br /> Maksud dari kitab pengkhotbah adalah mencari arti kehidupan. Tujuan kitab ini adalah menghancurkan ketergantungan manusia pada dunia materiil dan hanya bergantung pada Allah saja. Susunan dari kitab Pengkhotbah adalah sbb: pendahuluan (1:1-11); kesia-siaan segala sesuatu (1:12—6:12); kelakuan yang bijaksana (7:1—12:8); penutup (12:9-14).<br />Kidung Agung<br /> Kitab Kidung Agung menekankan akan hal cinta kasih. Selama berabad-abad kitab ini ditafsirkan sebagai kiasan mengenai cinta kasih Kristus akan gereja-Nya. Sementara ada pendapat bahwa kitab ini seharusnya ditafsirkan secara harafiah. Dengan demikian tujuan kitab ini menunjukkan kebaikan dan keindahan aspek cinta kasih yang sejati antara pria dan wanita. <br /><br />Bab V: Pengantar Kitab-Kitab Para Nabi<br /> Tulisan nubuat terdapat dalam seluruh Perjanjian Lama, bahkan di seluruh Alkitab. Musa diakui sebagai nabi pertama dan menjadi teladan bagi nabi-nabi yang berikutnya. Dari satu segi kelihatannya nabi mempunyai kuasa untuk merubah sejarah menurut rencana Allah. Sebenarnya hal ini harus dilihat sebagai Allah memakai sejarah dalam melaksanakan kehendak-Nya.<br /> Arti dari nubuat adalah suatu penyingkapan melalui manusia, yang memakai kata-kata lisan atau tertulis untuk menyampaikan penyataan tentang Allah dan menerangkan kehendak-Nya kepada manusia. Dalam arti yang lebih luas, benda, kejadian, dan adat dapat juga merupakan nubuat secara simbolis. Misalnya ular tembaga dapat ditafsirkan sebagai nubuat akan salib. <br />Jabatan Nabi<br /> Pada mulanya jabatan nabi dilaksanakan oleh para imam dari suku Lewi. Tetapi dalam perkembangannya, Tuhan membangkitkan jabatan nabi tidak hanya berasal dari suku Lewi saja melainkan juga dari suku-suku yang lain. Karakteristik seorang yang menjabat sebagai nabi adalah mempunyai hubungan istimewa dengan Tuhan sebagai orang yang terpanggil dan berhak untuk berbicara atau bertindak atas nama Allah; kesetiaan utamanya hanya kepada Tuhan; dan tidak akan tertipu oleh apa yang terlihat oleh mata lahiriah.<br />Fungsi Nubuat dan Nabi dalam masyarakat Yahudi<br />1. Mendorong umat Allah agar bersandar pada rahmat dan kuasa Tuhan saja.<br />2. Mengingatkan umat Allah bahwa berkat dan keselamatan tergantung pada kesetiaan mereka dalam melaksanakan kewajiban perjanjian dengan Tuhan.<br />3. Menghibur umat Allah tentang masa depannya.<br />4. Nubuat merupakan semacam materai atas kewibawaan Firman Tuhan melalui nubuat yang digenapi.<br /><br />Skema pelayanan para nabi<br />1. Periode kemerosotan sebelum pembuangan:<br />• Abad ke-9 S.M. : Yoel (?), Obaja (?)<br />• Abad ke-8 S.M. : Hosea, Amos, Yunus, Yesaya, Mikha<br />• Abad ke-7 S.M. : Bahum, Zefanya, Yeremia, Habakuk<br />2. Periode pembuangan:<br />• Abad ke-6 S.M. : Daniel, Yehezkiel, Obaja (?)<br />3. Periode pasca pembuangan:<br />• Abab ke-6 s/d ke-5 S.M. : Hagai, Zakharia, Maleakhi, Obaja (?)<br /><br />Mereka bernubuat kepada:<br />• Kerajaan Israel: Amos, Hosea<br />• Kerajaan Yehuda: Yoel, Mikha, Zefanya, Habakuk, Yeremia, Hagai, Zakharia, Maleakhi<br />• Babel (orang Yahudi di pembuangan): Daniel, Yehezkiel<br />• Niniwe: Yunus, Nahum<br />• Edom: Obaja<br /><br />Bab VI: Nabi-Nabi Besar<br /><br />Yesaya<br /> Nabi Yesaya hidup dalam masa yang genting bagi bangsa Israel pada abad ke-8 S.M. Yesaya menyaksikan kajatuhan dan hilangnya 10 suku yang merupakan Kerajaan Utara. Yesaya terpanggil menjadi nabi pada tahun matinya raja Uzia (6:1), yaitu kira-kira tahun 740 S.M. Kerajaan Yehuda mengalami kemakmuran pada masa raja Uzia dan Yotam. Namun pada masa raja Ahaz, kerajaan Yehuda dijajah oleh Asyur dan kerajaan Israel runtuh pada tahun 722 S.M. <br /> Susunan kitab Yesaya adalah sbb: penghukuman Allah (1—35); peranan Yesaya pada zaman raja Hizkia (36—39); pembebasan dan pemulihan umat Allah (40—66). Sedangkan ajaran kitab ini adalah sangat menkankan kekudusan Allah; penghukuman Tuhan bagi bangsa Israel dan bangsa-bangsa kafir; menyhatakan konsep keselamatan bagi sisa bangsa Israel yang masih setia; mengajarkan syarat-syarat untuk penebusan Israel. <br />Yeremia<br /> Yeremia adalah seorang keturunan imam. Masa pelayanannya meliputi 40 tahun dengan lima orang raja (Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia). Kerajaan Yehuda dikuasai Mesir pada pemerintahan raja Yosia (609 S.M.). empat tahun kemudian Mesir dikalahkan Nebukadnezar, raja Babel. Akibat pemberontakan Yehuda, Yerusalem ditaklukkan dan sebagian pemimpinnya dibuang ke Babel. Sepuluh tahun kemudian, kerajaan Yehuda memberontak sehingga sekali lagi Yerusalem diserang dan diruntuhkan tentara Babel. Sebagian besar warga Yehuda dibuang ke Babel. Selama itu pula Yeremia mencela tindakan raja Yehuda tetapi tidak didengar.<br /> Susunan kitab ini adalah sbb: panggilan dan berita Yeremia (1—18); Yeremia menghadapi pemimpin-pemimpin Yehuda (19—29); pengharapan akan pemulihan (30—33); keruntuhan kerajaan Yehuda (34—39); nubuat-nubuat tentang bangsa kafir (46—51); kesudahan kerajaan Yehuda (52). <br /><br />Ratapan<br /> Kitab Ratapan ditulis sekitar tahun 580 s/d 550 S.M., tidak lama setelah keruntuhan kerajaan Yehuda. Kitab ini melukiskan pergumulan dan reaksi orang Yahudi terhadap penderitaan dan hukuman mereka. Hasil penyelidikan mereka kemudian dicurahkan kepada tuhan dalam doa. Mereka sadar bahwa Allah adil dan mereka layak dihukum karena berdosa pada-Nya.<br /> Susunan kitab ini adalah sbb: ratapan pertama (1:1—22); ratapan kedua (2:1—22); ratapan ketiga (3:1—66); ratapan keempat (4:1—22); ratapan kelima (5:1—22).<br /><br />Yehezkiel<br /> Nabi Yehezkiel adalah penulis kitab ini. Kitab ini ditulis mulai tahun kelima masa pembuangan (593 S.M.) sampai dengan tahun ke-27. Susunan kitab ini adalah dosa Israel dan penghukuman Tuhan (1—24); nubuatan-nubuatan terhadap bangsa kafir (25—32); pemulihan Israel (33—48).<br /> Ada tiga ajaran kitab ini yaitu mengenai Allah, manusia dan bangsa. Yehezkiel memberikan pengertian baru tentang sifat Allah yaitu Allah yang dekat kepada manusia dalam hidup dan sekaligus Allah yang “transenden”. Dalam hal manusia, Yehezkiel menekankan tanggung-jawab perorangan. Terhadap bangsa, Yehezkiel mengajarkan bahwa sifat kekudusan Allah merupakan jaminan akan pemulihan Israel.<br /><br />Daniel<br /> Pendapat tradisional mengatakan bahwa Daniel adalah penulis kitab ini. Tujuan utama kitab ini adalah untuk menegaskan kebenaran bahwa walupun umat Allah sering diperlakukan buruk oleh kekuasaan duniawi, namun Tuhan-lah yang berkuasa dan berdaulat serta menentukan sejarah setiap orang dan bangsa. Selainitu ada juga ajaran tentang kebangkitan, kuasa doa bersama, dan pengajaran tentang malaikat dan kuasa rohani yang berjuang untuk menguasai dunia.<br /> Susunan kitab ini adalah cerita-cerita historis berhubungan dengan Daniel dan kawan-kawannya (1—6); penglihatan-penglihatan daniel tentang waktu-waktu yang akan datang (7—12).<br /><br />Bab VII: Nabi-Nabi Kecil<br /> <br />Hosea<br /> Pelayanan Hosea paling sedikit selama 30 tahun, mungkin dimulai pada akhir pemerintahan Yerobeam II (782 s/d 753 S.M.) dan berakhir pada keruntuhan Samaria pada tahun 722 S.M. Keadaan waktu itu adalah bangsa Israel sudah jauh dari ibadah yang murni. Penyembahan kepada berhala dan upacara yang disertai percabulan menjadi hal yang biasa.<br /> Susunan kitab ini adalah mengenai hubungan Israel dengan Allah (1—3); dosa mengakibatkan penghukuman (4—10); keseganan Allah untuk menghukum umat-Nya (11—14:1); pertobatan mengakibatkan berkat (14:2—10). Dengan demikian, ajaran kitab ini adalah mengenai perjanjian Allah dan Israel yang digambarkan seperti hubungan perkawinan; dosa mengakibatkan penghukuman; dosa disebabkan mereka kurang mengenal Allah dan kekudusan-Nya; bagi yang bertobat, ada pemulihan dari Tuhan.<br /><br />Yoel<br /> Yoel berarti “Yehowah adalah Allahku”. Peristiwa yang mendasari pelayanan Yoel adalah beberapa bencana alam. Yoel menafsirkan hal itu sebagai tanda murka Allah yang mendorong umat-Nya kepada pertobatan.<br /> Susunan kitab ini adalah tentang bencana alam (1:1—20); wabah belalang sebagai lambang (2:1—27); hari-hari terakhir (2:28—3:21). Ajaran kitab ini adalah bahwa pertobatan harus sungguh-sungguh; keselamatan dari iman dan anugerah; tanda-tanda yang menyertai hari Tuhan.<br /><br />Amos<br /> Nabi Amos hidup dalam masa pemerintahan raja Uzia di Yehuda dan pada masa pemerintahan raja Yerobeam II di Israel. Walaupun Amos berasal dari kerajaan Yehuda di bagian Selatan, dia bernubuat pada kerajaan Israel di Utara. Pada masa itu cara hidup mewah menjadi gaya rakyat Israel. Hal ini diikuti kemerosotan standar moral dan keagamaan.<br /> Susunan kitab ini adalah nubuat terhadap bangsa-bangsa (1—2); hukuman atas Israel (3—6); penglihatan-penglihatan tentang penghukuman Israel (7—9). Ajaran utama Amos adalah menegaskan hukuman sebagai ciri utama hari Tuhan. sedangkan tema-tema lainnya adalah tentang Allah, Israel, ibadah, keadilan, dan pengharapan.<br /><br />Obaja<br /> Nama Obaja berarti “hamba Yehowah”. Sedangkan kapan tepatnya penulisan kitab ini tidak begitu jelas karena ada tiga pendapat utama tentang waktu penulisannya. Sejarah kebencian antara orang Yehuda dan orang Edom sudah terjadi sejak berabad-abad yang lalu. Edom membantu Babel menyerang Yerusalem, tetapi tidak begitu lama mereka sendiri diusir dari tanah mereka oleh suku-suku yang lain. <br /> Susunan kitab ini adalah tentang hukuman atas edom (1—14); hukuman atas segala bangsa (15—16); pemulihan Israel (17—21). Berita utama nabi Obaja adalah hukuman Allah atas bangsa-bangsa. Tujuan akhir hukuman Allah adalah untuk menyatakan bahwa “Tuhanlah penguasa kerajaan”.<br /><br />Yunus<br /> Penulisan kitab ini agaknya dilakukan dalam abad ke-8 S.M., sebelum keruntuhan kerajaan Israel pada tahun 722 S.M. Susunan kitab ini adalah penggilan Tuhan: ketidaktaatan Yunus (1); pemeliharaan Tuhan: penyelamatan Yunus (2); panggilan Tuhan diperbaharui: ketaatan Yunus (3); kasih sayang Tuhan: teguran bagi Yunus (4). Sedangkan ajaran utama kitab ini adalah keselamatan dari Allah tidak hanya dimaksudkan bagi umat Israel tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Selain itu ketidak-taatan Yunus juga dilihat sebagai lambang teguran Allah kepada bangsa Israel karena kegagalan mereka untuk memberitakan Tuhan yang sejati kepada bangsa-bangsa lain.<br /><br />Mikha<br /> Mikha melayani di kerajaan Yehuda pada masa pemerintahan raja Yotam, Ahas, dan Hizkia. Mikha memperingatkan Samaria dan Yerusalem atas korupsi yang terjadi di tengah mereka. Susunan kitab ini adalah tentang hukuman atas Israel dan Yehuda (1—3); masa kemuliaan yang akan datang (4—5); penghukuman dan pemulihan (6—7). Mikha menekankan sifat keadilan Allah dan hukuman Allah, memusatkan perhatiannya pada ketidak-adilan yang dijalankan oleh rakyat umum, memberitakan Mesias yang akan melepaskan bangsa-Nya dari penindasan dan ketidak-adilan serta mempersatukan kembali mereka yang dalam pembuangan.<br /><br />Nahum<br /> Nama Nahum berarti “penghiburan atau belas kasihan”. Nahum menubuatkan penghukuman Allah atas Niniwe. Nubuatan ini dilakukan sekitar 100 tahun setelah pelayanan nabi Yunus karena mereka sudah melupakan Allah dan kembali pada dosa dan kejahatan yang mereka lakukan dulu.<br /> Susunan kitab ini adalah murka Allah terhadap Niniwe (1); kemusnahan Niniwe (2); dosa mengakibatkan kehancuran (3). Ajaran kitab Nahum adalah Allah yang digambarkan sebagai Allah yang cemburu dan pembalas, mencela dosa kekerasan militer yang kejam, dan pada akhirnya orang Yehuda akan menang pada waktu tuhan menghukum musuh-musuh mereka.<br /><br />Habakuk<br /> Nama Habakuk berarti “memeluk” atau “bergulat”. Hal ini cocok dengan pergumulan Habakuk tentang keadilan Tuhan dalam dunia di mana kelihatannya orang jahat berhasil sedangkan orang benar menderita.<br /> Susunan kitab Habakuk adalah pengaduan Habakuk dan jawaban Allah yang pertama (1:1--11); pengaduan Habakuk dan jawaban Allah yang kedua (1:12—2:5); ucapan-ucapan celaka terhadap orang Babel (2:6--20); penglihatan tentang hukuman Allah (3:1—19). Ajaran kitab ini adalah Allah menjawab Habakuk bahwa pada akhirnya kesombongan akan menjatuhkan Babel, sedangkan orang benar akan selamat; kejahatan akan gagal walau nampak menang untuk sementara waktu; berhala tidak berkuasa sama sekali; Tuhan sebagai hakim yang Mahakuasa dan kepercayaan pada-Nya merupakan kekuatan yang sejati bagi manusia walau di tengah-tengah kesulitan.<br /><br />Zefanya<br /> Zefanya adalah satu-satunya nabi yang dapat diketahui dengan pasti merupakan keturanan raja. Yosia bernubuat pada masa pemerintahan Yosia (640—609 S.M.). Kitab Zefanya mempunyai tema tentang penghukuman, pembaharuan dan nubuat. Pada waktu itu kehidupan moral dan agama sudah mengalami kemerosotan besar setelah kematian raja Hizkia pada tahun 687 S.M. Anaknya, raja Manasye mendirikan kembali mezbah Babel yang diruntuhkan oleh Hizkia. Sedangkan orang yang menyembah Yehowah mengalami aniaya maupun kematian. Manasye bertobat sebelum kematiannya, tetapi anaknya Amon membiarkan penyembahan berhala itu. Pada generasi berikutnya yaitu raja Yosia, keburukan sudah mencapai segala lapisan masyarakat.<br /> Susunan kitab Zefanya adalah tntang hari Tuhan bagi Yehuda (1:1—2:3); hari Tuhan bagi bangsa-bangsa (2:4—15); hari Tuhan bagi Yerusalem (3:1—8); hari Tuhan untuk sisa-sisa Israel (3:9—20).<br /><br />Hagai<br /> Hagai dan Zakharia adalah nabi-nabi pertama yang melayani pada zaman pasca pembuangan. Pada zaman Hagai, kerajaan Yehuda yang dijajh oleh Persia mengalami penghentian bantuan dari raja Koresy dan anaknya raja Kambyses (530—522 S.M.) Mungkin hal ini yang membuat pembangunan Bait Suci di Yerusalem tidak dilanjutkan. Beberapa pemberontakan membuat kesulitan ekonomi dan ditambah masa kelaparan yang berturut-turut membuat pekerjaan Allah diabaikan. Tujuan pelayanan Hagai adalah mendorong pembangunan Bait Suci dan pembaharuan hidup masyarakat dalam hal rohani. Jadi tugas Hagai adalah menyakinkan penduduk Yerusalem dan Yudea bahwa ketaatan kepada Tuhan akan menjamin damai sejahtera dan kemakmuran.<br /> Susunan kitab ini adalah: Firman yang pertama: Tantangan untuk meneruskan pekerjaan Tuhan (1:1—2:1a); Firman yang kedua: Hiburan bagi pekerja-pekerja yang kecewa (2:1b—10); Firman yang ketiga: Janji berkat bergantung atas ketaatan (2:11—20); Firman yang keempat: Dorongan dan hiburan bagi Zerubabel (2:21—24). <br /><br />Zakaria<br /> Latar belakang nabi Zakharia sama persis dengan nabi Hagai. Zakharia dipanggil untuk memberikan pimpinan rohani dengan tujuan memperbaharui masyarakat, mengingatkan akan tujuan yang sebenarnya dan mendorong untuk memenuhi kewajibannya menjadi kesaksian yang hidup kepada bangsa-bangsa lain. Bagian pertama kitab (1—8) dimaksudkan untuk diterapkan secara langsung berhubung dengan pembangunan Bait Allah dan kota Yerusalem serta pembaharuan masyarakat Yahudi. Bagian kedua (9—14) terdiri dari nubuat-nubuat yang berhubungan dengan Mesias dan pelayanan-Nya dalam mendirikan kerajaan Allah sebagai tujuan akhir pemulihan bangsa Yahudi.<br /> Susunan kitab Zakharia adalah tentang penglihatan-penglihatan yang berhubungan dengan keadaan setempat (1—8) dan penglihatan-penglihatan tentang Mesias (9—14).<br /><br />Maleakhi<br /> Maleakhi bararti “utusanku”. Maleakhi melayani 60 tahun setelah nabi Hagai dan nabi Zakharia. Tujuan nabi Maleakhi yang utama adalah untuk mengembalikan orang Yahudi kepada hubungan yang baik dengan Allah. Metode yang digunakan adalah menunjukkan secara teliti sebab-sebab penderitaan jasmani dan kemerosotan rohani. Maleakhi juga menunjukan langkah-langkah yang diperlukan agar kehidupan masyarakat diperbaharui.<br /> Susunan kitab ini adalah kasih Tuhan kepada Israel (1:1—5); celaan terhadap para imam (1:6—2:9); perkawinan campuran dan perceraian (2:10—16); penyucian melalui penghukuman (2:17—3:5); persembahan persepuluhan (3:6—12); kemenangan orang benar pada hari Tuhan (3:13—4:6).<br /><br />Analisa Buku<br />Kekuatan Buku<br />1. Buku ini dilengkapi dengan peta dan penjelasan mengenai latar belakang Perjanjian Lama.<br />2. Memberikan tujuan dan pokok-pokok isi tiap-tiap kitab. Hal ini memudahkan bagi pembaca untuk menangkap maksud penulis.<br />3. Memberikan berbagai pandangan dari pendapat para ahli. Misalnya memberikan informasi mengenai perkemabangan kritikisme terhadap Pentateuch.<br />4. Disajikan secara sistematis.<br /><br />Kelemahan Buku<br />1. Walaupun disajikan secara sistematis, buku ini tidaklah mudah untuk dipahami dibandingkan buku tulisan Adina Chapman misalnya. Memang karena PL banyak berisi sejarah dan terbentang dalam kurun waktu yang sangat lama sehingga diperlukan konsentrasi tinggi untuk menangkap isinya.<br />2. Pembahasan materi terlalu singkat.<br /><br />Hal-hal Baru<br />1. Bagi saya tidak ada hal yang baru karena saya sudah pernah mengambil mata kuliah pengantar PL di tempat lain. Waktu itu buku utama yang digunakan adalah buku ini.<br /><br />Saran<br />1. Buku ini dapat dikembangkan lebih jauh. Buku ini hanya terdiri dari 215 halaman sehingga terlalu padat. Mengingat kitab-kitab PL sedemikian rumitnya, pembahasan dapat dilakukan dengan lebih terperinci.<br /> <br />Penutup<br /> Pengenalan akan latar belakang sejarah, sosial, dan keagamaan masyarakat Yahudi sangat penting dalam memahami Perjanjian Lama. Apa yang telah ditulis oleh Denis Green telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi referensi pengantar Perjanjian Lama. Pemahaman akan buku ini akan menjadi harta yang sangat berharga bagi pembelajaran setiap kitab Perjanjian Lama secara khusus. Denis Green telah memberikan kontribusi yang berharga selama pelayanannya selama beberapa tahun di Indonesia.Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-20898278336524194102010-08-04T08:41:00.002+07:002010-08-04T08:42:17.201+07:00Pemahaman Perjanjian BaruPendahuluan<br /><br /> Buku ini ditulis oleh John William Drane, seorang teolog asal Skotlandia. Beliau pernah belajar di Universitas Aberdeen dan mendapat gelar PhD dari Universitas Manchester di bawah bimbingan F. F. Bruce. Buku ini adalah salah satu bukunya yang menjadi “best-seller”. Buku ini menyajikan pembahasan Perjanjian Baru dari sudut historis dan teologis sehingga memberikan pengertian yang lebih mendalam akan apa yang terjadi pada masa itu dari sudut pandang latar belakang historis dan teologi.<br /><br />A. Latar Belakang<br />1. Dunia Perjanjian Baru<br />Permulaan kekristenan dimulai dengan kehidupan seorang dari Nazareth, yaitu Yesus. Dia dilahirkan kira-kira tahun 4 sM. Dia terkenal sebagai guru agama dan menjadi sorotan hanya selama tiga tahun sebelum Dia menjalani hukuman salib. <br /> Dalam waktu dua puluh tahun setelah Yesus disalibkan, di setiap peradaban Romawi seperti kota Roma, Korintus, Efesus, Filipi, Anthiokia di Siria, dan kota-kota lain, terdapat paling tidak satu kelompok pengikut-Nya. Tidak berselang lama, fitnah yang diikuti dengan penganiayaan terhadap para pengikut Yesus berlangsung. Tidak hanya penganiayaan, dalam perkembangannya kekristenan juga harus “bersaing” dengan pemikiran, ideologi dan filsafat-filsafat dunia. Sebagai contoh adalah filsafat Helenisme, aliran Stoa, aliran Epikurus, gnotisisme, agama-agama mistis dan agama Yahudi dengan berbagai kaum seperti kaum Saduki, Farisi, Zelot, dan Eseni. Dalam keadaan seperti itulah agama Kristen berkembang. Ada banyak cara untuk menjelaskan keberhasilan luar biasa kekristenan, tetapi satu hal yang jelas adalah Kabar Baik itu relevan bagi dunia Romawi. Tidak hanya mereka sanggup menjawab secara intelektual, tetapi lebih dari itu mereka memperlihatkan kehidupan mereka bahwa mereka mempunyai tujuan dan makna hidup yang didambakan banyak orang.<br /><br />B. Yesus Juruselamat<br />2. Kelahiran Yesus Dan Permulaan Pelayanan-Nya<br />Yesus lahir sekitar tahun 4 sM, bukan antara tahun 1 sM dan 1 M karena adanya kesalahan yang dibuat pada abad ke-6 M dalam menghitung permulaan tarikh Masehi. Kehidupan-Nya ketika anak-anak hanya sedikit diketahui. Walaupun demikian, tampaknya Dia mendapat pendidikan yang baik. Ia dianggap cocok untuk membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani di sinagoge (Luk 4:16 – 20), padahal tidak semua anak seumur-Nya dapat membaca bahasa Ibrani. Selain itu Yesus menguasai dua bahasa lainnya yaitu bahasa Aram dan Yunani. Injil Lukas hanya mencatat sebuah peristiwa ketika Yesus berumur dua belas tahun dan tertinggal di Yerusalem. <br />Peristiwa berikutnya tentang Yesus adalah ketika Ia sudah berumur sekitar tiga puluh tahun. Saudara sepupu-Nya, Yohanes memulai sebuah gerakan agama dan mendapat banyak pengikut. Yesus datang kepada Yohanes untuk menerima baptisan. Setelah dibaptis, Yesus ditantang untuk mengatur prioritas-Nya dengan benar sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah. Cobaan itu berupa menghindari penderitaan dan pelayanan yang rendah hati sesuai kehendak Allah sbb:<br />• Yesus dicobai untuk membentuk umat baru melalui tindakan di bidang ekonomi, dengan menjadikan roti dari batu (Luk 4:1 – 4).<br />• Yesus dicobai untuk dikenal sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah melalui pertunjukan kuasa ajaib (Luk 4:9 – 12). Mujizat adalah tanda-tanda yang hidup dari pemberitaan-Nya, bukan inti berita itu sendiri.<br />• Yesus dicobai untuk menjadi Mesias politis (Mat 4:8 – 10). Yesus menolak tawaran iblis untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi dan untuk memerintah dengan “kuasa” dan “kemuliaan” suatu kerajaan duniawi yang sama dengan kekaisaran Roma.<br /><br /><br />3. Siapa Yesus itu?<br />Untuk mengetahui siapakah Yesus, kita perlu meninjau apa yang dikatakan Yesus tentang diri-Nya sendiri, yaitu:<br />• Anak Manusia.<br />Yesus menggunakan istilah “Anak Manusia” dalam tiga cara yang berbeda sesuai konteksnya: <br /> Untuk menggambarkan keberadaan-Nya sebagai manusia biasa (bandingkan Mar 10:45 dan Luk 22:27; Mar 8:27 dan Mat 16:13; Mat 19:28 dan Luk 22:30).<br /> Untuk menunjuk pada kedatangan-Nya di masa depan di atas awan surgawi dan kepada kemuliaan-Nya di sebelah kanan Allah (Matius 24:27, 37; Lukas 17:30, 18:8, 21:36, 22:69; Daniel 7).<br /> Yesus paling sering berbicara mengenai diri-Nya sebagai Anak Manusia yang menderita . Dari empat belas kali pemakaian istilah “Anak Manusia” dalam Injil Markus, sembilan kali di antaranya menunjuk pada kematian-Nya.<br />• Mesias.<br />Dalam Injil Markus, hany ada satu ayat di mana Yesus mungkin menyebut diri-Nya sebagai Mesias (Mar 9:41). Pada waktu menghadap Imam Besar, Dia tidak ragu menyatakan diri sebagai Mesias. Tetapi pada umumnya Yesus tidak memakai kata “Mesias” mengenai diri-Nya sendiri karena tahu bahwa para pendengar-Nya akan mengartikannya sebagai raja duniawi yang akan membentuk negara yang baru.<br />• Anak Allah.<br />Kitab-kitab Injil secara jelas mencatat pemakaian istilah “Anak Allah” dikatakan sendiri oleh Yesus untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan Allah sendiri.<br />• Hamba Tuhan.<br />Yesus hidup dan mati tepat seperti yang dinubuatkan Yesaya sebagai “Hamba Tuhan yang menderita”. <br /><br /><br />4. Kematian Yesus<br />Sebuah pertanyaan yang sangat penting dalam Perjanjian Baru adalah pertanyaan mengenai kematian Yesus. “Mengapakah Yesus mati?” diberi dua jawaban berdasar fakta sejarah dan secara teologis. Kematian Yesus adalah sebuah peristiwa sejarah yang biasa walau tidak dapat dimengerti tanpa memandangnya sebagai bagian dari rencana Allah sendiri (Luk 19:10).<br />Perjanjian Baru sendiri memberikan lima hal pokok mengenai kematian Yesus di kayu salib, yaitu:<br />• Pertempuran<br />Seluruh kehidupan dan pelayanan Yesus adalah pertempuran melawan kuasa jahat. Dengan kematian-Nya, perjuangan-Nya menghasilkan kemenangan sempurna atas dosa dan maut melalui kebangkitan-Nya (Kol. 2:8 – 15)<br />• Teladan<br />Salib adalah pernyataan teladan kasih Allah (Rm. 5:8; 1 Yoh 4:10; 1 Ptr. 2:21)<br />• Persembahan kurban<br />Kematian Yesus adalah kurban bagi pendamaian antara Allah dan manusia.<br />• Tebusan<br />Dalam Markus 10:45, Yesus sendiri menyatakan secara gamblang bahwa Dia hendak menjadi tebusan dosa manusia.<br />• Pengganti <br />Pada dasarnya kematian-Nya adalah untuk menggantikan manusia berdosa (1 Ptr 2:24; Mar. 10:45).<br /><br />5. Kebangkitan Yesus<br />Orang-orang Kristen pertama yakin akan historitas peristiwa kebangkitan Yesus dan rangkaian peristiwa-peristiwanya. Bukti-bukti kebangkitan-Nya adalah sbb:<br />• Kepercayaan jemaat mula-mula<br />Kepercayaan jemaat mula-mula yang dituliskan dalam Kisah Para Rasul demikian konsisten dan teratur.<br />• Keterangan Paulus<br />Surat Paulus dalam 1 Kor. 15 ditulis tidak lebih dari 25 tahun setelah Yesus disalibkan. Surat itu bukan untuk memberitahu jemaat tentang kebangkitan-Nya melainkan untuk mengingatkan mereka kembali.<br />• Tradisi kitab-kitab Injil<br />Semua kitab Injil menekankan dua fakta utama yaitu kuburan Yesus ditemukan dalam keadaan koong dan kebangkitan Yesus dilihat oleh orang-orang yang berlainan pada waktu yang berbeda pula.<br />• Para murid<br />Para murid justru menjadi saksi-saksi yang berani dan jemaatpun bertumbuh. Pokok utama kesaksian mereka adalah Yesus hidup dan tetap berkarya.<br /><br />C. Kerajaan Allah<br />6. Apa Kerajaan Allah Itu?<br />Pengertian tentang “kerajaan Allah” yang dimaksudkan oleh Yesus berarti “umat baru”. Yesus melihat umat baru dengan dua cara. Di satu pihak Ia melihatnya sebagai pemerintahan Allah dalam hidup orang-orang yang menyerahkan diri mereka kepada Allah. Di pihak lain, pemerintahan Allah tersebut adalah sesuatu yang dapat dan akan diperlihatkan kepada seluruh dunia.<br /><br />7. Gambaran Kerajaan: Perumpamaan Yesus<br />Dalam Perjanjian Baru, peribahasa atau pepatah sering disebut “perumpamaan”. Beberapa cerita Yesus yang paling dikenal merupakan perumpamaan. Yesus banyak menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan berita-Nya. Maksud Yesus menggunakan perumpamaan sama seperti pengkhotbah modern memakai ilustrasi. Pada umumnya suatu perumpamaan hanya menjelaskan satu hal saja walau ada perumpamaan yang mempunyai lebih dari satu pokok utama. Misalnya perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14 – 30; Luk 19:11 – 27) menegaskan hubungan antara tanggung jawab pribadi dan penghakiman terakhir. Tetapi ada hal lain yang ditekankan juga yaitu tuan tersebut telah melampaui kewajiban hukum maupun moralnya dengan mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya.<br /><br />8. Kuasa Kerajaan: Mujizat Yesus<br />Apa yang dimaksud dengan mujizat tidaklah selalu jelas. Ada yang mengartikannya dengan segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam. Sebaliknya orang lain mengatakan tidak ada hukum alam. Yang ada adalah rasionalisasi tentang bagaimana hal-hal biasanya terjadi. <br />Untuk mengerti apa arti mujizat, kita harus menempatkannya dalam konteks keseluruhan pelayanan Yesus. Kehidupan Yesus adalah pemenuhan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, mujizat selalu mempunyai arti tertentu. Dalam pola pikir Ibrani, kata davar dapat berarti sebagai kata dan perbuatan. Karya Allah adalah tindak lanjut dari perkataan-Nya. Jadi apa yang dilakukan identik dengan apa yang dikatakan. Sebagai contoh, mujizat yang dilakukan Musa di depan Firaun merupakan wahana berita Allah, tanda-tanda yang hidup dari kebenaran Firman Allah. Dalam konteks Yesus, mujizat-mujizat-Nya menyatakan dalam bentuk perbuatan apa yang diajarkan-Nya dalam perumpamaan. Dengan demikian, tujuan dari mujizat adalah suatu penerimaan tanpa syarat akan pemerintahan Allah atas hidup manusia.<br /><br />9. Dampak Kerajaan: Ajaran Yesus Tentang Etika<br />Pada zaman Yesus, hukum-hukum Perjanjian Lama dijadikan ruwet dengan banyak tafsiran dan penerapan yang sangat terinci oleh orang Farisi. Sikap Yesus tentang perilaku sangat berbeda. Pada beberapa peristiwa Ia secara langsung menentang peraturan-peraturan yang ditetapkan orang Farisi. Contohnya ketika Yesus mengatakan bahwa “hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia diadakan untuk hari Sabat”.<br /> Khotbah di bukit (Mat 5 – 7) adalah pengajaran etika yang paling komprehensif dalam kitab Injil. Ada tiga unsur yang dipakai Yesus untuk menyampaikan ajran-Nya dalam khotbah di bukit yaitu penggunaan sajak, pemakaian perumpamaan dan ilustrasi, dan menggunakan bahasa yang dilebih-lebihkan. Pengajaran Yesus tentang etika sendiri tidak dapat dilepaskan dari kedaulatan Allah dan sifat Allah sebagai dasar dan titik tolaknya. Akibatnya sedikitnya ada tiga akibat praktis yaitu:<br />• Memberikan kesadaran yang lebih besar mengenai keseriusan dosa.<br />• Kebaikan kristiani mempunyai sifat rohani yang bukan dari dunia ini, yang melampaui tuntutan akal budi.<br />• Keinginan terbesar umat Allah seharusnya adalah menyenangkan hati Allah dan membalas cinta kasih-Nya dengan cara-cara yang mencerminkan sifat Allah sendiri.<br /><br />D. Kitab-kitab Injil<br />10. Asal-Usul Kitab Injil<br /> Kata Injil mempunyai arti “kabar baik”. Ada tiga pengertian penting terhadap kitab-kitab Injil yaitu:<br />• Kitab-kitab Injil adalah kisah selektif tentang kehidupan dan pengajaran Yesus.<br />• Isinya bukan hanya cerita-cerita tentang Yesus. Cerita-cerita itu berkaitan erat dengan teologi para penulisnya.<br />• Karena para penulisnya memilih bahan mereka sesuai dengan tujuannya masing-masing, kita dapat mengetahui sesuatu tentang penulis dan para pembaca mereka. <br /><br /> Para penulis Injil mendapat sumber bagi tulisannya melalui beberapa cara yaitu:<br />• Kutipan-kutipan Perjanjian Lama yang dipenuhi dalam hidup Yesus.<br />• Kata-kata Yesus sendiri.<br />• Ucapan-ucapan Yesus yang dikumpulkan dan dijadikan semacam buku pedoman bagi para guru dalam jemaat mula-mula (logia).<br />• Sumber “Q” berupa naskah tertulis atau tradisi lisan.<br /><br />11. Empat Potret Yesus<br /><br />Injil Markus<br />Penulis Injil ini sulit dipastikan karena Markus adalah nama yang umum. Diperkirakan Markus menulis di Roma untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jemaat di kota itu. Injil ini ditulis bagi pembaca non-Yahudi. Waktu penulisannya berkisar antara tahun 45 – 70 M. tujuan penulisannya adalah untuk memelihara cerita-cerita Petrus sebagai kesaksian yang langgeng bagi jemaat dan ditulis dengan tujuan khusus untuk memperkenalkan sisi lain dari Yesus sebagai Allah yaitu Yesus yang manusia sejati pula.<br /><br />Injil Lukas<br />Penulis Injil ini adalah Lukas, seorang dokter non-Yahudi. Tujuan penulisannya adalah untuk menolong Teofilus dan orang percaya lainnya agar memperoleh pengertian yang lebih baik tentang iman Kristen, menekankan bahwa orang yang mengikuti Yesus tidak harus memeluk agama Yahudi sebelumnya, menekankan ada hubungan penting antara Yesus dengan kehidupan jemaat kontemporer melalui Roh Kudus, dan menyatakan bahwa kabar baik tentang Yesus berlaku bagi semua orang.<br /><br />Injil Matius<br />Tidak ada kesepakatan bulat di antara para ahli tentang penulis dan waktu penulisan Injil ini. Tujuan utama Injil Matius adalah untuk menunjukkan Yesus adalah anak Allah dan Mesias. Kitab ini disusun menurut tema pribadi Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah (1:1 – 4:16), pemberitaan berita Yesus (4:17 – 16:20), dan penderitaan, kematian dan kebangkitan Mesias dan Anak Allah (16:21 – 28:20).<br /><br />Injil Yohanes<br />Menurut Ireanus, penulis Injil ini adalah rasul Yohanes. Waktu penulisan menurut kebanykan ahli adalah antara tahun 70 – 100 M. Injil ini mempunyai latar belakang Yahudi yang kuat dan sedikit latar belakang Yunani pada prakatanya. Secara umum dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes melengkapi Injil sinoptik dan juga menjelaskan beberapa hal yang terjadi dalam Injil sinoptik. Hal ini menjadikan seluruh cerita kehidupan dan pelayanan Yesus menjadi lebih mudah dipahami.<br /><br />12. Dapatkah Kitab-Kitab Injil Dipercaya?<br />Ada pandangan tertentu yang dikemukakan kaum liberal tentang Yesus. Salah satu tokohnya, Bultmann bersikap skeptis terhadap kebenaran “Yesus sejarah”. Tentu saja banyak sekali alasan untuk menolak pandangan Bultmann itu. Kitab-kitab injil mempunyai akar yang kuat dalam konteks Yahudi dan di banyak tempat kita temukan kitab Injil itu asli. Penolakan Bultmann dan Schleiermacher akan hal-hal supranatural dipatahkan oleh ilmuwan masa kini yang mengakui jalannya alam jauh lebih rumit dari sekedar sistem mekanis yang berjalan ketat sesuai dengan prinsip sebab akibat. Pada akhirnya kita harus menyimpulkan bahwa Yesus yang historislah yang menjadi dasar iman Kristen sebab Allah telah bekerja dalam peristiwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus dengan mengungkapakan sifat-Nya sendiri dan mendamaikan manusia dengan diri-Nya sendiri.<br /><br />E. Jemaat Mula-Mula<br />13. Menghadapi Dunia Purba<br />Tidak semua pengajaran Yesus sama sekali baru dan unik. Tetapi yang membedakan Yesus dan apa yang memisahkan pengikut-pengikut-Nya secara radikal dari agama Yahudi adalah kerangka dasar pengajaran-Nya. Dalam hal hukum Taurat dan agama dan suku bangsa, Yesus mengambil posisi yang berbeda secarfa fundamental dengan guru-guru Yahudi. Kaum Farisi sangat menekankan tindakan-tindakan lahiriah yang atur oleh peraturan. Sedangkan Yesus jauh lebih memntingkan siap seorang itu sebenarnya dan bukan perbuatan yang dilakukannya. <br /> Setelah jemaat bertumbuh, terjadi konflik antara orang-orang Kristen Helenis (orang Yahudi yang berbahasa Yunani) dan orang-orang Kristen yang berbahasa Ibrani atau Aram. Perkataan Stefanus menimbulkan kemarahan sesama anggota Helenis. Mereka menuduh Stefanus sebagai penghujat sehingga menyeretnya ke depan mahkamah agama Yahudi (Sanhedrin). Stefanus dihukum mati. Salah satu akibat langsung adalah meluasnya penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Penganiayaan membuat orang Kristen tersebar keluar dari Yerusalem dan mereka menjadi misionaris pertama. <br /><br /><br /><br />14. Kisah Para Rasul<br />Penulis kitab Kisah Para Rasul adalah Lukas, seorang dokter non-Yahudi yang menemani Paulus dalam perjalanannya. Waktu penulisan agak sulit ditentukan. Kelompok Tubingen dan John Knox memilih penulisan setelah tahun 100 M. F. F. Bruce memilih tahun 62 – 70 M, seangkan pendapat lain memilih tahun 80 – 85 M. <br />Tujuan utama penulisan kitab ini adalah sbb:<br />• Lukas mendorong pembacanya untuk meneladani orang-orang yang telah menjadi Kristen sebelum mereka, dan untuk melakukan bagi generasi mereka seperti yang Paulus lakukan bagi generasinya.<br />• Menekankan bahwa agama Krsiten dapat mempunyai hubungan baik dengan kekaisaran Roma.<br />• Berusaha untuk menyusun fakta-fakta tentang kekristenan secara sistematis bagi pembacanya.<br /><br />F. Rasul Paulus<br />15. Siapa Paulus Itu?<br />Paulus adalah seorang Yahudi Helenis yang berasal dari kota Tarsus. Dari Tarsus, paulus dikirim untuk belajar kepada rabi Gamaliel di yerusalem. Rupanya ada tiga pengaruh utama pada Paulus selama masa mudanya yaitu agama Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia. <br />Paulus adalah seorang Farisi yang setia. Ajaran-ajaran Farisi menjadi cermin di mana Paulus melihat kekurangan-kekurangannya sendiri yang begitu jelas dinyatakan sehingga ia menilai dirinya sebagai “orang yang paling berdosa” (1 Tim 1:15). Tetapi di dalam Kristus ia melihat pencerminan apa yang dapat dicapainya oleh anugerah Allah yang cuma-cuma. <br />Di dalam Perjanjian Baru peran Paulus kelihatan sangat menonjol. Bahkan dalam kitab Kisah Para Rasul-pun, para Rasul kelihatan kalah penting dibandingkan Paulus. Tetapi sebenarnya pekerjaan Paulus jelas melangkapi pekerjaan banyak tokoh lain di jemaat mula-mula. <br />Pengetahuan Paulus akan kata-kata dan perbuatan Yesus tidak didapatnya melalui pertemuan pribadi dengan Yesus melainkan dari murid-murid-Nya yang pertama. Tetapi ada banyak nasihat paulus begitu dekat dengan ajaran Yesus seperti yang tercatat dalam kitab Injil. Sebagai contoh: <br />• Kasih kepada musuh (Mat 5:43 – 48; Rm. 12: 14 – 21)<br />• Kasih kepada Allah dan sesama (Mrk. 12:29 – 31; Rm 13:8 – 10)<br />• Tanggung jawab kepada negara (Mrk 12:13 – 17; Rm 13:1 – 7).<br /><br />16. Paulus Si Penganiaya<br />Setelah hukuman mati kepada Stefanus, orang-orang Kristen keluar dari Yerusalem untuk menghindari penganiayaan. Salah satu tempat berkumpulnya para pengikut Yesus adalah Damsyik. Paulus menghadap imam besar untuk meminta kuasa untuk mengejar, membawa pulang, mengadili dan menghukum pengikut Yesus. Dalam perjalanannya ke Damsyik, Paulus melihat “cahaya yang lebih terang dari matahari” menyinarinya dan disapa oleh Kristus sendiri. Hidup Paulus berubah secara radikal. Dari pembenci orang Kristen menjadi pembelanya yang terbesar. Di Damsyik, matanya yang buta dipulihkan melalui Ananias dan Paulus-pun tinggal, bersekutu dan bersahabat dengan orang-orang yang dulu diburunya. Tidak ada perbedaan antara hamba dan orang bebas, Yahudi dan non-Yahudi di dalam Kristus.<br />Semangat keyakinan yang berapi-api inilah yang kemudian mengilhami Paulus untuk membawa berita Injil ke kota-kota Palestina sampai pelosok dunia yang dikenal pada saat itu. Paulus menunjukkan perubahan hidup yang radikal dan melalui surat-suratnya kepada jemaat-jemaat, ia telah meninggalkan pengertian yang tak ternilai bagi kita semua.<br /><br />17. Perjalanan Misioner Pertama<br />Paulus dan Barnabas dikhususkan untuk mengadakan perjalanan misioner yang pertama. Mula-mula mereka pergi ke Siprus dan membawa berita Injil kepada seorang pejabat Roma, Sergius Paulus. Dari Siprus mereka berlayar ke Antiokhia dan Likaonia, bagian dari Galatia. Setelah pekerjaan yang berhasil di beberapa kota, mereka kembali ke Antiokhia di Siria. Setiap kali memulai pelayanan di sebuah kota, mereka selalu menuju ke sinagoge Yahudi. <br />Dalam perkembangan berikutnya, orang-orang yang menjadi percaya oleh pemberitaan Paulus dan Barnabas di datangi oleh pembawa berita dari Yerusalem yang mengatakan bahwa selain percaya kepada Kristus, mereka juga harus melakukan segala perintah yang terdapat dalam Perjanjian Lama seperti misalnya disunat agar mendapatkan keselamatan. Ketika Paulus mendengar kabar ini, dia menjadi marah dan menulis surat kepada mereka. Surat itulah yang dikenal sebagai surat Galatia.<br /><br />18. Perjalanan Misioner Kedua<br />Dalam perjalanan misioner yang kedua, Paulus berangkat lagi ke dunia non-Yahudi bersama Silas sebagai pendamping. Dalam perjalanannya, paulus mendapat lagi dua kawan seperjalanan yaitu Timotius dan Lukas. Hal pertama yang dilakukan paulus adalah mengunjungi beberapa jemaat yang didirikannya di Galatia Selatan. Setelah itu Paulus berencana untuk pergi ke Asia, sebuah provinsi Roma yang meliputi Efesus. Tetapi rencana ini dilarang oleh Roh Kudus sehingga mereka pergi ke Troas. Pada malam harinya Paulus bermimpi tentang seorang Makedonia yang berteriak minta tolong. Hal ini diartikan Paulus sebagai petunjuk Allah untuk menuju Eropa. <br />Kota pertama yang dikunjungi Paulus adalah Filipi dan di sana Paulus mendapat Lidya sebagai petobat yang pertama. Ketika menjalankan penginjilan, Paulus terus menerus diganggu oleh seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung dalam dirinya. Ketika Paulus mengusir roh tenung itu, tuan dari hamba itu begitu marah karena hamba itu sebelumnya menghasilkan banyak uang baginya. Tuan itu menuduh Paulus dan Silas menimbulkan kekacauan sehingga mereka dicambuk dan dimasukkan ke penjara. Malam itu ketika gempa bumi terjadi sehingga membuka pintu penjara, mereka tetap tinggal dan akhirnya mendapatkan kepala penjara beserta keluarganya bertobat. Kota berikutnya yang mereka kunjungi adalah Tesalonika dan Berea, di mana banyak orang bertobat. Setelah itu Paulus melanjutkan perjalanan ke Atena dan Korintus. Tidak lama setelah tiba di Korintus, datang berita bahwa ada beberapa masalah dalam jemaat Tesalonika. Paulus menulis surat 1 Tesalonika kepada mereka. Paulus memberikan nasihat dalam perilaku orang Kristen, tentang masa depan, dan menghayati hidup Kristen. Rupanya surat ini menimbulkan spekulasi yang keliru akan kedatangan Kristus yang kedua. Paulus kemudian menulis suratnya yang kedua kepada jemaat Tesalonika dengan pokok-pokok menganai jemaat dan musuhnya, jemaat dan masa depan, dan jemaat dan masyarakat.<br /><br />19. Perjalanan Misioner Ketiga<br />Perjalanan misioner ketiga lebih bersifat penggembalaan yang dipusatkan pada dua kota utama yaitu Efesus dan Korintus. Efesus merupakan ibu kota Asia, sebuah provinsi Roma. Kunjungan Paulus di Efesus merupakan bagian terpenting dari pelayanannya pada masa itu. Efesus adalah pusat geografis dari semua tempat yang dikunjungi Paulus dan merupakan pusat agama kafir yang penting. Pelayanan Paulus begitu berhasil walau dia mengalami banyak penderitaan.<br />Selama tinggal selama tiga tahun di Efesus, Paulus menerima berita buruk yang menimpa jemaat Korintus sehingga dia menulis surat untuk memperingatkan bahaya percabulan. Tidak lama kemudia Paulus mendapat laporan dari keluarga Kloe tentang perpecahan jemaat. Surat 1 Korintus adalah tanggapan Paulus atas laporan itu. Setelah itu paulus mendengar bahwa suratnya tidak membawa hasil sehingga dia pergi ke Korintus dengan kunjungan yang disebutnya sebagai kunjungan yang mendukakan (2 Kor. 2:1). Sekembalinya ke Efesus, Paulus mengutus Titus dengan surat yang isinya jauh lebih keras untuk melawan serangan kepada dirinya sebagai rasul. Surat ini tercatat pada 2 Kor. 10 – 13. Di Makedonia Paulus bertemu dengan Titus yang membawa berita bahwa telah terjadi perubahan sikap pada jemaat Korintus. Melalui Titus, Paulus kembali menulis surat yang menyatakan suka citanya yang besar. Surat itu adalah 2 Kor. 1 – 9. <br />Pokok-pokok yang disampaikan Paulus dalam surat 1 Korintus adalah mengenai hidup dalam Kristus (1 Kor. 1:10 – 4:21), hidup di dunia (1 Kor. 5:1 – 11:10, dan hidup dalam jemaat (1 Kor. 11:2 – 15:58). Sedangkan surat 2 Korintus dibagi menjadi empat pokok yaitu: menghadapi masalah-masalah (2 Kor. 1:3 – 2:13), apa artinya rasul? (2 Kor. 2:14 – 7:4), memandang ke masa depan (2 Kor. 7:5 – 9:15), dan kewenangan dan kharisma (2 Kor. 10:1 – 13:10).<br />Kota Roma adalah tujuan akhir Paulus dalam penginjilannya. Jadi Paulus menyiapkan kunjungannya ke Roma dengan menulis sebuah surat kepada jemaat Roma. Surat Roma dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: bagaimana mengenal Allah (Rm. 1 – 8), Israel dan keselamatan (Rm 9 – 11), perilaku Kristen (Rm. 12 – 15).<br /><br />20. Paulus Tiba Di Roma<br />Dalam menulis surat kepada jemaat Roma, Paulus meminta mereka untuk berdoa bagi pelayanannya di Yerusalem. Pada kenyataannya, memang Paulus lebih dibenci di Yudea daripada tempat lain. Dalam pandangan orang Yahudi, Paulus adalah seorang penghianat iman Yahudi. Orang-orang Yahudi yang melihat Paulus di bait Allah di Yerusalem hendak membunuhnya di tempat itu juga. Seorang komandan pasukan Roma menangkap Paulus dan hendak mencambuknya. Tetapi Paulus menuntut kekebalan sebagai seorang warga negara Roma. Setelah melewati pengadilan Sanhedrin, prokurakor Roma, Feliks dan Porsius Festus, Paulus memutuskan untuk menggunakan haknya untuk naik banding kepada pengadilan tertinggi di Roma. <br />Perjalanan ke Roma mengalami banyak rintangan sebelum akhirnya Paulus mendarat di Italia Selatan. Di Roma, Paulus menjadi tahanan selama dua tahun. Di sana Paulus mengabarkan Injil kepada pemimpin masyarakat Yahudi. Sebagian menjadi percaya walau banyak yang menolaknya. Tradisi mengatakan Paulus mati syahid tahun 64 M di Roma pada waktu penganiayaan yang diperintahkan kaisar Nero.<br /><br />21. Surat-Surat Dari Penjara<br />Paulus menulis surat kepada jemaat Kolose, Filipi dan Efesus serta surat pribadi kepada Filemon pada saat dia berada dalam penjara di Roma pada tahun 60 – 62 M.<br />Paulus memberikan tanggapan terhadap merebaknya ajaran palsu di Kolose dengan menekankan bahwa di dalam Kristus beriman dapat menemukan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Rupa-rupanya beredar ajaran bahwa mereka membutuhkan pengantara-pengantara supra-natural lainnya, dan Yesus hanyalah salah satu dari berbagai manifestasi Allah.<br />Bersama dengan surat Kolose, Paulus juga mengirim surat kepada Filemon, seorang anggota terkemuka jemaat tersebut. Maksud surat ini adalah untuk mendamaikan seorang budak (Onesimus) milik Filemon yang melarikan diri dan akhirnya bertobat. <br />Dalam surat kepada jemaat Efesus, Paulus mengemukakan beberapa hal yaitu menekankan posisi sentral Kristus dalam rencana Allah dan dalam kehidupan orang percaya, menasihatkan jemaat untuk memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, tentang moralitas pribadi, dalam kegiatan sosial yang dikuasai oleh kasih, dan akan tipu daya iblis yang hanya dapat dilawan dengan seluruh perlengkapan senjata Allah.<br />Paulus menulis surat kepada jemaat Filipi untuk mengucapkan terima kasih atas pemberian mereka kepadanya. Selain itu Paulus juga menasehati mereka untuk saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupa-rupa hal ini berkaitan dengan pertengkaran dua orang wanita, Euodia dan Sintikhe. Selain itu dia juga memberikan teladan Yesus sebagai pola perilaku Kristen dan menjelaskan apa artinya praktek hidup seorang Kristen yang hidupnya dipenuhi oleh hidup Yesus.<br />Sementara itu surat-surat pastoral yaitu surat 1 dan 2 Timotius dan Titus mempunyai kemiripan satu dengan lainnya. Ada empat pokok utama yang dikupas dalamnya yaitu tentang guru-guru palsu, iman yang sejati, perilaku Kristen, dan kepemimpinan Kristen.<br /><br />G. Jemaat Berkembang<br />22. Iman Kristen<br />Tulisan-tulisan Paulus bukanlah uraian teologi secara sistematis melainkan memang benar-benar surat. Sehingga untuk memperoleh sajian yang jelas dan logis tentang pemikirannya, kita harus memberi perhatian khusus kepada konteks di mana surat itu ditulis. Bagi Paulus pokok utama Injil adalah kasih Allah bagi manusia yang tidak layak menerimanya dan yang telah diungkapkan melalui Yesus, harus diterima dengan iman, yakni dengan penyerahan diri kepada Allah bukan berdasar perasaan, melainkan berdasarkan fakta mutlak tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, serta persekutuan baru dengan Allah.<br />23. Jemaat Kristen<br />Istilah ekklesia yang dipakai oleh penulis diterjemahkan sebagai “jemaat”. Jemaat adalah karya Allah, didirikan pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus menghembuskan hidup baru ke dalam murid-murid Yesus. Secara teologis, jemaat merupakan titik awal dari perubahan yang terjadi dalam dunia sebagai akibat kedatangan orde baru Allah. <br />Salah satu istilah yang sering dipakai oleh Paulus untuk melukiskan jemaat adalah “tubuh Kristus” (Ef. 1:23). Ia memakai gambaran yang mudah dimengerti pembacanya. Dia belajar dari pertemuannya dengan Yesus di Damsyik. Paulus kaget karena menganiaya jemaat berarti menganiaya Dia. Gambaran ini membawa Paulus kepada empat aspek tentang jemaat dan anggotanya, yaitu:<br />• Semua anggota dibutuhkan dalam jemaat.<br />• Semua anggota berbeda dan mempunyai fungsi yang berlainan.<br />• Semua anggota sama kedudukannya.<br />• Semua anggota bertanggung jawab terhadap sesamanya.<br /><br />24. Roh Dan Huruf<br />Kisah jemaat mula-mula sungguh dikuasai oleh pengalaman hidup bersama Roh Kudus yang bekerja di antara mereka. Roh Kudus memberitahu apa yang harus dikatakan dalam pemberitaan mereka dan memberikan keberanian untuk mengatakannya. Tidak ada suatu lembaga resmi dan pemimpin lembaga yang mengatur “jalannya organisasi”. Tetapi dalam beberapa puluh tahun kemudian keadaan ini berubah. Ada empat alasan utama bagi perubahan gaya hidup jemaat mula-mula yaitu:<br />• Perkembangan jemaat yang sangat pesat mengakibatkan perkembangan jemaat yang melembaga.<br />• Ajaran sesat yang membuat jemaat memikirkan posisinya sendiri. Akibatnya mereka mulai menilai kehidupannya dalam tiga bidang utama yaitu kepercayaan, ibadah, dan kewibawaan.<br />• Perubahan sosial. Setiap kelompok pasti akan mengalami perubahan ketika sang pemimpin telah meninggal.<br />• Pengharapan yang tak terpenuhi, akibatnya jemaat menjadi lembaga karena menyakini hal itu paling baik secara teologis.<br /><br /> Sementara itu proses pengumpulan dan pengakuan kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai kanon Kitab Suci menjalani proses panjang selama beberapa abad. Pada akhirnya pada abad ke-4 kita mendapatkan dua daftar kitab-kitab yang berwibawa, yaitu dari Athanasius di Timur (367 M) dan dari konsili Karthago di Barat (397 M).<br /><br />25. Jemaat Dan Asal Yahudinya<br />Dalam Rm. 11:13 Paulus menganggap dirinya sebagai rasul bagi orang non-Yahudi. Walaupun demikian, ke manapun dia pergi, dia selalu menyampaikan pemberitaannya pertama kali di sinagoge. Surat-surat Paulus sendiri mempunyai ciri khas Yahudi. Ada empat kitab yang dapat membantu untuk mengerti segi Yahudi dalam kehidupan jemaat yaitu:<br /><br /> Surat Yakobus<br /> Penulis kitab ini adalah Yakobus tetapi tidak begitu jelas Yakobus yang mana yang dimaksud. Sebagian besar ahli mengatakan Yakobus saudara Yesus. Sedangkan waktu penulisannya pada masa awal kehidupan jemaat. Pokok perhatian surat ini adalah pada perilaku yang benar. Inti ibadah yang sejati kepada Allah adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri dan tanpa perbuatan yang mengungkapkan perasaan seperti itu, iman tidak ada harganya (Yak. 2:1 – 26). Istilah iman yang digunakan Yakobus adalah mengacu pada “pengakuan iman” saja yang diperlukan. Sehingga dia menekankan tanpa akibat praktis, “pengakuan iman” itu saja tidak berguna.<br /><br /> Surat Ibrani<br /> Penulis surat ini tidak diketahui dan waktu penulisannya adalah pada masa menjelang penganiayaan oleh kaisar Nero. Para pembaca pertamanya adalah orang Kristen Yahudi Helenis di Roma. Bagi bangsa Yahudi, Bait Allah di Yerusalem selalu mempunyai tempat istimewa dalam kehidupan dan pemikiran mereka. Jemaat di Yerusalem rupanya terus menerus beribadah di Bait Allah sedangkan orang Kristen Helenis merasa hal itu sekarang sudah mubazir. Dalam menanggapi hal itu, penulis Ibrani yakin bahwa tidak ada artinya orang Kristen mengikuti tuntutan-tuntutan keagamaan dari hukum Taurat. Pemberitaan Yesus, sang Imam Besar Agung adalah sabda Allah yang terakhir bagi manusia dan menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi yang taat pada-Nya.<br /><br />Surat 1 Petrus<br />Penulis surat ini adalah rasul Petrus dan ditulis pada tahap awal penganiayaan oleh Nero. Permasalahan yang dijelaskan oleh Petrus berkisar pada keyakinan sebagian orang bahwa untuk memperoleh bagian dalam berkat yang dijanjikan Allah, orang itu harus menjadi anggota keluarga Abraham sesuai Perjanjian Lama dengan melakukan sunat dan Taurat. Petrus sangat yakin bahwa sunat dan pemeliharaan hukum Taurat tidak diharuskan bagi orang Kristen non-Yahudi. Orang Kristen sekarang merupakan “keluarga Abraham” yang sejati tanpa diperlukan ketaatan pada hukum Taurat. Di bagian lain Petrus mengingatkan bahwa umat Allah harus mempunyai patokan moral yang berbeda dengan orang lain. Akhirnya Petrus memberikan nasihat kepada para pemimpin jemaat untuk menjadi teladan bagi jemaat.<br /><br />26. Kitab Wahyu<br />Sekembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel, mereka berusaha memelihara setiap butir hukum Taurat. Namun, ternyata mereka tidak mengalami kemakmuran. Malahan jalan menuju kemakmuran agaknya terletak dalam kerja sama dengan orang-orang Roma dan bukan karena kesetiaan pada agama. Keadaan yang membingungkan ini perlu sebuah penjelasan yang memuaskan.<br />Kitab Wahyu adalah sebuah sastra apokaliptik yang sulit dipahami. Cara berpikir kita berbeda dengan sudut pandang apokaliptik Yahudi. Sebenarnya jika diteliti terlihat jelas kitab ini berpegang pada penekanan kristiani yang positif tentang keterlibatan Allah dalam hidup manusia.<br />Bagian pertama kitab ini (1 – 3) membahas hal-hal yang duniawi dan menunjukkan pengenalan yang rinci terhadap pembacanya. Jemaat sedang terlibat pertikaian dalam kepercayaan Kristen. Iman mereka goncang dan akibatnya mereka kurang kuat dalam menghadapi penganiayaan negara. Oleh karenanya mereka harus mempunyai komitmen dengan kuat.<br />Bagian kedua kitab Wahyu (4 – 22) berkaitan dengan bahasa dan tulisan-tulisan yang bersifat apokaliptik. Semua penglihatan yang disajikan sulit dimengerti sepenuhnya. Tetapi Yohanes menyakinkan bahwa penderitaan yang dialami hanya bersifat sementara dan musuh akan mendapat hukuman Allah. Walaupun demikian, kaum Dispensationalis menafsirkan “tujuh jemaat” sebagai “tujuh zaman” dan saat ini kita sudah hidup dalam zaman yang terakhir.<br /><br />27. Musuh Dalam Selimut<br />Sebuah faktor paling penting yang mempengaruhi perubahan pola hidup jemaat mula-mula adalah munculnya berbagai kelompok penyesat seperti kaum Montanis, Gnostik, dll. Kebanyakan dari mereka adalah lawan pribadi Paulus dan jelas pengaruh mereka tetap ada dalam jemaat-jemaat Kristen. Kalau Injil Yohanes ditulis agar orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, surat 1 Yohanes ditulis kepada orang Kristen dengan tujuan untuk menguatkan keyakinan mereka akan kebenaran yang sudah mereka terima. <br />Penulis 1 Yohanes menyatakan bahwa pengalaman mistik tidak berarti bagi iman Kristen. Hal-hal yang membedakan penyesat dan pengikut Yesus adalah dengan memiliki Roh Allah yang dengan sendirinya menghasilkan buah-buah kasih, ketaatan, dan kemenangan terhadap yang menentang kehendak-Nya.<br />Surat 2 dan 3 Yohanes merupakan surat-surat yang singkat. Dalam surat 2 Yohanes, penulis memperingatkan pembacanya agar waspada terhadap guru-guru penyesat. Sedangkan surat 3 Yohanes memberikan nasihat kepada Gayus tentang Diotrefes yang berusaha menjadi pemimpin jemaat.<br />Pokok masalah dalam surat Yudas dan 2 Petrus juga berkisar pada pengaruh guru-guru palsu dalam jemaat. Cara surat Yudas dan 2 Petrus menentang guru-guru palsu memberi kesan bahwa keduanya berasal dari keadaan yang mirip dengan keadaan yang dijumpai dalam bagian awal kitab Wahyu. <br /><br /><br /><br />Analisa Buku<br />Kekuatan Buku<br />1. Penulis memberikan latar belakang dunia Perjanjian Baru secara terperinci dan jelas sekali.<br />2. Penulis pemberikan studi-studi khusus pada akhir setiap bab. Hal ini sangat berguna bagi pembelajar yang serius untuk memahami PB secara komprehensif.<br />3. Buku ini tidak sekedar membahas tiap-tiap kitab PB melainkan juga memberikan pembahasan hal-hal relevan dengannya. Misalnya dalam membicarakan Yesus, penulis membahas terlebih dahulu tentang mujizat (bab 8).<br />4. Disajikan secara sistematis walau pembaca harus mengikuti alur pikiran penulis.<br /><br />Kelemahan Buku<br />1. Dari sudut pandang akademisi, saya tidak melihat kelemahan buku ini. Walaupun demikian, memang buku ini tidak mudah untuk dipahami (terutama bagi kaum awam) karena pembahasannya cukup mendalam.<br /><br />Hal-hal Baru<br />1. Sebenarnya buku ini juga menjadi buku pegangan utama bagi pendidikan teologi yang pernah saya ambil. Walaupun demikian, membaca studi-studi kasus menyegarkan pikiran.<br /><br />Saran<br />1. Pembelajaran pengantar PB tidak boleh hanya menggunakan buku ini karena penulis tidak bermaksud menulis bagi kaum awam. Tanpa pengetahuan tentang pengantar PB sebelumnya, buku ini sulit dipahami karena penulis mempunyai alur pikiran yang “kurang umum”.<br /><br />Penutup<br /> Penulis telah bekerja keras dan menghasilkan sebuah buku yang sangat bagus dan unik. Buku ini kental dengan penjelasan sejarah yang Alkitabiah. Saya percaya buku ini akan memperkaya setiap pembelajar yang serius. Inilah salah satu buku terbaik dalam pengantar PB.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-50824065013480945092010-08-04T08:41:00.001+07:002010-08-04T08:41:34.803+07:00Pengantar Ke Dalam Perjanjian BaruPendahuluan (zaman antara PL dan PB)<br /><br /> Sebelum dan selama masa pembuangan, bangsa Ibrani giat menyembah berhala. Tetapi setelah kembali dari pembuangan mereka berubah menjadi bangsa yang menyembah Allah. Perubahan itu disebabkan mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana nubuat nabi-nabi sungguh terjadi pada masa mereka. Selain itu mereka melihat bagaimana Allah melalui Daniel mengalahkan mantera dan ilmu sihir Babel. Pada masa akhir pembuangan, 50.000 orang Yahudi yang setia kepada Allah kembali ke tanah air mereka. <br /> Dari masa Nehemia sampai pada permulaan Perjanjian Baru terbentang jarak 400 tahun di mana tidak ada seorangpun yang menerima ilham dari Allah. Selama empat abad zaman kegelapan, ada enam kerajaan yang menguasai daerah Asia Tengah yaitu:<br />• Zaman Persia (430 – 332 s.M)<br />• Zaman Yunani (331 – 323 s.M)<br />• Zaman Mesir (323 – 204 s.M)<br />• Zaman Syria (204 – 165 s.M)<br />• Zaman Makabi (165 – 63 s.M)<br />• Zaman Roma (63 s.M. sampai masa Kristus)<br />Pada masa itu bahasa Yunani menjadi bahasa umum, Roma membangun kekaisaran dunia dan jalan-jalan raya dibangun sehingga terjadi penyebaran bangsa Yahudi ke segala kota di dunia. Akibatnya synagoge-synagoge didirikan dan tuntutan-tuntutan Taurat diharuskan dalam hidup orang Yahudi. <br /><br />Injil Matius<br /> Penulis Injil Matius adalah Matius anak Alfeus, seorang Yahudi pemungut cukai. Injil ini ditulis kepada orang Yahudi dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinantikan mereka. Injil ini menggunakan istilah “Kerajaan Sorga” berulang kali. Garis besar Injil Matius adalah sbb:<br />• Mesias yang telah lama dinantikan oleh orang Yahudi kini menyatakan diri-Nya (1:1 – 11)<br />• Pelayanan-Nya di Galilea (4:12 – 16:12)<br />• Pengakuan Petrus. Kematian Mesias itu dinubuatkan oleh Yesus. Dia dipermuliakan di atas gunung. Dia mengajar ke -12 murid-Nya (16:13 – 18:35)<br />• Yesus berangkat menuju Yerusalem dan masuk sebagai Rajanya (19:1 – 21:6)<br />• Pengajaran-Nya yang terakhir di Yerusalem (21:17 – 25:46)<br />• Pekerjaan Mesias diselesaikan-Nya (26:1 – 27:66)<br />• Hidup yang baru dalam Yesus. Kebangkitan-Nya dan Amanat Agung-Nya (28)<br /><br />Injil Markus<br /> Penulis Injil ini adalah Yohanes Markus, sepupu Barnabas. Injil ini ditujukan bagi orang-orang Kristen di Roma dengan maksud memberitakan bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (14:45). Injil ini banyak mencatat mujizat (20 mujizat). Markus banyak menceritakan perbuatan Yesus untuk meyakinkan tentang ke-Ilahian-Nya dan juga menulis tentang kemanusiaan Yesus (dukacita, marah, keheranan, dsb). Garis besar Injil ini adalah sbb:<br />• Yohanes Pembaptis sebagai utusan untuk memperkenalkan Yesus (1:1 – 13)<br />• Permulaan pelayanan Yesus di Galilea (1:14 – 45)<br />• Mereka yang mula-mula menentang Yesus (2:1 – 3:6)<br />• Pelayanan dan ajaran-Nya (3:7 – 4:34)<br />• Yesus semakin dikenal sebagai seorang Nabi yang mengerjakan mujizat-mujizat (4:35 – 6:6)<br />• Krisis-krisis dan konflik dalam pelayanan-Nya di Galilea (6:7 – 8:26)<br />• Pengakuan Petrus. Penderitaan Yesus dinyatakan-Nya. Yesus dipermuliakan (8:27 – 9:32)<br />• Pengajaran Tuhan Yesus (9:33 – 12:44)<br />• Khotbah tentang akhir zaman (13:1 – 37)<br />• Yesus dikhianati, ditangkap, dan diadili (14:1 – 15:15)<br />• Kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke Sorga (15:6 – 16:20)<br /><br />Injil Lukas<br /> Penulis Injil ini adalah Lukas, seorang Yunani yang berasal dari Antiokhia. Injil ini ditujukan kepada orang Yunani dan orang Roma Kristen. Injil ini banyak menulis tentang masa muda Yesus. Hanya Lukas yang menulis tentang kunjungan Yesus yang berumur 12 tahun ke Yerusalem. Garis besar Injil ini adalah sbb:<br />• Kristus menjelma menjadi seperti saudara-saudara-Nya (1:1 – 2:52)<br />• Ajaran Yohanes dan silsilah Yesus (3:1 – 38)<br />• Yesus dicobai dengan pencobaan-pencobaan yang umum bagi kita semua (4:1 – 13)<br />• Pelayanan dan ajaran Yesus di Galilea (4:14 – 9:50)<br />• Yesus menuju ke Yerusalem dan melayani di Yudea (9:51 – 19:28)<br />• Ajaran-Nya yang terakhir di muka umum (19:29 – 21:38)<br />• Yesus dalam penderitaan-Nya dan kematian-Nya (22:1 – 23:56)<br />• Yesus dalam kemuliaan kebangkitan-Nya (24:1 – 53)<br /><br />Injil Yohanes<br /> Penulis Injil ini adalah Yohanes anak Zebedeus, saudara Yakobus. Injil ini ditulis kira-kira tahun 80 – 100 M dan ditujukan bagi semua umat Kristen sebagai suatu kesaksian untuk meyakinkan mereka dalam kepercayaannya. Injil ini mencatat tujuh orang saksi yang bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah, tujuh mujizat, tujuh pernyataan “Akulah”, tujuh peran Roh Kudus, tujuh mujizat kesembuhan Ilahi yang dikerjakan Yesus pada hari Sabat. Yohanes mempunyai tiga maksud yaitu:<br />1. Meyakinkan anak-anak Tuhan (20:31)<br />2. Yesus Kristus ada dan kekal (16:28)<br />3. Yesus datang untuk milik-Nya (1:11 – 12)<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Prakata Injil Yohanes. Anak Allah, firman yang kekal itu menjadi manusia (1:1 – 18)<br />• Anak Allah menyatakan diri kepada dunia ini (1:19 – 12:50)<br />• Yesus menyatakan diri kepada murid-murid-Nya dalam ajaran dan doa syafaat-Nya (13 – 17)<br />• Walau Yesus ditangkap, diadili dan disalibkan, namun dalam semuanya Ia akhirnya dipermuliakan (18 – 20)<br />• Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya dan secara khusus Dia mengutus Petrus (21)<br /><br />Kisah Para Rasul<br /> Penulis kitab ini adalah Lukas dan ditujukan pada Teofilus. Lukas adalah seorang tabib dan teman sekerja dari Paulus. Kisah ini ditulis setelah kenaikan Yesus dan sebelum kematian Paulus. Peristiwa-peristiwa yang dicatat mempunyai durasi selama 35 tahun. Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Pelayanan yang dipercayakan kepada para rasul melalui Roh Kudus (1:1 – 11)<br />• Pelayanan Petrus, Yohanes dan pembantu-pembantu para rasul (1:12 – 7:60)<br />• Oleh karena penganiayaan terhadap orang Kristen, Injil disebarkan ke mana-mana (8 – 12)<br />• Perjalanan-perjalanan pekabaran Injil Rasul Paulus (13:1 – 21: 14)<br />• Paulus menuju ke Yerusalem (21:15 – 23:22)<br />• Paulus dipindahkan ke Kaisarea (23:23 – 26:32)<br />• Paulus di Roma (27 – 28)<br /><br />Penggolongan Kitab-Kitab Dalam Perjanjian Baru<br /> Secara sederhana, kitab-kitab dalam Perjanjian Baru dapat digolongkan dalam tiga bagian yaitu:<br />1. Kitab sejarah: 4 Injil dan Kisah Para Rasul<br />2. Surat kiriman: semua surat yang ditulis para rasul kepada jemaat-jemaat.<br />Surat kiriman dapat dibagi menjadi surat-surat Paulus dan surat-surat umum (Yakobus; 1 dan 2 Petrus; 1, 2, 3 Yohanes; Yudas). <br />3. Surat Wahyu, yaitu berita tentang akhir zaman.<br /><br />Surat Roma<br /> Kitab Roma adalah salah satu tulisan Paulus yang paling penting karena isinya memuat uraian yang lengkap mengenai Injil dan berisi penegasan bahwa keselamatan hanya melalui iman. Keadaan Roma sendiri pada waktu itu mengalami kemerosotan moral yang besar, bahkan telah menyusup ke dalam rumah sembayang. Jemaat Roma didirikan oleh Paulus pada masa pemerintahan kaisar Klaudius pada tahun 42. Surat Roma ditulis oleh Paulus dari kota Korintus 15 tahun kemudian. Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pembukaan dan pendahuluan (1:1 – 15)<br />• Tema surat Roma (1:16 – 17)<br />• Semua orang terlibat dalam dosa (1:18 – 11:36)<br />• Kehidupan orang percaya (12:1 – 15:13)<br />• Nasihat-nasihat terakhir dan salam penutup (15:14 – 16:27)<br /><br />Doktrin-doktrin yang menonjol dalam Roma adalah:<br />• Kasih karunia (lebih dari 20 kali)<br />• Kuasa Allah dalam Injil-Nya yang dapat menyelamatkan orang yang percaya (1:16)<br />• Dosa sebagai kuasa maut (6:23)<br />• Kebenaran Allah yang diterima karena iman (3:22)<br />• Pendamaian dalam darah Kristus (3:25)<br />• Iman yang berasal dari Allah (12:3)<br />• Anak Allah, yaitu orang-orang percaya (8:15 – 17)<br />• Penebusan dalam Kristus secara cuma-cuma (3:24)<br />• Pemilihan Allah terhadap anak-anak-Nya (9:11)<br />• Pilihan Allah sejak semula (8:29)<br /><br />Surat Pertama Korintus<br /> Kota Korintus adalah sebuah kota perdagangan yang strategis di Yunani. Pada usianya yang ke-50, Paulus membangun, mengajar dan melayani jemaat Korintus selama 18 bulan. Dia ditemani oleh Akwila dan Priskila. Hasil yang didapat antara lain Krispus, seorang kepala rumah ibadat dan seisi rumahnya. Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Tantangan-tantangan dalam jemaat (1:10 – 4:21)<br />• Kesusilaan dalam jemaat (5 – 6)<br />• Masalah-masalah perkawinan diperbincangkan (7)<br />• Masalah-masalah penyembahan berhala (8 – 10)<br />• Penyalahgunaan upacara-upacara dalam jemaat (11)<br />• Rupa-rupa karunia yang dipakai untuk membangun jemaat (12 – 14)<br />• Kebangkitan Kristus dan kebangkitan kita (15)<br />• Tentang bantuan untuk jemaat di Yerusalem dan nasihat-nasihat Paulus yang terakhir (16)<br /><br />Surat Kedua Korintus<br /> Setelah suratnya yang pertama kepada jemaat Korintus, Paulus mengutus Titus (mungkin juga Timotius) untuk melihat reaksi jemaat Korintus. Ternyata ada banyak berita yang menghibur, tetapi lebih banyak lagi kabar yang menyedihkan dirinya karena salah paham, perselisihan dan tuduhan terhadap suratnya yang pertama. Oleh karenanya, dalam suratnya yang kedua, Paulus banyak membela diri dan pelayanannya serta menceritakan kepribadiannya. <br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pembukaan dan pengucapan syukur Paulus (1:1 – 11)<br />• Paulus membenarkan diri dan menyatakan sebab-sebab ia belum sempat pergi ke Korintus (1:12 – 2:11)<br />• Sikap-sikap yang baik dalam pelayanan (2:12 – 9:15)<br />• Paulus mempertahankan kerasulannya (10:1 – 12:18)<br />• Kekuatiran Paulus dan nasihat-nasihat yang terakhir (12:11 – 13:13)<br /><br />Pokok- pokok ajaran kitab ini:<br />• Iblis dikalahkan atau kita dikalahkan oleh iblis (2:8 – 11)<br />• Berilah dirimu didamaikan dengan Allah (5:20 – 21)<br />• Mereka yang hendak disucikan oleh Allah seharusnya bertindak terlebih dahulu (6:17 – 7:1)<br />• Mengenai karunia untuk memberi kepada orang-orang kudus yang hidup dalam kekurangan (8:3 – 7)<br />• Beberapa fakta dalam memberi (9:6 – 15)<br />• “Ujilah dirimu sendiri” (13:5)<br />• Kekuatiran Paulus pada akhir suratnya mengenai pertobatan dari kesalahan-kesalahan jemaat Korintus (12:20 – 21)<br />• Allah Tritunggal (13:13)<br />Surat Galatia<br /> Jemaat Galatia yang dimaksudkan adalah suatu propinsi yang lebih besar di sebelah selatan Asia Kecil. Surat ini ditulis oleh Paulus dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang kedua. Jemaat Galatia adalah jemaat non-Yahudi. Surat ini ditulis oleh tulisan tangan Paulus sendiri karena pentingnya ajaran di dalamnya. Rupanya dalam jemaat Galatia beredar ajaran yang mengajarkan “Injil yang lain”. Masalah yang dipersoalkan adalah apakah karunia Allah melalui Kristus adalah cuma-cuma atau harus melakukan hukum Taurat untuk memperoleh keselamatan. Paulus dengan tegas mengajarkan bahwa:<br />• Kuasa salib melepaskan kita dari kuasa dosa (2:21; 3:21 – 22)<br />• Kuasa salib melepaskan kita dari kutuk hukum Taurat (3:13)<br />• Kuasa salib melepaskan kita dari kuasa daging (2:20; 5:24)<br />• Kuasa salib melepaskan kita dari kuasa dunia (6:14)<br />• Kuasa salib melepaskan kita dari perbudakan hukum Taurat (4:4 – 7)<br />• Kuasa salib membuka pintu untuk menjadi anak-anak perjanjian dan ahli waris melalui Kristus (3:14; 4:7)<br />• Kuasa salib membawa kita kepada langkah-langkah kemenangan melalui buah Roh (5:22 – 25)<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pendahuluan (1:1 – 5)<br />• Injil yang dinyatakan Allah kepada Paulus adalah satu-satunya yang benar (1:6 – 2:21)<br />• Bukan mereka yang melakukan hukum Taurat melainkan mereka yang beriman kepada Kristus yang akan diterima oleh Allah (3:1 – 5:1)<br />• Kehidupan orang Kristen dalam iman, pengharapan dan kasih di bawah pimpinan Roh Kudus (5:2 – 6:10)<br />• Salam penutup dan peringatan terakhir (6:11 – 18)<br /><br />Surat Efesus<br /> Kota Efesus adalah ibu kota propinsi Asia Kecil, kota termaju dan pusat perniagaan di propinsi itu. Bahasa Yunani menjadi bahasa pengantar dan kebudayaan Yunani-pun berkembang pesat. Kota Efesus terkenal dengan kuil-kuil dewi Artemis yang menjadi pusat percabulan. <br /> Rasul Paulus sendiri sudah membangun dan melayani jemaat Efesus selama tiga tahun dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang ketiga. Kebanyakan jemaat adalah non-Yahudi. Dalam surat ini Paulus menerangkan doktrin “tubuh Kristus” yang mempunyai kedudukan yang mulia di sorga bersama-sama dengan Kristus. Selain itu Paulus menasihatkan untuk saling berdamai dan manfaat karunia adalah untuk memperlengkapi orang kudus bagi pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. <br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pembukaan (1:1 – 2)<br />• Rencana Allah bagi umat-Nya (1:3 – 3:21)<br />• Kelakuan yang sepatutnya dipegang oleh anak-anak Tuhan (4:1 – 6:9)<br />• Konflik dalam peperangan rohani (6:10 – 20)<br />• Salam penutup (6:21 – 24)<br /><br />Surat Filipi<br /> Kota Filipi berada di Makedonia. Banyak orang Roma tinggal di sana. Pada umumnya bahasa dan agamanya adalah Yunani. Filipi merupakan tempat bertemu dan bercampurnya kebudayaan dari Eropa dan Asia Kecil. Jemaat Filipi adalah hasil dari penginjilan Paulus di Makedonia. Rupa-rupanya tidak ada teguran dari Paulus bagi jemaat Filipi, melainkan hanya nasihat untuk memelihara persekutuan dengan kerendahan hati. <br />Doktrin yang diajarkan Paulus mengenai keadaan Kristus adalah sbb:<br />• Keadaan Kristus dalam kemuliaan semula (2:5 – 6)<br />• Penjelmaan Kristus (2:6 – 7)<br />• Kematian Kristus (2:8)<br />• Kemuliaan Kristus yang semula ada pada-Nya dikembalikan kepada-Nya (2:9)<br />• Kemuliaan Kristus yang akan dinyatakan pada akhir zaman, di mana Ia akan menjadi Raja di atas segala raja, dan semua orang akan berlutut di hadapan-Nya (2:10 – 11)<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Pendirian orang Kristen (1:1 – 30)<br />• Nasihat-nasihat bagi jemaat Filipi (2:1 – 4:9)<br />• Paulus telah belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan (4:10 – 20)<br /><br />Surat Kolose<br /> Pada saat menulis surat ini, Paulus belum pernah mengunjunginya. Sebagian besar jemaat Kolose adalah non-Yahudi. Maksud Paulus menulis surat kepada jemaat Kolose adalah untuk membimbing mereka yang telah disesatkan ajaran-ajaran bidat berupa campuran agama Yahudi dan agama kafir.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Pengucapan salam kepada jemaat di Kolose (1:1 – 8)<br />• Doa Paulus untuk mereka (1:9 – 11)<br />• Pokok-pokok doktrin mengenai keunggulan Kristus (1:12 – 29)<br />• Kepenuhan Kristus terwujut dalam anak-anak-Nya (2:1 – 23)<br />• Tanggalkan manusia lama dan kenakan manusia baru (3:1 – 11)<br />• Salam penutup dari Paulus (4:7 – 18)<br /><br />Surat Pertama Tesalonika<br /> Kota Tesalonika adalah kota kedua di Makedonia yang menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Penduduknya adalah gabungan antara orang Romawi, Yunani, dan Yahudi. Maksud Paulus dalam menulis surat adalah untuk:<br />• Menegur dosa kedagingan dari agama kafir berupa percabulan yang belum ditinggalkan (4:2 – 7)<br />• Sebagian belum mengerti tangging-jawab terhadap Tuhan dan sesama (4:10 – 12)<br />• Mengkoreksi salah paham mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kalinya (4:13 – 18)<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Jemaat di Tesalonika (1:1 – 10)<br />• Pelayanan Paulus dan Timotius di antara mereka (2:1 – 3:13)<br />• Instruksi-instruksi berkenaan dengan kedatangan Kristus (4:1 – 12)<br />• Nasihat terakhir dan salam penutup (5:12 – 28)<br /><br />Surat Kedua Tesalonika<br /> Dalam waktu beberapa bulan setelah surat pertama, Paulus kembali menulis surat karena mendengar adanya surat palsu yang membingungkan jemaat. Surat palsu itu mengatakan bahwa hari Tuhan telah tiba, padahal hal itu masih dinantikan sampai sekarang. Selain itu ada “ilham roh” yang palsu, yang menyesatkan mereka. <br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam dari Paulus kepada jemaat di Tesalonika (1:1 – 2)<br />• Doa Paulus bagi jemaat itu (1:3 – 6)<br />• Perbedaan-perbedaan mengenai kedatangan Kristus untuk menyambut anak-anak-Nya (1:7 – 12)<br />• Persoalan-persoalan mengenai si pendurhaka itu (2:1 – 12)<br />• Kesempatan-kesempatan bagi anak-anak Tuhan (2:13 – 17)<br />• Pesan-pesan Paulus yang terakhir (3:1 – 15)<br />• Salam penutup dari Paulus (3:16 – 18)<br /><br />Surat Pertama Timotius<br /> Surat Paulus kepada Timotius, Titus dan Filemon adalah surat-surat penggembalaan. Paulus menulis kepada gembala jemaat dalam menghadapi kerusuran dan kelemahan. Selain itu Paulus juga mengatur administrasi dan membentuk tanggung-jawab para penatua dan diaken. Surat ini ditulis dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang pertama. Paulus memberikan petunjuk dan pesan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam jemaat di Efesus.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Pendahuluan (1:1 – 2)<br />• Paulus yang dulu menganiaya jemaat, sekarang dipercayakan Injil Tuhan (1:12 – 18)<br />• Himeneus dan Alexander diserahkan kepada iblis (1:19 – 20)<br />• Cara berdoa dalam kebaktian dan doa pribadi (2:1 – 16)<br />• Syarat-syarat yang khusus bagi penilik jemaat dan diaken (3:1 – 16)<br />• Beberapa pesan Paulus kepada Timotius (4 – 6)<br />• Salam penutup (6:20 – 21)<br /><br />Surat Kedua Timotius<br /> Pada saat menulis surat ini Paulus sedang berada dalam penjara untuk yang kedua kalinya. Dalam penderitaannya, semangat dan iman Paulus tidak berkurang bahkan dia lebih mengutamakan pelayanan Timotius dari pada memikirkan masalahnya sendiri. Ketika menulis surat ini Paulus sadar bahwa waktunya hanya tinggal sedikit.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Pendahuluan: kasih mesra diantara Paulus dan Timotius (1:1 – 5)<br />• Instruksi-instruksi pada Timotius yang sedang menghadapi pencobaan dan kemurtadan (1:6 – 2:26)<br />• Kemurtadan pada akhir zaman (3:1 – 4:5)<br />• Pidato perpisahan Paulus (4:6 – 8)<br />• Pesan-pesan Paulus yang terakhir (4:9 – 18)<br />• Salam penutup (4:19 – 22)<br /><br />Surat Titus<br /> Titus adalah seorang hamba Allah yang berasal dari Yunani. Bagi jemaat Korintus, pelayanan Titus baik dan benar. Sedangkan di Kreta, Titus diutus untuk menyelesaikan perselisihan dan kerusuhan di antara jemaat-jemaat. Setelah selesai tugasnya di Kreta, Titus ditugaskan melayani di Nikopolis. Surat ini ditulis oleh Paulus bagi Titus ketika dia berada di Kreta. Paulus mengharapkan suatu pembaharuan dalam jemaat-jemaat di Kreta melalui pelayanan Titus.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pembukaan (1:1 – 3)<br />• Pelayanan yang dipercayakan kepada Titus (1:4 – 16)<br />• Ajaran yang menguatkan iman (2:1 – 15)<br />• Pesan-pesan terakhir (3:1 – 14)<br /><br /><br />Surat Filemon<br /> Surat Paulus kepada Filemon ditulis pada waktu Paulus berada dalam penjara di Roma. Maksud penulisan surat ini adalah untuk menyelamatkan budak Filemon (Onesimus) yang melarikan diri. Menurut hukum Roma, Onesimus dapat dihukum mati oleh tuannya. Sementara itu, dalam pelariannya, Onesimus dimenangkan bagi Tuhan oleh Paulus sehingga Paulus menulis surat untuk memperdamaikan kedua orang ini.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam kepada Filemon dan kepada jemaat di rumahnya (1 – 3)<br />• Mengenai pribadi Filemon, ia dipuji (4 – 7)<br />• Mengenai pribadi Onesimus, Paulus mengajukan permohonan baginya (8 – 17)<br />• Mengenai pribadi Paulus, ia menjanjikan jaminan untuk mengganti kerugian Filemon (18 – 22)<br />• Salam penutup dari Paulus dan teman-teman sekerjanya (23 – 25)<br /><br />Surat Ibrani<br /> Penulis kitab Ibrani tidak diketahui dengan pasti. Salah satu dugaan kuat adalah Paulus sebagai penulisnya. Surat ini dialamatkan kepada orang Yahudi yang sudah percaya. Maksud yang utama adalah membuktikan akan keunggulan kehidupan di dalam Kristus. Paulus membuktikan bahwa Kristus telah menggenapkan Taurat dan pelayanan dalam Injil lebih mulia daripada pelayanan dalam Taurat.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Yesus Kristus lebih mulia dari nabi-nabi (1:1 – 3)<br />• Yesus Kristus lebih mulia daripada malaikat-malaikat (1:4 – 2:18)<br />• Yesus Kristus lebih mulia daripada Musa dan Yosua (3:1 – 4:13)<br />• Keimaman-Nya lebih mulia daripada keimaman Harun (4:14 – 10:39)<br />• Saksi-saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita (11:1 – 12:29)<br />• Janganlah turut terlibat dalam kelakuan dunia, melainkan tunduklah kepada Allah dalam segala hal (13:1 – 25)<br /><br />Surat Yakobus<br /> Penulis surat ini adalah Yakobus saudara Yesus. Pada mulanya Yakobus tidak percaya sebelum kebangkitan-Nya. Yakobus menjadi pemimpin jemaat di Yerusalem dan mati syahid tahun 62. Surat ini ditujukan pada keduabelas suku di perantauan, yaitu orang Kristen dari bangsa Yahudi yang mengalami banyak penderitaan. Jadi maksud Yakobus sebagai penulis adalah:<br />• Menghibur mereka yang menderita<br />• Mengajar dan menegor mereka yang menyeleweng<br />• Membuktikan hubungan di antara perbuatan dan iman, di mana perbuatan menjadi bukti dari iman (iman tanpa perbuatan adalah mati).<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pendahuluan (1:1)<br />• Pencobaan-pencobaan yang dialami mempunyai segi kebahagiaan (1:2 – 18)<br />• Pendengar dan pelaku Firman Tuhan (1:19 – 27)<br />• Iman kita dibuktikan dengan perbuatan kita (2:1 – 26)<br />• Ucapan-ucapan kita menyatakan iman kita (3:1 – 18)<br />• Persahabatan dengan dunia menjadi tantangan bagi iman kita (4:1 – 5:11)<br />• Doa yang sangat besar kuasanya (5:12 – 18)<br />• Penutup, kesempatan bagi orang yang sesat (5:19 – 20)<br /><br />Surat Pertama Petrus<br /> Penulis surat ini adalah Simon Petrus, salah satu dari kedua belas murid Yesus. Surat ini ditulis menjelang ajalnya sekitar tahun 64 – 67. Pada umumnya Petrus dan Yakobus melayani bangsa bersunat dan Paulus bangsa tidak bersunat. Surat ini menampakkan latar belakang Yudaisme. Petrus meninggal secara syahid di Roma di bawah kaisar Nero dengan di salibkan dengan kepalanya di bawah sebelum tahun 70. <br />Latar belakang maksud penulisan surat ini adalah untuk menjelaskan adanya anggapan beberapa orang percaya yang menganggap ada perbedaan asas-asa kepercayaan mereka tentang keadaan agama Yahudi sebagaimana terbentang dalam PL. Jadi maksud utama surat ini adalah untuk menghilangkan kesalah-pahaman itu dan maksud yang kedua adalah untuk menguatkan iman dan menghibur mereka yang sedang menderita dan yang tersebar ke mana-mana oleh karena kepercayaan mereka kepada Kristus.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pembukaan (1:1 – 2)<br />• Cara menanggung berbagai-bagai pencobaan dapat membuktikan iman dan pengharapan anak-anak Tuhan (1:3 – 12)<br />• Hiduplah sebagai orang yang hendak mewarisi kemuliaan Kristus (1:13 – 2:25)<br />• Kelakukan anak-anak Tuhan di antara sesamanya (3:1 – 4:19)<br />• Petrus membicarakan penggembalaan (5:1 – 11)<br />• Salam penutup (5:12 – 14)<br /><br />Surat Kedua Petrus<br /> Dalam surat ini Petrus bernubuat akan adanya guru-guru palsu, sedangkan Yudas mencatat genapnya nubuatan itu. Petrus banyak menulis tentang penyelewengan-penyelewengan berupa ajaran sesat, hari penghakiman yang akan datang, hukuman bagi penyesat-penyesat. <br /><br />Ciri-ciri khas surat ini adalah:<br />• Pengenalan akan Kristus diuraikan dalam 1:2, 3, 5; 2:20 – 21; 3:18<br />• Peringatan akan kekayaan dalam kerajaan kekal diuraikan dalam 1:12, 13, 15; 3:1, 2.<br />• Kebinasaan orang yang murtad terhadap Allah, 1`:4; 2:1, 6, 9, 12, 19; 3:16 – 17.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam dari Petrus (1:1 – 2)<br />• Panggilan kepada kedewasaan dalam Kristus (1:3 – 15)<br />• Keunggulan berita Petrus karena itulah ilham dari Allah (1:16 – 21)<br />• Nabi-nabi dan guru palsu (2:1 – 22)<br />• Waspadalah supaya jangan kamu tersesat pada masa menjelang kedatangan Tuhan (3:1 – 18)<br /><br />Surat Pertama Yohanes<br /> Surat-surat Yohanes kira-kira ditulis pada tahun 90 di Efesus. Dalam surat ini ada tiga saran yang diberikan oleh Yohanes yaitu kebenaran Tuhan yang dialami oleh anak-anak Tuhan, kasih Allah yang berfungsi di antara sesama anak-anak Tuhan, yang menjadi tanda mutlak bagi kepercayaan seseorang, dan kepercayaanyang dipegang dengan keyakinan akan Anak Allah sebagai penyelamat dunia yang tunggal.<br />Maksud Yohanes dalam suratnya yang pertama ini adalah:<br />• Supaya sukacita kami menjadi sempurna (1:4)<br />• Supaya kamu jangan berbuat dosa (2:1)<br />• Berkaitan dengan orang-orang yang berusaha menyhesatkan, agar jemaat tetap tinggal di dalam Dia (2: 26 – 27)<br />• Supaya kamu tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal (5:13)<br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Kesaksian Yohanes terhadap kewibawaan Firman yang hidup (1:1 – 4)<br />• Allah adalah terang dunia (1:5 – 2:27)<br />• Persekutuan anak-anak Tuhan dalam kasih-Nya (2:28 – 4:21)<br />• Mempraktekkan iman (5:1 – 20)<br /><br />Surat Kedua dan Ketiga Yohanes<br /> Surat kedua Yohanes ditujukan kepada keluarga tertentu. Sedangkan surat ketiga Yohanes ditujukan kepada Gayus yang menyerahkan harta dan bakatnya untuk melayani Tuhan. Baik surat kedua maupun ketiga Yohanes membahas kesediaan menerima tamu, kemurahan anak-anak Tuhan yang disalah-gunakan guru-guru palsu, dan nasihat untuk memperbaiki kehidupan orang Kristen.<br /><br />Garis besar kitab surat kedua Yohanes adalah sbb:<br />• Salam pendahuluan (1 – 3)<br />• Berjalan dalam kebenaran dan dalam kasih (4 – 6)<br />• Waspadalah kepada ajaran yang sesat (7 – 11)<br />• Salam penutup (12 – 13)<br /><br />Garis besar kitab surat ketiga Yohanes adalah sbb:<br />• Salam pendahuluan (1 – 4)<br />• Keramahan dan kebenaran Gayus dipuji (5 – 8)<br />• Dakwaan terhadap Diotrefes (9 – 11)<br />• Kebaikan Demetrius dipuji (12)<br />• Salam penutup kepada Gayus pribadi (13 – 15)<br /><br />Surat Yudas<br /> Penulis surat ini adalah Yudas, saudara Tuhan Yesus dan saudara Yakobus (penulis surat Yakobus). Surat ini ditujuikan kepada suatu jemaat Kristen tertentu atau kepada semua orang Kristen. Maksud yang ingin disampaikan adalah memperingatkan anak-anak Tuhan terhadap bahaya menghadapi guru-guru palsu yang menyusup masuk di antara mereka. Selain itu Yudas juga menasihati mereka akan kewajiban dalam membangun diri mereka di atas dasar iman yang paling suci dan untuk berdoa dalam Roh Kudus.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Salam pembukaan dan maksud si penulis surat (1 – 4)<br />• Hukuman Allah pada masa lampau (5 – 7)<br />• Sikap-sikap mereka yang sesat (8 – 13)<br />• Penyesat-penyesat itu menyelundup masuk untuk menjilat orang (14 – 16)<br />• Nasihat-nasihat terakhir dan salam penutup (17 – 25)<br /><br />Surat Wahyu<br /> Penulis surat ini adalah Yohanes, murid Tuhan Yesus yang dikasihi-Nya. Kata wahyu artinya “rahasia yang dinyatakan”. Rahasia yang dimaksud adalah nubuat-nubuat yang diberikan melalui simbol-simbol atau kiasan-kiasan yang melambangkan apa yang akan terjadi di akhir zaman. Surat Wahyu ini berasal dari penglihatan yang diterima Yohanes di Pulau Patmos kira-kira tahun 95 – 96. <br />Surat nubuat ini menyatakan tentang bagaimana kembali-Nya Kristus ke dunia ini terlaksana, penggenapan nubuat-nubuat pada waktu kepicikan besar itu, penghakiman dan hukuman yang akan dijatuhkan ke atas bangsa-bangsa dunia yang tidak percaya, kebinasaan iblis dengan segala penguasanya, dan kemuliaan di sorga yang akan diwarisi oleh semua anak Tuhan.<br />Dalam menafsirkan surat Wahyu, ada empat macam tafsiran yaitu:<br />• Golongan Preteristis.<br />Beranggapan bahwa sebagian besar surat Wahyu telah digenapi dalam sejarah gereja pada abad pertama.<br />• Golongan Historistis.<br />Beranggapan bahwa surat Wahyu adalah penggenapan pokok-pokok nubuat yang penting. Penggenapan yang terjadi sejak para rasul sampai akhir zaman dicocokkan kepada peristiwa sejarah yang terjadi dari zaman dahulu sampai masa ini.<br />• Golongan Idealis.<br />Tidak menerima surat Wahyu sebagai nubuat, melainkan ajaran rohani dengan kiasan-kiasan.<br />• Golongan Futuristis.<br />Beranggapan bahwa sebagian besar isi surat adalah nubuat-nubuat tentang peristiwa yang akan terjadi pada akhir zaman (4 – 22). Sedangkan Wahyu 2 – 3 adalah tujuh surat kepada jemaat-jemaat yang ditafsirkan sebagai tujuh babak dalam gereja.<br /><br />Garis besar kitab ini adalah sbb:<br />• Prakata (1:1 – 8)<br />• Penglihatan pertama (1:9 – 3:22)<br />• Tahta di sorga dan puji-pujian di sekelilingnya (4)<br />• Ketujuh materai (5:1 – 8:1)<br />• Ketujuh sangkakala (8:2 – 14:20)<br />• Ketujuh malaikat dengan ketujuh cawan murka Allah (15 – 16)<br />• Rahasia Babel (17)<br />• Hukuman atas Babel (18:1 – 19:5)<br />• Kemenangan yang terakhir dan penyempurnaan segala sesuatu (19:6 – 21:8)<br />• Yerusalem baru dan suasana di Yerusalem Baru (21:9 – 22:5)<br />• Ajakan yang terakhir (22:6 – 17)<br />• Pesan-pesan yang terakhir (22:18 – 21)<br /><br /><br /><br />Analisa Buku<br />Kekuatan Buku<br />1. Ringkas dan sistematis penyajian setiap bahan-bahan yang diberikan. <br />2. Memberikan analisa singkat pada tiap-tiap materi yang penting. Misalnya analisa Injil Matius (halaman 18 – 26) berisikan macam-macam hal-hal yang menarik dalam Injil Matius.<br />3. Sebelum masuk dalam pembahasan materi, penulis memberikan pendahuluan berupa pembahasan zaman antara PL dan PB.<br />4. Isi buku sangat mudah dimengerti siapapun juga karena menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana.<br /><br />Kelemahan Buku<br />1. Pembahasan materi terlalu singkat bagi kaum akademisi. Buku ini hanya berisi sekitar 180 halaman.<br />2. Pembahasan kitab Wahyu tidak memberikan pandangan eskalotogi yang berbeda. Misalnya pandangan tentang kerajaan seribu tahun (halaman 179-180) tidak memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya ada beberapa penafsiran tentang hal itu.<br /><br />Hal-hal Baru<br />1. Penyajian tentang zaman antara PL dan PB memberikan suatu perspektif pemikiran yang baru dalam memahami Alkitab secara keseluruhan.<br /><br />Saran<br />1. Meng-up to date buku ini. Tidak jelas kapan penulisan buku, walau kelihatannya sudah cukup lama.<br />2. Buku ini sangat cocok digunakan sebagai buku ajar pengantar PB bagi kaum awam.<br /><br />Penutup<br /> Secara umum buku ini sangat baik sebagai pengantar PB. Buku ini sangat sistematis dan mudah dimengerti. Penulis telah mensintesiskan berbagai data-data menjadi sebuah buku yang ringkas dan berbobot. Kiranya kerja keras penulis mendapatkan apresiasi yang sesuai dan biarlah semua kemuliaan hanya bagi Dia.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-83805468333815172582010-08-04T08:40:00.001+07:002010-08-04T08:40:47.231+07:00Memantapkan Misi Gereja (Menjadi Umat Allah)Pendahuluan<br /> Buku ini ditulis oleh Robert A. Orr dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1987. Walaupun demikian, isi buku ini sebagian besar masih sangat relevan dengan keadaan di Indonesia hari ini. Sesuai dengan judulnya, buku yang terdiri dari dua belas bab ini memberikan pengertian akan arti menjadi umat Allah yang terlibat aktif dalam misi gereja sesuai dengan panggilan Allah.<br /><br />Bab I: Belajar Dari Gereja-Gereja Dalam Perjanjian Baru<br /> Sifat dan misi umat Allah timbul dari sifat dan misi Allah sendiri. Ketika Allah memanggil orang pada misi-Nya, Dia sebenarnya memanggil orang itu agar berada dalam misi-Nya. Jadi misi umat Allah adalah untuk menunjukkan kepada dunia apa yang telah diperbuat Allah, apa sedang dilakukan-Nya, dan apa yang akan dilakukan-Nya.<br /> Perjanjian Baru memberikan penjelasan mengenai arti gereja dan umat Allah. Gereja adalah umat Allah sebagai persekutuan orang-orang yang dipersatukan di bawah kuasa dan pemerintahan Allah sebagai Raja. Umat Allah ini dipanggil keluar (dari dunia) untuk menjadi utusan-Nya, untuk suatu misi yang lebih dari sekedar menikmati persekutuan dengan Allah dan dengan sesama orang percaya. Dengan kata lain, sifat umat Allah dalam gereja adalah untuk menjadi orang-orang yang diutus untuk menyatakan Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat, untuk bersaksi, dan melayani sesuai dengan karunianya masing-masing. Hal ini menyangkut penyembahan, pemberitaan dan kesaksian, pemeliharaan dan pendidikan, dan pelayanan. <br /><br />Bab II: Mengerti Kebutuhan Manusia<br /> Kebutuhan adalah dorongan utama yang menyebabkan manusia melakukan sesuatu. Kebutuhan dapat disebabkan oleh suatu kekurangan atau adanya “tarikan” yang disebabkan oleh suatu keinginan. Oleh karenanya, pengertian tentang kebutuhan rohani manusia penting sekali bagi gereja dalam menentukan prioritas gereja dan pengembangan program gereja. Umat Allah hendaknya berusaha untuk melihat kebutuhan orang lain seperti Allah melihatnya. <br /> Alkitab menyatakan manusia diciptakan segambar dengan Allah sendiri. setiap manusia mempunyai nalar, kemauan, kebebasan memilih, karunia yang unik dan kemampuan untuk bersekutu dengan penciptanya secara pribadi. Sayangnya dalam perkembangan selanjutnya manusia jatuh dalam dosa. Orang yang berdosa mempunyai ciri selalu berpusat pada dirinya sendiri dan mudah memanipulasi orang lain. Oleh karena kasih Allah, keselamatan disediakan melalui Anak-Nya, Yesus Kristus bagi manusia berdosa. Fakta akan kasih Allah ini seharusnya memberi arti dan maksud kepada pelayanan gereja.<br /> Selain kebutuhan rohani yang menjadi prioritas dan perhatian gereja, setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar lainnya yang perlu diperhatikan gereja, yaitu:<br />• Kebutuhan fisiologis, yaitu dorongan bawaan dan alami yang merangsang manusia untuk mempertahankan hidup dan kesehatannya.<br />• Kebutuhan keamanan. Kebutuhan ini timbul pada waktu kebutuhan psikologi seseorang cukup terpenuhi. Kebutuhan ini meliputi antara lain keamanan, stabilitas, perlindungan, bebas dari rasa takut, dll.<br />• Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk dikasihi dan mengasihi, berinteraksi dengan orang lain, merasa diterima dan dimiliki.<br />• Kebutuhan akan penghargaan. Setiap orang memerlukan penilaian diri yang tinggi, yang dengan dasar yang kuat, untuk menghargai dirinya sendiri dan untuk menerima penghargaan dari orang lain.<br />• Kebutuhan pertumbuhan, yaitu kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri seutuhnya.<br />Selain kebutuhan di atas, gereja perlu menyadari bahwa ada juga kebutuhan manusia yang timbul karena terjadinya suatu krisis misalnya krisis pribadi (kesehatan, masalah keuangan, pekerjaan), relasional (keluarga, gereja, masyarakat, lingkungan kerja), dan faktor-faktor kontekstual (geografis, ras, pendidikan, agama, sosial ekonomi).<br /><br />Bab III: Mengubah Perhatian Menjadi Tindakan Yang Bermakna<br /> Dalam memikirkan kehidupan bergereja sebagai umat Allah, perlu untuk memikirkan maksud dan tujuan gereja ke dalam dua kategori, yaitu:<br />• Tujuan Dasar. <br />Tujuan dasar adalah apa yang ingin dicapai gereja secara berkelanjutan dan mendasar, yang timbul dari tujuan gereja yang Alkitabiah. Tujuan Berjadwal.<br />• Tujuan berjadwal adalah hasil yang diharapkan dari rencana yang ingin dicapai gereja dalam waktu tertentu, misalnya satu tahun atau lima tahun.<br /><br />Tujuan dasar yang luas di atas dapat dipersempit menjadi tiga tingkatan pernyataan tujuan dasar gereja yaitu misi gereja, fungsi gereja, dan tugas gereja. Misi gereja memberikan gambaran alasan keberadaan gereja di dunia. Misi gereja adalah mata air di mana semua pernyataan tujuan gereja lainnya mengalir keluar. Fungsi gereja adalah pernyataan tujuan dasar yang seharusnya menuntun gereja untuk melakukan pekerjaannya dengan cara yang sesuai dengan sifat dan misinya. Tugas gereja adalah kegiatan gereja yang berkelanjutan untuk melaksanakan fungsinya dalam mencapai misinya. Tugas gereja harus sejalan dengan fungsi dan misi gereja.<br />Sedangkan program berkala mencakup tugas-tugas yang mengurus satu atau lebih beban yang berkelanjutan. Program berkala harus mengacu pada program dasar dalam pelaksanaannya. Contoh program berkala misalnya pelayanan keluarga, pengabdian, pengembangan dan peluasan gereja, pelayanan mahasiswa, bimbingan karier, dll.<br /><br />Bab IV: Memimpin Gereja Melalui Pelayanan Penggembalaan<br /> Dalam pelayanan gerejawi, pengertian “pendeta” adalah jabatan fungsional atau peran seorang pemimpin gereja. Sedangkan “jabatan pendeta” adalah karunia dan merupakan panggilan dari Allah menurut Efesus 4: 11. Sementara itu semua anggota gereja adalah pelayan (Ef. 4:11 – 16).<br /> Dalam gereja Baptis, pendeta adalah pelayan utama dan pemimpin pelayanan kependetaan yang terdiri dari diakon dan staf kependetaan. Sedangkan Panitia Perancang berfungsi sebagai saluran administrasi dalam pelaksanaan program gereja. Dalam melaksanakan tugasnya, gereja memerlukan pemimpin-pemimpin pelayanan kependetaan yang mampu melaksanakan kegiatan yang bersifat kenabian, keimaman, konsultatif, dan administratif. <br /> Tugas pelayanan kependetaan dapat dijelaskan dalam beberapa tugas sbb:<br />• Memimpin Gereja Dalam Mencapai Misinya.<br />• Memberitakan Injil Kepada Orang Yang Sudah dan Belum Percaya<br />• Pendampingan Bagi Anggota Gereja dan Orang Lain Dalam Masyarakat<br />• Menjelaskan dan Penopangan Pelayanan Gereja dan Denominasi<br /><br />Bab V: Menceritakan Kristus Melalui Pengajaran Alkitab Dan Penjangkauan<br /> Gereja yang menekankan penginjilan perlu untuk melakukan beberapa hal penting sbb:<br />• Menjangkau orang untuk belajar Alkitab<br />• Mengajarkan Alkitab<br />• Bersaksi kepada orang tentang Kristus dan membimbingnya kepada keanggotaan gereja<br />• Melayani orang yang membutuhkan <br />• Membimbing para anggota untuk berbakti<br />• Menjelaskan dan menopang pekerjaan gereja dan denominasi<br />Program Pelajaran Alkitab, terutama melalui Sekolah Minggu adalah sarana bagi umat Allah untuk melaksanakan tugas suci-Nya. Tugas Program Pelayanan Alkitab adalah:<br />• Menjangkau orang untuk mengikuti pelajaran Alkitab<br />• Mengajarkan Alkitab<br />• Bersaksi kepada setiap orang dan membimbingnya kepada keanggotaan gereja<br />• Melayani orang yang berkeperluan<br />• Membimbing anggota untuk berbakti<br />• Menjelaskan dan menopang pekerjaan gereja dan denominasi<br /><br />Bab VI: Melengkapi Umat Allah Melalui Pendidikan Bergereja<br /> Umat Allah perlu untuk dilengkapi untuk menjadi murid agar rencana penginjilan dapat berhasil. Dalam Amanat Agung sendiri Kristus memanggil gereja untuk melaksanakan pemuridan. Dalam Efesus 4: 11 – 16, Paulus menyerukan gereja untuk melengkapi suluruh anggotanya untuk bertumbuh kepada kedewasaan Kristen yang menuju kepada kepenuhan Kristus. <br /> Program pendidikan bergereja dirancang untuk mencapai enam tugas sbb:<br />• Menjangkau orang untuk pendidikan bergereja<br />• Memberi orientasi kepada anggota gereja baru agar menjadi anggota yang bertenggung-jawab<br />• Melengkapi anggota gereja untuk pemuridan dan pelayanan perorangan<br />• Mengajarkan teologi Kristen dan doktrin Baptis, etika Kristen, sejarah Kristen, organisasi dan tata gereja<br />• Membina pemimpin-pemimpin gereja untuk melayani<br />• Menjelaskan dan menopang pekerjaan gereja dan denominasi<br /><br />Bab VII: Melibatkan Umat Allah Melalui Pelayanan Musik<br /> Pelayanan musik mempunyai peran yang penting bagi kehidupan umat dalam gereja. Bahkan musik dapat mengkomunikasikan Injil, menjangkau orang di luar gereja dan membangun gereja. Pelayanan musik harus melibatkan anggota gereja dalam pemuridan yang menghasilkan pemakaian telenta mereka dalam kebaktian gereja bagi kemuliaan Allah.<br /> Pelayanan musik mempunyai lima tugas yang membantu gereja pada tugas sucinya, yaitu:<br />• Menyediakan pengalaman musik dalam kebaktian gereja<br />• Menyiapkan pendidikan musik gereja<br />• Memimpin gereja untuk bersaksi dan melayani melalui musik<br />• Menolong program gereja dalam menyediakan pelatihan ketrampilan musik dan dalam konsultasi mengenai perlengkapan musik<br />• Menjelaskan dan menopang pelayanan gereja dan denominasi<br /><br />Bab VIII: Menceritakan Kasih Allah Melalui Pengutusan Injil<br /> Para pemimpin Baptis mendefinisikan pengutusan Injil sebagai “apa yang dilakukan gereja-gereja dalam menjalankan Amanat Agung Tuhan untuk meluaskan kesaksian dan pelayanan mereka lebih dari pada diri mereka sendiri untuk membawa semua orang pada Kristus dan untuk memuliakan Allah”. Bagian buku ini membicarakan program dasar Wanita Baptis dan Pria Baptis dan program berkala pengembangan dan peluasan gereja yang berhubungan dengan tugas yang dibebankan padanya untuk mencapai sasaran gereja dalam bidang ini. <br /> Organisasi Wanita Baptis dirancang untuk mencapai empat tugas gereja sbb:<br />• Mengajarkan pengutusan Injil<br />• Terlibat dalam aksi sosial dan kesaksian pribadi<br />• Mendukung pengutusan Injil<br />• Menjelaskan dan menopang pelayanan gereja dan denominasi<br />Sedangkan maksud organisasi Pria Baptis adalah untuk menolong kaum pria dan anak-anak lelaki dalam pengutusan Injil. Maksud ini dinyatakan dalam kegiatan pengutusan Injil, pelajaran pengutusan Injil, dukungan pengutusan Injil, dan pelayanan pribadi. Tugas Pria Baptis adalah sbb:<br />• Melibatkan diri dalam kegiatan pengutusan Injil<br />• Mengajarkan pengutusan Injil<br />• Berdoa dan memberi bagi pengutusan Injil<br />• Mengembangkan pelayanan pribadi<br />• Menjelaskan dan menopang pelayanan gereja dan denominasi<br /><br />Program pengembangan dan perluasan gereja secara aktif berusaha memperluas gereja dan bekerja-sama dengan organisasi atau pribadi. Program ini akan menolong gereja untuk peka terhadap daerah yang belum di masuki Injil, kelompok suku terabai, kebutuhan sosio-ekonomi, bangsa lain dan gaya hidup. Dalam program ini wanita Baptis bekerja-sama dengan Pria Baptis. Adapun tugas-tugasnya adalah sbb:<br />• Memperkenalkan kebutuhan dan kesempatan perluasan gereja<br />• Mengembangkan strategi perluasan jemaat<br />• Membentuk gereja-gereja baru<br />• Mendukung dan menguatkan program Wanita Baptis dan Pria Baptis<br /><br />Bab IX: Menjangkau Orang Bagi Kristus<br /> Menjangkau orang bagi Kristus melalui pengabaran Injil adalah tugas mendasar bagi umat Allah. Oleh karenanya, pengabaran Injil seharusnya menjadi inti dari semua program gereja sesuai tugasnya. Diperlukan sebuah program berkala penginjilan dengan tugas yang dirancang untuk mengembangkan dan melaksanakan strategi yang efektif untuk menceritakan Injil kepada semua orang dengan menggunakan pesan, metode-metode, motivasi dan semangat penginjilan Perjanjian Baru. <br /> Untuk mencapai misi gereja, program berkala penginjilan perlu menjalankan tiga tugas sbb:<br />• Melibatkan gereja dalam penginjilan dengan mengembangkan strategi penginjilan gereja yang menyeluruh<br />• Mengikut-sertakan anggota gereja dengan penginjiolan perorangan<br />• Menjangkau orang bagi Kristus melalui peristiwa-peristiwa khusus dan penginjilan massa.<br /><br />Bab X: Menyediakan Pelayanan Yang Dianggap Penting Oleh Gereja<br /> Suatu program berkala menolong gereja menyelaraskan keperdulian utamanya pada fokus yang seharusnya dengan menunjukkan kebutuhan, menyarankan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan, dan kerja sama melalui Panitia Perancang. Bagian ini membahas empat program berkala yaitu:<br />• Pelayanan keluarga<br />Tugas pelayanan keluarga adalah melayani kebutuhan pasutri, orang tua dan anak-anaknya, manula dan bujangan. Pelayanan ini menolong gereja untuk membuat program untuk memenuhi kebutuhan orang-orang tersebut di atas yang berbeda satu dengan lainnya.<br />• Pengabdian<br />Pengabdian bukanlah kegiatan gereja mencari dana secara modern. Pengabdian berlandaskan pada Alkitab sejak penciptaan karena kita dijadikan pengelola atas ciptaan Allah yang lain (Kej. 1:28). Jadi pengabdian memerlukan perencanaa, kepemimpinan dan pendidikan serta berpusatkan pada gereja. Bentuk tanggung-jawab pengabdian adalah: a). kita bertanggung-jawab akan bagaimana cara mendapatkan penghasilan; b). kita bertanggung-jawab akan pemakaian uang; c). kita bertanggung-jawab akan pemberian kita; d). kita bertanggung-jawab untuk merencanakan penggunaan milik kita pada hari akhir kita.<br />• Bimbingan karier<br />Umat Baptis mengakui setiap manusia berharga dan unik sehingga pilihan bidang karier seseorang sangat penting bagi gereja. Selain itu, setiap orang hendaknya memandang pekerjaannya sehari-hari sebagai bagian dari pandangan Kristianinya. Dengan demikian, program berkala bimbingan karier menjalankan satu tugas bagi gereja yaitu mendidik dalam pekerjaan Kristen dan membimbing seseorang dalam pekerjaan yang berhubungan dengan gereja dan penyesuaiannya. Secara konkrit, program ini menolong gereja dalam menolong seseorang untuk menemukan dan mengerti dengan jelas akan minat, bakat, karunia, dan kemampuan mereka dalam hubungan mereka dengan Allah dan orang lain.<br />• Pelayanan mahasiswa<br />Pelayanan mahasiswa bertujuan untuk menolong gereja memenuhi misinya dengan membimbing para mahasiswa dan orang lainnya dalam lingkungan akademik untuk beriman kepada Allah, membimbing dalam pertumbuhan dan pemuridan, dan melibatkan mereka dalam keanggotaan gereja yang bertanggung-jawab. Secara singkat tugas-tugas pelayanan mahasiswa adalah: a). bersaksi tentang Kristus; b). membimbing mahasiswa agar menjadi anggota gereja yang bertanggung-jawab; c). mengembangkan pelayanan kepada orang lain; d). membimbing mahasiswa mengambil keputusan dalam kehidupan; e). melibatkan mahasiswa dalam pelajaran Alkitab dan iman Kristen; f). melibatkan mereka dalam pengutusan Injil; g). membimbing mereka dalam berbakti; h). membangun persekutuan Kristen; i) melibatkan mereka dalam masalah dunia dan aksi sosial.<br /><br />Bab XI: Menolong Gereja Agar Berfungsi Secara Efektif<br /> Hari ini kita hidup dalam zaman informasi. Kemajuan zaman telah merubah kehidupan masyarakat. masyarakat menjadi semakin kompleks dan menjurus kepada spesialisasi. Kemajuan ini juga berdampak pada gereja sehingga muncul kebutuhan-kebutuhan baru dalam program gereja. Umat Baptis Selatan mendapati adanya tiga program gereja yang dapat mendukung seluruh program gereja dalam memenuhi misinya. Ketiga program itu adalah:<br />• Perpustakaan Media<br />Perpustakaan media dirancang untuk mempersatukan usaha gereja dengan melibatkan media dalam kehidupan para anggotanya dan pekerjaan program-programnya. Tiga hal yang dilakukan adalah menyediakan media dan pelayanan media perpustakaan, mempromosikan penggunaan media dan pelayanan media perpustakaan, dan melatih orang agar trampil dalam penggunaan media.<br />• Pelayanan Rekreasi<br />Tugas pelayanan rekreasi adalah menyediakan metode, materi, jasa, dan pengalaman yang akan meningkatkan mutu kehidupan orang, serta mendukung misi keseluruhan gereja. Bentuknya antara lain adalah rekreasi sosial, olah raga, drama, perkemahan, retret, dsb.<br />• Pelayanan Administrasi<br />Tugas pelayanan administrasi adalah menolong gereja merencanakan program, mengelola sumber-sumbernya, dan mengurus kehidupan dan pekerjaan gereja.<br /><br />Bab XII: Penitia Perancang Gereja<br /> Gereja yang efektif harus mengkoordinasikan semua kegiatan dan program gereja secara harmonis. Koordinasi dalam gereja Baptis dilakukan dalam tiga tingkatan yaitu:<br />• Koordinasi keseluruhan program gereja: Panitia Perancang<br />Panitia perancang melayani sebagai forum para pemimpin untuk membimbing perencanaan, mengkoordinir dan mengevaluasi seluruh pekerjaan gereja.<br />• Koordinasi pekerjaan setiap program gereja: Pengurus Program<br />Setiap program gereja mempunyai beberapa petugas dan membawahi beberapa organisasi untuk menentukan jalannya, mengkoordinir usaha-usaha dalam program, dan menghubungkan mereka dengan panitia perancang.<br />• Koordinasi pelayanan bagi kelompok menurut umur dalam sebuah program: Koordinator atau ketua bagian<br />Koordinasi bagian ini dapat dilakukan dengan koordinasi sendiri, panitia koordinasi, atau koordinator kelompok menurut umur. Untuk menentukan pendekatan yang dipilih, bergantung pada ukuran gereja dan keragaman organisasi dalam kelompok menurut umur itu sendiri.<br /><br />Penutup: Menjadi Umat Allah? Pelayanan Terpadu Gereja Baptis<br /> Bagian penutup buku ini sangat menggelitik hati dan pikiran. Di sini penulis menyatakan refleksi pribadinya tentang menjadi umat Allah. Ketika semua hal telah tersedia (Tuhan telah siap, kuasa-Nya disediakan, program gereja tersedia), bagaimana tanggapan kita sebagai umat Allah?. Akankah tetap pasif atau akan menjawab dan menjalankan panggilan Allah?. Akankah kalimat “Menjadi umat Allah” akan diakhiri dengan tanda tanya atau tanda titik.<br /><br />Kekuatan Dan Kelemahan Buku<br /><br />Kekuatan Buku<br />1. Mengingat jumlah buku yang membahas topik penatalayanan gereja yang misioner sangat langka jumlahnya di toko-toko buku Kristen, maka kekuatan buku yang pertama adalah adanya buku ini sendiri.<br />2. Sistematis dalam penulisan dan alur pikirannya sehingga mudah dipahami, bahkan oleh orang awam.<br />3. Dilengkapi dengan “kegiatan belajar sendiri” pada setiap topik bahasan sehingga membantu pembaca lebih meresapi isi buku.<br />4. Seringkali pada akhir pembahasan suatu bab, penulis mencantumkan kutipan berupa ucapan seorang tokoh. Kutipan itu sesuai dengan topik bahasan sehingga memberi kesan yang kuat pada pembacanya.<br /><br />Kelemahan<br />1. Kelemahan buku ini adalah kurang up to date-nya pembahasan akan kebutuhan jemaat dan gereja masa kini. Sebagai contoh, buku ini masih menekankan program menurut kelompok umur. Dewasa ini masyarakat lebih tertarik dengan sebuah komunitas yang mempunyai minat yang sama tanpa memandang batasan umur. Hal ini dapat dipahami karena buku ini ditulis 23 tahun yang lalu di mana memang hal ini belum muncul.<br />2. Pembahasan buku terlalu ringan dan kurang mendalam bagi orang yang belajar teologi, tetapi pas untuk kaum awam.<br /><br />Implementasi Dalam Pelayanan Pendidikan di Gereja<br />Langkah-langkah implementasi dapat mengacu pada strategi misi yang dipakai oleh Edward R. Dayton dan David A. Fraser “Planning Strategies For World Evangelization”, halaman 43. Langkah-langkah buku ini sangat pantas untuk menjadi salah satu buku acuan bagi pendidikan kaum awam di gereja.<br />1. Tentukan misi yang akan dilakukan<br />Misinya adalah melakukan pelayanan pendidikan di gereja. <br />2. Tentukan orang-orang yang akan dijadikan sasaran<br />Sasarannya adalah semua anggota jemaat gereja.<br />3. Tentukan tenaga yang akan dipakai untuk pelatihan<br />Para diakon dan panitia perancang.<br />4. Telitilah sarana dan metode pelatihan yang akan digunakan<br />Pertama-tama pendeta menyiapkan bahan-bahan pelatihan. Kemudian melatih para diakon dan panitia perancang. Kemudian merekalah yang mensosialisasikan dan melatih anggota jemaat. Satu periode pelatihan ditentukan selama enam bulan sampai satu tahun.<br />5. Tetapkan pendekatan yang akan dipakai<br />Pendekatannya adalah kekeluargaan agar jemaat tidak merasa dipaksa tetapi melakukannya tanpa tekanan.<br />6. Perhitungkan hasil-hasil yang diharapkan<br /> Diharapkan hasil akhirnya adalah jumlah anggota gereja bertambah 100% dalam waktu satu tahun setelah selesainya pelatihan.<br />7. Lakukan pembagian tugas<br /> Pada tahap pertama, pembagian tugas dapat dilakukan di antara pendeta, diakon, dan panitia perancang. Pada tahap berikutnya, para kativis dapat dilibatkan sehingga proses pemuridan dapat bergulir.<br />8. Buatlah rencana<br /> Rencana sosialisasi dan rencana pelaksanaan ditentukan bersama panitia perancang. Kira-kira 1 – 3 bulan. <br />9. Bertindaklah<br /> Melakukan apa yang sudah direncanakan dan disepakati bersama. Tentukan tanggal pasti awal program dan akhir program.<br /> 10. Adakan evaluasi<br /> Mengadakan evaluasi segera setelah program pendidikan selesai dan tiap tahun setelah selesainya pendidikan. Setiap evaluasi harus memberikan “feedback” kepada pelaksanaan program berikutnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-30930204953101823192010-08-04T08:38:00.001+07:002010-08-04T08:38:34.158+07:00Studi Perjanjian Baru: Injil YohanesPendahuluan <br /> Injil Yohanes adalah salah satu bagian dari keempat Injil dalam Alkitab. Sebagai sebuah kitab Injil, Injil Yohanes mempunyai keunikan dibanding ketiga Injil lainnya. Secara materi tulisan, ketiga Injil lainnya mempunyai banyak kesamaan sehingga dinamakan Injil Sinoptik. Sedangkan Injil Yohanes mempunyai materi tulisan yang paling banyak perbedaannya dibandingkan ketiga Injil lainnya. Hal inilah yang membuat Injil Yohanes unik dan sangat menarik untuk dipelajari secara mendalam.<br /> Makalah ini ditulis sebagai tugas awal mata kuliah Studi Perjanjian Baru “Injil Yohanes”. Makalah ini berisi latar belakang Injil Yohanes secara lengkap, eksposisi Yohanes 21:1 – 14, dan aplikasi praktis dari perikop di atas. Pada bagian akhir penulis menutup makalah dengan sebuah kesimpulan.<br /><br />Latar Belakang Historis<br /> Seperti yang ditulis dalam pendahuluan, Injil Yohanes mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan ketiga Injil yang lain. Sang penulis mempunyai cara pandang sendiri terhadap kehidupan dan karya Yesus. Penulis tidak bermaksud untuk mengulang-ulang hal-hal yang sudah ditulis oleh penulis Injil lainnya melainkan berdasarkan pengetahuan itu, menembus sampai kepada intisari kabar sukacita. Bahkan Tenney menyatakan Injil Yohanes mungkin yang paling berharga di antara keempat Injil kanonik. Lebih lanjut beliau mengatakan meskipun Injil Yohanes memuat tentang wawasan peristiwa yang sama dengan kitab Injil lainnya, Ia sangat berbeda dalam struktur maupun gayanya. Ia tidak memuat kisah perumpamaan (secara spesifik) dan hanya mencatat tujuh mujizat. Injil ini sangat bercorak teologis dan membahas sifat-sifat pribadi Yesus dan makna beriman pada-Nya. <br /><br />Penulis Injil Yohanes<br /> Untuk menentukan siapa penulis Injil Yohanes tidaklah mudah. Ada beberapa ahli yang berbeda pendapat walau tidak mempengaruhi otoritas Injil Yohanes. Injil Yohanes sendiri tidak menyebutkan nama penulisnya. Satu-satunya keterangan yang diberikan tentang penulisnya adalah “murid yang dikasihi (21:20; 23 – 24) dan sahabat dekat Petrus. <br />Pada umumnya ada dua pendapat tentang penulis Injil Yohanes yaitu:<br />1. Pandangan secara tradisi.<br />Tradisi jemaat menyebutkan penulisnya adalah Yohanes. Hanya saja ada dua nama Yohanes dalam hubungannya dengan kitab Injil keempat yaitu Rasul Yohanes dan penatua Yohanes. Sedangkan Irenaeus menyatakan yang disebut “murid yang dikasihi” adalah Rasul Yohanes. Pendapat ini mendapat dukungan dari banyak ahli seperti Tenney , Chapman , Duyverman , dan Guthrie, Motyer, Stibbs dan Wiseman .<br />2. Pandangan kontemporer.<br />Pfeiffer dan Harrison sendiri cenderung mengatakan bahwa Rasul Yohanes adalah penulisnya. Walaupun demikian mereka juga mencatat pendapat banyak sarjana modern yang menganggap seorang murid tidak dikenal yang menulis Injil ini sekalipun sebagian besar bahannya berasal dari Yohanes. Penyebab keraguan akan kepenulisan Yohanes disebabkan persoalan apakah seorang yang tidak berpendidikan dan tidak berpengalaman (Kis. 4:13) dapat menulis karya semacam itu dan adanya perbedaan gaya kepenulisan kitab Wahyu dan tulisan-tulisan Yohanes lainnya. Sementara itu Morris mengungkapkan ada ahli-ahli tertentu yang mempunyai kecenderungan kuat untuk menganggap ada sekelompok orang Kristen mula-mula yang memiliki pandangan yang berbeda dengan penulis Injil Sinoptik sebagai penulis Injil ini. <br /> <br /> Seperti yang dikatakan di atas, untuk mengetahui siapa penulis Injil Yohanes tidaklah mudah dan sederhana. Penafsiran, presuposisi dan hipotesis para ahli yang begitu luas menjadikannya sulit untuk mendapatkan pendapat yang tunggal. Walaupun demikian, penulis secara pribadi setuju dengan uraian panjang lebar yang diberikan oleh Donald Guthrie untuk memilih Rasul Yohanes sebagai penulis Injil ini.<br /><br />Maksud Penulisan<br /> Setiap kitab Injil yang ditulis mempunyai maksud-maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Demikian juga Injil Yohanes mempunyai beberapa tujuan-tujuan yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembacanya. Sebuah tujuan kitab Injil yang utama dan umum adalah untuk meyakinkan dan mempertahankan suatu keyakinan penulisnya kepada para pembacanya. Selain tujuan utama tersebut, Injil Yohanes ditulis dengan berbagai maksud lainnya, baik yang sudah pasti maupun yang masih berupa teori, yaitu: <br />1. Untuk meyakinkan anak-anak Tuhan (Yoh. 20:31), “Supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” <br />2. Yesus Kristus ada dari kekal (Yoh. 16:28), “Aku datang dari Bapa……dan Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.”<br />3. Yesus datang untuk milik-Nya (Yoh. 1:11 – 12), “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.” <br />4. Penolakan terhadap Dosetisme (pandangan yang tidak menerima kemanusiaan Yesus).<br />5. Mengungkapkan bahwa Yudaisme adalah sistem keagamaan yang tidak memadai karena menolak Mesias yang dijanjikan (1:11) .<br />6. Untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan secara tertulis dalam Injil Sinoptik. <br />7. Menyajikan hubungan yang sebenarnya antara Yesus dan Yohanes Pembaptis.<br />8. Mengkoreksi kesalah-mengertian eskalotogis atau sakramental. <br />9. Teori bahwa Injil Yohanes ditulis bagi orang Yahudi yang tidak percaya.<br />10. Pandangan bahwa Yohanes sedang melawan Gnostikisme. <br />11. Teori bahwa Yohanes menghadirkan kekristenan Yunani.<br />12. Dugaan bahwa Yohanes mengkoreksi pengkultusan Yohanes Pembaptis.<br />13. Gagasan bahwa Yohanes menangani polemik di antara jemaat.<br />14. Dugaan bahwa Yohanes mau menyajikan tradisi yang sesuai dengan pemakaian liturgis. <br /><br />Waktu Penulisan<br /> Para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang waktu penulisan Injil Yohanes. Sesungguhnya waktu penulisan Injil ini terbuka luas karena tidak adanya keterangan lain untuk dijadikan bahan perbandingan. Bahkan ada sebuah hipotesa yang menduga Injil ini telah melalui dua edisi. Hal ini terjadi karena kata pengantarnya bersifat Yunani sedangkan sisanya bersifat sangat Yahudi. Selain hal ini, ada yang menduga bahwa Yohanes 20:30 – 31 sebagai akhir yang logis dari Injil ini (bukan pasal 21). Dua hal ini membuat munculnya hipotesa yang mengatakan bahwa kata pengantar dan pasal 21 telah ditambahkan pada waktu Injil ini disiapkan untuk kebutuhan kelompok baru oleh penulisnya. Sebenarnya alasan Rasul Yohanes menambahkan satu pasal terakhir adalah Rasul Petrus, sahabat dekatnya dalam pelayanan (Kis. 3:1). Yohanes tidak ingin mengakhiri Injilnya tanpa menyampaikan kepada pembaca-nya bahwa Petrus telah dipulihkan kembali dalam panggilan kerasulannya. Tanpa pasal 21 para pembaca akan bertanya-tanya mengapa Petrus sangat menonjol dalam dua belas pasal pertama Kisah Para Rasul. <br /> Secara kronologis penulisan, pandangan para ahli yang berbeda-beda tentang waktu penulisan Injil Yohanes adalah sebagai berikut:<br />1. Tahun 40 – 65 M.<br />J. A. T. Robinson mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan kitab ini merupakan Injil tertua dari semua kitab Injil. Jika hal ini benar, maka semua keberatan para ahli lain terhadap anggapan bahwa Rasul Yohanes adalah penulisnya akan secara efektif gugur.<br />2. Tahun 70 – 100 M.<br />Menurut Drane, pilihan ini adalah pendapat sebagian besar para ahli. Para bapa gereja juga menyatakan kitab Injil ini ditulis oleh Rasul Yohanes pada akhir kehidupannya yang panjang. <br />3. Tahun 80 – 90 M.<br />Pendapat ini diberikan oleh Pfeiffer dan Harrison. Mereka mengatakan bahwa Injil yang ditulis Rasul Yohanes menunjukkan pengenalannya akan tradisi Sinoptik dan karenanya harus diletakkan pada akhir rangkaian Injil ini. Hal ini diperkuat dengan penemuan berbagai bagian Injil ini di Mesir pada belahan pertama abad kedua. Hal ini menunjukkan penulisan Injil ini adalah pada waktu abad pertama. <br />4. Tahun 80 – 100 M.<br />Chapman berpendapat bahwa Injil Yohanes ditulis satu generasi setelah ditulisnya Injil-Injil yang lain.<br />5. Tahun 40 – 140 M.<br />Goodenough berpendapat tahun penulisan Injil ini adalah tahun 40. Sedangkan Tatianus mengutip Injil ini pada sekitar pertengahan abad kedua. Kedua hal ini menunjukkan Injil ini ditulis paling cepat tahun 40 M dan paling lambat tahun 140 M. walaupun demikian, nampaknya jawaban yang paling tepat adalah menjelang akhir abad pertama. <br />6. Tahun 90 – 110 M.<br />Guthrie menyatakan mayoritas ahli memilih penanggalan ini dengan beberapa alasan sebagai berikut:<br /> Bukti eksternal bagi pemakaian awal Injil Yohanes. <br />Bukti paling awal adalah Papirus Rylands 457 yang berasal dari abad kedua. Penemuan ini bersama penemuan Papirus Egerton 2 secara efektif membuktikan penulisan Injil ini pada abad pertama.<br /> Situasi historis.<br />Berdasarkan situasi historis, diasumsikan Injil ini ditulis sebelum sekte-sekte Gnostik ditata dengan baik.<br /> Relasi dengan Injil Sinoptik.<br />Jika Yohanes mengenal Injil Sinoptik (terlepas apakah ia memakainya sebagai sumber) maka Injil Yohanes pasti ditulis setelah tahun 85 M karena Injil Matius ditulis pada tahun 80 – 85 M.<br /> Pengaruh penulis terhadap penanggalan.<br />Kesaksian Irenaeus bahwa Yohanes hidup sampai bertahtanya Trajan, menempatkan Injil ini pada dekade akhir abad pertama. Dengan kata lain, jika Rasul Yohanes adalah penulisnya, maka Injil ini tidak mungkin ditulis setelah tahun 100 M. <br /><br />Tempat Penulisan<br /> Berbeda dengan adanya sedikit kesulitan yang dihadapi untuk menentukan waktu penulisan, para ahli umumnya mempunyai pendapat yang sama tentang tempat penulisan Injil ini. Secara aklamasi, para ahli yang setuju dengan kepenulisan Rasul Yohanes akan Injil ini menyatakan Injil ini ditulis di kota Efesus. Tenney mengatakan saat itu pertumbuhan gereja sudah mencapai kematangannya dan sudah timbul kebutuhan akan ajaran yang lebih lanjut tentang kaidah iman. <br /> Sebuah pendapat yang agak berbeda diajukan oleh Drane dengan mengatakan bahwa mungkin Injil ini mula-mula ditulis di Palestina untuk menunjukkan “Yesuslah Mesias” (Yoh. 20:31. Sedangkan kata pengantar dan kata penutup (Yoh. 21) memberi kesan bentuk akhir Injil ini mungkin ditujukan kepada sebuah jemaat Kristen Yahudi di sebuah tempat di dunia Helenis, mungkin di Efesus. Walaupun demikian, secara umum para ahli memberikan jawaban kota Efesus sebagai jawaban atas pertanyaan tempat penulisan Injil ini.<br /><br />Penulisan Ditujukan Kepada Siapa<br /> Setiap penulis kitab injil mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai lewat tulisannya. Berarti setiap penulis Injil mempunyai tujuan secara jelas kepada siapa Injil itu akan dibaca. Injil Matius ditulis bagi orang Yahudi, Injil Markus ditulis bagi orang Roma, Injil Lukas ditulis bagi orang Yunani, dan Injil Yohanes ditulis bagi semua orang. <br />Tenney mengatakan semua Injil memang dimaksudkan untuk menanamkan keyakinan pada mereka yang membaca atau mendengar orang membacakannya untuk mereka. Injil Yohanes dimaksudkan bagi mereka yang telah memiliki sedikit minat filsafat, seperti yang tertulis dalam kata pembukanya, dan yang memiliki keinginan sama dengan Filipus: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (14:8). <br />Jadi para ahli di atas menyatakan Injil Yohanes ditujukan kepada semua orang, bukan ditujukan kepada suatu golongan masyarakat tertentu. Injil Yohanes bukanlah suatu biografi tetapi lebih dekat pada traktat Injil yang disipkan dengan cermat. Ia memberikan bukti-bukti yang dipilih secarfa khusus, ia hanya memasukkan tujuh mujizat Yesus yang biasanya dilanjutkan dengan pembahasan yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes juga mengetengahkan para saksi mata satu persatu dan menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi yang mengindikasikan Injil ini tidak ditujukan bagi orang Yahudi. <br /><br />Eksposisi Yohanes 21:1 -14<br />1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.<br />Alasan mengapa para murid datang ke Galilea adalah untuk memenuhi pesan malaikat yang menampakkan diri kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain (Matius 28:7). Pesan ini kemudian diulangi oleh Yesus sendiri (Matius 28:10). Ayat ini (Matius 28:10) adalah alasan mengapa mereka ada di Galilea tetapi sebenarnya setelah Amanat Agung (Matius 28:18 – 20) diberikan oleh Yesus kepada mereka, tidak ada alasan jelas mengapa mereka masih tetap tinggal di Galilea, bahkan pergi ke danau Galilea.<br /><br />2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.<br />Ada tujuh orang murid yang ada di danau Galilea. Tidak jelas di mana murid-murid yang lain, apakah mereka belum sampai di danau Galilea ataukah mereka sudah meninggalkan Galilea untuk melaksanakan Amanat Agung.<br /><br />3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.<br />Pada ayat ini Petrus menunjukkan karismanya dalam memimpin teman-temannya sekaligus menunjukkan sifatnya yang suka menuruti kata hati dan cepat bertindak. Keinginan Petrus untuk menangkap ikan tidak berarti dia meninggalkan tugas dari Yesus. kata yang dipakai adalah “pergi, υπαγω” bukan “bekerja”. Jadi kemungkinan mereka pergi mencari ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Peristiwa kegagalan mereka menangkap ikan sama persis dengan kejadian yang dicatat dalam Lukas 5:5. <br /><br />4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.<br />5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."<br />Setelah hari mulai terang Yesus berbicara kepada mereka tapi mereka tidak tahu kalau orang yang berbicara kepada mereka adalah Yesus. Yesus memakai istilah “anak-anak, παιδία” yang berarti anak-anak kecil. Tentunya yang dimaksud Yesus bukan karena mereka anak-anak secara usia melainkan mereka belum dewasa secara rohani (dan memang mereka adalah anak-anak-Nya secara rohani). Kemudian Yesus menanyakan sebuah pertanyaan (adakah kamu mempunyai lauk-pauk?) yang tentunya sudah diketahui-Nya jawabannya. Ternyata mereka menjawab dengan jujur “Tidak ada”. Jawaban ini jujur walaupun sebenarnya memalukan karena bagaimana mungkin nelayan yang bekerja semalam suntuk tidak mendapat hasil apa-apa. <br /><br />6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.<br />Kembali ayat ini mengikatkan kita pada Lukas 5:5. Hanya saja paling tidak ada dua perbedaan, yaitu pada peristiwa dahulu yang dicatat oleh Lukas, Petrus tahu dengan jelas siapa yang menyuruhnya, yaitu Yesus yang dikenal sebagai guru. Pada kesempatan ini Petrus tidak mengenali Yesus dan baginya saat itu yang menyuruhnya adalah “hanya seseorang yang tidak dikenal”. Mengingat hal ini, rupa-rupanya Petrus dan teman-temannya sudah benar-benar putus asa sehingga menuruti perintah “orang asing”. <br />Hal kedua yang berbeda ada pada ayat 11.<br /><br />7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.<br />8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.<br />Kalimat “murid yang dikasihi Yesus” mengacu pada Rasul Yohanes yang memang paling dikasihi oleh Yesus. Oleh karenanya tidak mengherankan Yohaneslah yang paling tanggap dalam mengenali Yesus. <br />Ketika mendengar kata-kata Yohanes, Petrus segera saja terjun ke dalam danau. Sekali lagi hal ini sungguh cocok dengan karakter Petrus yang suka menuruti kata hatinya. Sedangkan teman-teman lainnya mengikuti dengan mendaratkan perahunya dengan menyeret hasil tangkapannya.<br /><br />9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.<br />Di sini kita melihat Yesus menyediakan makanan bagi para murid. Sangat menarik, ternyata Yesus hanya menyediakan satu ikan (οψαριον) dan satu roti (αρτον). <br /><br />10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."<br />Pfeiffer dan Harrison berkata bahwa beberapa ikan itu tidak digunakan untuk menambahi “satu ikan dan satu roti” (ay. 9) yang sudah tersedia. Memang tidak ada keterangan yang menyatakan kebalikannya. Hal ini berarti Yesus mencukupkan satu ikan dan satu roti bagi para murid.<br /><br />11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.<br />Hal kedua (lihat ayat 6) yang berbeda adalah pada peristiwa dahulu Lukas mencatat jaring ikan mereka sampai sobek karena banyaknya hasil tangkapan. Sedangkan Yohanes justru mencatat “ke-tidak” sobekan jaring mereka. <br /><br />12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.<br />Kembali Yesus memberikan teladan untuk melayani para murid-Nya. Yesus dahulu dan sekarang tidak berubah. Dalam situasi yang mengharukan itu, para murid tahu dengan jelas siapa pribadi yang melayani mereka. Jika kita membaca perikop berikutnya, jelas terlihat kebijaksanaan Yesus. Sebelum memberikan tugas kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia menyediakan makanan secukupnya. Jelas Dia tidak ingin hamba-Nya untuk melayani dengan perut yang lapar.<br /><br />13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.<br />Pink memberikan penafsiran yang sangat indah: Yesus tidak lagi mengucap syukur kepada Allah sebelum makan seperti kebiasaan-Nya dahulu sebelum kematian dan kebangkitan-Nya. Dahulu sebagai manusia sejati, Dia selalu mengucap syukur kepada Allah. Kini sebagai Allah yang sejati, Dia berotoritas untuk memberikan roti dan ikan kepada mereka. Hal yang kedua adalah Yesus memberikan contoh teladan melayani para murid.<br /><br />14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.<br />Yohanes mencatat peristiwa Yesus menampakkan diri sebanyak tiga kali. Hal ini tidak berarti Yesus hanya menampakkan diri sebanyak tiga kali saja setelah kebangkitan-Nya. Hanya saja Yohanes mencatatnya tiga kali, tetapi berapa kali sebenarnya Dia menampakkan diri, tidak diketahui dengan pasti dan kita tidak perlu berspekulasi tentang hal itu. <br /><br />Aplikasi Praktis Yohanes 21:1 -14<br />1 Panggilan Tuhan (ayat 1 – 2)<br />Sebenarnya alasan ketujuh murid pergi ke danau Galilea tidak jelas. Di pihak lain, panggilan mereka untuk menjalankan Amanat Agung sangat jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita melakukan hal yang sama. Sementara panggilan Tuhan sangat jelas bagi kita, kadang kita justru melakukan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan panggilan Tuhan itu. Hal itu tidak berarti kita menguasai situasi karena Tuhan tetap memegang kendali.<br /><br />2 Ketetapan Tuhan pasti terjadi (ayat 3).<br />Ketika kita “melarikan diri” dari panggilan Tuhan, Dia dapat menggunakan segala macam cara untuk membuat kita akhirnya menyerah dan melakukan kehendak-Nya. Ayat ini membuktikan hal itu. Ketika seorang nelayan kawakan dengan waktu yang tepat (menangkap ikan pada malam hari adalah yang paling besar peluangnya) dan dengan alat yang tepat (perahu dan jaring) gagal menangkap seekor ikanpun, hal itu adalah mujizat yang dipersiapkan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi mujizat bukan sekedar ketika hasil tangkapan berlimpah, tetapi ketika hasil tangkapan mengecewakan-pun, hal itu juga mujizat yang dilakukan Tuhan bagi kemuliaan nama-Nya.<br /><br />3 Providensia Allah (ayat 4 – 8).<br />Ketika Yesus menampakkan diri, mereka tidak mengenali-Nya, bahkan sampai Yesus membuka percakapan, mereka tetap belum mengenali-Nya. Dalam hidup sehari-hari kitapun kadang berlaku seperti para murid. Kita ingin Tuhan berbicara dan ketika Dia berbicara, kita tidak sadar siap yang berbicara. <br />Dalam keadaan sesulit apapun, kasih pemeliharaan Yesus selalu menyertai, bahkan ketika kita belum sadar akan penyertaan-Nya, Dia sudah menyertai. Dalam keadaan ini kembali Dia melakukan mujizat kedua (dalam perikop ini) dengan membuat jaring mereka penuh dengan ikan tangkapan sampai tidak dapat ditarik ke atas perahu karena banyaknya ikan. <br />Ketika hal itu terjadi, sadarlah Yohanes siapa “orang” itu sebenarnya. Di sini ada dua reaksi yang berbeda antara Petrus dan murid lainnya. Petrus mengikuti kata hatinya, terjun ke danau. Murid lainnya mendarat dengan perahunya dan menghela hasil tangkapan. Dua reaksi yang berbeda ini tidak dicela maupun dipuji oleh Yesus. Jadi prinsip yang dapat ditarik adalah Tuhan tidak melihat reaksi lahiriah melainkan melihat hati manusia. <br /><br />4 Pertolongan Tuhan tuntas (ayat 9 – 11).<br />Yesus hanya menyediakan satu ikan dan satu roti bagi para murid. Tentu saja Dia mencukupkan kebutuhan para murid dari satu ikan dan satu roti dengan memperbanyaknya. Jala yang tidak koyak juga sebuah hal yang tidak dapat diterima rasio. Ketika ikan yang dijala tidak dapat ditarik masuk ke dalam kapal, nelayan justru akan menyobek jalanya sedikit dan mengeluarkan sedikit ikan agar jalanya tidak mengalami sobek besar. Hal ini dilakukan karena ikan yang tidak segera ditarik masuk ke kapal akan mati dan ikan yang mati membuat beban yang ditanggung jala semakin berat. Sedangkan ikan yang hidup akan berlompatan di dalam jaring sehingga beban jaring menjadi ringan. Jadi ikan yang mati hanya menambah beban jaring (pengetahuan ini penulis dapatkan dari pengalaman para nelayan). Dari sini kita belajar bahwa Tuhan sungguh berkuasa dan pertolongannya tuntas. Kiranya tiga ayat ini dapat memberikan hiburan akan totalitas pertolongan Tuhan bagi semua anak-anak-Nya.<br />5 Teladan Yesus (ayat 12 – 14).<br />Yesus memberi teladan dalam melayani kebutuhan makan para murid. Sebelum meninggalkan mereka Tuhan memberikan pelajaran penting (mengingatkan) dalam kepemimpinan dengan melayani (servant leadership). Seorang pemimpin adalah seorang hamba yang memberikan diri untuk melayani. Keteladanan Yesus diberikan melalui contoh tindakan nyata, kiranya kitapun meneladaninya dengan tindakan nyata pula, tidak sekedar berkata-kata.<br /> <br />Kesimpulan<br /> Kesulitan untuk menentukan satu jawaban pasti akan siapa penulisnya, waktu penulisan, apakah Injil ditulis dengan dua edisi atau tidak, dsb tidak pernah mengurangi otoritas Injil Yohanes. Semua ahli tidak ada yang meragukan keabsahan Injil ini. Jadi hal-hal sekunder tidak boleh mempengaruhi hal primer.<br /> Yesus sungguh-sungguh menyelesaikan tugas-Nya di dunia secara tuntas. Sampai pada akhirnya, Dia tidak pernah meninggalkan mereka dan kita, apapun situasinya. He done it in His way, on His love. Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-78513303940492660572010-08-04T08:36:00.000+07:002010-08-04T08:37:37.251+07:00Mengenal Tata Gereja BaptisMengenal Tata Gereja Baptis<br />(Lee H. McCoy)<br /><br />Pendahuluan<br /> Buku ini ditulis oleh Lee H. McCoy dengan judul asli “Understanding Baptist Polity”. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh STBI pada tahun 1989. Buku ini terdiri dari delapan bab yang pada dasarnya membahas aspek-aspek tata gereja berdasarkan Perjanjian Baru.<br /><br />Bab 1: Pengertian Mengenai Tata Gereja dan Pemerintahan Gereja<br /> Tata gereja adalah teori dan bentuk dari sistem pemerintahan gereja. Tata gereja menunjukkan prinsip-prinsip yang berlaku dalam pemerintahan gereja. Dengan kata lain, tata gereja menunjukkan metode dan kedudukan kekuasaan dalam gereja; sedangkan pemerintahan gereja menjalankan kekuasaan berdasarkan tata gereja yang berlaku.<br /> Sebuah organisasi diperlukan bila ada dua orang atau lebih berserikat bersama. Demikian juga gereja memerlukan suatu bentuk organisasi agar dapat berfungsi dengan baik. Perjanjian Baru dalam Kisah Para Rasul memberikan contoh bagaimana para rasul membentuk suatu organisasi yang terdiri dari tujuh orang untuk mengatasi persoalan yang ada. <br /> Tata gereja sebuah gereja menentukan corak pemerintahan gereja dan mempengaruhi doktrin yang dianutnya. Secara umum ada empat golongan besar tata gereja di dunia yaitu:<br />1. Episkopal.<br />Bentuk pemerintahan episkopal bertumpu pada para uskup untuk mengurus segala pekerjaan gereja (oligarki).<br />2. Monarkial.<br />Bentuk ini hampir sama dengan episkopal dengan pengecualian ada seorang uskup yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari uskup lainnya. Contohnya adalah Katolik di mana Paus mempunyai kekuasaan yang mutlak.<br />3. Presbiterian.<br />Kekuasaan dalam bentuk ini terletak pada tangan para penatua (majelis) yang sama derajatnya. Gabungan majelis-majelis beberapa gereja sewilayah membentuk klasis dan gabungan klasis membentuk sinode. Kekuasaan tertinggi ada pada sidang sinode.<br />4. Kongregasional.<br />Ciri khas bentuk ini adalah otonomi gereja di mana anggota-anggota gereja memerintah dirinya sendiri. gereja setempat berdaulat penuh dalam batas keanggotaannya sendiri. Jadi tidak ada garis struktur ke atas.<br /><br />Bab 2: Prinsip-prinsip Perjanjian Baru Mengenai Tata Gereja<br /> Meskipun Alkitab tidak menyatakan secara eksplisit keterangan-keterangan tentang tata gereja secara terperinci, prinsip-prinsip dasarnya dapat ditarik dari Perjanjian Baru. Ada sepuluh prinsip, yaitu:<br />• Allah adalah penguasa abadi atas menusia.<br />• Kristus adalah Kepala dan Guru Agung bagi gereja.<br />• Roh Kudus adalah penuntun dan sumber kuasa.<br />• Alkitab adalah kuasa tertinggi bagi gereja.<br />• Setiap individu mampu dan merdeka di hadapan Allah.<br />• Setiap gereja merupakan kesatuan rohani yang otonom dan demokratis.<br />• Gereja terdiri dari anggota-anggota yang telah dilahirkan kembali.<br />• Anggota gereja mempunyai hak dan kewajiban yang sama.<br />• Kerjasama antar gereja bersifat suka rela.<br />• Kebebasan beragama adalah suatu hak yang tidak dapat dihilangkan.<br /><br />Bab 3: Kewajiban Anggota Untuk Turut Memerintah<br /> Dalam gereja Baptis, kekuasaan tertinggi dan yang terutama berada dalam sidang jemaat. Setiap anggota jemaat mempunyai hak satu suara. Dengan demikian anggota jemaat diakui sebagai orang yang mempunyai nilai luhur, mampu berkarya dan merdeka di bawah terang Kristus. Jadi inti dari kebebasan individu adalah hak untuk menentukan nasibnya sendiri.<br /> Gereja Baptis mengakui bahwa tubuh Kristus terdiri dari individu-individu yang telah dilahirkan kembali dan mempunyai sifat asali yang sama satu dengan lainnya. Dengan kata lain setiap anggota jemaat mempunyai persamaan derajat, hak istimewa dan kesempatan. Hal ini tidak berarti dalam gereja Baptis tidak ada seorang “bos” pemimpin, melainkan pemimpin adalah pelayan yang baik, bukan seorang penguasa yang mempunyai kekuasaan di atas yang lainnya.<br /> Sistem demokrasi dalam gereja Baptis memberikan anggota jemaat kebebasan, hak dan kesempatan yang sama. Hak-hak tersebut mempunyai konsekuensi kepada suatu tanggung-jawab. Setiap anggota jemaat bertanggung-jawab untuk mencapai tujuan-tujuan gereja. Bentuk tanggung-jawab itu adalah sbb:<br />• Bertanggung-jawab atas kebebasan dan hak-hak orang lain.<br />• Bertanggung-jawab untuk memerintah.<br />• Bertanggung-jawab untuk mentaati keputusan mayoritas.<br />• Bertanggung-jawab untuk mendisiplin diri sendiri.<br /><br />Bab 4: Gereja dan Pemerintahannya<br />Prinsip-prinsip pemerintahan sebuah gereja menurut Perjanjian Baru bersifat tetap dan harus diutamakan dalam perkembangan struktur pemerintahan gereja. Ada tiga prinsip pemerintahan gereja yaitu:<br />• Sebuah gereja adalah lengkap dan bersifat mandiri. <br />Gereja bukan merupakan bagian dari gereja lain yang lebih besar. Gereja lahir dalam keadaan utuh, sederajat dengan gereja lain, terpisah dan otonom. Gereja merupakan sebuah organisme yang terdiri dari manusia-manusia yang merupakan bagian dari tubuh Kristus yang rohani. Dengan kata lain kita semua disatukan dalam diri Kristus.<br />• Sebuah gereja merupakan kesatuan yang otonom. <br />Artinya setiap gereja menjalankan prinsip menentukan nasibnya sendiri dalam segala hal. Ada beberapa ciri dari sebuah gereja yang otonom yaitu bebas dari ikatan gerejawi, berdiri sendiri dan lepas dari badan-badan yang lain, dan berpemerintahan kongregasional.<br />• Sebuah gereja adalah suatu demokrasi sidang. <br />Yang dimaksud dengan demokrasi sidang adalah pemerintahan gereja langsung menjadi tanggung jawab sidang. Hal ini berdasarkan bukti bahwa Kristus memberikan kuasanya ke dalam tangan angota-anggota gereja secara keseluruhan. Demokrasi sidang dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang teratur dalam rapat urusan gereja. Dalam rapat ini semua anggota gereja wajib mendapat informasi yang cukup mengenai keadaan gereja. Setelah itu para anggota gereja wajib memikirkan solusi yang terbaik bagi kepentingan gereja dan memberikan suaranya. Sidang jemaat dilaksanakan untuk menentukan syarat-syarat keanggotaan gereja termasuk bagaimana memeliharanya, menentukan program-program gereja sendiri, menentukan corak organisasinya sendiri, dan mengangkat para pemimpinnya sendiri. Biasanya para pejabat yang dipilh pertama-tama adalah para diakon (panitia perancang) yang tanggung-jawab utamanya melayani kebutuhan sidang jemaat.<br />Bab 5: Tata Organisasi Denominasi<br /> Bentuk organisasi pada lembaga denominasi gereja-gereja Baptis Selatan dilaksanakan sesuai dengan tata gereja Perjanjian Baru. Secara organisasi, gabungan gereja-gereja Baptis membentuk asosiasi gereja se-wilayah. Gabungan gereja-gereja se-wilayah membentuk gabungan gereja tingkat negara bagian dan akhirnya disatukan dalam Konvensi Baptis Selatan secara nasional. <br /> Ada tiga hal yang perlu diketahui dalam berbicara tentang tata organisasi denominasi Baptis Selatan yaitu:<br />• Baptis Selatan sebagai badan denominasi. <br />Gereja-gereja Baptis Selatan tidak mempunyai hubungan organik maupun tunduk kepada kekuasaan Konvensi Baptis Selatan. Istilah “Baptis Selatan” hanyalah menunjukkan affiliasi mereka pada Konvensi Baptis Selatan. Dengan kata lain setiap gereja Baptis yang bergabung dalam Konvensi Baptis Selatan tetap sebuah gereja yang merdeka dan berotonomi penuh.<br />• Hubungan antara gereja dan badan-badan denominasi. <br />Setiap lembaga Baptis terdiri dari pribadi-pribadi tertentu anggota gereja Baptis yang dipilih sebagai utusan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tahunan baik dalam asosiasi, gabungan tingkat negara bagian, maupun Konvensi Baptis Selatan secara nasional. Seperti setiap gereja yang beraffiliasi dengan denominasi Baptis Selatan tetap bersifat otonom, setiap lembaga denominasi juga berstatus otonom.<br />• Tata pemerintahan badan denominasi Baptis. <br />Tata pemerintahan kaum Baptis Selatan dalam ketiga badan denominasinya (asosiasi, gabungan, dan konvensi) mempunyai keunikan. Keunikan ini tampak dalam pelaksanaan demokrasi sidang pada rapat tahunan. Masing-masing badan denominasi mempunyai wewenang terakhir. Sehingga dengan kata lain setiap jenjang badan dan lembaga tersebut menerapkan pola kongregasional yang sangat mendasar.<br /><br />Bab 6: Gereja yang Bebas di Dalam Negara yang Merdeka<br /> Konvensi Baptis Selatan mempunyai pokok-pokok kepercayaan tertentu mengenai kebebasan beragama dan pemisahan di antara gereja dan negara. Tentang kebebasan beragama, kaum Baptis percaya beberapa hal yaitu:<br />• Kebebasan beragama berarti bebas memilih dan bebas dari paksaan untuk menyatakan kepercayaan agamanya.<br />• Kebebasan beragama berasal dari Allah sendiri, bukan dari manusia.<br />• Negara seharusnya memberikan kepastian jaminan hukum akan kebebasan beragama. Contohnya adalah Amandemen Pertama dari UUD Amerika Serikat yang mengakui kebebasan beragama dan jaminan hukumnya.<br />• Kebebasan beragama adalah kebebasan yang mendasar.<br />Tentang pemisahan di antara gereja dan negara, kaum Baptis percaya bahwa sebuah gereja seharusnya merdeka sepenuhnya dan terpisah dari negara. Ada enam pokok definisi kepercayaan orang Baptis yaitu:<br />• Pemisahan berarti gereja mempunyai asas dan tujuannya sendiri.<br />• Baik gereja maupun negara, masing-masing mempunyai masyarakatnya sendiri.<br />• Metode yang dipakai gereja harus berbeda dengan yang dipakai oleh negara.<br />• Masing-masing mempunyai sistem administrasi yang berbeda.<br />• Masing-masing mempunyai sumber keuangan yang berbeda.<br />• Masing-masing mempunyai program pendidikan yang terpisah.<br />Biasanya, negara memandang gereja sebagai badan kerohanian dan sebagai badan duniawi. Hal ini membawa dua implikasi, yaitu sebagai badan rohani, gereja terpisah dan tidak berada dalam kekuasaan negara (dalam hal yang berhubungan dengan urusan kerohanian). Sedangkan dalam hal urusan di tengah masyarakat, gereja dianggap sebagai badan duniawi yang harus tunduk kepada peraturan perundangan yang berlaku.<br /><br />Bab 7: Penyimpangan-penyimpangan yang Berbahaya Dalam Pemerintahan Gereja Baptis<br /> Praktek-praktek dalam pemerintahan gereja Baptis sering berada dalam bahaya karena bertentangan dengan tata gereja kongregasional. Ada beberapa penyimpangan-penyimpangan dalam pemerintahan gereja Baptis sbb:<br />• Liberalisme, yaitu dengan membuat tata gereja yang sesuai dengan keperluan dan kehendak diri sendiri.<br />• Ritualisme, melaksanakan pemerintahan gereja dengan menjalankan prosedur-prosedur secara kaku dan otomatis.<br />• Tradisionalisme, yaitu menjalankan tradisi pemerintahan gereja yang tidak sesuai dengan Perjanjian Baru.<br />• Ofisialisme, yaitu ketaatan sempit pada pribadi pemimpin gereja.<br />• Sentralisme, yaitu sentralisasi kekuasaan kepada beberapa orang saja.<br />• Otoriterisme, yaitu menyerahkan hak dan kebebasan individu kepada para pemimpin. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sentralisme.<br />• Proteksionisme, yaitu sikap untuk tidak membicarakan masalah tertentu kepada jemaat dengan alasan ketidak-tahuan jemaat akan masalah itu.<br />• Federalisme, yaitu dengan menyerahkan sebagian kekuasaan kepada suatu kekuasaan yang lebih tinggi.<br />• Eklesiaisme, yaitu penyimpangan yang mengarah pada pembentukan suatu gereja super di mana kekuasaan bersifat menurun dari “pusat” kepada gereja-gereja anggota.<br /><br />Bab 8: Melestarikan Demokrasi Perjanjian Baru<br /> Permasalahan dengan sistem demokrasi yang dianut oleh gereja Baptis adalah ketika jemaat bersikap masa bodah dan tidak perduli dengan apa yang sedang terjadi. Mereka tidak terlibat dalam diskusi, memberikan suaranya secara serampangan, atau malah tidak memberikan suaranya. Sikap ini sebenarnya menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada segelintir orang saja. Untuk menghindari terjadinya hal-hal seperti di atas, ada beberapa jalan keluar sbb:<br />• Para pemimpin berusaha menekuni idealisme demokrasi, yaitu dengan cara menjalankan prinsip-prinsip Perjanjian Baru, mempertahankan demokrasi dan menjalankan administrasi di bawah pemerintahan gereja.<br />• Anggota-anggota gereja menerima pendidikan dasar-dasar demokrasi. Pendidikan dilakukan dalam hal pemahaman tata gereja Baptis, kegiatan gereja dan denominasi dan pelatihan untuk menjalankan pemerintahan.<br />• Gereja perlu mengadakan pengamanan-pengamanan sebagai kontrol demokrasi. Maksudnya adalah agar kontrol selalu ada dalam tangan orang banyak (misalnya dalam rapat tahunan). Perangkat pengaman antara lain adalah badan hukum, anggaran dasar dan rumah tangga, tata cara rapat parlementer dan panitia perancang.<br />• Keputusan diambil melalui proses demokrasi. Hal ini adalah syarat dasar pola pemerintahan gereja kongregasional. Hal ini dapat berlangsung dengan baik ketika rapat urusan gereja dihadiri secara baik, pembahasan usul secara jelas, dan adanya perhatian yang sungguh-sungguh pada pemungutan suara.<br />Analisa Buku<br /> Buku ini ditulis oleh dan bagi kepentingan kaum Baptis terutama kaum Baptis Selatan. Gaya penulisan McCoy sederhana namun sangat sistematis sehingga mudah dipahami. Buku ini dibagi menjadi delapan bab. Dua bab pertama berisi pengenalan secara umum dan pengenalan secara Alkitabiah pada apa yang dimaksud dengan tata gereja dan pemerintahan gereja. Pada empat bab berikutnya penulis menjabarkan poin-poin penting tentang tata gereja dan sistem pemerintahan gereja. Dua bab terakhir berisi peringatan dari penulis akan penyimpangan-penyimpangan dalam pemerintahan gereja Baptis dan cara-cara untuk mengatasinya. <br /> <br />Kekuatan dan Kelebihan Buku<br />1. Ditulis secara sederhana dan ringkas sehingga mudah dipahami setiap pembacanya.<br />2. Buku ini sangat sistematis dalam penyajiannya. <br />3. Penulis sangat menguasai apa yang ditulisnya. Walau informasi tentang penulis sangat sulit didapatkan, ada kesan yang kuat penulis adalah seorang akademisi dan praktisi yang mumpuni dalam topik tata cara gereja Baptis.<br />4. Pada setiap permulaan bab diberikan ringkasan isi sehingga memudahkan para pembaca untuk mengerti pokok-pokok pembahasan dalam bab tersebut.<br /><br />Kekurangan Buku<br />1. Karena buku ini ditulis secara sederhana dan ringkas, maka kelemahan utamanya adalah kurang mendalamnya pembahasan buku bagi pembaca akademisi. <br />2. Ada beberapa bagian yang dibahas hanya secara sekilas, misalnya bab tujuh.<br />3. Mengingat buku ini diterjemahkan pada tahun 1987 dan merupakan cetakan tahun 1989, maka kekurangan buku ini adalah kurang “up to date-nya” isi buku. Mungkin ada perkembangan masa kini akan isi buku ini.<br />4. Buku ini bertumpu pada konteks Amerika Serikat. Mungkin ada sedikit perbedaan jika ditulis oleh orang Indonesia tanpa harus berbeda dalam prinsip-prinsipnya.<br /><br />Usulan<br />1. Pemuktahiran isi buku dan jika (barangkali) mungkin menggunakan contoh-contoh di Indonesia dari pada Amerika Serikat.<br />2. Untuk tugas awal mata kuliah “Tata Gereja Baptis” sebaiknya pihak STBI menyusus sebuah diktat yang lebih komprehensif. Dengan penjelasan yang lebih terinci dan contoh-contoh dari konteks Indonesia akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam pada tata cara dan pemerintahan gereja Baptis bagi para mahasiswa STBI. <br /><br />Penutup<br /> Terlepas dari beberapa kelebihan dan kekurangannya, buku ini sangat berguna baik untuk kaum Baptis maupun non-Baptis. Bagi kaum Baptis, buku ini memberikan penjelasan mengapa tata cara dan pemerintahan gereja Baptis dilakukan seperti sekarang. Bagi kaum non-Baptis, buku ini dapat menjadi referensi berharga untuk memahami alasan pelaksanaan sistem Kongregasional di gereja-gereja Baptis. Akhirnya, biarlah semua orang percaya di seluruh dunia bersama-sama berkata: Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-57450084789377733142010-02-26T15:27:00.001+07:002010-02-26T15:27:52.024+07:00John CalvinPendahuluan<br /> John Calvin adalah salah satu Reformator Protestan yang terkemuka. Jika Martin Luther dipakai Tuhan untuk memulai Reformasi, John Calvin dipakai Tuhan untuk membangun dasar-dasar teologi Injili yang kuat dan berpengaruh besar sampai hari ini. Setiap orang yang belajar teologi Injili pasti tidak akan lepas dari pengaruh pemikiran Calvin. <br /><br />Kehidupan Awal<br />John Calvin (10 Juli 1509 – 27 Mei 1564) dilahirkan di kota Noyon di Perancis. Sejak usia 12 tahun Calvin sudah bekerja pada Uskup sebagai tenaga administrasi. Calvin memotong rambutnya sebagai simbol dedikasinya pada gereja. Calvin juga memenangkan penghargaan dari “The Montmors” dan melalui bantuan itu dia melanjutkan studi di “The College de la Marche” di Paris. Setelah menyelesaikan studinya, dia memasuki “The College de Montaigu” untuk belajar filosofi. Pada tahun 1525 atau 1526, ayahnya mengirimnya ke University of Orleans untuk belajar hukum. Setelah beberapa tahun belajar, pada tahun 1529 Calvin memasuki Universitas Bourges. Di sana Calvin belajar bahasa Yunani, yang perlu bagi belajar Perjanjian Baru. <br />Suatu waktu dalam studinya, Calvin mengalami pertobatan. Pertobatan itu berhubungan dengan pemisahan dirinya dari gereja Katolik Roma. Pada tahun 1532 Calvin mendapatkan gelar doktor hukum dan menerbitkan buku pertamanya. Pada tahun 1533 terjadi pertentangan keras antara para reformis melawan anggota konservatif fakultas di Universitas. Salah satu reformis adalah teman dekat Calvin yaitu Nicolas Cop (rektor dari universitas tersebut). Akibat pertentangan itu Calvin menerima imbasnya sehingga tahun depannya dia terpaksa hidup bersembunyi dan berpindah-pindah dari Angouleme, Noyon, dan Orleans. Akhirnya Calvin terpaksa meninggalkan Perancis pada bulan Oktober 1534. Pada bulan Januari 1535, Calvin bergabung dengan Cop di Basel, Swiss. Saat itu Basel berada di bawah pengaruh seorang reformis yang bernama Johannes Oecolampadius. <br /><br />Reformasi <br /> Pada tahun 1536 Calvin memutuskan bahwa tidak ada masa depan baginya di Perancis. Dalam perjalannya ke Strasbourg, akibat manuver militer, Calvin terpaksa mengambil jalan memutar ke arah Selatan yang membawanya sampai di Jenewa. Calvin hanya bermaksud tinggal semalam saja tapi bujukan William Farel membuatnya tinggal dan melayani sebagai “pastor”. Beberapa tahun kemudian, bersama dengan Farel, Calvin menyusun sebuah katekismus dan pengakuan iman. Dewan kota menolak pengakuan iman mereka dan akibat pertentangan mereka dengan dewan kota, Calvin dan Farel diusir dari Jenewa. Atas permintaan Martin Bucer dan Wolfgang Capito, Calvin melayani di Strasbourg. Di sana Calvin menggembalakan 400-500 orang dan berkhotbah atau mengajar tiap hari dan dua kali berkhotbah pada hari minggu. <br />Sementara itu terjadi perubahan di Jenewa ketika pendukung Calvin memenangkan jabatan di dewan kota Jenewa. Mereka mengirim utusan untuk memanggil kembali Calvin. Akhirnya diputuskan bahwa Strasbourg meminjamkan Calvin selama enam bulan dan Calvin tiba kembali di Jenewa pada 13 September 1541. Ternyata Calvin menghabiskan waktunya di Jenewa jauh lebih lama dari enam bulan. Selama masa pelayanannya di Jenewa, Calvin berkhotbah lebih dari 2.000 kali dan berhasil mengatasi beberapa perselisihan pandangan teologi dengan beberapa orang. Di Jenewa, Calvin memulai program pembaharuannya. Ia menetapkan empat kategori dalam pelayanan gereja, dengan peranan dan kekuasaan yang berbeda-beda:<br />• Doktor memegang jabatan dalam ilmu teologi dan pengajaran untuk membangun umat dan melatih orang-orang dalam jabatan-jabatan lain di gereja. <br />• Pendeta yang bertugas berkhotbah, melayani sakramen, dan menjalankan disiplin gereja, mengajar, dan memperingatkan umat. <br />• Diaken mengawasi pekerjaan amal, termasuk pelayanan di rumah sakit dan program-program untuk melawan kemiskinan. <br />• Penatua yaitu 12 orang awam yang tugasnya adalah melayani sebagai suatu polisi moral. Mereka umumnya mengeluarkan surat-surat peringatan, serta bila perlu menyerahkan para pelanggar ke Konsistori. <br />Perkawinan dan Akhir Hidupnya di Dunia<br />Setelah tiga kali gagal membina hubungan rumah tangga, pada usia 31 tahun Calvin akhirnya menikah dengan seorang janda beranak dua yang bernama Idelette de Bure Stordeur. Dari perkawinan itu mereka mendapat tiga orang anak yang semuanya meninggal sebelum mencapai umur dua minggu.<br />Kesehatan Calvin mulai memburuk ketika ia menderita sakit kepala, perdarahan paru-paru, asam urat dan batu ginjal. Kadang-kadang, ia harus digotong ke mimbar dan Calvin memberikan khotbah terakhirnya pada tanggal 6 February 1564 di St. Pierre. Calvin meninggal di Jenewa pada 27 Mei 1564. Ia dikuburkan di Cimetière de Plainpalais dengan sebuah batu nisan yang ditandai semata-mata dengan inisialnya, "J.C", sebagian untuk menghormati permintaannya agar ia dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dikenal, tanpa saksi ataupun upacara.<br /><br />Karya Calvin<br /> Pada bulan Maret 1536, Calvin mempublikasikan edisi pertama Institutes of the Christian Religion dalam bahasa Latin dan kemudian dalam bahasa Perancis (1541). Buku ini berisi apologetik terhadap imannya dan pernyataan dari posisi doktrinal para reformis. Secara konstan Calvin merevisi tulisannya, dari enam pasal pada edisi pertama menjadi delapan puluh pasal pada edisi terakhirnya yang diterbitkan pada tahun 1559 dan 1560. Calvin juga menulis tafsiran-tafsiran kitab-kitab dalam Alkitab. Untuk Perjanjian Lama dia menerbitkan tafsiran semua kitab kecuali kitab-kitab sejarah. Untuk Perjanjian Baru Calvin melewatkan surat 2 Yohanes, 3 Yohanes dan Wahyu. <br /><br />Pandangan Teologi John Calvin<br /> Beberapa prinsip Calvin dalam penafsiran dapat diringkaskan sbb: <br />1. Mementingkan penerangan dari Roh Kudus. <br />Kepandaian manusia tidak dapat menggantikan penerangan Roh Kudus.<br />2. Menolak penafsiran alegoris. <br />Baginya penafsiran alegoris adalah alat setan untuk menjauhkan manusia dari kebenaran Alkitab.<br />3. Alkitab ditafsirkan dengan Alkitab. <br />Seorang penafsir harus memperhatikan tata bahasa, konteks dan lainya dari teks yang akan ditafsirkan.<br />4. Sangat hati-hati dalam nubuat akan Mesias.<br />Baginya penafsir harus memperhatikan latar belakang, sejarah nubuat dari ayat-ayat tersebut. Dia percaya kebanyakan referensi Mesias di Mazmur harus ditafsir secara analogis.<br />5. Sangat hormat kepada Alkitab.<br />Namun dia masih sanggup memperhatikan perbedaan gaya bahasa atau sastra dari setiap penulis Alkitab.<br /><br />Secara khusus Paul Enns mengatakan ada tujuh penekanan dari Calvin yaitu: Penekanan akan kedaulatan Allah (Mzm. 135:6; Dan. 4:35; Ef. 1:11, dsb), Predestinasi dan pemilihan merupakan konsep Alkitab, Doktrin kerusakan total konsisten dengan Alkitab, Pemilihan tanpa syarat merupakan keharusan yang logis dan penekanan yang Alkitabiah, Doktrin penebusan terbatas, Anugerah yang tidak dapat ditolak, dan Ketekuanan orang-orang kudus.<br /><br />Sesungguhnya dasar dari semua sistem Calvinisme adalah kedaulatan Allah yang direfleksikan dalam lima butir yang dikenal sebagai “Lima butir Calvinisme”. Sesungguhnya Calvin sendiri tidak menulis “lima butir” itu melainkan berasal dari Synod of Dort (1619) dan sebagai hasil pengukuhan keunikan Calvinisme selama berabad-abad. Kelima butir itu adalah: <br />1. Kerusakan Total.<br />Kerusakan total adalah setelah jatuh dalam dosa manusia selalu dan semata-mata berbuat dosa dan ketidakmampuan manusia secara total untuk melakukan, memahami, atau bahkan menginginkan kebaikan. Kerusakan total tidak berarti manusia telah rusak secara mutlak dan kehilangan kebaikan secara relatif.<br />2. Pemilihan tanpa syarat.<br />Untuk memahami poin ini perlu dipahami tiga buah istilah:<br />• Penetapan sejak semula. Artinya rencana Allah yang berdaulat, yang dengannya Allah menetapkan semua yang akan terjadi di seluruh alam semesta.<br />• Predestinasi. Predestinasi adalah bagian dari penetapan sejak semula yang menunjuk pada destini kekal manusia: surga atau neraka. Predestinasi terdiri dari dua bagian yaitu pemilihan (surga) dan penolakan (neraka).<br />• Pemilihan tanpa syarat. Pemilihan Allah yang beranugerah keselamatan kepada manusia-manusia berdosa selalu dilakukan tanpa syarat. (Yoh 6:37, 39; Yoh 15:16; Kis. 13:48; 2 Tes. 2:13; Ef. 1:4-5; Roma 8:29-30; Roma 9:6-26)<br />3. Penebusan terbatas.<br />Calvinisme mengajarkan bahwa Kristus mati hanya bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya yaitu penebusan secara terbatas. Kata “terbatas” bukan berarti kuasa Kristus terbatas. Kuasa Kristus tidak terbatas tetapi bersifat terbatas dalam cakupannya.<br />4. Anugerah yang tidak dapat ditolak.<br />Anugerah adalah pemberian kepada orang yang tidak layak menerima pemberian itu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan tidak dapat ditolak adalah bila Allah telah memilih orang-orang untuk diselamatkan dan bila Ia memberikan Roh Kudus untuk mengubah mereka dari orang-orang yang penuh kebencian menjadi orang-orang yang penuh kasih, maka tidak ada yang dapat menahan-Nya.<br />5. Ketekunan orang-orang kudus.<br />Istilah ini mengacu pada orang-orang kudus yang disebut Paulus dalam surat-suratnya, akan bertekun dalam mempercayai Kristus sebagai Juruselamat mereka. Dalam kepercayaan itu mereka dapat ragu-ragu, tetapi akan terus percaya untuk selamanya. Oleh karena itu, mereka akan tetap diselamatkan. Ketekunan ini bergantung pada ketekunan Allah bukan kekuatan manusia.<br /><br />Penutup<br /> John Calvin sebagai salah satu Reformator sangat besar jasanya dalam dunia teologi. Sebagai seorang pemikir besar, Calvin mewariskan pengajaran-pengajaran yang menjadi fondasi bagi golongan Reformed. Walaupun demikian, bukan berarti orang-orang golongan lain tidak mendapat manfaat dari pengajaran Calvin karena dalam tingkat tertentu pasti golongan Injili mengadopsi pengajaran Calvin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-52313717063351290772010-02-26T15:26:00.002+07:002010-02-26T15:27:01.451+07:00Martin LutherPendahuluan<br />Setiap orang kristen di seluruh dunia seharusnya tahu sebuah nama ini: Martin Luther. Luther adalah sang Reformator pertama yang mendobrak tradisi dan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh gereja Katolik. Tulisan ini membahas secara singkat riwayat hidup Martin Luther dan pandangan teologinya.<br /><br />Kehidupan Awal<br /> Martin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 di Eisleben, Jerman. Orangtuanya bernama Hans Luder (kemudian Luther) dan Margarethe Lindermann. Keesokan harinya pada perayaan hari St. Matin of Tours, Martin Luther dibaptiskan secara Katolik. Keluarganya pindah ke Mansfeld pada tahun 1484. Martin Luther mempunyai beberapa saudara laki-laki dan wanita dan dia dekat dengan salah seorang saudaranya, Jacob. Ayahnya, Hans, mempunyai keinginan anak pertamanya (Martin Luther) untuk menjadi seorang pengacara. Dia mengirim Martin ke sekolah Latin di Mansfeld, dan kemudian Magdeburg di tahun 1497. Pada usia 19 tahun di tahun 1501, Luther memasuki universitas Erfurt dan mendapatkan gelar master pada tahun 1505.<br /> Untuk memenuhi harapan ayahnya, Luther mendaftar di sekolah hukum universitas Erfurt tetapi dengan segera ditinggalkannya. Luther percaya bahwa hukum mewakili suatu ketidakpastian sementara dia mencari kepastian dalam hidupnya. Kemudian Luther terbenam dalam dunia teologi dan filosofi. Ada dua orang yang mempengaruhi pemikiran Luter yaitu Bartholomaus Arnnoldi von Usingen dan Jodocus Trutfetter yang mengajarkannya untuk tidak mudah menerima pendapat orang lain walaupun itu berasal dari pemikir-pemikir terbesar dan untuk mencoba membuktikannya dengan pengalamannya sendiri. Ternyata filosofi terbukti tidak memuaskan dirinya karena tidak dapat membawa manusia kepada Tuhan. Karenanya Alkitab menjadi bagian penting baginya.<br /> Pada tanggal 2 Juli 1505 Luther sedang berkuda dalam perjalanan pulang dari universitas ketika badai terjadi dan sebuah petir menyambar di dekatnya. Dengan ketakutan dia berteriak, “Tolong Santa Anna, aku akan jadi rahib”. Menepati janjinya, dia memasuki biara Agustian di Efurt pada 17 Juli 1505. Luther mendedikasikan dirinya hidup membiara, memaksa diri untuk berpuasa, berdoa ber-jam-jam, dsb. Pada tahun 1507 Luther ditabiskan menjadi imam dan mulai 1508 mengajar teologi di universitas Wittenberg. Dia mendapat gelar sarjana dalam Biblical studies dan pada tanggal 19 Oktober 1512 Luther mendapat gelar doktor teologi. Antara tahun 1514 dan 1515 melalui studi kitab Mazmur dan Roma, Luther mendapat pemahaman bahwa kita dibenarkan semata-mata oleh iman. Dengan kata lain dibenarkan oleh Allah melalui karya Kristus bukan melalui perbuatan kita sendiri.<br /><br />Sejarah Reformasi<br /> Pada tahun 1516-1517, Johann Tetzel dikirim ke Jerman untuk menjual surat pengakuan dosa guna mengumpulkan uang bagi pembangunan Basilika St. Peter di Roma. Luther menulis surat protes kepada Albrecht, Archbishop Mainz dan Magdeburg dilampiri tembusan 95 tesis. Sebenarnya Luther tidak bermaksud mengkonfrontasi gereja Katolik melainkan hanya keberatan secara akademis terhadap praktek-praktek gereja. Kemudian Luther mengirimkan 95 tesisnya ke gereja “All Saints” pada 31 Oktober 1517. Peristiwa inilah yang dikenal sebagai Reformasi Protestan. Dengan cepat 95 tesis Luther diterjemahkan dari Latin ke Jerman dan dicetak. Hal ini menimbulkan salah satu kontroversi pertama yang disebabkan oleh percetakan. 95 tesis Luther menyebar ke seluruh Jerman dalam dua minggu dan dalam dua bulan ke Eropa. Dalam tahun 1520 Luther menerbitkan tiga karyanya yang paling terkenal yaitu “To the Christian Nobility of the German Nation”, On the Babylonian Captivity of the Church, dan On the Freedom of a Christian”.<br /> Dalam menanggapi 95 tesis Martin Luther, Paus Leo X mengirim Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan pada tahun 1518. Mazzolini menyatakan Luther sebagai penyesat dan menulis bantahan tertulis terhadap dalil-dalilnya. Luther menjawab dengan cara yang sama sehingga terjadi suatu pertikaian. Berikutnya Kardinal Kayetanus diutus Paus untuk menerima janji kesetiaan Luther di Augsburg pada bulan Oktober 1518. Meskipun secara tersirat mengaku taat pada gereja, Luther dengan berani menyangkal kewibawaan Paus dan menyatakan bahwa lembaga kepausan bukan hakikat gereja yang asli dan tidak dapat berubah. Paus melakukan upaya terakhir untuk menyelesaikan konflik dengan Luther pada Januari 1519. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan membuat Luther sepakat untuk berdiam diri sepanjang lawan-lawannya juga berdiam diri. Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap pendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya. <br />Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan ajarannya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sebagai orang buangan oleh Diet, tulisannya dilarang dan diperintahkan untuk ditangkap. Juga dikatakan setiap orang yang memberi makan atau tempat tinggal bagi Luther adalah tindak kejahatan. Bahkan diperbolehkan setiap orang untuk membunuh Luther tanpa dihukum. Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Kemudian dia juga menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman. <br />Secara diam-diam Luther kembali ke Wittenberg dan memberikan delapan khotbah yang menyatkan nilai-nilai dasar kristiani seperti kasih, kesabaran, kemurah-hatian, dan kebebasan serta mengingatkan perlunya percaya kepada kata-kata Tuhan. Luther sendiri tidak mendukung penggunaan kekerasan untuk mendapatkan kebebasan beragama. Dia merasa bingung dengan orang-orang yang fanatik terhadap agama, namun di sisi lain radikal secara politik. <br />Kehidupan Pribadi Luther<br /> Delapan tahun setelah menulis 95 tesisnya, Luther menikah dengan Katherine von Bora. Jika Luther adalah mantan biarawan, Katherine (Katie) adalah mantan suster. Mereka menikah pada tanggal 13 Juni 1525. Katie sangat berarti bagi Luther. Dia menjadi pengurus kebun, juru masak, perawat, peternak sapi, pemegang pembukuan, dan pembuat bir. Secara berkelakar Luther pernah berkata: “Untuk urusan rumah tangga, aku tunduk kepada Katir. Namun, untuk urusan lain aku tunduk kepada Roh Kudus”. <br /> Luther dan Katie mempunyai enam orang anak. Ketika Luther berusia 59 tahun, putri mereka, Magdalena meninggal. Itu menjadi pukulan hebat bagi Luther karena pada waktu itu dia juga sedang menghadapi masalah yang lain yaitu kesehatan yang memburuk dan beberapa perselisihan agama yang besar. Pada tahun 1546, pada usia 62 tahun, Martin Luther meninggal dan Katie menyusul empat tahun kemudian. Kata-katanya yang terakhir adalah, “Aku akan berpegang pada Kristus kuat-kuat”. Ada sebuah pepatah yang suka dikutip Luther, “Seorang istri seharusnya membuat suaminya senang tatkala pulang ke rumah dan seorang suami seharusnya membuat istrinya merasa sedih ketika melihatnya pergi”.<br /><br />Pandangan Penafsiran Martin Luther<br /> Beberapa prinsip penafsiran Martin Luther menurut F.F Bruce yang dikutip oleh Sutanto adalah sbb: <br />1. Mementingkan iman dan penerangan Roh Kudus.<br />2. Alkitab adalah otoritas tertinggi, di atas gereja.<br />3. Alkitab dapat dimengerti dan bersifat konsekuen. Kesulitan dalam menafsir adalah ketidaktahuan manusia akan arti kata dan tata bahas Alkitab.<br />4. Setiap orang dapat mengerti Alkitab tanpa pertolongan atau petunjuk dari gereja. Alkitab harus ditafsir dengan Alkitab, maksudnya ayat yang kurang jelas ditafsir dengan ayat yang lebih jelas.<br />5. Pusat dari Alkitab adalah Kristus.<br />6. Membedakan Taurat dan Injil. Taurat berfungsi menunjukkan kesalahan manusia dan Injil adalah anugerah penyelamatan dan kuasa Allah.<br /><br />Mark Shaw menyatakan bahwa teologi Luther adalah paradoks dan teologi Salib. Maksudnya adalah kunci dalam memahami kebenaran Alkitab ditinjau dari sudut kematian Kristus itu adalah bahwa Allah sekarang ini berbicara melalui paradoks, yaitu: <br />1. Paradoks Allah. <br />Dalam dalilnya yang kedua puluh Luther menyatakan “Seseorang baru layak disebut seorang teolog jika ia memahami hal-hal yang visibel dari sisi yang lemah dari Allah.<br />2. Paradoks Keselamatan.<br />Kematian Kristus adalah suatu pencapaian yang menyelamatkan saya dan bukan hasil usaha saya.<br />3. Paradoks realitas.<br />Realitas sejati tidak seperti yang dipikirkan akal busi. Realitas sejati mengenai Allah dan keselamatan-Nya bersifat “paradoksikal” dan tersembunyi di balik kontradiksinya. Hanya iman semata yang dapat memahami realitas yang sejati dan bersifat paradoks.<br />4. Paradoks penderitaan.<br />Penderitaan adalah sarana untuk menumbuhkan penyangkalan diri. Mustahil seseorang tidak tersanjung oleh perbuatan baiknya kecuali melalui pengalaman penderitaan dan kejahatan. Ia terlebih dahulu dihancurkan dan tidak berdaya, sehingga dia diajar bahwa perbuatan baiknya itu bukan apa-apa, dan perbuatan baiknya tidak bersumber dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah.<br />5. Paradoks kebenaran.<br />Luther menyatakan bahwa salib seharusnya merubah cara pandang kita terhadap setiap doktrin yang lain.<br />6. Paradoks pelayanan.<br />Dalam pelayanan gerejawi, tidak ada yang lebih kuat dari pada kelemahan. Maksudnya gereja dan diri kita akan hancur bila tidak ditopang Kristus yang disalibkan dan telah bangkit.<br /><br />Penutup<br /> Martin Luther tidak saja dipakai Tuhan untuk memicu Reformasi, tetapi juga meninggalkan pandangan teologi Injili yang baik. Tentu tidak semua doktrin Luther diterima semua kaum Injili, tetapi karyanya tetap abadi. Sola Fide, Sola Scriptura, Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-81603459249324960792010-02-26T15:25:00.001+07:002010-02-26T15:25:55.049+07:00HermeneutikaHermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab<br />(Pdt. Hasan Sutanto, D.Th.)<br /><br /><br /><br />Pendahuluan<br />Buku ini dulunya adalah diktat yang dipakai dalam mata kuliah Hermeneutik di SAAT Malang. Penulisnya adalah dosen SAAT, Pdt. Hasan Sutanto D.Th (M.Th ketika buku diterbitkan pertama kali). Buku ini dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu pendahuluan, prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara umum, dan prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara khusus. <br /><br /><br />Ringkasan Buku<br /> Dalam bab pertama penulis memberikan pengertian awal dari hermeneutik berupa definisi dan kepentingan hermeneutik dalam konteksnya dengan Alkitab. Selanjutnya diuraikan apa saja syarat-syarat seorang penafsir Alkitab. Setelah itu penulis sedikit masuk dalam Bibliologi dengan menerangkan beberapa keyakinan tentang Alkitab.<br /> Selanjutnya penulis menguraikan sejarah singkat berbagai aliran (sejarah) penafsiran. Sejarah penafsiran dimulai dari penafsiran orang Yahudi dari zaman Ezra sampai zaman Kristus, berlanjut ke penafsiran Harafiah , penafsiran Midrash, penafsiran Pesher, penafsiran Alegori, dan penafsiran Tipologi. Sejarah penafsiran selanjutnya adalah cara penafsiran abad pertama, cara penafsiran alegoris abad-abad pertama, penafsiran harafiah abad-abad pertama, cara penafsiran bapa-bapa gereja Latin dan Medieval, cara penafsiran masa Renaissance, Reformasi dan Post-Reformasi, dan penafsiran abad ke-20.<br /> Kemudian penulis memberikan beberapa kesalahan yang sering ditemukan dalam penafsiran Alkitab misalnya tidak percaya kepada Alkitab, melalaikan bahasa aslinya, melalaikan konteks dsb. Bagian pertama buku ditutup dengan daftar Alkitab dan buku-buku referensi yang diperlukan untuk penafsiran.<br /><br /><br /> Bab kedua berisi prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara umum. Beberapa prinsip dan metode penafsiran adalah:<br />• Analisa teks, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Diusahakan agar teks yang akan ditafsirkan adalah yang paling dekat dengan naskah asli.<br />• Analisa isi Alkitab. Paling tidak penafsir harus memperhatikan keunikan penulisan Kitab, tanggal penulisan Kitab, dan pembaca Kitab.<br />• Analisa sejarah dan latar belakang. Misalnya keadaan geografis, waktunya, agama, politik dan ekonomi, dan kebudayaan.<br />• Analisa sastra. Setiap Kitab mempunyai gaya sastra yang berbeda.<br />• Analisa konteks, yaitu konteks dekat dan konteks jauh.<br />• Analisa arti kata. Harus memperhatikan fonologi, morfologi, dan semantik.<br />• Analisa tata bahasa. Sangat penting karena sangat mempengaruhi arti.<br />• Integrasi. Langkah akhir dalam penafsiran adalah mengintegrasikan semuanya itu.<br /><br /><br />Bab ketiga membahas penyelidikan prinsip dan metode penafsiran Alkitab secara lebih mendetail atau lebih khusus. Bagian ini membahas cara-cara dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gaya sastra yang berlainan dalam Alkitab. Dengan memahami setiap gaya sastra yang digunakan dalam kitab-kitab dalam Alkitab, diharapkan penafsir dapat menghindari salah tafsir dan mampu menafsir dengan tepat.<br />Gaya sastra yang berlainan misalnya adalah:<br />• Bahasa kiasan pendek. Berguna untuk memperkaya pengertian terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis.<br />• Perumpamaan, yaitu cerita yang digunakan untuk menjelaskan suatu kebenaran.<br />• Alegori. Alegori adalah cerita yang mengadakan beberapa perbandingan.<br />• Simbol. Dipakai untuk menyampaikan pengertian yang melebihi pengetahuan umum dari kata yang dipakai.<br />• Tipologi (Tipe), yaitu suatu korespondensi dalam satu, atau beberapa aspek antara tokoh, peristiwa, benda, dsb di PL dengan tokoh, peristiwa, benda yang sejaman dengan PB.<br />• Syair. Sebenarnya tidak hanya terbatas pada kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung saja.<br />• Nubuat. Kitab Nabi adalah kitab yang bercorak nubuat.<br />• Apokaliptik. Jenis sastra ini menunjuk pada sekelompok literatur beserta konsep dasarnya yang tumbuh subur di daerah Alkitab pada sekitar abad 2 SM sampai 1M.<br />• Surat. PL hanya mencatat beberap surat, tetapi PB mencatat banyak surat.<br />• Kutipan-kutipan PL dan PB. PL dan PB mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Yesus sendiri memberikan penghormatan tinggi terhadap PL dan Dia menunjukkan bahwa apa yang terdapat dalam PL sudah digenapi dalam DiriNya.<br /><br /><br />Kelebihan dari Buku<br />Kelebihan dari buku ini:<br />• Alkitabiah. Penulis adalah seorang Injili sekaligus dosen di seminari Injili sehingga isi buku dapat dipercaya. Kepercayaan ini bukannya isi buku pasti 100% benar isinya, melainkan prinsip-prinsip penafsirannya benar dan Alkitabiah.<br />• Sistematis. Karena berangkat dari asal usul diktat pelajaran hermeneutika yang tentunya sudah di cek dan ricek isinya dan cara penyajiannya. Isi buku disajikan secara sistematis.<br />• Lengkap. Menyajikan prinsip-prinsip dan metode penafsiran secara cukup lengkap.<br /><br /><br />Kekurangan dari Buku<br />Kekurangan dari buku ini adalah:<br />• Kurangnya penerapan praktis. Maksudnya adalah penulis tidak banyak memberikan contoh-contoh praktis dari ayat-ayat atau perikop Alkitab. Dalam hal ini buku Gordon Fee dan Douglas Stuart lebih praktis.<br />• Tidak ada pembahasan cara penafsiran kitab per kitab. Apa yang disajikan oleh penulis hanya bersifat global atau dengan kata lain seperti buku pengantar hermeneutika.<br /><br /><br />Penutup<br /> Buku Hermeneutik karya Pdt. Hasan Sutato adalah sebuah buku yang baik sekali. Buku-buku penafsiran yang bermutu sangat jarang bila dibandingkan buku-buku Biblika atau Sistematika apalagi tulisan orang Indonesia. Oleh karenanya buku ini patut menjadi salah satu buku referensi bagi mata kuliah hermeneutika di STT dan juga dapat diringkas dan dikombinasikan dengan buku-buku lain untuk pelajaran Alkitab di gereja-gereja maupun persekutuan-persukutuan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-3984575264186796132010-02-26T15:24:00.000+07:002010-02-26T15:25:08.399+07:00Pengertian, Tujuan dan SumberPendahuluan<br /> Alkitab adalah Wahyu Khusus atau Penyataan Khusus Allah Bapa bagi anak-anak-Nya di dunia. Alkitab sudah selesai ditulis sekitar tahun 100 dan kanonisasi terakhir pada tahun 397 M pada Konsili Karthago mengesahkan 39 kitab PL dan 27 kitab PB sebagai totalitas Firman Allah. <br /> Sebagai Penyataan Allah, Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi bagi segala aspek kehidupan manusia. John Calvin berkata bahwa seorang tidak dapat mengenal dirinya sendiri secara tepat sampai ia mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Ia katakan tentang manusia. Oleh karenanya, kepentingan terbesar manusia dalam hidupnya setelah keselamatan adalah untuk mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah. <br /> Makalah ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan sumber teologi sitematika. Teologi sistematika mempunyai signifikansi arti yang sangat besar dalam dunia teologi karena menjadi dasar pengetahuan akan Allah. <br /><br />Pengertian Teologi Sistematika<br /> Dalam mempelajari teologi sistematika, setiap orang percaya harus mempunyai sebuah presuposisi tentang Allah dan Alkitab. Pandangan yang umum bagi kaum Injili adalah sbb:<br />1. Allah itu ada.<br />2. Allah telah menyatakan diri-Nya secara khusus dalam Alkitab.<br />3. Penyataan khusus harus diselidiki untuk mengetahui apa yang telah dinyatakan oleh Allah. <br />Untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang komprehensif tentang pengertian teologi sistematika bukanlah sebuah tugas yang mudah. Di kalangan para sarjana Alkitab-pun masih ada kerancuan pengertian antara istilah “Sistematika” dan “Dogmatika”. Louis Berkhof menyamakan pengertian karya-karya dogmatika dengan teologi sistematika. R. Soedarmo memberikan definisi dogmatika sebagai ilmu teologi yang menyelidiki dan merumuskan hal-hal yang dinyatakan di dalam Kitab Suci dan yang mencari kesatuan dari hal-hal tersebut. Perkataan dogmatika berhubungan erat dengan kata dogma. Dogma adalah kata benda dari kata kerja dokein yang berarti menduga, mengira. Dengan demikian, dogma berarti buah pikiran yang diakui oleh suatu golongan di dalam suatu ilmu (misalnya ilmu filsafat). Dengan pengertian ini, maka dogma dalam konteks Alkitab adalah hasil penyelidikan orang percaya tentang Firman Tuhan yang ditentukan oleh Gereja dan diperintahkan untuk dipercayai. <br /> Di pihak lain, Paul Enns menyatakan bahwa memang pengertian teologi dogmatik kadang-kadang dibingungkan dengan teologi sistematik, sehingga ada beberapa karya teologi sitematik yang diberi judul “teologi dogmatik” (misalnya karya W. G. T. Shedd). Teologi dogmatik biasanya dimengerti sebagai studi yang menunjuk pada sistem kredo yang dikembangkan oleh suatu denominasi atau gerakan teologi tertentu. <br /> Untuk mendapatkan pengertian yang benar tentang teologi sistematika, perlu melihat akar kata dalam bahasa aslinya. Kata teologi berasal dari kata Yunani theos yang artinya “Allah”, dan logos yang berarti “kata (Firman) atau percakapan”. Jadi teologi berarti percakapan tentang Allah. Dengan kata lain, melalui Firman, kita mengenal Allah. Kata sistematika berasal dari kata Yunani sunistano yang berarti “berdiri bersama-sama atau untuk mengatur”. Dari pengertian ini, teologi sistematika menekankan pensistematisan teologi. <br /> Sampai tahapan pengertian ini teologi sistematika dapat dimengerti sebagai pensistematisan isi Alkitab menjadi tema-tema tertentu, misalnya doktrin Allah, doktrin Alkitab, dll. Dengan kata lain, teologi sistematika menghubungkan data tentang penyataan Alkitab secara menyeluruh untuk menunjukkan gambaran total mengenai pernyataan diri Allah secara sistematis. Melewati titik pengertian ini, kembali ada perbedaan pengertian apakah kebenaran yang diasimilasikan itu hanya terbatas pada Alkitab itu sendiri atau juga mencakup asimilasi informasi tentang Allah dari setiap sumber manapun juga. Lewis Sperry Chafer berpegang pada pandangan yang lebih luas dengan mengatakan bahwa teologi sistematik merupakan asimilasi informasi tentang Allah dari “setiap sumber manapun” termasuk informasi di luar Alkitab. Sedangkan Charles Hodge membatasi definisi teologi sistematik pada informasi yang berasal dari Alkitab saja. <br />Pandangan Paul Enns sejalan dengan Chafer dengan memandang teologi sistematika sebagai asimilasi kebenaran dari seluruh Alkitab dan dari luar Kitab Suci, dalam proses mensistematiskan doktrin-doktrin Alkitab. Demikian juga Millard Erickson menyatakan bahwa doktrin-doktrin iman kristen terutama berdasarkan pada Kitab Suci, ditempatkan dalam konteks budaya secara umum, dibahasakan dalam ungkapan yang relevan dengan zaman itu, dan berkaitan dengan isu-isu kehidupan. <br />Berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat ini, penulis memilih untuk setuju dengan pendapat Chafer, Enns, dan Erickson. Alasan penulis adalah berdasarkan sebuah buku yang ditulis oleh Arthur Holmes yang berjudul “Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah’. Holmes mengatakan bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah, tetapi tidak berarti semua kebenaran itu terkandung dalam Alkitab atau dapat disimpulkan dari Alkitab. Alkitab sendiri bukan sebagai penyataan yang lengkap mengenai segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, melainkan sebagai tuntunan yang sufisien (cukup) bagi iman dan perilaku umat Allah. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada bagian “Sumber Teologi Sistematik” di bagian bawah makalah ini.<br /><br />Tujuan Teologi Sistematika<br /> Ada beberapa tujuan mempelajari teologi sistematika, yaitu:<br />1. Sebagai penjelasan tentang kekristenan.<br />Teologi sistematik penting sebagai studi penelitian, penjelasan, dan pengorganisasian secara sistematis dari doktrin-doktrin yang merupakan dasar yang penting bagi kekristenan. Teologi sistematika menghasilkan pengertian yang jelas tentang kepercayaan dasar dari iman kristen. <br />2. Sebagai apologetik bagi kekristenan.<br />Teologi sistematik memampukan orang kristen untuk mempertahankan kepercayaan mereka secara rasional terhadap lawan-lawan dan orang yang antagonis pada iman kristen. Doktrin iman kristen yang telah disistematiskan harus diteliti, dijelaskan, dan dipresentasikan sebagai suatu pembelaan dari kekristenan sepanjang sejarah. <br />3. Sebagai alat untuk kedewasaan orang kristen.<br />Teologi sistematik adalah esensi dari kebenaran orang kristen, berarti teologi sistematik adalah kebenaran-kebenaran yang esensial bagi orang percaya (2 Tim. 3:16-17). Paulus sendiri memberikan teladan lewat tulisannya bahwa doktrin (teologi) adalah dasar dari kedewasaan orang kristen dan juga untuk melindungi orang percaya dari kesalahan (1 Yoh. 4:1; Yud. 4). <br /><br />Sumber Teologi Sistematika<br /> Teologi sistematik mempunyai dua sumber yaitu berasal dari sumber-sumber utama dan sumber-sumber kedua. Sumber-sumber utama adalah sbb:<br />1. Kitab Suci.<br />Alkitab adalah sumber utama bagi teologi yang mewahyukan tentang Allah dan relasi manusia dengan Dia. Karenanya pewahyuan Allah kepada manusia dalam 66 kitab PL dan PB adalah sumber utama dari pengetahuan manusia akan Allah.<br />2. Alam Semesta.<br />Mazmur 19 menyatakan bahwa alam semesta juga merupakan sumber utama dari pengetahuan akan Allah. Alam yang diwahyukan secara harmonis, adalah saksi yang terus-menerus menyatakan sifat-sifat Allah, kuasa-nya yang kekal, dan natur Ilahi (Roma 1:20).<br /><br />Sedangkan sumber-sumber kedua adalah sbb:<br />1. Pengakuan-pengakuan doktrinal.<br />Pengakuan-pengakuan doktrinal seperti kredo Nicea, pengakuan Westminster, dan pengakuan lainnya mempunyai arti penting dalam memahami bagaimana orang kristen sepanjang abad telah mengerti konsep teologis.<br />2. Tradisi.<br />Yang dimaksud dengan tradisi di sini adalah tradisi yang benar karena tradisi bisa salah dalam memahami iman kristen. Apa yang diajarkan oleh individu tertentu, Gereja, dan denominassi merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan penyataan teologis.<br />3. Penalaran.<br />Penalaran yang dimadsud adalah penalaran yang dibimbing oleh Roh Kudus. Penalaran ini juga merupakan sumber teologi. <br />4. Pengalaman agamawi.<br />Pengalaman agamawi yang dimaksud di sini adalah pengalaman yang sehat, yang merupakan buah dari kesetiaan terhadap otritas Alkitab. Pengalaman itu harus dituntun, diatur, dan dijaga oleh Alkitab. <br /><br />Penutup<br /> Pengenalan akan Allah adalah kerinduan hati terbesar Agustinus. Jika seorang bapa Gereja dan teolog besar seperti Agustinus mempunyai kerinduan hati yang besar untuk mengenal Allah, sudah sepantasnya kita mempunyai kerinduan hati yang sama. “Pintu gerbang” dalam mengenal Allah di masa kini adalah Alkitab, dan teologi Biblika, Historika, dll di sistematiskan menjadi “sari” Alkitab yang telah disintesiskan agar mudah dipelajari melalui tema-tema (doktrin-doktrin). Seyogyanya setiap orang kristen belajar teologi dengan baik dan pembelajaran itu dapat dimulai dari teologi sistematika. Semakin sulit dan kacau keadaan dunia, pengetahuan yang sehat tentang teologi yang benar semakin diperlukan. Seyogyanya pula kita memberikan apresiasi yang tinggi kepada para teolog-teolog senior yang telah bersusah payah menyusun buku-buku pelajaran teologi sistematika sehingga kita dapat mempelajarinya dengan lebih mudah. Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-58289636672812090882010-02-26T15:21:00.000+07:002010-02-26T15:22:08.775+07:00Teologi SistematikaRekomendasi Buku Teologi Sistematika Untuk Diajarkan Pada Jemaat<br /><br /><br />Pendahuluan<br /> Teologi sistematika adalah hasil dari inti sari yang didapatkan dari gabungan teologi historika, teologi biblika, dan sumber-sumber lain. Semua yang digali dari Alkitab melalui gabungan teologi di atas kemudian di sistematiskan menjadi doktrin-doktrin seperti doktrin Alkitab, doktrin Allah, dsb. Oleh karenanya teologi sistematika adalah hasil kerja keras seorang/beberapa teolog dalam menafsirkan Alkitab dan menyajikan hasilnya secara sistematis tema per tema atau topik per topik. <br /> Dalam menulis buku teologi sistematis, seorang teolog tidak dapat lepas dari pengaruh subyektifitas pribadi. Subyektifitas berasal dari faktor pengajaran tertentu, pengalaman pribadi dsb. Oleh karenanya Alkitab yang bersifat obyektif dipelajari dan ditafsirkan oleh manusia-manusia subyektif yang berusaha menjadi obyektif. Tidak heran buku-buku sistematika yang ditulis para teolog Injili mempunyai sedikit perbedaan di beberapa pandangan walau selalu sama dalam menafsirkan hal-hal yang paling penting seperti keselamatan. Tulisan ini bermaksud memberikan pandangan akan sebuah buku sistematika yang direkomendasikan sebagai buku pegangan utama untuk diajarkan kepada jemaat.<br /><br /><br />Buku-buku Teologi Sistematika Dan Latar Belakang Penulisnya<br /> Di antara banyak buku-buku teologi sistematika, dipilih empat buah buku untuk dibahas di sini yaitu:<br />1. Teologi Sistematika 1-5 yang ditulis oleh Louis Berkhof.<br />Louise Berkhof (1873-1957) adalah seorang ahli teologi sistematika yang berpandangan Reformed. Berkhof lulus dari Calvin Theological Seminary pada tahun 1900 dan lulus dari Princeton Theological Seminary (B.D) tahun 1902. Berkhof dikenal sebagai teolog yang orisinil atau spekulatif tetapi sangat bagus dalam mengorganisasikan dan menjelaskan ide-ide teologi dasar menurut ajaran John Calvin, Abraham Kuyper, dan Herman Bavinnck. Wayne Grudem menyatakan buku “Teologi Sistematika” sebagai sebuah harta informasi dan analisa….mungkin yang paling berguna dari berbagai perspektif teologi. <br />2. Teologi Dasar 1-2 yang ditulis oleh Charles C. Ryrie.<br />Charles Caldwell Ryrie (lahir tahun 1925) adalah seorang penulis kristen dan teolog. Ryrie lulus dari Haverford College (B.A), Dallas Theological Seminay (Th.M dan Th.D) dan Edinburg University (Ph.D). Selama beberapa tahun dia melayani sebagai profesor sistematika teologi dan dekan studi doktoral di Dallas Theological Seminary dan sebagai profesor di Philadelphia Bible College. Beliau adalah seorang premillenial dispensationalist. <br />3. Teologi Sistematika yang ditulis oleh Henry C. Thiessen.<br />Henry Clarence Thiessen mengajar di Dallas Theological Seminary dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus pada Graduate School di Wheaton College.<br />4. Teologi Kristen 1-3 yang ditulis oleh Millard J. Erickson.<br />Millard Erickson (lahir tahun 1932) adalah Distinguised Profesor teologi pada Western Seminary, Portland. Dia juga menjabat sebagai profesor teologi dan dekan akademik pada Bethel Seminary selama beberapa tahun. Dia mendapatkan gelar B.A. dari universitas Minnesota, B.D. dari Northern Baptist Seminary, M.A. dari universitas Chicago dan Ph.D dari universitas Northwestern. Erickson adalah seorang pendeta Baptis yang berpandangan Injili konservatif, egalitarian dan Calvinist secara moderat. <br /><br /><br />Tinjauan Buku-buku Teologi Sistematika<br />1. Louis Berkhof.<br />Buku “Teologi Sistematika” Louis Berkhof yang sangat tebal dibagi menjadi lima buku oleh penerbitnya di Indonesia. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1941. Kelima buku itu masing masing membahas doktrin Allah, doktrin manusia, doktrin Kristus, doktrin Keselamatan, dan doktrin Gereja. Enns menyebutkan bahwa Berkhof berpandangan Amillenialism.<br />Kelebihan buku ini: <br />• Pembahasan masing-masing doktrin cukup mendalam dan membandingkan pandangannya dengan pandangan teolog lain.<br />• Berteologi Reformed, cocok bagi golongan Reformed.<br />Kekurangan buku ini:<br />• Buku ini sudah cukup lama sehingga ada beberapa pandangan yang sudah kurang cocok dengan zaman sekarang.<br />• Penggunaan kalimat-kalimat yang rumit sehingga buku ini sulit untuk dibaca dan dipahami.<br />• Tidak ada pembahasan tentang doktrin Roh Kudus secara khusus. Hal ini cukup mengherankan saya.<br />2. Charles Ryrie.<br />Buku “Teologi Dasar” Ryrie dibagi menjadi 2 buku dalam bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1986. Buku ini sebenarnya cocok bagi kaum awam karena bahasa dan pembahasannya yang relatif ringan. Ryre adalah salah satu tokoh dispensasionalis yang paling terkemuka pada masa kini.<br />Kelebihan buku ini:<br />• Mudah dipahami isinya karena bahasanya ringan dan sangat sistematis.<br />• Relatif lebih up to date dibandingkan Berkhof.<br />Kekurangan buku ini:<br />• Pembahasan kurang mendalam, mungkin karena buku ini ditujukan untuk kaum awam.<br />• Penempatan doktrin Alkitab di bawah doktrin Allah. Secara umum sistematika selalu dimulai dari doktrin Alkitab dan dilanjutkan dengan doktrin Allah.<br />3. Henry Thiessen.<br />Buku ‘Teologi Sistematika” Thiessen hanya satu jilid dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1949. Tidak jelas bagaimana pandangan “denominasi” Thiessen, tetapi membaca catatan akademisnya dan menelusuri tulisannya, saya menduga Thiessen sedikit banyak dipengaruhi oleh pandangan Calvinis walau beliau adalah orang Baptis.<br />Kelebihan buku ini:<br />• Disajikan tidak “seberat Berkhof, tapi tidak seringan Ryrie”.<br />• Isi buku “tidak basa-basi”, langsung to the poin dan tidak banyak membahas pandangan pihak lain.<br />Kekurangan buku ini:<br />• Penggabungan doktrin Kristus, Roh Kudus, dan keselamatan menjadi satu (bagian VI). <br />4. Millard Erickson.<br />Buku “Teologi Kristen” dibagi menjadi tiga jilid dalam bahasa Indonesianya. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1983. <br />Kelebihan buku ini:<br />• Pembahasan buku ini cocok bagi pembelajar serius Alkitab. Isinya komplit (kecuali doktrin Alkitab).<br />• Buku ini tidak “seberat” bukunya Berkhof dan tidak seringan Ryrie. Erickson cukup terperinci dalam membahas suatu topik. <br />• Tidak banyak membicarakan pandangan lain, melainkan mengajarkan apa yang ia yakini secara konsisten.<br />Kekurangan buku ini:<br />• Tidak adanya pembahasan mengenai doktrin Alkitab.<br />• Terlalu bertele-tele dalam beberapa pokok pembahasan.<br /><br /><br />Buku Yang Direferensikan<br /> Dalam memilih sebuah buku untuk direferensikan ada sebuah pertimbangan yaitu sasaran apa yang hendak dicapai atau dengan kata lain seberapa jauh jemaat awam akan belajar?. Jadi sebelum proses pembelajaran dilakukan perlu disepakati bersama tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu. Di sini diasumsikan tujuan yang ingin dicapai adalah membekali jemaat dengan pengetahuan sistematika yang cukup, yang setara dengan mahasiswa S1.<br />Sesungguhnya untuk memberikan hanya sebuah buku untuk diajarkan kepada jemaat/anggota persekutuan bagaikan memilih seorang anak dari beberapa anak yang diberikan Tuhan. Masing-masing buku tidak ada yang sempurna dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Yang mungkin dilakukan adalah memilih sebuah buku untuk menjadi inti atau dasar dengan dilengkapi buku-buku lain sebagai referensi. <br />Berdasarkan pemaparan di atas, saya memilih buku Teologi Kristen tulisan Millard Erickson sebagai buku inti dan menggunakan buku-buku lainnya sebagai bahan referensi. Alasan pemilihan buku itu karena buku itu lengkap (kecuali doktrin Alkitab), cukup “up to date” karena diterbitkan pertama kali pada tahun 1980-an dan isinya cukup seimbang. Hanya saja ada dua hal yang diganti dari buku itu karena keyakinan pribadi yaitu mengenai pandangan Premilenialisme diganti menjadi Amilenialisme dan dispensasionalisme diganti menjadi perjanjian kovenan. Tentu saja buku Erickson bukanlah buku sistematika yang paling sederhana dan paling mudah dipahami. Oleh karenanya suatu studi yang sungguh-sungguh di bawah pencerahan dari Roh Kudus diperlukan agar kita dapat mengerti kebenaran dan kebenaran itulah yang disajikan kepada para jemaat secara sederhana agar dapat dimengerti dengan baik.<br />Sebagai alternatif kedua adalah buku Teologi Dasarnya Ryrie. Buku ini sangat mudah dibaca dan dimengerti. Buku ini juga cukup lengkap pokok-pokok pembahasannya dan up to date. Jadi jika orang-orang yang diajarkan diwajibkan membaca buku pegangan, buku Ryrie ini adalah pilihan pertama, tetapi jika tidak diwajibkan membaca buku pegangan, buku Ericksonlah yang dipilih.<br /><br /><br />Penutup<br /> Topik teologi sistematika sangat menarik. Akibat perbedaan hasil penafsiran membuat para teolog berbeda pendapat di sana dan di sini. Menariknya, bahkan teolog dari golongan yang samapun dapat mempunyai perbedaan pandangan tentang doktrin. Hanya saja perbedaan itu kecil-kecil dan tidak berpengaruh pada kerangka Injili yang mendasar. Perbedaan-perbedaan kecil wajar dan memperkaya khasanah pemikiran kita. Perbedaan tidak dapat dihindari karena kita mempunyai berbagai perbedaan budaya, kebiasaan, pendidikan yang berbeda, dll. Selama perbedaan itu masih di dalam kerangka penafsiran yang sehat dan benar, hal itu wajar saja. Salah satu kemajuan teologi adalah karena adanya perbedaan pendapat yang memicu kita untuk terus belajar. <br /> Pada akhirnya Alkitab sendiri berkata bahwa di dunia ini kita hanya dapat melihat kebenaran secara samar-samar. Setelah kembali ke surga, barulah semua hal itu menjadi jelas. Sola Fide, Sola Scriptura, Sola Gracia, Soli Deo Gloria.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-79864514310003057682010-02-26T15:19:00.000+07:002010-02-26T15:20:59.624+07:00Sejarah Gereja BaptisPerkembangan Gereja-gereja Baptis<br />(Dr. E. C. Smith)<br /><br /><br />Pendahuluan<br />Mempelajari sejarah dalam teologi sangat penting. Sejarah adalah “laboratorium” dalam perkembangan teologi. Dari sejarah ada banyak manfaat yang didapat antara lain mempelajari keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan masa lalu dan apa saja faktor yang membuatnya berhasil atau gagal. Sejarah adalah cermin kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai kebajikan dan pengalaman. Tulisan ini adalah ringkasan dari buku sejarah Perkembangan Gereja-gereja Baptis yang ditulis oleh Dr. E. C. Smith.<br /><br /><br />Pasal I : Kepercayaan Orang-orang Baptis<br /><br />Prinsip Dasar Orang-orang Baptis<br /> Orang-orang Baptis teguh mendasarkan doktrin-doktrin hanya pada prinsip-prinsip Perjanjian Baru dan ajaran yang selaras dengan Perjanjian Baru.<br /><br />1. Orang-orang Baptis Percaya Kepada Ketuhanan Yesus Kristus Yang Mutlak<br />Ketuhanan Yesus Kristus sempurna. Kepemimpinan Yesus secara langsung diberikan lewat Roh Kudus.<br />2. Orang-orang Baptis Percaya Bahwa Perjanjian Baru itu Satu-satunya Pembimbing Bagi Kepercayaan dan Kehidupannya<br />Perjanjian Baru adalah penyataan yang cukup dan bersifat final mengenai kehendak Allah dalam semua kepercayaan dan kehidupan. Penafsiran dan pengertiannya harus melalui bimbingan Roh Kudus.<br />3. Orang-orang Baptis Percaya Kepada Keselamatan Karena Karunia Allah<br />Keselamatan dari dosa adalah pemberian cuma-cuma melalui Kristus dengan syarat kepercayaan dan penyerahan kepada Kristus. Sedangkan gereja hanya sebagai alat bagi pekabaran Injil. Upacara-upacara hanya sebagai lambang-lambang dan peringatan akan tindakan Allah untuk menyelamatkan. Perbuatan baik adalah pertumbuhan lebih lanjut dari kemanusiaan baru yang sudah diselamatkan. Oleh karenanya hanya orang percaya yang dapat dibaptiskan. Jadi baptisan anak tidak dikenal dalam gereja Baptis.<br />4. Orang-orang Baptis Percaya Kepada Kemampuan Setiap Orang Untuk Mendekati Allah Lewat Kristus Tanpa Perantara Lain<br />Tiap orang bebas dan wajib berhubungan dengan Allah secara pribadi melalui Yesus (keimanan orang percaya). Prinsip ini adalah dasar ajaran demokrasi dalam gereja baptis.<br />5. Kesimpulan <br />Ke-empat prinsip di atas adalah kepercayaan dasar orang-orang Baptis. Dari empat prinsip itu berkembanglah doktrin-doktrin dan kehidupan perbuatan yang lainnya yang menjadi ciri khas Baptis.<br /><br />Hal-hal Yang Diutamakan Orang-orang Baptis<br />1. Anggota-anggota Gereja Terdiri dari Orang-orang yang Diselamatkan<br />Syarat utama menjadi anggota gereja adalah pengalaman kelahiran baru dan keikut-sertaan dalam upacara-upacara gerejawi. <br />2. Paham Bahwa Allah Mengasihi dan Menebus<br />Allah adalah Bapa yang mengasihi dan menebus manusia berdosa melalui anak-Nya. Penebusan ini sudah ditetapkan dalam kekekalan.<br />3. Pengabaran dan Pengutusan Injil<br />Penginjilan dan pengutusan Injil adalah salah satu prioritas orang-orang Baptis. Pengertian ini adalah berdasarkan pengetahuan akan dosa dan akibatnya dan karena patuh pada Amanat Agung. Jadi pekabaran Injil berada di atas (mendahului) pelayanan sosial.<br />4. Otonomi Gereja Setempat<br />Tiap jemaat lokal adalah merdeka (otonom) dan mempunyai pemerintahan sendiri yang lepas dari kekuasaan organisasi gabungan gereja. Oleh karenanya kuncinya adalah kerja sama secara suka rela yang sederajat untuk mencapai tujuan bersama.<br />5. Pemisahan Antara Gereja dan Negara<br />Orang Baptis percaya bahwa pemerintah atas kehendak Allah dan orang kristen wajib taat dan membantu-Nya (Rom. 13:1-7). Orang Baptis berpendapat bahwa negara dan gereja dapat menjalankan tugas-tugasnya lebih baik bila terpisah (Kis. 5:29). <br />6. Kesatuan Doktrin Sebagai Dasar Persatuan<br />Dasar bagi kerja sama dengan pihak lain adalah adanya kesesuaian doktrin, tujuan, dan maksud dengan gereja Baptis.<br /><br />Kehidupan Orang-orang Baptis<br /> Ada tiga jenis kehidupan. Pertama, kehidupan yang jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip Perjanjian Baru sehingga harus ditolak; Kedua, ada kehidupan yang diharuskan oleh prinsip-prinsip Perjanjian baru dan karenanya harus dimasukkan dalam kehidupan Gereja Perjanjian Baru; Ketiga, ada kehidupan yang meskipun tidak secara langsung diperintahkan oleh prinsip-prinsip Perjanjian Baru, tetapi tidak dilarang. Kehidupan seperti ini dapat dilakukan atau ditinggalkan tanpa mempengaruhi kesetiaan kepada Perjanjian Baru. Orang-orang Baptis selalu berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip kehidupan-kehidupan gereja yang mendasar di bawah ini:<br /><br />1. Kesederhanaan Dalam Kebaktian<br />Sifat kebatkitan gereja-gereja Baptis umumnya sederhana dan tidak formal. Kebaktian adalah alat untuk membantu perjumpaan dengan Allah. Gereja baptis tidak condong pada liturgi yang rumit atau suatu urut-urutan upacara yang tetap.<br />2. Pembaptisan Orang-orang Hanya Setelah Percaya<br />Pembaptisan menurut orang Baptis adalah penjelmaan seseorang yang diselamatkan ke dalam air untuk melambangkan kematiannya terhadap dosa dan kebangunannya memasuki hidup baru dalam kristus (Roma 6:4; Kis 8:36-39). Hal ini dilakukan pada orang yang sudah percaya terlebih dahulu.<br />3. Pembaptisan Menurut Alkitab Saja<br />Kepercayaan baptis adalah pembaptisan dengan cara selam. Keselamatan diperoleh melalui iman semata bukan melalui upacara-upacara. Penyelaman adalah lambang pengalaman keselamatan. Orang Baptis percaya bahwa pembaptisan adalah syarat untuk menjadi anggota gereja, karenanya semua anggota seharusnya dibaptiskan dengan cara yang sama.<br /><br />4. Perjamuan Tuhan Hanya Bagi Orang-orang Percaya yang Telah Dibaptisan<br />Orang Baptis mengadakan Perjamuan Tuhan hanya bagi mereka yang termasuk anggota denominasi mereka. <br />5. Pemerintahan Gereja Yang Demokratis<br />Pemerintahan gereja Baptis menganut demokrasi murni. Dua prinsip Perjanjian baru yang menjadi acuan adalah: Pertama, gereja adalah suatu organisme rohani yang bertujuan melaksanakan kehendak Kristus; Kedua, tiap orang kristen mempunyai kemampuan untuk secara langsung menghubungi Allah. Karenanya setiap anggota hendaknya mempunyai suara yang sama dalam pemerintahan gereja.<br /><br />Sejarah Baptis Itu Suatu Cerita Tentang Kesetiaan Kepada Prinsip-prinsip Dan Kehidupan Berdasarkan Perjanjian Baru<br />Orang Baptis tidak mengakui adanya pendiri golongannya. Tiap-tiap zaman ada orang-orang yang mentaati prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh orang-orang baptis zaman sekarang. Pasca Reformasi, ada dua penyelewengan Perjanjian baru yang tetap diselenggarakan yaitu pembaptisan anak dan penyatuan gereja dan negara. Karenanya golongan “Evangelical” mulai memisahkan diri dari gerakan reformasi. Golongan ini dikenal sebagai “Anabaptis” karena pandangan tentang baptisan. Pengikut Anabaptis terus bertambah dan meluas ke seluruh Eropa ditengah aniaya orang Katolik dan Protestan. <br />Beberapa orang Anabaptis diusir dari Jerman dan tinggal di belanda. Dibawah pimpinan Menno Simons, mereka menjadi golongan Mennonite. Golongan Mennonite mempengaruhi berdirinya gereja-gereja Baptis pertama di Inggris sekitar tahun 1611. Sumbangan terbesar orang Baptis mungkin adalah pergerakan pengutusan Injil yang modern melalui William Carey dan Andrew Fuller.<br />Sejarah Baptis di Amerika dimulai dari gereja di Rhode Island tahun 1639. Gereja ini dipimpin oleh Roger Williams. Dewasa ini orang-orang Baptis tersebar di seluruh dunia dan merupakan golongan non-Katolik yang terbesar di Amerika.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Pasal II: Latar Belakang Orang-orang Baptis<br /><br />Penyelewengan Pola Perjanjian Baru Dalam Agama Kristen<br /> Dalam perkembangannya, gerakan kristen mengalami perlawanan dari luar dan dari dalam. Dari luar dengan jalan penganiayaan, dan dari dalam berupa penyelewengan terhadap prinsip-prinsip Perjanjian Baru.<br /><br />1. Penyelewengan Doktrin Keselamatan<br />Dalam dua abad awal penyelewengan doktrin dengan mengganti anugerah keselamatan dengan keselamatan oleh perbuatan sendiri. keselamatan dipandang sebagai pemberian gereja, kamampuan individu mendekati Allah diganti dengan ajaran yang menyandarkan diri pada perbuatan lahir.<br />2. Memutarbalikkan Upacara-upacara Keagamaan<br />Pada awal abad kedua terjadi penyelewengan di mana pembaptisan dianggap sebagai alat penyelamat oleh Yustinus Martyr. Lebih lanjut penyelewengan dengan mengajarkan baptisan bayi dan orang-orang sakit. Pada tahun 110, Ignatius mengajarkan roti dan anggur yang dipakai dalam perjamuan adalah “obat kekekalan hidup” dan bahkan dinyatakan sebagai tubuh dan darah Kristus yang benar-benar jika diberkati oleh imam yang ditabiskan. Akhirnya timbul kesalahan bahwa uskup menguasai keselamatan karena kekyasaannya atas sakramen.<br />3. Perubahan Dalam Susunan Pemerintahan Gereja<br />Gereja di Perjanjian Baru tidak memberikan kekuasaan pada pendeta kecuali kekuasaan untuk memimpin yang diserahkan oleh saudara seiman di gereja. Mulai tahun 150 M mulai timbul pemimpin gereja dan akhir abad ketiga golongan pendeta mulai memisahkan diri dari golongan awam. Abad ke empat uskup menjadi pejabat daerah dan mempunyai kuasa atas gereja-gereja di daerah itu. Selanjutnya lima orang uskup mulai memerintah uskup-uskup di bawahnya dan uskup Roma lebih berhasil memperoleh kekuasaan dan mendapat tempat pertama di antara uskup-uskup lainnya. Inilah yang menjadi asal usul gereja Katolik Roma dengan Paus-nya yang berkuasa.<br />4. Akibat-akibat Penyelewengan Pola Perjanjian Baru <br />Ada enam akibat dari penyelewengan pola Perjanjian Baru:<br />• Melemahkan kedudukan iman dalam pengajaran kristen. <br />• Perubahan dalam bidang pelayanan pendeta. Pendeta mendapat kuasa sebagai imam sebagai kepala jabatan gereja.<br />• Perkembangan doktrin-doktrin yang tidak sesuai dengan Alkitab yaitu sakramen gereja Katolik untuk menerima anugerah. Hal lain adalah kepercayaan purgatori dan upacara-upacara ritual.<br />• Perubahan sifat kebaktian dengan perjamuan Tuhan menjadi inti kebaktian.<br />• Perubahan dalam cita-cita kristen bagi kehidupan dalam dunia ini. Timbul gerakan masuk ke biara untuk menjauhkan diri dari dunia.<br />• Timbul kekuasaan kaum rohaniawan atas gereja.<br />5. Kesimpulan <br />Penyelewengan di atas mengakibatkan dampak langsung pada perkembangan orang Baptis. Orang Baptis adalah salah satu golongan yang bangkit untuk hanya mengajarkan doktrin Perjanjian Baru.<br /><br />Latar Belakang Anabaptis<br />Perkembangan Baptis banyak mendapat bantuan dari golongan Anabaptis (Brethern). Mereka berpegang pada kemampuan setiap orang untuk mendekati Allah tanpa perantara, anggota gereja adalah mereka yang sudah dilahirkan baru, dan pemisahan gereja dan negara.<br /><br />1. Orang-orang Anabaptis Swiss<br />Golongan Anabaptis yang paling awal timbul di Swiss. Mereka adalah pecahan dari golongan reformasi Zwingli. Mereka disebut golongan radikal dan mendapatkan penganiayaan hebat. Tokoh-tokohnya adalah Conrad Grebel, Wilhelm Reublin dan Felix Malah. Perpecahan timbul karena Zwingli berkompromi dengan maksud mendapat bantuan bagi reformasi.<br />2. Orang-orang Anabaptis Jerman<br />Penganiayaan juga terjadi di Jerman. Tokohnya adalah Baltazar Hubmaier dan John Denck. Penganiayaan dilakukan orang Katolik dan golongan Luther. Alasannya karena dituduh sebagai golongan fanatik radikal yang mengakibatkan pemberontakan pada tahun 1527.<br /><br />3. Orang-orang Mennonite<br />Faktor penting yang memungkinkan kelangsungan gerakan Anabaptis adalah perubahan hidup Menno Simons yang banyak menulis banyak pembelaan pad a Anabaptis. Mulanya orang-orang Anabaptis berusaha memakai nama “Brethern”, tapi suatu waktu golongan ini meluas dan terkenal sebagai orang Mennonite. <br />4. Orang-orang Anabaptis Inggris<br />Permulaan Anabaptis di Inggris tidak jelas. Golongan pertama yang dapat dikenal riwayatnya adalah golongan Barrowe yang kemudian digantikan oleh Francis Johnson.<br />5. Kesimpulan <br />Golongan Baptis adalah keturunan rohani dari Anabaptis. Dalam perkembangannya orang Baptis berkembang bebas dan lepas dari Anabaptis. Dapat dikatakan ada banyak kesamaan ajaran dan kepercayaan antara Anabaptis dan Baptis.<br /><br />Sejarah Inggris (mulai awal abad ketujuh-belas)<br />1. Inggris Sebelum Tahun 1066<br />Sekitar tahun 500 M, St. Agustinus membawa Injil ke Inggris. <br />2. Magna Charta<br />Dalam masa perkembangan Kerajaan Inggris, timbul pertentangan antara raja dan bangsawan. Tahun 1215 segolongan bangsawan memakasa raja John I menandatangani Magna Charta yang memberi banyak hak kepada bangsawan dan rakyat Inggris.<br />3. Peristiwa-peristiwa Selanjutnya Sebelum Reformasi<br />Perkembangan berikutnya, parlemen mulai mendapat kekuasaan dan tahun 1298 parlemen mendapat hal untuk mengesahkan semua pajak. Universitas-universitas besar mulai berdiri saat itu. Setelah perang seratus tahun dengan Perancis (1337-1453), Inggris terjerumus perang saudara.<br />4. Reformasi Inggris<br />Raja Henry VIII memecat Kardinal Wesley sebagai pengurus kerajaan dan memutuskan hubungan dengan Katolik. Alasannya dia ingin menceraikan istrinya dan menikah dengan wanita lain, dan tidak diijinkan oleh Paus. <br /><br />5. Zaman Keemasan<br />Pemerintahan Elizabeth I sering disebut zaman keemasan sejarah Inggris. Elizabeth mendirikan gereja Anglican. Inggris mendirikan “East Indian company” dan mulai menyelidiki dunia baru: Amerika. Semasa pemerintahan James I (1603), orang Inggris mendirikan koloni di Jameston dan Plymouth di Amerika Utara. Sebagian besar penduduknya meninggalkan Inggris untuk mendapatkan kebebasan beragama. Orang yang tidak memasuki gereja Inggris disebut separatis dan dianiaya.<br />6. Perang Saudara<br />Perang saudara pecah di Inggris karena perselisihan antara raja dan parlemen. Tahun 1649, Oliver Cromwell mendirikan sebuah Commonwealth (republik yang diperintah oleh parlemen). Empat tahun kemudian Cromwell Commonwealth dan menjadi seorang diktaktor. Pada masa itu penganiayaan terjadi bagi orang yang tidak setuju dengan gereja negara dan mendirikan gereja sendiri. Pada masa itulah golongan Baptis timbul.<br />7. Reformasi<br />Setelah Cromwell meninggal, Commonwealth kembali berkuasa. Ketika william dari Oranye berkuasa, parlemen mengesahkan undang-undang yang mengharuskan Rja dan Permaisuri Inggris menjadi anggota gereja Anglican.<br />8. Kesimpulan <br />Golongan Baptis bangkit di Inggris, di tengah-tengah penganiayaan.<br /><br />Kesimpulan<br />Faktor sejarah menjadi peran penting dalam perkembangan Baptis yaitu:<br />• Penyelewengan dari pola Ilahi.<br />• Pengaruh dan bantuan orang-orang Anabaptis pada waktu permulaan yang genting.<br />• Keadaan-keadaan di Inggris menyebabkan timbulnya suatu golongan kristen baru yang meluas ke seluruh dunia.<br /><br /><br /><br /><br />Pasal III: Permulaan Baptis di Inggris<br /><br />Ahli-ahli sejarah Baptis sepakat bahwa orang Baptis timbul di Inggris pada awal tahun 1600. Nama Baptis mulai dipakai sekitar tahun 1644. Nama itu mula-mula dipakai dalam sebuah buku “The Moderate Baptist” oleh William Britten pada tahun 1654 dan dipakai resmi dalam buku “The Baptist Catechism”.<br /><br />Teori-teori Tentang Asal-Usul Baptis<br />1. Teori Yerusalem-Yordan-Yahya<br />Menurut teori ini, orang Baptis selamanya ada sejak Yohanes Pembaptis. Ada yang mengatakan sejak hari Pentakosta. Yang pokok dalam pandangan itu adalah adanya kelangsungan pelayanan rasul-rasul atau kelangsungan gereja-gereja Baptis sejak Perjanjian Baru sampai sekarang.<br />2. Teori Kekeluargaan Rohani Anabaptis<br />Pandangan ini mengatakan ada hubungan rohani antara orang-orang Baptis dan golongan Anabaptis di Jerman, Swiss, dan Belanda.<br />3. Teori Keturunan Golongan Separatis Inggris<br />Teori ini berkeyakinan bahwa orang-orang Baptis berasal dari golongan separats di Inggris yang berpegang pada pemerintahan gereja secara demokratis dan pembaptisan bagi yang percaya.<br />4. Teori Pengaruh Perjanjian Baru<br />Teori ini mengatakan orang Baptis timbul secara langsung dari ajaran-ajaran Perjanjian Baru.<br /><br />Dua Golongan Baptis<br />Di Inggris timbul dua golongan Baptis yang berbeda yaitu Baptis Umum dan Baptis Khusus. Pokok perbedaannya adalah tentang penebusan dosa dan kematian Kristus. Golongan Baptis Umum percaya Kristus mati untuk semua orang (teologi Armenia) dan Baptis Khusus dipengaruhi Calvin dengan percaya bahwa Kristus mati bagi orang pilihan saja.<br /><br />Kebangkitan Golongan Baptis Umum<br />1. John Smyth<br />Smyth mempersoalkan ajaran-ajaran dan kekuasaan gereja Anglican. Smyth bergabung dengan golongan radikal yang mengajarkan bahwa greja Inggris yang didirikan oleh negara tidak dapat mewujutkan gereja yang benar. Smyth kadang-kadang disebut sebagai pendiri gereja Baptis modern.<br />2. Gereja Gainsborough<br />Gereja Gainsborouh pecah pada tahun 1606 menjadi dua berdasarkan pertimbangan praktis. Pada waktu itu James I memaksa semua orang yang tidak menganut ajaran gereja negara untuk meninggalkan Inggris. Karenanya mereka mengungsi ke Belanda.<br />3. Jemaat-jemaat di Belanda<br />Jemaat Smyth menetap di Amsterdam pada tahun 1607. Pada akhir 1608 atau awal 1609, Smyth menjadi seorang Anabaptis. Pada tahun 1630 terdapat enam buah jemaat Baptis dan tahun 1644 ada empat puluh gereja Baptis umum.<br /><br />Timbulnya Baptis Khusus Inggris<br />1. Asal-usal Baptis Khusus<br />Gereja baptis khusus mulai timbul sekitar tahun 1638 dengan Henry Jacob sebagai pelopor yang langsung. Gereja baptis khusus mengajarkan kayakinan bahwa hanya orang-orang percaya yang dilahirkan kembali seharusnya dibaptiskan dan hanya ada penebusan terbatas.<br />2. Baptis Khusus Memutuskan Penyelaman ke Dalam Air Sebagai Satu-satunya Cara Pembaptian<br />Tahun 1640 beberapa anggota jemaat di bawah pimpinan Spilsbury bersama-sama Ricard Blunt yakin bahwa pembaptisan dengan percik tidak benar menurut ajaran Perjanjian Baru.<br />3. Sejarah Lebih Lanjut Golongan Baptis Khusus<br />Pada tahun 1644 ada lima belas pendeta Baptis khusus yang menulis pernyataan kepercayaan yang mengakui doktrin Calvin, kepercayaan pada baptisan selam, dan kebebasan agama.<br /><br /><br /><br /><br />Pasal IV: Sejarah Baptis Lebih Lanjut di Eropa<br /><br />Perjuangan Baptis Untuk Kebebasan Agama di Inggris <br />Pada masa sesudah masa persemakmuran dalam sejarah Inggris (1640-1660), jumlah orang Baptis menjadi besar jumlahnya. Mereka bergabung dengan gerakan Cromwell dengan harapan mendapat kebebasan kenegaraan dan keagamaan.<br /><br />1. Usaha-usaha Baptis Pada Permulaan Untuk Memperoleh Kebebasan Keagamaan<br />Orang-orang Baptis bergabung dengan Cromwell karena bagi mereka perang saudara itu merupakan perjuangan bagi kebebbasan politik dan agama. Orang Baptis juga menentang orang Prebyter untuk mendirikan gereja negara sendiri. Selain itu ada juga orang Baptis yang bekerja dalam pemerintahan.<br />2. Baptis Menentang Cromwell<br />Orang-orang Baptis menjadi bertentangan dengan Cromwell karena sikapnya yang mabuk kekuasaan. Muncul gerakan Monarchi yang kelima sebagai tanggapan bahwa Cromwell menjadi ancaman bagi cita-cita kebebasan agama. Pada tahun 1661 gerakan ini runtyuh karena kegagalan pemberontakan bersenjata di abwah Thomas Verner.<br />3. Penganiayaan Lebih Lanjut Terhadap Orang-orang Baptis<br />Akibat pemberontakan yang gagal, raja mengesahkan beberapa undang-undang yang mengurangi kebebasan Baptis. Sebagai akibatnya seorang pekabar Injil besar, John Bunyan dipenjara selama dua belas tahun. <br />Pada tahun 1662 parlemen mengesahkan undang-undang yang mengharuskan semua pendeta yang menerima nafkah negara untuk menyetujui doktrin dan kebijaksanaan negara. Akibatnya dua ribu pendeta, terutama dari Presbyter mengundurkan diri dan mencari nafkah dengan jalan lain. Ketika wabah menewaskan lebih dari serartus ribu orang di London, para pendeta merawat orang-orang sakit. Akhirnya penganiayaan pada mereka mereda pada tahun 1687. Raja James II mengeluarkan Declaration of Indulgence 1687 yang menghentikan sementara undang-undang yang menindas golongan separatis, mengizinkan kebaktian di umum, dan membebaskan mereka dari ujian untuk pekerjaan negara.<br /><br />4. Toleransi<br />Pada tahun 1689 di bawah William dari Oranye, parlemen mengesahkan undang-undang toleransi yang menguntungkan non-conformis meski tidak memberi kebebasan keagamaan secara penuh.<br /><br />Kemunduran Baptis Pada Masa Toleransi<br />Toleransi berdampak buruk pada pertumbuhan karena tidak disertai dengan semangat pekabaran Injil di kalangan Baptis. Baru setelah kebangunan rohani di bawah Wesley, sekali lagi mereka menemukan semanagat pekabaran Injil dan usaha baptis mengalami perluasan.<br /><br />1. Kelapukan Baptis Umum<br />Kelapukan Baptis umum disebabkan oleh masalah pemusatan organisasi dan penyelewengan doktrin. Pada tahun 1750 banyak orang kristen meninggalkan barisan Baptis umum karena mereka mengingkari ke-Allahan Kristus. Perpecahan itu tidak menghentikan penyelewengan sehingga berakibat pada penurunan jumlah sampai hampir separuh.<br />2. Kemunduran Baptis Khusus<br />Kelemahan baptis khusus adalah terlalu mengutamakan doktrin pemilihan atau unsur ke-Allah-an dalam keselamatan. Akibat tidak melakukan pengabaran Injil, jumlah mereka merosot dengan cepat.<br /><br />Timbulnya Kebangunan Rohani<br />Dalam abad kedelapan belas yang pertama, agama mengalami kemunduran yang paling buruk. Tidak hanya rakyat biasa yang mempunyai budi pekerti yang buruk, para rohaniawanpun mengikuti budaya yang berlaku.<br /><br />1. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Wesley dan Whitefield<br />Dalam keterpurukan itu, Allah membangkitan John Wesley. Perubahan Wesley terjadi ketika dia bertemu dengan sekelompok orang Moravia. Tahun 1738 dia diselamatkan dan tidak lama kemudian Inggris bangkit oleh khotbahnya. Dalam kebangunan rohani John Wesley dibantu kakaknya Charles Wesley dan George Whitefield.<br /><br />2. Baptis Umum Bangkit Kembali<br />Mungkin hasil paling cepat dan jelas dari gerakan Wesley adalah kebangkitan keagamaan di antara orang-orang Baptis umum. Orang yang paling berjasa adalah Dan Taylor. Tahun 1770 Taylor memimpin pembentukan The Assembly of Free Connection Baptists. Dalam kemajuan yang cepat pada masa itu, sebuah perkumpulan pengutusan Injil ke luar negeri dibentuk tahun 1816 dan dimulailah pekerjaan di India. <br />3. Baptis Khusus Bangkit Kembali<br />Pengaruh kebangunan rohani Wesley yang dirasakan di antara orang-orang baptis khusus tidak secepat yang dirasakan orang baptis umum. Hal ini karena doktrin Wesley tentang kematian Kristus tidak dapat diterima orang Baptis khusus. Kebangunan rohani di antara orang Baptis khusus dipimpin oleh Charles Whitefield. Tahun 1778 John Fawcet membentuk persatuan gabungan di daerah Yorkshire dan Lancashire. Orang Baptis khusu di London juga mengalami pertumbuhan. Sampai tahun 1776 mereka mendirikan gereja baru setiap dua tahun. Tahun 1770 perkumpulan pendidikan di Bristol didirikan dan pada 1781 Robert Robinson mendirikan perguruan tinggi Baptis. Suatu pengaruh kuat perubahan doktrin datang dari Andrew Fuller dengan menafsirkan ajaran-ajaran Calvin dengan menekankan pada tanggung jawab perorangan akan pengabaran Injil. Semangat dan pandangan yang sehat dalam pengutusan Injil adalah penyebab utama kebangkitan semangat penginjilan.<br />4. Permulaan Perhatian Kepada Pengutusan Injil<br />Tokoh penginjilan adalah William Carey. Tahun 1787 dia ditabiskan di Moulton. Pada mulanya niat baik perlunya pengutusan Injil ditolok dalam suatu pertemuan Baptis. Akhirnya pada 2 Oktober 1792, pada pertemuan pendeta di Kattering, empat belas pendeta yang hadir menerima baik usul Carey dan membentuk perkumpulan pengutusan Injil. Setahun kemudian seorang ahli bedah, John Thomas dan Carey diangkat menjadi utusan Injil ke India. Dalam tahun-tahun berikutnya orang Baptis membuka lapangan baru di Ceylon dan pulau-pulau lainnya di sekitar Samudra India, Jamaika, West Indies, dan Amerika Tengah. Utusan Injil dikirim ke Italis, China, dan Afrika Tengah.<br /><br />Perluasan Baptis dan Kerukunan Denominasi<br />Tahun-tahun setelah 1800 adalah kemajuan dan perkembangan yang pesat orang Baptis. Ada 165 gereja baru pada tahun 1800, 700 buah pada lima tahun berikutnya, dan pada akhir 1900 ada 961 gereja didirikan.mereka memlopori pendirian STT dan gerakan sekolah minggu, perbaikan penjara, dan aktif pada gerakan pembebasan budak belian di seluruh dunia.<br /><br />1. Perluasan di Negeri Sendiri<br />Di bawah pimpinan John Steadman, gereja-gereja di daerah-daerah perindustrian di Inggris dibangkitkan dan pekabaran injil yang digiat dilakukan. Pendeta yang paling terkenal adalah Charles Haddon Spurgeon (1834-1892). Di bawah pelayanannya, gereja bertumbuh dengan cepat dan pada 1861 didirikan gedung gereja yang mampu menanmpung lebih dari lima ribu orang. Spurgeon menggabungkan teologia Calvin, moralitas keras, dan semangat pekabaran Injil.<br />2. Persatuan Baptis Tahun 1891<br />Pada tahun 1891 perpecahan antara orang baptis umum dan Baptis khusus pulih kembali. Andrew Fuller melunakkan bentuk ekstrem doktrin pemilihan, membuat orang Baptis khusus mempunyai jiwa pekabaran Injil. Dan Taylor mempengaruhi orang Baptis umum untuk melepaskan liberalismenya sehingga bangkit kembali semangat pekabaran Injilnya. Tetapi tidak semua orang Baptis Inggris bergabung dalam persatuan Baptis. Sekelomp[ok orang di bawah pimpinan William Gadsby (1773- 1844) tetap tidak bergabung dalam persatuan Baptis.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pasal V: Permulaan Baptis di Amerika<br /><br />Sejarah Baptis Amerika dibagi menjadi tiga masa. Pertama, berciri kesaksian yang setia dan penganiayaan yang kejam selama zaman penjajahan; Kedua, waktu perluasan wilayah dan berciri pertumbuhan serta kegiatan pengutusan Injil yang pesat; Ketiga, berciri pengabaran injil dan pendidikan.<br /><br />Sejarah Baptis Masa Permulaan di Amerika<br />1. Gereja Baptis Yang Pertama di Amerika<br />Sebuah gereja yang dapat disebut sebagai gereja Baptis pertama adalah gereja di Dover, New Hamshire. Untuk melepaskan diri dari penganiayaan, jemaat pindah ke New Jersey dan mendirikan sebuah gereja Baptis pada tahun 1689.<br />2. Roger Williams dan Gerejanya di Providence<br />Roger William lahir tahun 1607. Dia mengungsi dari Inggris tahun 1631. Di Amerika dia menjadi pendeta di Salem. Karena kekerasan ajarannya, dia dibuang keluar daerah Massachusetts. Selepas dari pembuangan dia pindah ke daerah Providence. Tahun 1663 sebuah piagam kerajaan yang memueat prinsip kebebasan agama. Tahun 1639 Roger William menjadi seorang Baptis dan membaptiskan sepuluh orang lainnya.<br />3. Gereja Newport dan John Clarke<br />Sebuah gereja lain yang dapat dianggap sebagai gereja Baptis pertama adalah gereja Newport yang didirikan oleh Dr. John Clarke. Pada bulan Oktober 1648 ada sebuah gereja baptis dengan lima belas anggota di Newport. <br />4. Kemajuan Baptis di Massachusetts<br />Usaha mendirikan gereja Baptis di Massachusetts dihalangi oleh pembesar dan hukum-hukum sipil yang melarang tindakan yang tidak sesuai dengan gereja negara dengan ancaman penganiayaan bagi yang membangkang. Henry Dunster, John Clarke, dan Obadiah Holmes adalah korban penganiayaan. Tetapi semua usaha itu tidak berhasil karena pandangan-pandangan Baptis bertambah kuat di antara golongan Puritan dan banyak imigran Baptis datang dari Eropa. Pada tahun 1665, Thomas Gould mengorganisasikan sebuah gereja Baptis di kediamannya sendiri. setelah kematian gould pada tahun 1678, gereja mendirikan sebuah gedung pertemuan di Boston. Setelah tahun 1691 kebebasan beragama diwujutkan oleh William dari Oranye.<br />5. Kemajuan Baptis di Daerah-daerah New England Yang Lain<br />Seorang yang memajukan pertumbuhan Baptis di New England adalah William Screven. Dia menghadapi penganiayaan dan meninggalkan Maine pada 1683. Dia mendirikan gereja Baptis pertama di Amerika bagian Selatan di dekat Charleston, South Carolina.<br />Di Pennsylvania, gereja Baptis pertama dibentuk oleh orang-orang Baptis dari Irlandia, Scotlandia, dan Inggris.<br />6. Perkembangan Baptis di Selatan<br />Kemajuan gereja Baptis di Selatan mulai dengan perlahan-lahan. Beberapa kemajuan dialami orang-orang Baptis Virginia meski mereka menderita menghadapi penganiayaan. Ada empat puluh tujuh buah gereja baptis di Amerika sebelum Kebangunan Rohani Besar.<br /><br />Masa Perluasan Baptis di Amerika<br />1. Kebangunan Besar di Amerika<br />Kemajuan dan perluasan Baptis berkaitan erat dengan kebangunan rohani besar (The Great Awakening). Kebangunan besar dimulai tahun 1734 di Northampton dengan pengkhotbah Congregational, Jonathan Edward. Pengaruh rohani dari gerakan baru itu meluas ke seluruh Amerika. Kebangunan itu mendapat dorongan baru dari George Whitefield pada tahun 1739. Inilah suatu zaman yang baru dalam kehidupan rohani di Amerika. <br />2. Pertumbuhan dan Perluasan Yang Cepat<br />Sejak kebangunan rohani besar jonathan edward, pertumbuhan orang-orang Baptis tetap meningkat. Delapan gereja di Massachusetts bertambah menjadi dua puluh tujuh gereja antara tahun 1740-1775. Pada tahun 1784 jumlah gereja Baptis bertambah menjadi tujuh puluh tiga buah dan mempunyai lebih dari tiga ribu orang.<br />Seorang pemimpin kemjuan adalah Hezekiah Smith. Dia ditabiskan sebagai pendeta di Charleston dan berkhotbah sebagai pekabar Injil keliling. Sekurang-kurangnya ada tiga belas buah gereja di daerah sekitar Haverhill yang merupakan hasil pelayanan Smith. Dalam perang Amerika dan Inggris, Smith melayani sebagai pendeta tentara. Setelah perang dia membentuk perkumpulan Warren dan membangun kembali Brown University. <br />Issac Backus berjuang menghapus ketidak-adilan penganiayaan di Virginia dan Massachusetts. Golongan Baptis terus tumbuh dalam jumlah dan dalam pembentukan gabungan-gabungan. Dua puluh lima tahun terakhir dari abad ke delapan belas merupakan masa pertumbuhan Baptis yang terbesar di Amerika. Ada tiga faktor yang berpengaruh yaitu pemberian kebebasan agama, kegiatan pengutusan Injil, dan keselarasan semangat demokrasi orang-orang dan pemerintahan sidang jemaat gereja-gereja Baptis.<br /><br />Perkembangan Kesadaran Pengutusan Injil Baptis Amerika<br />1. Perkembangan Pekerjaan Pengutusan Injil di Negeri Sendiri<br />Sebagian besar pekerjaan penginjilan dilakukan perorangan tanpa ada tugas pengutusan Injil. Hasil pelayanan mereka adalah pertumbuhan yang mengagumkan dari gereja-gereja dan anggota-anggota. Mereka bertindak sebagai pengkhotbah keliling yang maju memasuki daerah-daerah baru untuk berkhotbah dan mengajar.<br />Sementara itu pendirian perkumpulan pengutusan Injil Baptis di Amerika didirikan dan dipimpin oleh John M. Peck. Pada tahun 1817 konvensi Trienal mengutusnya ke sebelah barat Missisippi, perjalanan sejauh seribu mil melalui daerah yang tidak dikenal dan berbahaya. Peck mulai di kota St. Louis dan mendirikan lima puluh gereja dan sekolah. Perlawanan dari dalam Baptis membuat konvensi trienial menghentikan bantuan bagi Peck pada tahun 1820. Peck meneruskan pelayanannya dengan berkeliling ke negara bagian sebelah Timur dan mendirikan Seminari di rock spring, Illinois. Pada tahun 1832, John M. Peck dan Jonathan Going mendirikan perkumpulan pengutusan Injil Baptis di Amerika. Hasilnya dari sembilan ratus gereja pada tahun 1832, menjadi tujuh ribu empat ratus tujuh puluh buah gereja dengan lima ratus delapan puluh satu ribu orang pada tahun 1896. <br />2. Permulaan Pengutusan Injil Baptis Amerika di Luar Negeri<br />Sebenarnya orang-orang Baptis memeulai pekerjaan pengutusan Injil ke luar negeri lebih dahulu daripada dalam negeri secara terorganisir. Pada awal abad ke sembilan belas, The British East India Company mengadakan tekanan untuk melarang utusan Injil baptis Inggris masuk ke India. Karenanya mereka berlayar dari Inggris ke Amerika dan baru ke India. Di Amerika mereka membangkitkan semangat bagi pengutusan Injil ke luar negeri. <br />Pada tahun 1913 Adoniram Judson dan istrinya Ann Hassettine Judson dan Luther Rice yang melayani di India menjadi orang Baptis. Karenanya mereka kehilangan sponsor karena orang Baptis belum mengadakan pengutusan Injil. Rice kembali ke Boston untuk mendapat bantuan dari orang Baptis Amerika. Tahun 1814 berdirilah Konvensi pusat Denominasi Baptis di Amerika Serikat untuk Pengutusan Injil. Judson sendiri akhirnya melayani di Birma karena diusir dari india oleh The British East India Company. Pekerjaan di Birma mengalami kemajuan di antara suku Karen.<br /><br />Pemisahan Jadi Golongan Baptis Konvensi Utara dan Selatan<br />1. Sebab-sebab Pemisahan<br />Pada masa sebelum tahun 1845, paham Unitarian yang mengingkari doktrin Tritunggal dan berkeyakinan bahwa Yesus bersifat Allah, tapi tidak beroknum seperti Bapa menjadi salah satu pertentangan di antara orang-orang Baptis. Orang Baptis di New England termasuk yang paling gigih menentang doktrin yang salah itu. <br />Setelah itu guncangan terjadi karena suatu golongan yang memntingkan emosionalisme di gereja-gereja dan berusaha mendapat pengalaman yang bersifat penglihatan rohani yang jelas, seperti wahyu dan kejadian emosional lainnya. Akhirnya pemisahan terjadi.<br />Sedangkan pertentangan yang paling kuat dan berakibat merusak adalah masalah perbudakan. Selain perbudakan ada pertentangan Landmark. Gerakan ini memusatkan pikiran pada paham bahwa gereja setempatlah yang paling utama. Gerakan ini tidak mengakui pembaptisan yang dilakukan golongan agama lain dan anggotanya hanya boleh ikut perjamuan Tuhan di gereja setempat. Gerakan ini menjadi sumber pertentangan sejak tahun 1854 sampai 1905 dan akhirnya menjadi semakin tidak populer.<br />2. Pembentukan Konvensi Baptis Selatan<br />Penyebab langsung pecahnya Baptis menjadi konvensi Baptis utara dan Selatan disebabkan karena dewan pengutusan Injil ke luar negeri menyatakan bahwa seorang yang memiliki budak belian tidak akan diangkat menjadi utusan Injil. Hal ini menyebabkan pada tanggal 10 Mei 1845 di Augusta, Georgia, orang Baptis di Selatan mendirikanm konvebsi Baptis Selatan. Sekarang semua orang Baptis menentang perbudakan sehingga perbedaan utama Baptis Utara dan Selatan adalah mengenai teologia, kegerejaan dan pelaksanaan organisasi. Baptis Selatan lebih teguh berpegang pada doktrin Alkitab yang benar.<br />3. Pekerjaan Konvensi Baptis Selatan<br />Golongan Baptis Selatan berkembang dengan pesat. Sejarah konvensi Baptis Selatan adalah cara baru menuju kehidupan denominasi yang berwujut kerja sama yang suka rela, pengutamaan pekabaran Injil, serta perhatian pada pendidikan dan kebajikan. Pada saat ini konvensi Baptis Selatan menjadi yang terbesar di Amerika Serikat dan negeri-negeri di seluruh dunia.<br /><br />Ikhtisar Kesimpulan<br />Pelayanan Baptis di Amerika bermula dari penghindaran penganiayaan di Eropa. Namun, pemimpin-peminpin koloni ternyata juga tidak bertoleransi setelah berkuasa. Setelah mendapat sedikit toleransi, orang baptis mengalami keruntuhan moral. Kebangunan rohani terjadi di bawah pimpinan Jonathan Edwards. Dalam revolusi, orang-orang Baptis berjasa sebagai pejuang kebebasan.<br />Keyakinan akan pengutusan Injil mendorong orang Baptis untuk membentuk kumpulan pengutusan Injil. Adoniram Judson, istrinya dan Luther Rice berkarya di luar negeri, sedangkan John Peck memimpin pengutusan Injil di dalam negeri. Tahun 1845 terjadi perpecahan dan konvensi Baptis Selatan terus bertumbuh.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pasal VI: Baptis di Dunia<br /><br />Sebelum gerakan pengutusan Injil modern pada tahun 1793, nama Baptis tidak dikenal di luar Inggris dan Amerika. Pada tahun 1965 ada di seratus dua puluh dua negara dengan 27.127.983 anggota.<br /><br />Persekutuan Baptis se-Dunia<br />1. Pendahuluan<br />Persekutuan Baptis sedunia adalah persekutuan semua organisasi nasional dan regional yang menggabungkan diri dan mengadakan kesatuan antara kelompok-kelompok Baptis. Maksud dan kekuasaannya diraikan demikian:<br />“Persekutuan Baptis Sedunia, yang meluas ke semua penjuru dunia, didirikan untuk menunjukkan secara lebih jelas kesatuan hakiki umat Baptis di dalam Tuhan Yesus Kristus, bagi inspirasi menuju jiwa persaudaraan dan untuk membina jiwa persekutuan ini sekali-kali tidak boleh merintangi kemerdekaan gereja-gereja atau menguasai pimpinan organisasi-organisasi yang ada”.<br />2. Organisasi Persekutuan Baptis se-Dunia<br />Persekutuan Baptis Sedunia pertama kali disarankan oleh Thomas Grantham sekitar tahun 1678. Setelah melalui proses panjang, pada tanggal 11 juli 1905 orang-orang Baptis dari dua puluh tiga negara berkumpul. Pada tanggal 17 Juli 1905, sebuah laporan panitia diterima. Laporan itu sebenarnya menciptakan Persekutuan Baptis Sedunia dengan Alexander Maclaren menjadi presiden sementara dan John Clifford dipilih menjadi presiden yang pertama. Pusat persekutuan itu sekarang ada di Washington D.C., Amerika Serikat. <br />3. Rapat-rapat Persekutuan Baptis se-Dunia<br />Kongres yang pertama dari kesebelas kongres Persekutuan Baptis Sedunia diadakan di London pada tahun 1905. Kongres ini membentuk persahabatan orang-orang Baptis sedunia. Berikut ini adalah urut-urutan kongres berikutnya sampai tahun 1965:<br />• Kongres kedua di Philadelphia 1911.<br />• Kongres ketiga di Stockholm, Swedia 1923.<br />• Kongres keempat di Toronto, Kanada 1928.<br />• Kongres kelima di Berlin, Jerman 1934.<br />• Kongres keenam di Atlanta, Georgia, the USA 1939.<br />• Kongres ketujuh di Kopenhagen, Denmark 1947.<br />• Kongres kedelapan di Cleveland, Ohio 1950.<br />• Kongres sembilan di London 1955. <br />• Kongres kesepuluh di Rio De Janeiro, Brasil 1960.<br />• Kongres kesebelas di Miami, Florida 1965.<br /><br />4. Pekerjaan Persekutuan Baptis Sedunia<br />Persekutuan Baptis Sedunia berusaha untuk mengadakan hubungan dan pengertian di antara orang-orang Baptis sedunia. Persekutuan ini menguatkan iman dan keputusan kelompok Baptis yang kecil-kecil dengan jalan membangkitkan rasa. Pada tahun 1905 terdapat kira-kira 6.000.000 orang Baptis, sedangkan tahun 1965 ada lebih dari 27.000.000 orang Baptis dalam 122 negara.<br /><br />Orang-orang Baptis di Eropa <br />1. Orang-orang Baptis di Inggris, Wales, Scotlandia, dan Irlandia<br />Inggris sebagai tempat kelahiran Baptis modern mempunyai kurang dari 200.000 anggota pada tahun 1965; Scotlandia mencatat 20.000 orang, dan 5.000 orang di Irlandia.<br />2. Orang-orang Baptis di Jerman<br />Pendiri pekerjaan Baptis Jerman adalah Johann Gerhardt Oncken. Persatuan Baptis jerman terdiri dari 550 buah gereja dengan 1.000 cabang dan mempunyai 57.000 orang anggota. <br />3. Orang-orang Baptis di Eropa Barat<br />Pekerjaan baptis dimulai tahun 1869 di bawah pimpinan William I. Knapp dari Amerika. Orang-orang Baptis Swedia datang ke Spanyol tahun 1881 dan bekerja dengan hasil yang agak memuaskan sampai 1921 untuk kemudian diserahkan kepada Dewan Misi Luar Negeri dari Konvensi Baptis Selatan. Pada tahun 1965 ada 51 buah gereja dan sekitar 4.500 anggota.<br />Di Portugal terdapat kira-kira 1.100 orang Baptis. Pekerjaan baptis dimulai sekitar tahun 1888 oleh Joseph Jones sedangkan pebukaan resmi adalah pada tahun 1908 oleh Zachary C. Taylor.<br />Pekerjaan Baptis di Perancis dimulai sekitar tahun 1820 oleh Henry Pyt. Terdapat sekitar 3.000 anggota di Perancis. Pada tahun 1892 Konvensi Triennial mendirikan misi di Perancis di bawah pimpinan Prof. Ira Khase dari Institute Teologia Newton.<br />Kesaksian Baptis di Belanda dimulai tahun 1845 dan persatuan Baptis Belanda didirikan tahun 1881. Pada tahun 1965 terdapat lima puluh gereja dengan lebih dari 9.000 anggota.<br />Pada tahun 1965 terdapat sekitar 300 orang Baptis di Belgia sedangkan pekerjaan Baptis di Luxemburg baru dimulai tahun 1962 dengan kira0kira dua puluh anggota pada tahun 1965.<br />4. Orang-orang Baptis di Eropa Utara<br />Pekerjaan Baptis di Swedia sebenarnya dimulai di Amerika dengan bertobatnya dua orang pelaut Swedia, Gustaf W. Schoeder dan Frederick O. Nilson. Pada tahun 1847 Nilson dibaptiskan dan setelah ditabiskan mulai berkhotbah dengan hasil baik di Swedia. Tahun 1861 Schroder mendirikan gereja pertama di Swedia. Pekerjaan Baptis semakin maju dan konvensi gereja-gereja Baptis Swedia dibentuk tahun 1857. Terdapat lebih dari 30.000 orang Baptis di Swedia.<br />Oncken merupakan perintis gereja Baptis di Denmark dengan sebelas anggota yang dibaptiskan. Tahun 1839 P.C. Munster memulai gereja yang baru. Pada tahun 1965 terdapat lebih dari 7.000 anggota Baptis di Denmark.<br />Pekerjaan Baptis di Norwegia dimulai tahun 1860 oleh F.O. Nilson dan Frederick L. Rymker. Kira-kira tujuh ribu anggota melayani dalam lebih dari enam puluh gereja di Norwegia.<br />5. Orang-orang Baptis di Rusia dan Negara-negara Eropa Timur<br />Kesaksian Baptis di Rusia dimulai pada akhir abad ke delapan belas dibantu oleh tiga faktor yaitu:<br />• Kepindahan sejumlah besar pengungsi golongan Mennonite ke Rusia Tenggara pada tahun 1860-an.<br />• Orang-orang Molokan yang dipengaruhi oleh Baptis pada tahun 1862. Sebagai akibatnya suatu persekutuan Baptis berkembang dan Hasil Pavlov menjadi pemimpinnya.<br />• Seorang pemimpin yang timbul dari orang Molokan, Ivan Prokhanov. Kelompok Prokhanov berkembang dari 8.743 pada 1914 menjadi lebih dari 250.000 orang delapan tahun kemudian.<br /><br />Selama Perang Dunia yang pertama, banyak orang Baptis dipenjara karena menolak tugas pertempuran. Antara tahun 1914-1923 jumlah orang Baptis bertambah mencapai kurang dari satu juta orang. Tetapi mulai tahun 1929 orang Baptis kembali mengalami penganiayaan dan pekerjaan baptis tetap berlangsung dalam keadaan yang sulit.<br />Orang-orang Baptis di Finlandia mencapai 3.000 orang sedangkan di Esthonia pekerjaan baptis dimulai tahun 1884. Pekerjaan Baptis di Lithuania dirintis tahun 1841 dan mencapai 400 orang Baptis pada tahun 1964.<br />Sementara itu Baptis di Latvia dimulai tahun 1860 oleh Jakobsohn dan satu tahun kemudian tujuh puluh dua orang dibaptiskan. Setelah Perang dunia pertama terdapat 77 gereja dengan lebih dari 10.000 orang. Perang Dunia kedua menyebabkan penganiayaan kejam terhadap orang Baptis Latvia.<br />6. Orang-orang Baptis di Eropa Selatan<br />Perkembangan Baptis di Swiss dilayani oleh dua kelompok Baptis yaitu kelompok yang berbahasa Perancis dan kelompok yang berbahasa Jerman. Pekerjaan Baptis di italia dimulai tahun 1870. Setalah Perang dunia II keanggotaan orang Baptis mencapai 5.000 orang dengan 60 gereja.<br />Pekerjaan Baptis tetap berjalan di negara-negara Balkan di Eropa Tenggara meskipun ada masalah dan ketegangan yang khas. Di Bulgaria hanya ada beberapa ratus orang Baptis. Sedangkan di Rumania pekerjaan Baptis mengalami kemajuan dalam pimpinan pendeta B. Schlipf dan pada tahun 1930 terdapat 43.763 jemaat Baptis. Pada tahun 1947 ada 200.000 orang. Sejak itu pemerintah komunis membatasi kemajuan Baptis dan tinggal 65.000 orang pada tahun 1964.<br />Pekerjaan Baptis di Hongaria mengalami kemajuan pesat dari pada negara Eropa Tenggara lainnya. Dimulai dari pertobatan enam orang di Jerman. Ketika kembali ke Hongaria mereka membawa iman yang baru. Pekerjaan mereka diperkuat Heinrich Meyer pada tahun 1873. Dalam waktu sepuluh tahun dia membaptiskan 629 orang dan sepuluh tahun berikutnya ada 3.800 orang dibaptiskan. Tahun 1925 jemaat Baptis sudah mencapai 17.000 orang. Perang dan pemerintah komunis menekan orang Baptis yang tinggal kurang dari 20.000 orang pada tahun 1964. Sementara itu jemaat di Yugoslavia mencapai 3.500 orang dengan 30 gereja.<br />7. Baptis Eropa Yang lain<br />Orang-orang Baptis melayani berbagai daerah lain di Eropa. Pulau Iceland di Laut Atlantik Utara menjadi lapangan misi Baptis Selatan tahun 1963. Ada juga yang pergi ke Austria, Belgia, dan Polandia.<br /><br />Orang-orang Baptis di Timur Tengah<br />Lebih dari enam ratus orang Baptis tinggal di Timur Tengah, di Israel, Yordania, Libanon, Gaza, Yaman, dan Turki. Seorang asli Syria memulai pekerjaan Baptis di Israel tahun 1911. Sekarang dua puluh utusan Injil melayani bersama dua ratus anggota gereja nasional.<br />Injil pertama kali disampaikan di Libanon oleh orang Presbyterian lebih dari satu abad yang lampau. Utusan Injil baru tahun 1948 diizinkan masuk ke Libanon. Pada tahun 1965 ada sembilan gereja dengan 425 anggota. Tahun 1960 STT Baptis Arab dibuka di Beirut. Di Gaza ada sebuah gereja dengan anggota sebanyak 35 orang. Tahun 1964 orang Baptis membuka klinik kesehatan di Yaman. Total ada sekitar 1.000 orang Baptis di Timur Tengah.<br /><br />Baptis di Afrika<br />1. Baptis di Afrika Utara<br />Di negara-negara seperti Aljazair, Maroko, dan Mesir tercatat kira-kira ada 200 orang Baptis. <br />2. Baptis di Afrika Barat<br />Salah satu kelompok Baptis terbesar ada di Nigeria dengan lebih dari 66.000 orang dan 430 gereja. Sedangkan di Ghana dalam waktu dua puluh tahun berkembang menjadi 40 gereja dan 3.000 anggota. Di Togo ada enam buah jemaat Baptis, 1.200 orang di Pantai Waling, 300 orang di Sierra Leone dan banyak kelompok di Senegal dan Guinea. Pekerjaan Baptis di Liberia dimulai oleh para budak dari Amerika dan kini ada 15.000 orang Baptis di sana.<br />3. Baptis di Afrika Tengah<br />Di Kongo terdapat 180.000 orang Baptis, 60.000 orang di Kamerun, 20.000 di Afrika Tengah dan 3.000 orang Baptis di Angola.<br />4. Baptis di Afrika Timur<br />Usaha baptis dimulai tahun 1956 di Kenya (26 gereja dan 2.000 anggota) dan Tanzania (76 gereja dan 2.000 anggota) dan kemudian Uganda sebuah gereja dengan lima belas anggota). Di Zambia pada tahun 1965 ada enam gereja dengan 250 anggota. Sedangkan di Malawi ada 10 gereja dengan 700 anggota.<br />5. Baptis di Afrika Selatan<br />Pada tahun 1965 Rhodesia mempunyai 33 gereja dan 3.228 anggota. Sedangkan di Afrika Selatan ada 45.000 orang. Selain itu orang Baptis juga ada di Basuto dan Republik Afrika Barat Daya. Pada tahun 1965 terdapat lebih dari 400.000 orang Baptis di Afrika.<br /><br />Baptis di Amerika<br />1. Baptis di Amerika Utara<br />Kanada menerima kesaksian Baptis tahun 1775. Tahun 1944 federasi Baptis Kanada dibentuk dan mempersatukan pekerjaan Baptis. Ada tiga puluh macam kelompok Baptis di Amerika Serikat dengan 22 juta anggota. Konvensi Baptis Selatan dengan lebih dari 10 juta anggota dan konvensi Baptis Amerika (Utara) hampir 10 juta anggota. Meksiko dimasuki 1880 dan ada sekitar 60.000 anggota Baptis.<br />2. Baptis di Amerika Tengah<br />Terdapat hampir 200.000 orang Baptis di Amerika Tengah. Di guatemala ada 2.000 orang Baptis engan 26 gereja. Kepulauan Bahama mempunyai 20.000 orang Baptis sementara Cuba juga 20.000 orang. Di Dominika hanya ada 200 orang Baptis dan ada 1.500 orang di Trinidad dan Tobago. Republik El Salvador mencatat 3.000 anggota, 1,000 anggota di Nicaragua, 1.000 anggota di Costa rica (enam gereja), 5.000 anggota di Panama (20 gereja) 7.000 orang-orang Indian, dan 150 orang di Puerto Rico.<br />3. Baptis di Amerika Selatan<br />Di Venezuela terdapat 25 buah jemaat dengan 1.000 orang anggota. Columbia mempunyai sebuah Seminari international dan terdapat lebih dari 5.000 orang Baptis. Sedangkan di Ekuador ada kira-kira lima ratus orang, sembilan buah gereja, sebuah lembaga teologia, sebuah SD, dan sebuah klinik pengobatan. Lebih dari seribu orang Baptis menetap di Peru dengan tujuh buah gereja.<br />Di negara terbesar di kawasan Amerika Selatan, Brasil, terdapat 225.000 yang terhimpun dalam 2.000 buah gereja. Sedangkan Bolivia mempunyai 1.200 orang dan 1.000 orang di Paraguay. Di salah satu negara terkecil, Uruguay, terdapat 1.300 orang anggota Baptis dan 25 gereja. <br />Gereja Baptis pertama di Chili didirikan pada tahun 1892. Terdapat lebih dari 100 gereja dengan 10.000 orang Baptis sedangkan Argentina mempunyai 22.000 orang. Lapangan terakhir yang dimasuki adalah Guyana dengan dua gereja dan 82 anggota.<br /><br />Baptis di Pasifik Barat Daya<br />Di Australia orang-orang bangsa Inggris mulai bekerja di Sidney pada tahun 1831. Tahun 1834 pekerjaan Baptis dimulai di daerah Australia Selatan dan tahun 1843 sebuah gereja diorganisasikan di daerah Victoria. Lebih dari 40.000 orang Baptis tinggal di Australia. <br />Pekerjaan Baptis dimulai di New Zealand pada tahun 1851. Persatuan Baptis New Zealand dibentuk tahun 1882 dan tahun 1965 ada hampir 20.000 orang Baptis di New Zealand.<br />Tahun 1960 utusan Injil Baptis Selatan melayani pulau Okinawa. Bersama sebagian besar tentara Amerika, jumlah mereka mencapai 1.129 orang yang dilayani dua gereja. Sedangkan Guam mencatat adanya 225 orang anggota Baptis dengan sebuah gereja Baptis. Di Pasifik Barat Daya, jumlah orang Baptis mencapai 80.000 orang.<br /><br />Kesimpulan<br />Uraian di atas dimaksudkan untuk membantu orang Baptis dan orang-orang lain menyadari bahwa orang-orang Baptis merupakan suatu kelompok kristen yang kuat, yang berusaha untuk melayani di tiap pelosok dunia. <br /><br />Pasal VII: Baptis di Asia<br /><br />Baptis di Asia Selatan<br />1. Baptis di India<br />Pekerjaan misi di India sudah dimulai oleh orang Katolik Roma maupun Protestan sebelum tahun 1793. Namun, kedatangan William Carey pada tahun 1793 membuka masa baru bagi Protestan. Carey melayani selama 41 tahun dan meninggal tahun 1834. Selama pelayanannya Carey juga menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali dan membuka cabang misi di Birma dan Indonesia. Dalam tahun-tahun menjelang 1965 ada 481.610 orang Baptis di India.<br />2. Baptis di Pakistan<br />Rombongan utusan Injil pertama di Pakistan adalah perkumpulan Utusan Injil Baptis di Inggris. Setelah bekerja selama 160 tahun, terdapat 124 gereja yang beranggotakan 5.000 orang. Sedangkan misi Baptis Australia melaporkan 120 gereja dengan 7.000 orang. Pada tahun 1957 Utusan Baptis Selatan memasuki Pakistan Timur dan menghasilkan lima buah gereja dengan 200 anggota.<br />3. Baptis di Ceylon dan Nepal<br />Pekerjaan Baptis di Srilanka (Ceylon) dipimpin oleh James Chaster pada 1812. Pada tahun 1963 ada 3.203 anggota. Sedangkan jumlah orang Baptis di Nepal tidak diketahui jumlahnya.<br />4. Baptis di Birma<br />Birma (Myanmar) adalah lapangan yang pertama dan merupakan lapangan yang paling subur Konvensi Baptis Amerika (Utara). Permulaan orang Baptis di Birma tidak dapat dilepaskan dari nama Adoniram Judson dan Ann Hassletine Judson. Dialah perintis pekerjaan Injil di Birma yang dalam pelayanannya telah menguburkan dua orang istrinya, beberapa orang anaknya, dan akhirnya nyawanya sendiri. pada tahun 1914 ada kira-kira 4.000 orang menjadi anggota gereja Baptis.<br />George Boardman melayani selama empat tahun dan meninggal. Dialah utusan Injil pertama yang mencurahkan hidupnya bagi suku Karen. Pada tahun 1856, hampir 12.000 orang suku Karen menjadi anggota gereja Baptis. Jumlah ini meningkat menjadi 47.530 pada tahun 1914 dan menjadi 103.904 orang dan 1.061 gereja pada tahun 1957. Pekerjaan Ijil juga dilakukan kepada suku-suku lain seperti Kachin, Shan, dan Chin. Keputusan pemerintah menjelang tahun 1965 telah memaksa semua utusan Injil keluar dari Birma. Pada tahun 1964 tercatat lebih dari 212.000 orang Baptis di Birma.<br /><br />Baptis di Asia Utara dan Tengah<br />1. Pekerjaan Baptis di Cina<br />Kesaksian Baptis di Cina dimulai pada tahun 1834 di bawah pimpinan Konvensi Triennial (William dan Matilda Dean). Tahun 1936 pendeta Alanson Reed dan pendeta J.L. Shuck memeulai pekerjaannya dan bulan Desember 1835 membaptiskan tiga orang. Cabang Cina Selatan dibuka tahun 1936, cabang Cina tengah dibuka pada 1847, cabang Cina Utara dimulai tahun 1895, dan cabang Cina daerah pedalaman dibuka tahun 1904. Akhirnya pada tahun 1948 suatu konvensi Baptis Cina didirikan. Selain penginjilan, beberapa STT dibuka di berbagai tempat di Cina. Juga rumah sakit dan perkumpulan penerbit Baptis. Diperkirakan ada sekitar 123.000 orang Baptis di negeri Cina daratan.<br />2. Baptis di Hongkong dan Macao<br />Pekerjaan baptis di Hongkong dimulai tahun 1842 oleh J. Lewis Shuck dan pada tahun 1938 gabungan Baptis Hongkong diorganisasikan. Baptis Selatan memasuki Hongkong kembali pada 1949. Menurut laporan tercatat 28 gereja dan 15.000 orang anggota. Sedangkan di Macao terdapat sebuah gereja dengan 750 anggota.<br />3. Baptis di Taiwan<br />Pekerjaan misi yang pertama di Taiwan dilakukan oleh Presbyterian Inggris dan Canada. Baptis Selatan mulai bekerja di Taiwan tahun 1948 oleh Bertha Smith dan pendeta Yang Mei Tsai. Pada tahun 1965 Baptis Selatan mencatat 9.700 (selanjutnya 10.995) anggota gereja dan 30 gereja.<br />4. Baptis di Jepang<br />Utusan-utusan Injil mulai memasuki Jepang beberapa bulan setelah perjanjian pembukaan dua buah pelabuhan Jepang pada tahun 1854. Pada awal tahun 1860, pendeta J. Goble tiba di Jepang dan tahun 1872 Konvensi Baptis Amerika mulai bekerja dengan pelaksana Nathan Brown. Pekerjaan Baptis Selatan dimulai tahun 1857. Perang saudara di Amerika menghalangi usaha penginjilan sampai tahun 1889 ketika John William McCollum dan Dru Collins McCollum diangkat untuk bekerja di Jepang. <br />Perang Dunia II mengakibatkan kerusakan dalam pekerjaan Baptis di Jepang. Orang Baptis mengalami aniaya dan sembilan gereja bubar sehingga keanggotaan Baptis berkurang dari 2.700 menjadi kurang dari 500 orang. Berakhirnya perang membuka peluang bagi pekabaran Injil. Pada tahun 1964 ada lima gereja Baptis yang berbahasa Inggris dan tahun 1963 ada gerakan pekabaran Injil yang berbuah dengan beribu-ribu orang yang bertobat.<br />5. Baptis di Korea<br />Pekerjaan Baptis dimulai pada tahun 1895 dengan kedatangan utusan-utusan Injil yang dibantu oleh gereja Baptis Boston , Massachusetts. Selain gereja, didirikan STT Baptis Korea, penerbitan, rumah sakit William L. Wallace dan toko-toko buku. Tahun 1965 orang-oirang Baptis Selatan mencatat 160 gereja dengan 6.600 orang anggota.<br /><br />Baptis di Asia Tenggara<br />1. Baptis di Filipina<br />Kesaksian Baptis dimulai tahun 1900 di pulau Panay dan Negros. Konvensi Baptis Filipina diorganisasikan tahun 1935. Konvensi itu terdiri dari 150 gereja dan lebih dari 10.000 anggota.<br />Pekerjaan Baptis Selatan dimulai tahun 1948 ketika utusan Injil dari Cina dengan beberapa guru pindah ke Baguio untuk belajar bahasa. Sambil belajar mereka juga memberi kesaksian kepada orang Cina Filipina. Kesaksian berbuah menjadi sebuah gereja pada 1950. Pada tahun 1965, orang-orang Baptis Selatan di Filipina tercatat sejumlah 8.390 orang dalam 79 gereja dan 104 pendeta nasional.<br />2. Baptis di Vietnam Selatan<br />Pada tahun 1954, Vietnam dibagi menjadi Vietnam Utara yang komunis dan Vietnam Selatan. Utusan-utusan Injil pertama tiba pada tahun 1959. Petobat pertama dibaptiskanpada 1962. Usaha penerbitan dimulai tahun 1962. Sekitar tahun 1965 ada 130 orang Baptis Vietnam namun dengan kesaksian yang maju memberikan harapan yang baik.<br /><br />3. Baptis di Muangthai (Thailand)<br />Thailand pertama kali menerima kesaksian Protestan pada tahun 1828 melalui Dr. Karl F. Gutzlaff. Sedangkan kesaksian Baptis dimulai oleh pendeta John Taylor Jones pada tahun 1833. Sebuah gereja Cina didirikan di Bangkok tahun 1937 dan mempunyai 400 anggota pada tahun 1954.<br />Pekerjaan Baptis Selatan dimulai tahun 1949 dan gereja pertama dibuka di Bangkok tahun 1951. Sampai tahun 1965 ada dua belas pusat yang dilayani. STT Baptis dibuka tahun 1952, toko buku (1953), rumah sakit dan klinik berkeliling. Total orang Baptis ada 4.065 orang dalam tujuh gereja.<br />4. Baptis di Malaysia<br />Pada tahun 1937 seorang pemimpin awam Baptis Cina mengorganisasikan dua gereja kecil, satu di singapura dan satu di Alor Satar, Malaysia. Utusan-utusan Injil Baptis datang ke Malaysia tahun 1950. Dalam waktu sepuluh tahun, pekerjaan itu menghasilkan 20 buah gereja dan lebih dari 1.600 orang anggota. Dalam tahun 1965 ada 25 gereja dengan 1.450 anggota.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pasal VIII: Baptis di Indonesia<br /><br />Permulaan Baptis di Indonesia<br />Permulaan Baptis di Indonesia terjadi pada awal tahun 1.800-an. Pada awal tahun 1812, delapan orang serdadu Inggris mendirikan sebuah gereja Baptis di Semarang. Hampir satu tahun kemudian utusan Baptis pertama yaitu William Robinson tiba di Jakarta. Di antara yang membantu Robinson adalah Thomas Trowt. Salah satu hasil pekerjaan Trowt adalah Gottlob Bruckner. Bruckner menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jawa. Dia melayani selama 43 tahun hingga meninggal tahun 1857 di Semarang.<br />Pada tahun 1814, Jabez Carey (anak William Carey) datang ke Ambon dan melayani selama empat tahun. Sesudah orang-orang Belanda menguasai Indonesia, Carey terpaksa meninggalkan Ambon. <br />Pada pertengahan tahun 1819, Nathaniel Ward mendarat di Sumatera. Bersama Richard Burton dan Charles Evans, merekalah yang pertama kali memperkenalkan kekristenan pada suku Batak.<br /><br />Baptis Selatan di Indonesia<br />1. Permulaannya<br />Pada hari natal 1951, tiga orang utusan Injil baptis mendarat di Jakarta dan dimulailah pekerjaan Konvensi Baptis Selatan di Indonesia. Buren Johnson, Stockwell Sears, dan Charles Cowherd adalah para pelopornya. Selama empat belas tahun orang Baptis Selatan telah bertambah sehingga terdapat 3.965 anggota dalam 71 gereja pada tahun 1965.<br />2. Pertumbuhan Gereja-gereja<br />Baptis selatan mengorganisasikan gereja pertama di Bandung pada 23 November 1952. Pendeta Charles Cowherd membaptiskan tujuh petobat baru dan tiga belas orang bergabung dengan gereja Baptis. Di jakarta, gereja Baptis Calvari diorganisasikan rahun 1955, gereja Baptis Immanuel di Surabaya (1953), dan tempat-tempat lainnya.<br />3. Lembaga-lembaga<br />Perkembangan gereja di Indonesia dibantu dan diperkuat oleh empat buah lembaga yang berpusat pada pelayanan pengobatan, pendidikan pemimpin gereja, penerbitan, dan pekerjaan di antara para mahasiswa. Kediri dipilih bagi tempat permulaan pekerjaan pengobatan. Dr. Kathleen Jones memelopori pekerjaan klinik di Kediri pada tanggal 28 Februari 1957.<br />4. Sekolah Perawat Baptis<br />Pada tahun 1961 sebuah sekolah perawat Baptis dibuka di RS Baptis Kediri di bawah pimpinan Virginia Miles. Sedangkan Semarang dipilih menjadi tempat STT Baptis Indonesia. 11 Oktober 1954 adalah hari perkuliahan pertama dengan dua belas mahasiswa. <br />Gedung penerbitan Baptis didirikan pada tahun 1960. Pekerjaan di antara para mahasiswa dimulai tahun 1963 di Yogyakarta. Pusat mahasiswa kedua dibuka di Semarang.<br /><br />Pekerjaan Baptis Yang Lain di Indonesia<br />1. Orang-orang Baptis Australia di Irian Jaya<br />Pekerjaan Baptis Australia di Irian Barat merupakan perluasan dari pekerjaan yang sudah diselenggarakan di Irian Timur. Cabang pekabaran Injil pertama didirikan di Tiom, dan pada awal tahun 1957 dibuka di Maki, Jukwa, dan dua tahun kemudian di Sungai Pit. Pekerjaan penginjilan diperkuat dengan pelayanan pengobatan, kesempatan pendidikan, dan pekerjaan sosial. Pada tahun 1957 sebuah peguruan tinggi dicoba di Tiom. <br />Di Tiom dan Maki didirikan gereja-gereja dengan anggota sekitar 35 orang masing-masing gereja. Pada tahun 1961 pecah gerakan melawan masyarakat kristen. Gedung-gedung dibakar dan dirampok dan lebih dari 100 dibunuh. Setelah kerusuhan, terciptalah semangat persatuan yang besar sehingga pekerjaan menjadi maju.<br />2. Baptis di Antara Orang-orang Kalimantan Asli<br />Pekerjaan di Kalimantan dirintis oleh suami-istri Bremon. Ketika mereka meninggalkan Kalimantan, mereka menyerahkan pekerjaan kepada Perkumpulan pengutusan Injil Luar Negeri Baptis Konservatif. Ada beberapa utusan Injil di Kalimantan dan menerima sambutan yang baik dari orang-orang Kalimantan asli.<br />3. Baptis “Mid-Mission”<br />Batis “Mid-Mission” mengangkat seorang wanita, Helena Jean Moose sebagai utusan Injil. Moose melayani di “The Chinese Baptist Church” di Jakarta. Gereja itu diorganisasikan 87 hari sebelum gereja Baptis pertama di Bandung.<br /><br />Kesimpulan<br />Hasrat utama kaum Baptis adalah melayani rakyat Indonesia. Tujuan utamanya adalah memuliakan Tuhan. Kaum Baptis tersebar pada lima buah pulau di Indonesia.<br /><br /><br />Penutup<br />Sesungguhnya perkembangan sejarah Gereja-gereja Baptis di seluruh dunia adalah sebagian kecil dari “jejak-jejak kaki” Allah. Gereja-gereja Baptis telah melayani Allah dan mendedikasikan dirinya bagi kemuliaan Allah semata. Apa yang telah dilakukan para perintis di masa lalu dengan segala pengorbanannya adalah bukti kesetiaan mereka kepada Allah dan bukti kesetiaan Allah pada mereka pula. Semua aniaya dapat mereka tanggung karena Allah-lah yang menguatkan mereka. Sungguh buku yang bagus (menginspirasi) terlepas dari penulisannya pada tahun 1965 sehingga buku ini perlu di up-to-date.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-44780474729240924192010-01-08T09:09:00.000+07:002010-01-08T09:10:06.754+07:00Baptisan dan KepenuhanBaptisan dan Kepenuhan<br />Peranan dan Karya Roh Kudus Masa Kini<br />(disadur dari John Stott)<br /><br /><br />Bab 1: Janji Akan Roh Kudus<br /> Hidup kristiani adalah hidup di dalam Roh. Semua orang yang memiliki Roh Allah adalah anak-anak Allah, dan semua orang yang adalah anak Allah memiliki Roh Allah. Tidak mungkin memiliki Roh tanpa menjadi anak Allah atau menjadi anak Allah tanpa memiliki Roh (Rm 8:9). Paulus mengatakan bahwa hidup dalam Roh dan menjadi milik Kristus adalah ungkapan yang sinonim. Dengan kata lain Paulus mengatakan tidak ada seorangpun dapat menjadi milik Kristus tanpa memiliki Roh. <br />1 Kor. 6:19-20 menyatakan ketika kita dibeli dan harganya telah lunas dibayar, maka tubuh kita bukanlah milik kita sendiri melainkan milik Dia yang membeli/menebus kita. Oleh karena penebusan itu, tubuh kita disebut menjadi bait Roh Kudus karena Allah sendiri yang memberikan Roh Kudus kepada kita. Jadi memiliki Roh Kudus bukanlah hasil usaha manusia melainkan anugerah dari Allah (lihat Rm. 5:5). <br />Secara singkat, Roh Kudus menyatakan Kristus kepada kita sehingga kita bertobat, dan RK membentuk Kristus di dalam kita (proses pengudusan). <br /><br />Apakah memiliki RK sama dengan ‘baptisan’ RK?<br /> Ada dua pendapat yaitu ‘sama’ dan ‘tidak sama’. <br />Mereka yang berpendapat tidak sama mengajarkan bahwa baptisan RK adalah pengalaman kedua yang mengikuti, yang harus dialami oleh semua orang kristen setelah baptisan air. Di pihak lain, berpendapat bahwa baptisan RK adalah milik semua orang percaya yang telah benar-benar bertobat. <br /> Pencurahan atau baptisan RK adalah salah satu berkat khusus zaman baru (2 Kor. 3:8). Ungkapan baptisan RK hanya muncul di Alkitab sebanyak 7 kali dalam PB dan merupakan pemenuhan dari harapan/nubuatan PL. Yesaya 32:15 berbicara tentang hari waktunya Roh akan dicurahkan kepada kita dari atas; Yehezkiel 39:28-29 berbicara akan pencurahan Roh ke atas kaum Israel; Yoel 2:28 menyatakan janji Tuhan untuk mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia. Yohanes pembaptis, nabi terakhir PL merangkum dalam Markus 1:8 dengan mengatakan “Aku membaptis kamu dengan air, tapi Ia akan membaptis kamu dengan RK. (lihat ayat paralel Mat. 3:11; Luk 3:16; Yoh 1:33). Jika kita melihat Yoh. 1:29, 33, ciri khas pelayanan Yesus adalah rangkap dua yaitu penebusan dosa manusia dan pembaptisan dengan RK. <br /> Pada hari Pentakosta (Kis. 2:38), Petrus berseru dan meyakinkan bahwa semua orang yang akan bertobat dan percaya akan menerima dua berkat dengan cuma-Cuma yaitu pengampunan dosa dan karunia RK. Karunia Roh di sini bersinonim dengan ‘janji Roh’ (Kis. 1:4; 2:33, 39; ‘baptisan Roh (1:5), dan ‘pencurahan Roh’ (2:17, 33). Kesimpulan di sini adalah setiap orang yang bertobat menerima karunia Roh, yang dijanjikan Allah sebelum hari Pentakosta, dan dengan demikian dibaptis dengan Roh yang dicurahkan Allah pada hari Pentakosta. Kesimpulan ini konsisten dengan keyakinan Petrus pada kasus Kornelius (Kis. 11:16-17) yaitu baptisan dan juga sebagai karunia Roh. Jadi baptisan Roh sama dengan janji atau karunia Roh dan menjadi bagian tak terpisahkan dengan pengampunan dosa dan keselamatan. RK melahirkan kembali, mendiami, membebaskan dan mengubah kita. Paulus dalam Titus 3:4-7 menyatakan Roh yang dicurahkan untuk melahirkan kembali dan mambarui kita dilihat sebagai bagian dari keselamatan. <br /> Baptisan atau pencurahan Roh Kudus adalah adalah berkat khusus dari zaman baru (zaman PB) karena sebelumnya belum dapat diperoleh, tapi juga berkat umum karena berkat itu menjadi hak kelahiran semua anak Allah. (Kis. 2:38-39) Jadi semua orang yang menerima panggilan Allah, ia mewarisi janji Allah akan RK.<br /><br />Hari Pentakosta (Kisah pasal 2)<br /> Dalam Kisah 2 ada dua kelompok orang yang terpisah waktu menerima baptisan atau karunia RK. Kelompok pertama berjumlah 120 orang (Kis. 1:15) dan kelompok kedua berjumlah kira-kira 3.000 (Kis. 2:41). Kedua kelompok ini menerima janji dan karunia yang sama yaitu RK (Kis. 2: 33; 39). Walaupun demikian, ada perbedaan yang sangat besar, yaitu kelompok 120 orang pertama telah dilahirkan kembali dan kelompok 3.000 orang kedua semula tidak percaya, menjadi percaya karena khotbah Petrus dan saat itu juga menerima pengampunan dosa dan karunia Roh yang sama seperti kelompok pertama, saat itu juga.<br /> Pertanyaannya, mengapa kedua kelompok itu mengalami pengalaman yang berbeda?. Kelompok pertama sudah percaya, sudah dibaptis air, belum menerima karunia Roh sebelum Pentakosta. Kelompok kedua tidak percaya menjadi percaya, belum dibaptis air, dan menerima baptisan RK terlebih dahulu. <br />Jawabanya adalah karena janji Roh (Yoel 2:28) memang baru digenapi pada hari Pentakosta. Mengapa begitu? Karena hari Pentakosta menandai kejadian akhir dari ‘riwayat kerja’ Yesus di dunia dan menandai awal ‘riwayat kerja’ RK di dunia. Pencurahan Roh yang dinanti-nantikan baru dapat terlaksana setelah genap karya Kristus di dunia berupa kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Dengan demikian, Pentakosata menandai awal zaman baru, yaitu zaman Mesianis atau zaman Roh. Peristiwa Pentakosata tidak dapat diulangi dan hanya terjadi sekali dalam sejarah manusia seperti halnya kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus. Kesimpulannya, mereka yang bertobat (kelompok 2) pada hari Pentakosta menjadi pola bagi orang percaya berikutnya. Arti kedua Pentakosta adalah pemenuhan janji Kristus (Kis. 1:8) pada para rasul untuk melengkapi tugas kerasulan memberitakan Injil. Arti ketiga adalah Pentakosta adalah pembangunan rohani pertama di mana pertsama kali Roh menunjukkan kuasa-Nya dengan berkelimpahan. <br /> Jadi baptisan RK bukanlah ‘second blessing’ melainkan kita menerima Roh karena percaya pada pemberitaan Injil dalam iman (Gal. 3:2; 14). Ada orang yang mengatakan karunia RK adalah ‘second blessing’ yang harus dikejar oleh orang percaya. Pendapat ini dikaitkan dengan Kis. 8:5-17. Filipus memberitakan Injil di Samaria dan banyak orang menjadi percaya dan dibaptis air. Nah, ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. <br />Pertanyaannya mengapa harus mengutus Petrus dan Yohanes??<br />Jawabannya adalah karena para petobat itu orang Samaria. Orang Yahudi menganggap orang Samaria adalah musuh besar mereka dan orang berdosa dan najis sehingga mereka tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh. 4:9). Rupa-rupanya tidak mudah bagi orang Yahudi untuk mengakui bahwa musuh besar merekapun mendapatkan keselamatan seperti mereka. Dengan konteks latar belakang seperti itulah Petrus dan Yohanes sampai harus datang untuk memeriksa dan meneguhkan pertobatan mereka dengan peletakan tangan. Jadi peletakan tangan adalah tanda yang meneguhkan bukan oleh karena peletaan tangan RK turun ke atas mereka. Perhatikan bahwa ketika orang Samaria dibaptis, mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 8:16) dan yang menyebabkan Roh tidak diberikan adalah keadaan historis. Keadaan historis ini bersifat khusus dan tidak dapat diulang dan dijadikan pola.<br /> Alasan kedua adalah kejadian di Kis. 19:1-7. Ternyata mereka tidak tahu akan RK (ay. 2). Baptisan yang mereka terima adalah baptisan Yohanes Pembaptis, padahal seharusnya baptisan air harus dilakukan di dalam nama Allah tritunggal (Mat. 28:19). Setelah itu maka Paulus membaptis mereka dalam nama Kristus dan menumpangkan tangannya, dengan akibat RK turun ke atas mereka. Jadi sebelum dibaptis Paulus, mereka tidak dibaptis dalam nama Yesus dan tidak mengenal RK. Ayat 4 menyatakan ternyata mereka belum mengenal Yesus juga (sehingga Paulus perlu untuk menjelaskannya). Setelah mengerti dan menerima, Paulus membaptis mereka dan RK-pun turun kepada mereka.<br /><br />Kesimpulan<br />• Baptisan Roh adalah sama dengan karunia Roh. <br />• Baptisan air adalah tanda upacara masuk kekristenan, sedangkan baptisan Roh adalah pengalaman kristiani yang mula-mula setelah bertobat. Dengan kata lain baptisan air adalah tanda dari baptisan dengan Roh sepanjang baptisan air itu adalah tanda pengampunan dosa. <br />• Orang yang sudah menerima karunia Roh, harus mengalami kelanjutannya dipenuhi dengan Roh dengan proses pengudusan (santification) dalam hidupnya, menyangkal diri agar semakin mirip dengan Kristus. Proses ini berlangsung sepanjang hidup kita.<br /><br />Bab 2: Kepenuhan Roh<br /> Apa yang terjadi pada hari Pentakosta adalah Allah mencurahkan Roh dan membaptis 120 orang dan 3.000 orang. Buah baptisan Roh adalah ‘penuhlah mereka dengan RK’ (Kis. 2:4). Jadi kepenuhan Roh adalah akibat dari baptisan Roh. Walaupun demikian, karena natur berdosa manusia, maka kepenuhan Roh mengalami dinamika dalam hidup kita. Manusia dapat kembali jatuh dalam dosa, menyesal dan kembali pada Allah secara berulang-ulang. Ketika berdosa, manusia tidak dipenuhi dengan Roh tapi tidak kehilangan Roh. Contoh di Alkitab adalah jemaat Korintus. Mereka adalah jemaat yang diperkaya dengan berbagai karunia rohani (1 Kor. 1:7) dan sudah dibaptis dengan RK (12:13). Namun, Paulus mengecam mereka sebagai jemaat yang tidak rohani atau tidak dipenuhi Roh. Oleh karenanya Yesus sendiri dalam Yoh 7:37-39 menasihati kita agar kepenuhan Roh terus menerus dijadikan milik kita dengan iman. Yesus menggambarkan air sebagai RK dan barang siapa yang haus hendaklah ia ‘datang’ dan ‘minum’. Kata kerja yang dipakai dalam ‘datang dan minum’ adalah present tense atau dalam bentuk masa kini. Artinya orang percaya harus selalu ‘datang dan minum’, harus selalu dipenuhi dengan RK. Jadi baptisan RK hanya sekali, sedangkan kepenuhan RK dapat terjadi berualang-ulang.<br /><br />Ciri-ciri Kepenuhan Roh<br /> Dalam contoh jemaat Korintus, Paulus menyindir mereka dengan mengatakan ‘kamu telah kenyang, telah penuh’ (4:8). Tetapi bukan kepenuhan RK karena bila benar mereka dipenuhi oleh Roh, tentu mereka akan dipenuhi dengan kasih, yang adalah salah satu buah Roh. Kasih adalah ikatan yang kuat antara buah dan karunia-karunia Roh. Jadi ciri-ciri dipenuhi oleh Roh adalah bersifat moral, bukan bersifat ajaib, dan berada pada buah-buah Roh bukan pada karunia-karunia Roh. <br />Paulus memberikan contoh akibat daqri kepenuhan Roh yang menghasilkan buah-buah Roh berupa kualitas moral dalam Ef. 5:18-21. Paulus mengkontraskan antara kepenuhan Roh dengan mabuk yang menimbulkan hawa nafsu. Kata Yunani menimbulkan hawa nafsu adalah ασωτία (asotia) yang berarti suatu keadaan di mana seseorang tidak mampu mengawasi/mengendalikan diri sendiri. Sebaliknya penuh dengan Roh mengakibatkan ‘berkata-kata, bernyanyi, bersorak, mengucap syukur, merendahkan diri’ secara sadar. Jadi keliru sekali kalau ada pandangan dipenuhi Roh berarti kita berada dalam keadaan yang tidak sadar atau tidak dapat mengendalikan diri sendiri. Jika mabuk berarti ada pengaruh alkohol yang bekerja dalam darah, maka kepenuhan Roh berarti ada RK dalam hati. Kepenuhan Roh bukan meliputi manifestasi mistis yang khusus tapi hubungan moral dengan Allah dan sesama.<br />Ef. 5:18b: ‘Hendaklah kamu penuh dengan Roh’ mempunyai beberapa implikasi sbb:<br />• Bentuknya perintah langsung.<br />• Kata kerjanya jamak, artinya kepenuhan Roh bukan hak tapi tugas kepada semua orang percaya. <br />• Kata ‘dipenuhi’ berbentuk pasif artinya kita menyerah tanpa syarat kepada kehendak-Nya. Walaupun demikian di dalam penyerahan diri untuk dibentuk oleh RK, kita berperan aktif menjalankan kehendak-Nya itu. Sebagaimana orang mabuk karena minum, kita dipenuhi Roh karena minum juga dari Yoh. 7:37.<br />• Bentuk kata kerjanya adalah bentuk masa kini yang terus menerus. Artinya kepenuhan Roh bukan terjadi hanya sekali, melainkan suatu upaya untuk memilikinya terus menerus secara bertambah-tambah. Jadi kegagalan dan keburukan perbuatan dari banyak orang percaya membuktikan bukan akan perlunya mereka dibaptis dalam RK, tapi perlu untuk menemukan kembali kepenuhan Roh yang telah hilang dari diri mereka akibat dosa (satu baptisan Roh, banyak kepenuhan).<br /><br />Pertanyaannya, bagaimana supaya dipenuhi Roh terus menerus dan bertambah-tambah?<br />Paulus memberikan petunjuk dalam Ef. 1:17-19. Ada ordo atau urutan yang harus dipenuhi yaitu:<br />• Penerangan<br />• Pengertian<br />• Iman<br />• Pengalaman<br />Karena iluminasi atau penerangan dari RK maka kita tahu dan oleh iman kita menikmati apa yang kita ketahui. Pengalaman iman kita karenanya dipengaruhi sekali oleh pengetahuan hati kita. Selanjutnya makin banyak yang kita ketahui, makin besar kecakapan rohani kita dan makin besar tanggung-jawab kita kepada Allah dan sesama karena iman.<br /> Perlu dicermati gejala-gejala yang bersifat jiwani (psikologis) yaitu pengalaman berasal lebih dari jiwa insani daripada karena Roh Allah. Ucapan-ucapan yang tidak disadari oleh otak dan berulang-ulang terkenal di kalangan orang Hindu, Mormon, dan penganut kalangan agama lain, juga di beberapa keadaan medis. Menghadapi keadan seperti itu Alkitab mengajarkan kita untuk menguji segala sesuatu, khususnya ‘menguji roh-roh’ (1 Tes. 5:21; 1 Yoh. 4:1). Sekali lagi tolok ukur kita hanyalah Alkitab saja.<br /><br />Bab 3: Buah Roh<br /> Karunia Roh atau baptisan RK akan menghasilkan buah-buah Roh. Buah-buah Roh adalah (Gal. 5:22-23). Ada 9 buah Roh yang dapat digolongkan menjadi 3 sekawan yang menggambarkan hubungan kita dengan Allah (kasih, sukacita, damai sejahtera), dengan sesama (kesabaran, kemurahan, kebaikan), dan dengan diri sendiri (kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri). Sekali lagi, bukti nyata karya RK dalam manusia bukanlah pengalaman-pengalaman yang emosional, subjektif, melainkan sifat-sifat moral kristiani yang tercakup dalam 9 buah Roh sehingga dapat hidup dalam kesesuaian dengan Allah dan sesama dalam pengawasan diri yang kuat. <br /><br />Bagaimana caranya agar hidup kita berbuah?<br />Hidup yang berbuah adalah hidup yang semakin mirip dengan karakter Kristus. Keserupaan dengan Kristus bersifat supra-alami dalam asalnya (dari RK) tetapi bersifat alami dalam pertumbuhannya (kita yang berperan aktif). Sebagai ilustrasi walau tidak tepat benar tapi dapat memberikan gambaran yaitu ketika seorang anak akan memulai sebuah bisnis. Dalam memulai bisnis, ayahnya memberikan modal kerja dan bimbingan kepada anaknya, tetapi keputusan-keputusan strategis adalah tanggung-jawab sang anak. Agar dapat berhasil dalam usahanya, sang anak wajib untuk ‘berguru dan belajar’ dari sang ayah. Sayangnya, untuk belajar dari sang ayah memerlukan pengorbanan yang banyak yaitu menyangkal diri dan rela membayar harganya. Harganya macam-macam, bisa berupa teguran berulang-ulang, keluar dari zona nyaman, merubah pola pikir dan tradisi, harga diri yang tercabik karena merendahkan diri, dll. Seberapa banyak sang anak dapat belajar dari ayahnya, sebanyak itu pula keberhasilan bisnisnya. <br />Sang anak adalah gambaran saudara dan saya, sedangkan ayah menggambarkan Kristus melalui Firman Tuhan. Modal dan bimbingan sudah diberikan, pertanyaannya seberapa jauh kita mau merendahkan diri dan patuh pada Firman-Nya, sebesar itulah buah-buah Roh akan kita dapatkan.<br /><br />Bab 4: Karunia-karunia Roh<br /> Karunia-karunia Roh berbeda dengan buah-buah Roh. Buah-buah Roh adalah hasil yang kita dapatkan ketika kita rela menyangkal diri dan menyesuaikan seluruh hidup ke dalam prinsip-prinsip kebenaran Alkitab. Karunia-karunia Roh adalah pemberian dari Tuhan sebagai akibat pertobatan pribadi untuk memampukan orang itu melakukan pelayanan yang khusus dan sesuai. Jadi setiap orang percaya minimal mempunyai sebuah karunia (bisa lebih).<br /> Dalam PB ada 4 daftar karunia rohani yaitu Kor. 12 (13 karunia), Roma 12:3-8 (7 karunia, 5 yang lain), Ef. 4:7-12 (5 karunia, 2 yang lain), dan 1 Pet. 4:10-11 (2 karunia, 1 yang lain). Jadi paling sedikit ada 20 karunia dalam PB.<br /><br />Hubungan antara karunia rohani dengan bakat alami<br /> Bakat-bakat alami diberikan Allah kepada semua orang, tetapi karunia rohani hanya diberikan pada orang percaya. John Owen membedakan karunia rohani menjadi dua macam yaitu karunia yang mengatasi segala kuasa dan kecakapan akal budi manusia (supra-alamiah) dan karunia yang memperbaiki dan meningkatkan kecakapan-kecakapan akal (alamiah) manusia. Satu prinsip paling penting adalah semua karunia rohani ditujukan bagi kepentingan-Nya bukan kepentingan pribadi. <br /> Berkaitan dengan karunia rohani yang supra-alamiah, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah karunia mujizat masih ada? Walau ada pendapat lain, mujizat masih ada sebab siapakah manusia yang mengatakan apa yang harus atau tidak dilakukan-Nya?. Dia adalah Allah yang berdaulat dan bebas melakukan apa yang diinginkan-Nya. <br />Tetapi, masalahnya apa beda mujizat dan providensia (pemeliharaan) Allah??. <br />Mujizat adalah kejadian yang luar biasa, yang sifatnya supra natural.<br />Pemeliharaan Allah adalah pemeliharaan Allah pada manusia melalui proses sejarah alam setiap saat. <br />Ketika kita melihat Allah bekerja setiap saat, maka kita akan sadar bahwa segala penyembuhan adalah penyembuhan Ilahi, terlepas apakah kesembuhan itu melalui medis atau melalui doa. Baik medis maupun doa, keduanya adalah sekedar sarana bagi kesembuhan Ilahi. <br /> Yang menjadi masalah adalah ketika manusia berupaya untuk ‘mengintervensi’ Allah dengan menggunakan ‘iman’ untuk menuntut bahkan meng-klaim memakai nama Yesus agar suatu mujizat terjadi. Mereka lupa bahwa Allah berhak untuk menolak doa mereka. Mereka lupa bahwa Yohanes Pembaptis yang disebut Yesus sebagai orang tebesar dalam PL, secara khusus dikatakan bahwa dia tidak pernah membuat mujizat (Yoh. 10:41).<br /><br />Penutup<br />Ada sebagian orang yang percaya bahwa mujizat terjadi setiap hari bahkan setiap saat. Mereka lupa bila mujizat terjadi setiap saat, artinya mujizat itu bukan lagi keadaan yang supra natural karena sudah menjadi kejadian biasa tiap-tiap hari. Jadi pandangan yang sehat akan mujizat adalah mujizat adalah hak Allah yang berdaulat. Kita percaya bahwa Allah pernah melakukannya dan masih melakukan mujizat hari ini (dalam konteks pemeliharaan-Nya). Oleh karenanya sah-sah saja ketika berada dalam masalah besar (misal. sakit keras) kita berharap mujizat atau intervensi Allah langsung untuk menyembuhkan penyakit kita. Hanya, ketika Allah tidak menjawab permintaan kita, jangan kita kecewa dan menyalahkan Dia. Secara konkrit sepanjang sejarah Allah melakukan mujizat untuk meneguhkan kebenaran-kebenaran-Nya yang ditulis dalam Alkitab. Dengan kata lain kita harus melihat mujizat dalam perspektif redemptive revelation (sejarah penebusan). Allah tidak memberikan mujizat bagi kepentingan pribadi melainkan dalam koridor keselamatan. Jadi ketika kita mengalami mujizat hari ini, bersyukur dan bertanyalah kepada-Nya, apa yang harus kita lakukan untuk memuliakan nama-Nya dan melayani orang lain.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-42699906918892439782010-01-08T09:08:00.000+07:002010-01-08T09:09:23.595+07:00Pengantar Riset Kuantitatif & KualitatifPendahuluan<br /><br />Pdt. Andreas Bambang Subagyo, Ph.D. mendapat gelar B.Th (1972) dari STBI, B.A. (1980) dari IKIP Negeri Semarang, M.Div. (1982) dari STBI, Sarjana pendidikan (1985) dari UKSW, M.A. (1988) dari Southwestern Baptist Theological Seminary, dan Ph.D (1993) dari Southwestern Baptist Theological Seminary, Texas. Beliau sekarang mengajar sebagai dosen paruh waktu di sejumlah STT dan sebagai praktsi pemberdayaan orang dewasa di Semarang.<br />Buku setebal hampir 500 halaman ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu konsep-konsep dasar, proposal dan pelaksanaan, dan pelaporan. Masing-masing bagian tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bab/pasal sehingga total mencapai 12 bab.<br /><br /><br />Bagian I: Konsep-konsep Dasar<br /><br />Bab 1: Arti dan Fungsi Penelitian<br /><br />Penelitian dilakukan berdasarkan salah satu dari paradigma positivis atau paradigma post-positivis. <br />Paradigma positivis mempunyai paradigma bahwa realitas dan apa yang benar adalah tunggal, konkret, dan dapat dibagi-bagi; hubungan antara yang mengetahui dan yang diketahui terlepas satu sama lain; generalisasi yang bebas dari waktu dan konteks dapat dilakukan; hubungan sebab-akibat dapat dipastikan karena ada itu penyebab yang nyata; nilai tidak berperan karena penelitian itu bebas nilai. Positivisme mempunyai dua sisi yaitu bersifat logis dan empiris sehingga riset adalah mengetahui dan atau berpikir ilmiah.<br />Paradigma post-positivis mempunyai paradigma bahwa realitas adalah lebih dari satu (jamak), merupakan bentukan, dan holistik; hubungan antara yang mengetahui dan yang diketahui tidak terpisahkan dan interaktif; generalisasi yang bebas waktu dan konteks tidak dimungkinkan sehingga hipotesis yang dibuat terikat waktu dan konteks; tidak ada penyebab yang sebenarnya karena semua entitas saling membentuk; penelitian itu terikat pada nilai. <br />Permasalahan bagi penelitian teologi adalah apakah penelitian teologi itu menggunakan pendekatan positivis atau post-positivis. Pada batas-batas tertentu penelitian teologi mempunyai ciri-ciri paradigma positivis, namun hanya mengandalkan paradigma positivis belaka tidaklah memadai. Demikian juga hanya mengandalkan paradigma post-positivis tidaklah memadai. Harus diingat bahwa penelitian teologi mempunyai pra-anggapan (misal. ada kuasa adi kodrati) yang mempengaruhi pra-anggapan tentang nilai, pengetahuan, logika, sejarah dan bahasa. Dapat dikatakan bahwa penelitian teologi mencakup berbagai metode penelitian ilmu-ilmu lainnya sehingga diperlukan pembelajaran metode-metode teologi dan metode-metode ilmu lainnya yang relevan dengan bidang teologi. Jadi dalam bidang keagamaan, penelitian dilakukan untuk kepentingan pelayanan, yaitu untuk melayani Allah dan manusia.<br /><br />Bab 2: Ancangan dan Rancangan Penelitian<br /><br /> Sesuai dengan paradigma penelitian (positivis atau post-positivis), ada dua ancangan penelitian yang dapat dipilih yaitu ancangan positivis (kuantitatif) dan ancangan naturalis (kualitatif). <br /> Ancangan positivis (kuantitatif) berpendapat bahwa satu-satunya metode ilmiah sejati untuk memperoleh pengetahuan adalah metode hipotesis-deduktif, yitu menggunakan metode ilmiah dengan prosedur langkah demi langkah dalam memecahkan masalah atas dasar pengamatan empiris.<br /> Ancangan naturalis (kualitatif) berdasar pada metode kualitatif dan deskriptif untuk mengumpulkan data, menghasilkan hipotesis, dan kesimpulan umum sebagai bagian dari prosesnya.<br /> Untuk penelitian teologi, Rothery menyarankan penggabungan kedua ancangan itu dengan memanfaatkan pandangan naturalis tanpa membuang pandangan positivis. Pandangan ini mengakui adanya dua realitas, yaitu realitas objektif dan realitas subjektif.<br /> Dalam pengertian luas, rancangan penelitian menunjuk pada semua prosedur yang dipilih untuk menyelidiki sekumpulan pertanyaan atau hipotesis, hubungan kausal (jika ada) di antara variabel atau gejala yang diselidiki. Penulis buku membahas jenis-jenis rancangan penelitian ini dalam bab 3-bab 6 di bawah ini.<br /><br /><br />Bab 3: Penelitian Eksperimental dan Kuasi-Eksperimental<br /><br /> Penelitian eksperimental dan kuasi-eksperimental (penelitian yang menggunakan eksperimen dan kuasi-eksperimental sebagai strategi) mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Perbedaan di antara keduanya adalah dalam hal tingkat pengendalian eksperimennya. <br />Dalam penelitian eksperimental, pengendalian variabel sangatlah penting. Peneliti menjaga agar tidak ada pengaruh lain yang masuk kecuali variabel bebas. Berarti eksperimen dijaga agar valid secara internal (agar dapat disimpulkan bahwa variabel bebas menyebabkan perubahan pada variabel terikat) dan eksternal (dapat menarik kesimpulan umum terhadap populasi).<br />Sedangkan dalam penelitian kuasi-ekperimental, variabel bebas dapat muncul secara alami maupun karena diatur oleh peneliti. Pembagian kelompok secara acak mungkin tidak dapat dilakukan. Untuk meningkatkan rancangan, subyek dapat disepadankan.<br />Rancangan penelitian eksperimental dalam arti sempit tidak dapat digunakan untuk penelitian teologi, namun dapat digunakan dalam studi keagamaan. Misalnya mengadakan eksperimen mengenai ibadah dengan nyanyian kontemporer atau penyajian khotbah menggunakan multimedia.<br /><br /><br />Bab 4: Penelitian Kuantitatif Bukan Eksperimential<br /><br /> Penelitian kuantitatif bukan eksperimental sangat beragam jenisnya ditinjau dari berbagai segi misalnya dari tujuan secara umum atau secara khusus atau dari sifat variabel bebasnya. Jenis-jenis penelitian ini adalah:<br /><br />• Penelitian survey.<br />Survey adalah penelitian yang sampelnya diambil dari satu populasi dengan keusioner, wawancara, dan pemeriksaan catatan sebagai sumber pengumpulan data pokok. Ada dua macam survey, yaitu cross-sectional (sensus) dan longitudinal.<br />• Penelitian pengamatan sistemik.<br />Melakukan pengamatan langsung dalam situasi yang sebenarnya tanpa diketahui subyeknya; atau jika subyeknya dilibatkan, dia diminta untuk melakukan peran tertentu dalam kelompok yang diamati.<br />• Analisis isi.<br />Yaitu sebuah teknik riset untuk menggambarkan isi yang tampak dalam bentuk komunikasi apapun secara obyektif, sistematik, dan kuantitatif.<br />• Penelitian kausal komparatif.<br />Penelitian ini menyelidiki hubungan kausal di antara variabel sebelum eksperimen dilakukan atau sebagai pengganti eksperimen.<br />• Penelitian korelasional.<br />Penelitian ini lebih dalam meneliti variabel bebas dan analisa data yang didapatkan. Hasil penelitian dilakukan dengan statistik korelasional.<br />• Penelitian untuk prakiraan.<br />Bertujuan untuk menetapkan tingkat kemungkinan bahwa sesuatu dapat terjadi di masa datang dengan meneliti kemampuan suatu variabel untuk memperkirakan suatu variabel kriterion.<br />• Penelitian evaluasi.<br />Evaluasi adalah kegiatan yang luas dan penting untuk merancang, menjalankan, dan memeriksa keguanan program-program kemasyarakatan dan hasilnya akan mempengaruhi kebijakan sosial dan memberikan jawaban atas hasil yang dicapai.<br />• Penelitian dan pengambangan.<br />Yaitu penerapan metode ilmiah untuk menciptakan sesuatu yang baru, yaitu proses yang berulang dan dimulai dari penetapan tujuan dan mutu produk. Produk dinilai, diperbaiki, dipakai lagi dan dinilai kembali.<br /><br /><br />Bab 5: Penelitian Kualitatif Bukan Eksperimental<br /><br /> Penelitian ini dipakai di bidang sosial dan humaniora, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu politik dan berbagai studi teologi. <br />Macam-macam penelitian kualitatif ilmu sosial dan humaniora:<br />• Grounded theory (metode perbandingan terus menerus).<br />Melakukan perbandingan terus menerus antara data dan kategori yang sedang muncul serta sampling teoritis dari kelompok yang berbeda untuk mempertegas perbedaan/persamaan informasi berdasar perspektif banyak subyek.<br />• Etnografi.<br />Menyelidiki satu kelompok kultural (suku) apa adanya dalam waktu yang lama melalui pengamatan.<br />• Fenomenologi.<br />Meneliti pengalaman manusia melalui penjelasan terperinci dari orang yang diselidiki (dari perspektif subyek).<br />• Studi kasus.<br />Menyelidiki sesuatu yang ada atau gejala yang diikat oleh waktu dan kegiatan, lalu mengumpulkan informasi terperinci dengan berbagai prosedur pengumpulan data selama waktu tertentu.<br />• Hermeneutik.<br />Yaitu interpretasi teks (makna tertulis) dengan menggunakan analisis tekstual dan interpretasi untuk mendapatkan makna dari teks.<br />• Metode biografi.<br />Melakukan penyelidikan pertama untuk mendapat sumber data, menggunakan arsip, dan mengembangkan suatu tema untuk mengintegrasikan kehidupannya.<br />• Penelitian partisipatif.<br />Yaitu studi sistematik mengenai usaha-usaha untuk mengubah dan menjadikan praktik pendidikan menjadi lebih baik melalui tindakan praktis dan refleksi atas akibat tindakan itu.<br />• Penelitian klinis.<br />Penelitian ini menekankan penggunaan banyak metode. Ciri utamanya adalah menentukan rancangan riset.<br /><br />Riset Teologi Biblika<br /> Yang dimaksud oleh penulis adalah eksegesis (memahami makna teks) dan kajian Alkitab (menyelidiki Alkitab dan bagian-bagiannya sebagai teks). Ada berbagai metode penelitian biblika, di antaranya adalah:<br />• Penerjemahan.<br />Penerjemahan adalah pemindahan teks kuno ke dalam bahasa modern dengan mempertahankan arti dan maksud asli penulisnya.<br />• Kritik teks.<br />Kritik teks adalah istilah umum yang menunjuk pada analisa ayat-ayat Alkitab atau semua metodologi yang diterapkan untuk menyelidiki teks biblikal. Jadi menyusun dan menetapkan teks asli sedekat mungkin.<br />• Kritik sumber.<br />Yaitu metodologi analisis dalam penyelidikan buku-buku biblikal untuk menemukan dokumen-dokumen yang telah dipakai dalam penyusunan wacana tertulis. Jadi menyelidiki ciri-ciri sebuah teks.<br />• Kritik bentuk.<br />Adalah analisis sebuah teks menurut bentuk-bentuk khas yang digunakan orang dalam konteks budaya tertentu. <br />Selain kritik-kritik di atas, ada berbagai bentuk kritik yang lain yaitu kritik redaksi (menyelidiki pesan dan maksud penulis dengan merekonstruksi situasi historisnya), kritik retorik (menyelidiki mengapa penulis menulis teks dan bagaimana dia menjadikan teks itu), kritik naratif (analisis kitab-kitab sebagai karya sastra yang utuh), kritik strukturalisme, kritik tanggapan pembaca, kritik dekonstruktif, kritik feminisme, dan kritik sosial. (hal 125-140)<br />• Penyelidikan Alkitab.<br />Penyelidikan Alkitab dapat menggunakan dan memadukan kritik-kritik di atas untuk mengetahui kebenaran Alkitab. Penulis memberikan 12 metode penyelidikan Alkitab yaitu model pertanyaan-pertanyaan pokok, model kanonik-historis, sintesis, kritis, biografis, historis, teologis, retoris, topikal, analitis, perbandingan, dan devosional. (hal. 140-145)<br />Salah satu penelitian teologi yang sangat penting adalah penelitian teologi sistematik. Penelitian ini adalah refleksi berdasar data Alkitab yang bertujuan untuk memformulasikan dan mereformulasikan ajaran secara kritis. Sitematika memberikan pernyataan doktrin-doktrin iman kristen yang berkaitan secara logis, berdasar Alkitab, dalam konteks budaya, dinyatakan dengan ungkapan kontemporer, dan berkaitan dengan masalah kehidupan atau kematian.<br />Penelitian teologi lain yang sangat penting adalah teologi praktika. Teologi praktika adalah bentuk pemikiran tentang kehidupan dengan maksud menjelaskan struktur dan kecenderungan pengalaman. Praktika bersifat komunal karena refleksinya dilakukan dalam masyarakat yang nyata. Praktika bersifat analitis, konstruktif, dan evaluatif.<br /><br /><br />Bab 6: Penelitian Kesejarahan<br /><br /> Penelitian sejarah adalah pencarian sistematis mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pertanyaan tentang masa lampau dan penafsiran fakta. Penelitian sejarah berhubungan dengan sejarah sosial dan sejarah kebudayaan. Agar makna dan hubungan antar-peristiwa dapat ditemukan secara tepat, peneliti harus mendekati peristiwa-peristiwa itu sedekat mungkin sehingga dapat direkonstruksi sebaik mungkin.<br /> <br /><br />Bagian II: Proposal<br /><br /> Tahapan-tahapan riset terdiri dari perancangan, penulisan proposal, pelaksanaan riset, pelaporan dan presentasi. Format proposal penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat di halaman 175-178.<br /><br />Bab 7: Masalah<br /><br /> Masalah yang terjadi adalah penyebab terjadinya penelitian. Masalah timbul bukan hanya yang dialami dalam praktek melainkan juga ketika ada dua teori yang saling bertentangan, bahkan hal-hal yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap bukan masalah. Walaupun demikian, kebanyakan masalah harus dicari melalui pengamatan, pengalaman, dan pemikiran (walau dapat secara kebetulan). Masalah penelitian bisa didapatkan bertolak dari teori, teologi, atau filsafat. Bidang yang dipilih adalah bidang yang paling menarik bagi peneliti. Setelah itu pokok persoalan (yang dibatasi luasnya) ditentukan dengan memikirkan variabel atau konsep-konsep dalam bidang studi itu. Misalnya bidang teologi memilih konsep ‘tritunggal’, bidang biblika memilih ‘dalam nama Yesus’, bidangpsikologi agama memilih ‘pengalaman puncak’. <br /> Pernyataan masalah dapat ditulis dengan cara diskusi, proposisional, atau gabungan keduanya. Pernyataan masalah hendaknya lengkap tidak hanya berupa pokok dan jelas sehingga tidak disalah mengerti tetapi singkat. <br /> Kata pendahuluan berfungsi untuk memberikan latar belakang permasalahan dan mengantarkan pembaca ke pernyataan masalah penelitian. Pembahasan dimulai dari hal-hal umum menuju hal-hal yang makin sempit dan khusus.<br /> Pernyataan masalah perlu diikuti dengan penjelasan istilah. Istilah yang perlu dijelaskan adalah istilah yang pokok, kata-kata yang tidak biasa, konotasi tertentu dan variabel-variabel.<br /> Setelah peneliti menentukan masalah penelitian, menetapkan, menjelaskan dan memberikan batasan operasional terhadap variabel-variabel, peneliti perlu mencari suatu hubungan di antara variabel-variabel itu. Hal ini disebut hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan deklaratif yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan tertentu di antara dua atau lebih variabel yang dapat diuji. Dalam mengembangkan hipotesis, peneliti perlu mempertimbangkan hubungan yang diharapkan di antara variabel-variabel tersebut. Contoh hipotesa: keanggotaan gereja meningkat jika identifikasi anggota gereja meningkat. <br /> Tujuan utama tinjauan kepustakaan adalah untuk mengembangkan kerangka kerja dan alasan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan kepustakaan menentukan apakah hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ditetapkan sudah cukup diselidiki atau belum (kepatutan penelitian), membantu menghasilkan hipotesis dan pertanyaan penelitian. Bahan-bahan yang terkumpul perlu dipadukan sehingga menghasilkan sintesis kepustakaan yang logis dan kait mengkait dengan masalah penelitian. <br /> Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengumpulkan data dengan cara tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebagai sasaran penelitian. Sasaran penelitian dapat mempunyai tujuan utama (maksud pokok penelitian) dan tujuan-tujuan spesifik (isu-isu spesifik yang akan diteliti). Kepentingan penelitian akan menjawab pertanyaan ‘so what?’ yang menjelaskan apa yang disumbangkan penelitian secara teoritis dan praktis terhadap dunia ilmu pengetahuan.<br /><br /><br />Bab 8: Metode <br /><br /> Di dalam metode, rancangan penelitian dan variasinya yang akan dilaksanakan harus dijelaskan, termasuk strategi atau metode yang akan digunakan beserta alasan pemilihannya. Jadi peneliti merancang riset dari awal sampai menjelaskan bagaimana dan dari mana data dikumpulkan. Dalam metode penelitian kuantitatif, data dapat dikumpulkan melalui administrasi instrumen (kuesioner, skala, tes), observasi dan pemeriksaan dokumen. Sedangkan secara kualitatif, data dikumpulkan melalui pengamatan dan pemeriksaan dokumen dan wawancara. Peneliti perlu memutuskan bagaimana melakukan pengujian terhadap validitas (isi, prakiraan), realibitas (konsistensi internal), prosedur penggunaan metode beserta alatnya dan bagaimana data yang diperoleh akan diperagakan. <br /> Rancangan apapun yang dipilih memerlukan sumber data. Penelitian kuantitatif mendapatkan data dari populasi dan sampling, sedangkan penelitian kualitatif memperoleh data dari tempat penelitian atau partisipan. Populasi yang dipilih harus diberi batas secara jelas. Ketika populasi yang dipilih besar jumlahnya, sampel dapat dipilih, tetapi jika populasi yang diteliti kecil, keseluruhan populasi dapat digunakan. Prinsip yang penting mengenai sampel adalah benar-benar mewakili populasi bukan karena alasan lain. Sproull menyatakan empat metode pengumpulan data yaitu wawancara, administrasi instrumen, observasi, dan pemeriksaan dokumen tertulis. Pemakaian lebih dari satu metode sangat dianjurkan untuk menutupi kelemahan sebuah metode dengan metode yang lain.<br /> Alat-alat pengumpulan data seperti kuesioner, daftar wawancara, skala, dll biasanya dibuat sendiri dan harus memenuhi tiga syarat yaitu valid (mampu berfungsi sesuai tujuan), reliabel (hasilnya dapat dipercaya), obyektif (jika diulang akan menghasilkan hasil yang sama). <br /><br /><br />Bab 9: Analisis<br /><br /> Bagian analisis meliputi uraian mengenai jenis analisis data yang akan dilakukan dan alasan pemilihannya, rencana penyajian data, prosedur analisis dan penyajian hasil analisis, ketentuan-ketentuan mengenai penafsiran hasil analisis dan evaluasi. Prosedur analisis data perlu dipastikan sesuai dengan data kuantitatif atau data kualitatif. Hal ini akan menentukan jenis analisis data yang dipakai, statistikal atau bukan statistikal. Penelitian yang memakai hipotesis memerlukan analisis statistik karena hipotesis itu perlu diuji. <br /> Analisis data kuantitatif menggunakan analisis statistik. Ada empat tingkat pengukuran yang dilakukan yaitu: <br />• nominal, yaitu mengenakan angka pada obyek atau peristiwa yang tergolong secara timbal balik, eksklusif dan eksostif.<br />• ordinal, yaitu mengenakan angka yang berurutan pada objek atau peristiwa yang dapat ditempatkan dalam kategori ekslusif timbal balik dan dapat disusun dalam skala ‘lebih besar atau lebih kecil dari’.<br />• interval, yaitumengenakan angka pada objek atau peristiwa yang dapat dikelompokkan, dapat disusun dan jarak antara unit-unitnya dianggap setara.<br />• rasio, yaitu mengenakan angka pada objek atau peristiwa yang dapat dikelompokkan, disusun, dan jarak antara unit-unitnya dianggap setara.<br />Bila peneliti menggunakan analisis data kuantitatif, dia harus memilih memakai statistik parametrik (uji statistik untuk hipotesis yang berkaitan dengan parameter seperti mean dan karelasi) atau bukan parametrik ((uji statistik yang tidak memerlukan pra-anggapan uji parametrik dan jenis data interval). Pengambilan keputusan mengenai statistik mencakup dua jenis fungsi statistik, yaitu statistik deskriptif dan inferensial.<br />Penelitian kualitatif erat hubungannya dengan pengumpulan data berupa data deskriptif harus dianalisis agar dapat diartikan. Proses analisis data kualitatif mengubah sifat data dan mencakup tiga sub proses yaitu: <br />• deskripsi, yaitu mencatat data apa adanya dan menjawab pertanyaan ‘apa yang terjadi di sini?’.<br />• analisis, yaitu membahas identifikasi ciri-ciri objek serta menjelaskan secara sistematis hubungan di antara ciri-ciri itu dengan singkat dan bagaimana objek beroperasi.<br />• interpretasi, membahas pertanyaan ‘apa arti semuanya itu?, apa yang harus dilakukan?’ terhadap konteks dan makna sebagai kelanjutan dari penemuan.<br /><br />Dalam penyajian data perlu dijelaskan bagaimana cara mempersiapkan data agar dapat dianalisis, cara mengatur data, dan cara menggambarkannya. Penyajian data dapat berupa tabel, visual, analisa naratif, dll. Sementara itu pada penafsiran dan evaluasi, penulis menjelaskan cara penafsiran yang telah ditentukan dan akan dilakukan. Bagaimana validitas simpulan itu dipastikan, harus dipastikan penafsirannya valid. <br />Penafsiran dan penyajian tidak dapat dipisahkan karena orang melakukan penafsiran pada waktu menyajikan hasil. Rancangan kualitatif hanya menyajikan rencana jawaban atas setiap pertanyaan penelitian karena tidak ada uji hipotesis. Oleh karenanya, peneliti harus menyatakan rencana penyajian hasil penafsiran. Simpulan rancangan kualitatif seharusnya mencakup langkah-langkah verifikasi, penentuan ketepatan laporan, dan menunjukkan kemungkinan pengulangan studi oleh orang lain. Dengan demikian, validitas penelitian dapat dipertanggung-jawabkan.<br /><br /><br />Bab 10: Perencanaan Waktu Pelaksanaan, Unsur Lain, dan Penulisan Proposal<br /> <br /> Dalam melakukan penelitian, rencana pelaksanaan dan waktu penulisan harus direncanakan dengan baik dan realistis sesuai dengan keadaan dan kemampuan peneliti. <br />Sproull menyerankan pemakaian bagan PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method) untuk memperkirakan waktu. Langkah-langkahnya sbb:<br />• Menetapkan setiap kegiatan pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan. Meliputi mendapatkan sumber data, menyiapkan alat pengumpul data, mengumpulkan data, menganalisa data, membuat laporan, dan menyajikan hasil secara lisan.<br />• Mendaftar kegiatan yang bergantung dan tidak bergantung kepada penyelesaian kegiatan-kegiatan sebelumnya.<br />• Membuat bagan kegiatan-kegiatan yang bergantung kepada rangkaian waktu.<br />• Membuat bagan kegiatan-kegiatan yang berdiri sendiri pada waktu yang tepat dan selaras.<br />• Menghubungkan bagan kegiatan-kegiatan dengan garis.<br />• Menentukan perkiraan waktu untuk setiap kegiatan dan menempatkannya pada bagan.<br />• Menjumlahkan perkiraan waktu dalam setiap alur.<br />• Menentukan alur dengan jumlah perkiraan waktu yang terbanyak sebagai alur kritis dan mencantumkannya dalam bagan dengan garis tebal dan keterangan. (285-334)<br /><br />Penulisan dan penyerahan proposal sangat penting karena untuk mendapatkan izin dan atau mendapat dana untuk penelitian bergantung pada seberapa baik proposal yang ditulisnya. Proposal adalah penuangan hasil merancang riset dalam bentuk tulisan secara ringkas dan jelas. Penulis memberikan 14 langkah-langkah penulisan proposal di halaman 335. Beberapa di antaranya sbb:<br />• Mengantarkan pembaca kepada masalah.<br />• Menetapkan masalah dan atau tujuan atau maksud atau arah.<br />• Mendefinisikan masalah.<br />• Mempersiapkan analisa data dan penafsiran hasil analisis.<br /><br />Contoh usulan penelitian secara lengkap ada pada halaman 346-409.<br />Bagian III: Pelaksanaan dan Pelaporan<br /><br />Bab 11: Pelaksanaan Penelitian<br /><br /> Dalam melaksanakan penelitian ada etika penelitian yang harus dipegang misalnya etika masyarakat akademis, etika sponsor, dan etika perguruan tinggi. Macam-macam etika dalam perilaku ilmiah adalah:<br />• Etika berkenaan dengan kebersamaan ilmuwan, yaitu mengakui sumber kutipan, peran orang lain, dan tidak merahasiakan hasil penelitiannya.<br />• Etika berkenaan dengan kepentingan pengetahuan, yaitu menjaga motif penelitian secara profesional.<br />• Etika berkenaan dengan keterbukaan, yaitu kritis dan jujur terhadap penelitian diri sendiri dan orang lain.<br />• Etika berkenaan dengan ketidakberpihakan, yaitu mengambil keputusan berdasar nilai ilmiah, bukan karena favoritisme.<br /><br />Penulis meringkaskan sembilan langkah pelaksanaan proposal sbb:<br />• Membuat, memperbaiki, memilih, dan menguji coba alat pengumpulan data.<br />• Memilih sampel.<br />• Membuat kesepakatan dengan subyek.<br />• Mengumpulkan data.<br />• Mengatur dan meringkas data.<br />• Menganalisa data.<br />• Menguji hipotesa dan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.<br />• Memriksa penemuan tidak terduga.<br />• Meringkaskan penemuan-penemuan dan menafsirkannya.<br /><br /><br />Bab 12: Penulisan Laporan Penelitian<br /><br /> Inilah langkah terakhir dalam proses penelitian tapi bukan berarti kurang penting. Bagaimanapun baiknya penelitian dan hasil-hasilnya, bila tidak disajikan dan dikomunikasikan dengan baik akan menjadi kurang berarti. <br />Laporan penelitian biasanya dapat dikualifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu laporan penelitian lengkap, artikel penelitian terpisah, dan laporan ringkas. Laporan penelitian ditujukan untuk kepentingan masyarakat akademik, sponsor penelitian, dan masyarakat luas. <br /> Isi laporan penelitian biasanya meliputi empat bagian utama yaitu masalah, metode, penemuan, dan pembahasan. Sedangkan halaman depan meliputi halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar ilustrasi, halaman persembahan, halaman moto, halaman pengesahan, pengantar, dan abstrak. <br /> Bagian-bagian utama laporan penelitian dimulai dengan pendahuluan. Pendahuluan meninjau masalah penelitian dan menunjukkan kepentingan praktis dan teoritis peneliktian. Di dalam pendahuluan dapat dimasukkan sintesis kepustakaan yang menunjukkan pokok permasalahan dan keadaan pengetahuan mengenai masalah itu sampai saat ini.<br /> Metode penelitian meliputi semua keterangan mengenai bagaimana penelitian dijalankan dan mencakup penjelasan mengenai rancangan penelitian serta pemakaiannya, penjelasan mengenai populasi, prosedur dan besar sampel, penjelasan terperinci metode pengumpulan data, penjelasan lengkap eksperimen atau prosedur pengumpulan data, penjelasan terinci analisis yang dipakai dan prosedurnya, pernyataan mengenai keterbatasan dan pra-anggapan, dan penjelasan singkat mengenai masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian.<br /> Penyajian penemuan di awali dengan penyajian data diikuti penemuan-penemuan atau hasil analisis yang disajikan dengan tepat dan jelas. Data-data dikelompokkan, diatur, dan dipilah sesuai dengan masalah penelitian. Hasil uji setiap hipotesis disajikan satu per satu. Baik hasil analisis data secara kuantitatif atau kualitatif harus disajikan sedemiikian rupa agar mudah dipahami pembaca.<br /> Bagian pembahasan penemuan dapat dimulai dengan ringkasan masalah dan metode penelitian dan tinjauan mengenai temuan-temuan penelitian yang penting. Setelah itu arti penemuan atau penafsiran hasil analisis data dibahas dalam sintesis kepustakaan. Perincian isi pembahasan penemuan bergantung pada sifat penemuan dan yang telah dikatakan sebelumnya mengenai penemuan itu serta pada paradigma rancangan penelitian.<br /> Bentuk laporan penelitian dapat berbentuk laporan penelitian historis (tidak ada format baku, masalah dan topik menentukan bagaimana penyajian penemuan tersebut), laporan penelitian kuantitatif (berbentuk penuturan penelitian), dan laporan penelitian kualitatif (berbentuk kisah penelitian).<br /><br /><br />Penutup<br /><br /> Sebagai panduan riset, buku ini memberikan suatu fondasi yang kokoh dan memberikan satu penggambaran proses melakukan riset dari proses pertama sekali sampai akhir penyelesaian penelitian. Isi buku sangat lengkap memberikan informasi, teori, dan contoh praktis melakukan penelitian, terutama bagi peneliti junior yang masih sangat terbatas pengetahuannya tentang penelitian.<br /> Kekurangan dari buku ini menurut hemat saya adalah rumitnya penjelasan yang diberikan. Sebenarnya buku ini sangat sistematis, hanya penjelasan yang diberikan cenderung rumit karena penulis mengutip berbagai pendapat dari para ahli di mana banyaknya kutipan mereka akhirnya mengaburkan poin yang hendak disampaikan. Bukan pekerjaan yang mudah untuk menangkap maksud dari penulis, dibutuhkan konsentrasi dan usaha yang besar untuk memahami buku ini. Walaupun begitu sebagai buku pegangan mata kuliah metodologi penelitian pasca sarjana, buku ini sangat memadai. Persoalan lebih besar akan timbul ketika buku ini digunakan untuk tingkat sarjana.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-47617105909742317122009-11-11T14:23:00.000+07:002009-11-11T14:24:13.347+07:00Adoniram Judson, Suluh Allah di BirmaPendahuluan<br /><br />Kehidupan Adoniram Judson sungguh bagaikan kombinasi antara sebuah kebun bunga yang indah dengan sebuah hutan belantara yang ganas. Kesombongan masa muda, transformasi hidup, panggilan, badai kehidupan yang mengambil ke-dua istrinya dan beberapa anaknya, kesetiaan dan cintanya pada Kristus sampai ia menyerahkan nyawanya sungguh sebuah kisah yang sangat menggetarkan dan mengharukan. Keteladanan Adoniram Judson kiranya dapat menjadi kerinduan yang membakar hati setiap anak Tuhan yang membaca kisahnya, terutama di masa kini di mana kata ‘pengorbanan’ hanyalah menjadi sekedar kata-kata kosong tanpa makna. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas, penulis memutuskan untuk membagi kisah hidup Adoniram Judson dalam beberapa bagian.<br /><br />1. Asal Usul.<br />Kakek Adoniram Judson, William Judson adalah seorang Puritan warga negara Inggris yang pindah ke Amerika Serikat pada 1634 untuk mendapatkan kebebasan beragama. William mempunyai tiga orang anak yaitu Joseph, Jeremiah, dan Joshua. Dari ketiga bersaudara itu, Joseph-lah yang memperanakkan Adoniram Judson, yang kelak menjadi pendeta gereja Kongregasional. Adoniram menikah dengan seorang wanita yang bernama Abigail Brown pada 23 November 1786. (1). Pada 9 Agustus 1788 lahirlah anak pertama mereka yang diberi nama sama dengan ayahnya, Adoniram Judson di sebuah kota kecil bernama Malden di Massachusetts (2). Pada 21 Maret 1791, lahirlah Abigail Brown Judson. Kebahagiaan keluarga kecil ini mendapatkan ujian ketika dua minggu kemudian Adoniram senior mendapatkan kenyataan pahit diberhentikan sebagai pendeta di Malden. Setelah menunggu lebih dari satu tahun, pada 26 Desember 1792 Adoniram senior diterima untuk melayani di kota Wenham. Pada 28 Mei 1794, Adoniram junior mendapatkan seorang adik laki-laki yang bernama Elnathan dan seorang adik perempuan, Mary yang meninggal enam bulan setelah kelahirannya. Lima tahun kemudian (1799), Adoniram senior mengundurkan diri sebagai pendeta di Wenham dan melayani sebagai misionaris di Braintree, beberapa mil sebelah selatan kota Boston. Dua tahun kemudian Adoniram senior mendapat panggilan untuk menggembalakan jemaat di Plymouth (3). <br /><br />2. Masa Kecil.<br />Adoniram Judson junior adalah seorang anak yang sangat cerdas. Pada umur tiga tahun dia sudah mulai belajar membaca dan mengejutkan ayahnya yang baru pulang dari sebuah perjalanan ketika mendengar Adoniram kecil membaca sebuah pasal dari Alkitab (4).<br /><br />(1) Pitman, E. R. Ann H. Judson: Pahlawan Misi Wanita di Birma. Hal. 5.<br />(2) Judson, Edward. Adoniram Judson: A Biography. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/judson/judsontoc.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />(3) Anderson, Courtney. To the Golden Shore: The Life of Adoniram Judson. Michigan: Zondervan Publishing House, 1972. hal. 9-25.<br />(4) Harrison, Eugene Myers. Adoniram Judson: Apostle of the Love of Christ in Burma. Tersedia di http://www.reformedreader.org/rbb/judson/ajbio.htm; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />Selain cerdas, Adoniram juga sangat kritis, tekun dan mempunyai harga diri yang tinggi. Ketika berumur tujuh tahun ia diajarkan bahwa dunia beredar mengelilingi matahari. Dalam pikirannya ada sebuah pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya: apakah matahari itu bergerak atau tidak. Beberapa hari kemudian dia mencari jawabnya dengan berbaring terlentang menatap matahari. Ketika ayahnya menemukannya, kedua matanya membengkak dan hampir buta. Kejadian lain yang menarik adalah suatu hari seorang penduduk kota tetangga memberinya sebuah soal yang sangat sulit beserta janji hadiah $ 1 bila Adoniram berhasil memecahkannya. Hari itu juga dia mengurung diri di kamarnya dan besok paginya ketika dipanggil keluar dari ‘pengasingannya’ untuk menemani adiknya bermain, dia patuh pada orang tuanya walau dengan hati yang enggan. Di tengah permainan, tiba-tiba berteriaklah Adoniram: ‘itulah dia, saya sudah menemukannya’. Sambil berteriak, dia merobohkan mainan adiknya dan berlari ke kamarnya untuk mencatat jawabannya. Sebenarnya hal itu bukan hanya masalah uangnya tapi kehormatannya sebagai bintang pelajar yang paling diperdulikannya. <br />Di sekolah, guru-gurunya tercengang akan kemampuannya yang tinggi. Adoniram selalu menyapu habis kemenangan pada setiap kontes intelektual yang ada. Karena kepandaiannya, Adoniram bercita-cita tinggi untuk mencapai ketenaran dan kemuliaan duniawi sepeti Homer dan Alexander the Great. Jadi walau dibesarkan dalam keluarga kristen yang baik, dan diam-diam ayahnya ingin agar anaknya mengikuti jejaknya sebagai pendeta, Adoniram junior sama sekali tidak tertarik pada pelayanan bahkan dia tersenyum sinis akan ‘kurangnya’ imajinasi ayahnya akan kemampuannya (5). <br /><br />3. Masa-masa Universitas.<br />Pada usia enambelas tahun, Adoniram mulai kuliah di Providence College (sekarang Universitas Brown). Masa tahun 1803 krisis iman kepercayaan yang dipicu oleh Perancis menyerbu Amerika dan universitas-universitas terkemuka seperti Yale dan Providence-pun merasakan dampak yang sangat besar akan gelombang skeptisisme tersebut. Adoniram sendiri juga tidak lepas dari pengaruh buruk itu. Pertemanannya dengan Jacob Eames, seorang persuasif ulung dan tidak beriman membawanya ke labirin kesangsian akan kebenaran firman Allah. Walaupun Adoniram lebih cerdas, namun soal kepercayaan terhadap Tuhan, ia mengakui terpikat oleh ide-ide skeptis Jacob Eames. “Jacob, saya setuju dengan kamu. Alkitab ternyata tidak berbeda dengan kitab suci agama lain. Yesus hanyalah seorang manusia moralis. Dia hanyalah seorang yang baik. Tidak lebih” adalah respon Adoniram kepada Jacob dalam satu perdebatan panjang (6). <br />Masa kuliah berhasil diselesaikan oleh Adoniram hanya dalam kurun waktu tiga tahun. Ayahnya begitu bangga melihat anaknya menerima ijazah kehormatan sebagai juara dan mendengarnya berpidato secara memukau tanpa mengetahu bahwa anaknya telah tejerumus pada paham deisme.<br /><br /><br />(5) Boreham, F. W., Adoniram Judson’s Life Text. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/bjudson11.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />(6) Assa, Rudy N., Tokoh-tokoh Kristen yang Mewarnai Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002. hal. 4-5.<br />4. Melarikan Diri Dari Hadapan Allah.<br />Pasca kelulusannya, dalam usia 19 tahun Adoniram kembali ke rumah orang tuanya di Plymouth. Tahun 1807 Adoniram junor membuka sebuah akademi swasta dan mengajar selama hampir satu tahun. <br />Selama itu dia juga menulis dan menerbitkan dua buah buku, ‘The Elements of English Grammar’, dan ‘The Young Lady’s Arithmetic’. Kehidupan kristiani di rumah orang tuanya dan gereja tentu bukan lingkungan yang kondusif bagi kehidupan ateisnya. Hal ini membuat Adoniram terpaksa berperilaku munafik di hadapan orang tuanya. Setiap hari minggu dia harus pergi ke gereja dengan hati yang jengkel sehingga akhirnya dia merasa tidak tahan lagi. Apalagi ketika ayahnya menawarkan padanya untuk melayani sebagai pendeta. Pertengkaran yang sengit terjadi dan berakhir ketika Adoniram junior mengatakan bahwa dia tidak percaya pada Alkitab dan keilahian Yesus. Segera setelah menutup akademinya, Adoniram berniat pergi mengembara ke New York, sebuah kota yang di cap amoral oleh gereja konggregasional. <br /><br />5. Dipanggil dan Dikirim.<br />Setelah puas menikmati kota New York, Adoniram meneruskan petualangannya ke arah barat sebab ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak pulang ke rumah ayahnya. Pada suatu hari dia menginap di sebuah penginapan, namun hanya tersisa sebuah kamar yang besebelahan dengan kamar yang ditempati oleh seseorang yang sedang sakit keras. Sepanjang malam Adoniram mendengar suara-suara kesakitan dan rintihan ketakutan dari kamar sebelahnya. Tetapi bukan hal itulah yang mengganggunya melainkan sebuah pertanyaan apakah orang itu sudah siap menghadapi kematian. Merasa malu akan pikiran itu, Adoniram berpikir apa yang akan dikatakan oleh Jacob akan ‘kelemahan’ pikirannya itu. Malam itu, berapapun keras Adoniram bergumul, tetap pikirannya selalu kembali kepada orang yang sekarat di sebelah kamarnya itu. <br />Pagi harinya dia segera mencari pemilik penginapan untuk menanyakan kabar orang di sebelah kamarnya.<br />‘Dia sudah meninggal’ sahut pemilik penginapan.<br />‘mati!’<br />‘Ya, dia sudah meninggal, orang yang malang’<br />‘Tahukah anda, siapakah orang itu?’<br />“Oh ya, dia adalah seorang anak muda dari Providence College; namanya Jacob Eames’<br />Mendengar jawaban itu Adoniram terpana dan kata-kata: mati, kematian, terhilang terngiang-ngiang terus di dalam kepalanya. Dia tahu bahwa Alkitab benar, dia merasa kebenarannya dan dia merasa putus asa. Dalam perasaan yang bergejolak dia membatalkan niatnya melarikan diri dan memutuskan untuk pulang ke rumah ayahnya. <br />Adoniram tiba di Plymouth pada 22 September 1808 dan bulan depannya dia masuk ke Theological Instution di Andover. Dia dapat diterima di sana dengan sebuah pengecualiaan karena Adoniram bukanlah kandidat pendeta. Tanggal 2 Desember 1808 adalah hari istimewa karena Adoniram Judson mendedikasikan dirinya kepada Allah dan 28 Mei 1809 menggabungkan diri dengan gereja ayahnya di Plymouth (7).<br /><br /><br />(7) Judson, Edward. Adoniram Judson: A Biography. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/judson/judsontoc.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />Adoniram mulai menggumulkan dengan serius panggilan sebagai misionaris setelah membaca khotbah Dr. Claudius Buchanan yang melayani di India. Khotbah itu berjudul ‘Bintang di Timur’ yang diambil dari Matius 2:2. Dr. Buchanan menceritakan kemajuan pengkabaran Injil di India dan khotbah itu sungguh memercikkan bara api dalam hati Adoniram.<br />Dalam pergumulannya, enam bulan kemudian dia mengambil keputusan untuk menjadi misionaris bersama beberapa orang teman seminarynya yaitu: Samuel Nott., Jr, Samuel J. Mills, Jr., James Richards, Luther Rice, dan Gordon Hall. <br />Oleh karena keinginan mereka untuk menjadi misionari di luar negeri inilah maka American Board of Foreign Missions dibentuk menjadi wadah bagi para misionaris. Walaupun demikian, masalah keuangan menjadi sebuah persoalan bagi organisasi yang masih bayi ini sehingga Adoniram dikirim ke Inggris untuk menghimpun dana bantuan di London Missionary Society (LMS) . Dalam perjalanan, kapal yang ditumpangi Adniram diserang dan ditawan oleh kapal Perancis. Jadi dia harus melarikan diri dari penjara di Perancis untuk sampai di London. Dalam perjalanan ke Amerika, Adoniram memutuskan bahwa perjalanan misi seharusnya dibiayai oleh orang kristen Amerika daripada bergabung dengan LMS (8). <br /><br />6. Ann Hasseltine & Jalan Berliku Menuju Birma.<br />Ann Hasseltine dilahirkan di Bradford, Massachusetts pada tahun 1789. dia adalah gadis yang bersemangat, gembira, dan berbakat. Umur enam belas tahun menerima Allah dengan segenap hatinya. Selepas Bradford Academy, dia mengajar di sekolah selama beberapa waktu. Adoniram dan Ann menikah 5 Februari 1812, keesokan harinya Adoniram dan teman-temannya ditabiskan di Salem, dan 13 hari kemudian menaiki kapal Caravan menuju Calcutta, India. Perjalanan panjang menuju India ditempuh dalam waktu empat bulan. Adoniram memanfaatkan waktu dengan belajar Alkitab dalam bahasa aslinya dan menerjemahkan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Inggris. Dalam proses tersebut, Adoniram mendapat pencerahan dan meyakini bahwa iman seharusnya ditindak-lanjuti dengan baptisan dan baptisan itu penting. Keputusan ini bukanlah sebuah keputusan yang mudah karena statusnya sebagai misionaris konggragasional dan pada waktu itu gereja Baptist belum mempunyai lembaga misionari. <br />Pada 6 September 1812 akhirnya mereka tiba di India dan dibaptis oleh asisten William Carey yaitu pendeta William Ward. Kabar bahwa Adoniram menjadi pengikut Baptist menimbulkan kegairahan pada gereja Baptist di Amerika sehingga dibentuklah the American Baptist Missionary Union. <br />Setelah beristirahat semalam di Calcutta, mereka meumpang sebuah kapal yang membawa mereka ke markas besar Misi Baptist Inggris di Serampore. Para misionaris Inggris berlindung di bawah pemerintah Denmark karena pemerintah Inggris sendiri menetang misi dan pekerjaan misi akibat pengaruh jahat dari perkumpulan dagang Inggris. <br /><br /><br />(8) Bradshaw, Robert I., The Life and Work of Adoniram Judson, Missionary to Burma. Tersedia di http://www.theologicalstudies.org.uk/article_judson.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br /><br />Hal ini terbukti sepuluh hari setelah Adoniram tiba, pemerintah Inggris memerintahkan mereka untuk kembali ke Amerika. Kesulitan lain adalah karena dewan misi Amerika telah memerintahkan mereka untuk membuka sebuah misi di Birma, sebuah hal yang sulit dilakukan karena kelaliman pemerintah Birma, kesulitan bahasa dan kegagalan setiap usaha pemberitaan Injil di Birma yang dilakukan oleh orang lain sampai pada saat itu. <br />Akan tetapi rupanya keluarga Adoniram sudah bertekat untuk melayani Allah di ladang misi dan menolak untuk pulang ke Amerika dengan tangan hampa sehingga mereka berupaya untuk menumpang kapal Creole yang berlayar ke pulau France. Usaha ini kembali mendapat hambatan dari pihak berwenang yang menolak pemohonan surat-surat yang diperlukan agar dapat berlayar dengan kapal Creole. Dengan bantuan kapten kapal mereka menyelundup naik ke kapal, namun pihak berwajib mengejar dan memerintahkan mereka untuk turun. Habislah harapan mereka, tetapi atas ketetapan Allah, malam itu datanglah surat-surat yang diperlukan dan kapal Creole mengalami penundaan. Dari pulau France, keluarga Adoniram meneruskan perjalanan ke Madras dengan harapan dapat segera pergi ke Penang. <br />Kuatir diusir oleh pemerintah Inggris, mereka mencari kapal yang akan berlayar segera, namun hanya ada satu kapal yang akan berlayar ke Rangoon, Birma. Akhirnya setelah kira-kira perjalanan selama hampir satu tahun, keluarga Adoniram Judson tiba di Rangoon, Birma pada tahun 1813. <br /><br />7. Masa-masa Awal Yang Sulit.<br />Setelah berada di Birma selama 6 bulan, Ann mengalami sakit sehingga harus berobat selama tiga bulan di Madras. Setelah sembuh Ann kembali ke Birma dan melahirkan anak sulungnya pada tahun 1815, tetapi pada waktu bayi itu berumur delapan bulan Tuhan memanggilnya.<br />Saat-saat awal di Birma digunakan keluarga Adoniram untuk belajar bahasa setemapat, suatu hal yang sangat sulit karena waktu itu belum ada buku tata-bahasa, kamus, maupun buku-buku lain yang dapat menolong. <br />Pada 20 Mei 1817, Adoniram menulis tata bahasa dari bahasa Birma, menterjemahkan Injil Matius, menulis traktat dll (9). <br />Dalam bulan November 1817, mereka mendapat bantuan dengan datangnya dua orang misionaris, yaitu pendeta Wheelock dan pendeta Coleman dari Boston. Dalam bulan Desember, Adoniram terpaksa meinggalkan Rangoon karena sakit. Keadaan menjadi pelik karena kapal yang ditumpanginya mengalami badai dan terpaksa mendarat kira-kira 300 km dari Madras. Selama di Madras, Adoniram tidak dapat menghubungi istrinya dan kesempatan pulang ke Birma baru terbuka pada tanggal 20 Juli tahun berikutnya, sehingga lebih dari enam bulan Ann tidak tahu apakah suaminya masih hidup atau sudah meninggal. Seakan penderitaan keluarga Adoniram belum cukup, pada waktu itu penganiayaan pada orang kristen mulai berlangsung disertai ancaman pembunuhan terhadap orang kristen.<br /><br /><br /><br />(9) Royer, Galen B., Adoniram Judson: Burma’s First Misionary. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/bjudson3.html); Internet, diakses pada 20 Oktober 2008.<br /><br />Setelah hampir enam tahun di Birma, Adoniram pertama kali berkhotbah dan dua bulan kemudian (27 Juni 1919) memetik petobat pertamanya yang bernama Maung Hau (atau Moung Nau dalam buku lain) diikuti beberapa orang lainnya. Tahun berikutnya kembali seorang petobat baru dibaptiskan diikuti beberapa wanita. Sayangnya di tahun 1821 kembali Ann sakit demam dan limpa sehingga harus berobat ke Amerika. Di Amerika penyakitnya bertambah parah disertai komplikasi yang mengakibatkan paru-parunya berdarah sehingga diragukan apakah Ann dapat kembali ke Birma. Waktu berlalu dan Ann menulis sebuah buku yang berjudul ‘Sejarah Misi Birma’. Berkat anugerah Tuhan, tahun 1823, Ann beserta dua orang misionaris lainnya dapat kembali ke Birma.<br />Sementara itu raja muda yang baru bersikap memusuhi agama kristen dan memerintahkan para misionaris untuk tinggal di kota Ava. Pada tahun 1824, raja Birma bermaksud untuk menyerang Benggala (India), sebagai akibatnya pemerintah Inggris mengirimkan 10.000 tentara di bawah komando Sir Archibald Campbell. Setelah berita kejatuhan kota Rangoon sampai di Ava, sebuah perintah dikeluarkan untuk memenjarakan semua orang asing tidak terkecuali pendeta Adoniram Judson (8 Juni 1824).<br /><br />8. Penjara Dan Harta Dalam Sebuah Bantal.<br />Penjara yang ditempati Adoniram adalah sebuah bangunan yang menyedihkan keadaannya, tidak ada ventilasi, retak-retak, dan tidak pernah dibersihkan sejak dibangun. Itu adalah sebuah tempat yang mengerikan di mana Ann membawa bayi mereka yang baru lahir untuk bertemu dengan ayahnya untuk pertama kalinya. Ann adalah satu-satunya wanita kulit putih di Ava dan setiap hari ia membawakan makanan dan linen bersih untuk suaminya. Suatu hari, Ann bermaksud mengejutkan suaminya dengan membuat ‘mince pie’ kesukaan Adoniram. Tapi, melihat ‘mince pie’ itu Adoniram menangis tersedu-sedu, merasa terharu pada kesetiaan istrinya, dan tidak sanggup memakannya. Teman-teman penjaranya yang akhirnya menikmatu ‘mince pie’ spesial itu.<br />Setelah beberapa bulan, seekor singa di tempatkan dekat dengan penjara dan aumannya sangat mengganggu siang dan malam sampai singa itu mati. <br />Beberapa bulan kemudian Adoniram dipindahkan ke sebuah ‘death-prison’. Ketika Ann mendengar hal ini, dia langsung berangkat dengan bayi Maria ditangannya dan menempuh perjalanan panjang dengan ‘boat’ dan kereta kuda yang berguncang-guncang untuk sampai ke penjara yang menyedihkan itu. Ketika melihat istrinya, Adoniram menangis dan berkata: ‘mengapa kau datang?, saya harap kau tidak datang karena kamu tidak dapat tinggal di sini.’ Penjaga penjara yang kejam memberikan sebuah ruangan kecil yang separuhnya penuh dengan gandum. Ann tinggal di sana selama enam bulan berikutnya. (10)<br />Ada sebuah cerita yang sangat mengesankan ketika Adoniram akan dipindahkan ke penjara yang baru. Sebelum Adoniram dijebloskan ke penjara pertama kalinya, dia sudah menyelesaikan salinan Kitab <br /><br /><br />(10) Johnston, Julia H., Fifty Missionary Heroes Every Boy and Girl Should Know. New York: Fleming Revell Co., 1913. Dikutip oleh Ross, Stephen pada http://www.wholesomewords.org/children/heroes/hmrsjud.html; Internet, diakses pada 20 Oktober 2008.<br />Perjanjian Baru dalam bahasa Birma. Menyimpannya di rumah tentu bukan tindakan yang bijaksana mengngat rumah mereka sudah dua kali digeledah tentara kerajaan. Maka Ann menjahit sebuah bantal yang sengaja dibuat keras dan kumal agar tidak menarik perhatian penjaga. Di dalam bantal itu ia memasukkan naskah Kitab Perjanjian Baru berbahasa Birma. Selama sebelas bulan, Adoniram tidur dengan kepala bersandarkan bantal yang berisi buku itu. Siang malam ia menderita; namun ia mengucap syukur karena naskahnya yang berharga itu masih aman. <br />Tiba-tiba pada suatu hari semua tahanan disuruh berderet di halaman penjara untuk dipindahkan. Adoniram mohon dengan sangat agar ia boleh membawa serta bantalnya, sampai-sampai ia menangis dan tahanan lainnya mengejek dia. Namun penjaga yang bengis menyobek bantal itu, lalu membuangnya ke tempat sampah.<br />Adoniram dan para tahanan lainnya dipaksa berbaris sejauh enam belas kilometer di luar kota, di bawah terik matahari. Kaki mereka berdarah; mulut mereka kekeringan. Ada yang tidak tahan dalam perjalanan maut itu; ada yang meninggal sebelum tiba di tempat tujuan; ada juga yang jatuh pingsan di ujung jalan. Adoniram bertahan dan ia masih tetap terkurung di dalam penjara di luar kota itu selama tujuh bulan lagi.<br />Pada suatu hari, ada berita dari sang raja; Ia memerlukan seorang pengalih bahasa yang pandai berbahasa Inggris dan bahasa Birma. Maka Adoniram Judson dibebaskan dari penjara walau masih tetap dijaga dengan ketat. <br />Setibanya di ibu kota, yang pertama-tama ditanyakan Judson ialah kabar istri dan anaknya. Para penjaga memberitahu bahwa kedua orang itu masih selamat. Pertanyaan Judson yang kedua adalah mengenai bantalnya. Para penjaga tidak tahu dan tidak ambil pusing tentang benda yang mereka anggap tidak berharga itu.<br />Akhirnya, semua tugas yang dituntut sang raja itu selesai. Adoniram dengan keluarganya boleh kembali ke Rangoon. Di sana, mereka kembali menjumpai orang-orang Kristen Birma, yang selama masa perang itu masih tetap setia dengan imannya.<br />Salah seorang di antara ketiga petobat yang pertama-tama itu rupanya sangat senang bertemu kembali dengan gurunya. "Wah, kami kira Pendeta sudah meninggal! Lagipula tiada kubur tempat tinggal kami dapat pergi berkabung. Namun, aku masih tetap memelihara bantal itu, tempat kepala Pendeta pernah bersandar."<br />"Bantal?" tanya Adoniram hampir tidak percaya. "Bantal apa itu?"<br />"Ya, bantal kecil itu yang dipakai Pendeta waktu di penjara. Untung aku sempat menyelamatkannya dari tempat sampah sebagai kenang-kenangan, pada hari itu ketika Pendeta digiring keluar halaman penjara dalam perjalanan maut."<br />Dengan tangan gemetar Pdt. Judson menerima kembali bantal yang kotor dan sobek itu. Ia sengaja menyobek tutupnya, dan ... ternyata naskahnya masih utuh! Maka dengan semangat baru, Adoniram Judson mulai mengabarkan "isi bantal" itu kepada orang-orang Birma.<br />Baru pada tahun 1835, seluruh Alkitab itu selesai diterjemahkannya ke dalam bahasa Birma. Namun, Judson masih belum puas. Selama lima tahun ia mendalami lagi tulisan sastra bahasa Birma, baik prosa maupun puisi. Sering ia meminta pendapat para rekannya, baik utusan Injil maupun orang Kristen Birma. Akhirnya pada tahun 1840, ia merasa puas. Terjemahan Alkitab hasil karyanya yang diterbitkan pada tahun itu hingga kini masih tetap dibaca di gereja-gereja di negeri Myanmar.<br />Selama bertahun-tahun, Adoniram Judson berjuang mati-matian demi tugas penginjilan dan penerjemahannya itu, suatu gerakan Kristen besar mulai tampak di negeri Birma. Bahkan pada masa hidup Judson, sudah ada ribuan orang Birma yang percaya kepada Tuhan Yesus. Dan sekarang, lebih dari satu setengah abad kemudian, ada ratusan ribu orang Kristen di negeri Myanmar.<br />Siapa tahu, mungkin semuanya itu tidak akan terjadi ... seandainya tidak ada seorang ibu Amerika yang pandai menjahit serta seorang bapak bangsa Birma yang setia menyimpan bantal yang berisi buku, sampai saat ia menyerahkan kembali kepada pemiliknya! (11)<br />9. Sarah Hall Boardman. <br />Setelah menghadapi begitu banyak kesulitan, rupa-rupanya Tuhan belum selesai dengan Adoniram. Suatu hari Adoniram pergi ke kota Ava untuk suatu urusan dan di tengah perjalanannya, Ann diserang oleh demam tinggi. Selama dua hari menjelang kematiannya, Ann berbaring dengan tidak sadar dan tidak bergerak. Tanpa suami atau seorang teman misionaris di sampingnya dan di kelilingi oleh sekumpulan orang Birma yang menangis, Ann-pun pulang ke Sorga pada 24 Oktober 1826. Kepulangan Ann diiringi dengan kehormatan sipil dan militer dan sebuah tugu dikirimkan dari Boston untuk menandai tempat itu. Adoniram menerima kabar dan segera pulang, hanya untuk menemukan sebuah nisan di bawah pohon hopia (hope-harapan) di kellingi teralis yang kasar dan si kecil Maria yang berusia beberapa bulan berbaring di samping kubur ibunya. Enam bulan kemudian Maria menyusul ibunya dan jenazahnya di letakkan di samping ibunya.............<br />Bertahun-tahun kemudian, pengabar Injil yang setia itu dikaruniai sebuah keluarga baru. Setelah menduda selama delapan tahun, Adoniram menikahi Sarah Hall Boardman pada 10 April 1834, Sarah adalah seorang janda seorang misionaris yang bernama George Boardman. Istri keduanya itu melahirkan beberapa anak yang di antara mereka, di kemudian hari ada yang menjadi hamba Tuhan sama seperti ayahnya. Tetapi setelah hampir dua puluh tahun melayani Birma, pada tahun 1844 penyakit disentri menyerang Sarah sehingga memaksa keluarga Judson pulang ke Amerika. Ketika kapal berada di sekitar St. Helena, Tuhan memanggilnya dan tubuhnya dikuburkan di pulau itu, dengan sebuah batu sebagai penandanya.<br />(11) McGavran, Grace W., Stories of the Book of Books. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1991. hal. 22. diambil dari http://www.misi.sabda.org//bantal_yang_berisi_buku_myanmar_1819_1840; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008. <br />10.Amerika dan Emilly Chubbuck.<br />Setelah 33 tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Adoniram mendarat di Boston bersama ketiga anaknya dan menerima sambutan yang sangat meriah dari masyarakat Amerika. Ratusan keluarga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah baginya. Selama ini kisahnya telah menjadi tema ribuan khotbah dan pokok doa. Selama di Amerika Adoniram berpikir untuk mencari seorang penulis untuk menulis kisah istri keduanya, Sarah. Seorang penulis yang menarik perhatiannya adalah ‘Fanny Forester’ yang menulis buku yang berjudul ‘Trippings’. <br />Fanny Forester sebenarnya adalah nama samaran dari Emily Chubbuck yang secara kebetulan menjadi tamu dalam rumah yang ditinggali Adoniram. Seorang teman mempertemukan dan memperkenalkan keduanya dan Emily merasa senang mendapat kesempatan untuk menuliskan kisah wanita yang luar biasa itu. Rupa-rupanya hubungan kerja sama yang baik itu berlanjut menjadi hubungan secara pribadi yang serius dan akhirnya berakhir dengan sebuah pernikahan kudus pada tanggal 2 Juni 1846.<br />11.Pulang ke Rumah Bapa.<br /><br />Pernikahan ketiga Adoniram dikuatirkan beberapa pihak akan mengganggu pelayanan misinya. Tetapi segala kekuatiran ini sirna pada bulan Juni 1846 ketika Adoniram dan Emily berlayar kembali ke Birma. Di ladang misi, Adoniram menyelesaikan kamus Birma-Inggris dan Emily menulis kisah Sarah Boardman Judson dan merawat anak-anak mereka. <br />Tiga tahun setelah pernikahannya, Adoniram menderita sebuah penyakit yang berat. Karenanya pada tahun 1850 dia berangkat ke Amerika untuk berobat dengan meninggalkan istri dan anak-anaknya. Rupanya kali ini tugas Adoniram di dunia, sebagai suluh Allah di Birma sudah selesai. Adoniram pulang ke Rumah Bapa pada 12 April 1850 dan dikuburkan di laut biru. <br />Emily sendiri baru mengetahui kabar kematian suaminya empat bulan kemudian. Mendengar berita itu, dia dan anak-anaknya pulang ke Amerika. Emily mendedikasikan dirinya untuk merawat orang tua dan anak-anaknya sampai tiba waktunya untuk pulang pada tahun 1854 di Hamilton, New York.<br />Sampai akhir hidupnya, pelayanan Adoniram Judson telah membawa 7.000 orang Birma dan Karen kepada Kristus, telah menterjemahkan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Birma, menulis kamus bahasa Birma-Inggris, dan menulis buku tata bahasa Birma.<br /><br />12.Review.<br />Sungguh sebuah kehormatan untuk dapat membuat makalah tentang Adoniram Judson. Kisah penderitaan dan kesetiaannya pada panggilan Kristus sungguh mengharukan dan menghancurkan hati penulis.<br />Boreham mengungkapkan bahwa Adoniram Judson mempunyai sebuah bagian Firman Tuhan yang menguatkan dirinya yaitu Efesus 3:17-19 “Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”<br /><br />Selama melayani di Birma, Adoniram telah kehilangan Ann, Sarah dan tiga orang anaknya. Melampaui semua hal itu, tidak sekalipun imannya guncang pada kekayaan kasih Kristus yang sudah didapatnya. <br />Thomas Ranney bersaksi bahwa menjelang kematiannya Adoniram terus mengulangi kata-kata “Seperti Aku telah mengasihimu lebih dulu, begitulah kamu harus saling mengasihi satu sama lain”, dan kemudian sambil menangis gembira dia melanjutkan “Oh, kasih Kristus, kasih Kristus......”<br />Kemudian, karena kesulitan bernafas dia berhenti sejenak. Kemudian dia bergumam, ‘Oh kasih Kristus, kasih Kristus’, matanya berkobar-kobar dengan antusias dan air mata membasahi kedua pipinya. “The love of Christ, its breadth and length and depth and height” <br />Dan, setelah kehabisan tenaga untuk berkata-katapun, bibirnya menyuarakan kasih Kristus, kasih Kristus......<br /><br />Beberapa hari sebelum meninggal, Adoniram berkata dengan kelegaan akan dikubur di laut. Dia berkata dengan rasa bebas, membandingkan akan perbedaan dikuburkan di laut dan di tanah yang gelap dengan kuburan yang sempit seperti yang dialami oleh istri dan anak-anaknya.<br />Laut biru yang luas seakan-akan menjadi simbol akan kasih Tuhan dan Penebusnya yang tak terbatas.<br />Penulis berdoa kiranya kasih Kristus yang sama kiranya juga membakar semua orang kristen di seluruh dunia.<br /><br />On His Grace,<br />hendra<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Bibliografi<br /><br />1. Pitman, E. R. Ann H. Judson Pahlawan Misi Wanita di Birma. <br />2. Judson, Edward. Adoniram Judson: A Biography. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/judson/judsontoc.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />3. Anderson, Courtney. To the Golden Shore: The Life of Adoniram Judson. Michigan: Zondervan Publishing House, 1972.<br />4. Harrison, Eugene Myers. Adoniram Judson: Apostle of the Love of Christ in Burma. Tersedia di http://www.reformedreader.org/rbb/judson/ajbio.htm; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />5. Boreham, F. W., Adoniram Judson’s Life Text. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/bjudson11.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />6. Assa, Rudy N., Tokoh-tokoh Kristen yang Mewarnai Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002.<br />7. Bradshaw, Robert I., The Life and Work of Adoniram Judson, Missionary to Burma. Tersedia di http://www.theologicalstudies.org.uk/article_judson.html; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.<br />8. Royer, Galen B., Adoniram Judson: Burma’s First Misionary. Tersedia di http://www.wholesomewords.org/missions/bjudson3.html; Internet, diakses pada 20 Oktober 2008.<br />9. Johnston, Julia H., Fifty Missionary Heroes Every Boy and Girl Should Know. Nre York: Fleming Revell Co., 1913. Dikutip oleh Ross, Stephen pada http://www.wholesomewords.org/children/heroes/hmrsjud.html; Internet, diakses pada 20 Oktober 2008.<br />10. McGavran, Grace W., Stories of the Book of Books. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1991. hal. 22. diambil dari http://www.misi.sabda.org//bantal_yang_berisi_buku_myanmar_1819_1840; Internet; diakses pada 20 Oktober 2008.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-25593856052465385812009-11-11T14:22:00.001+07:002009-11-11T14:22:40.679+07:00Pengertian Penginjilan Lintas BudayaPendahuluan<br />Penginjilan adalah sebuah kosa kata yang sangat umum dalam kehidupan kita sebagai orang kristen dan sebagai warga gereja. Sebagai sebuah kata yang umum, makna dan pengertian akan penginjilan ternyata masih banyak disalah-mengerti oleh orang kristen. Penginjilan sering dianggap sebagai tugas dari seorang hamba Tuhan belaka dan bukan tugas bagi semua orang percaya tanpa terkecuali. Hal ini akan bertambah kompleks ketika bebicara tentang cara dan metode penginjilan yang berbeda-beda. Dalam tulisan singkat yang berbentuk research paper ini, penulis akan membahas topik tentang pengertian penginjilan lintas budaya secara singkat.<br /><br />Dasar Alkitabiah<br />Sebelum membahas akan penginjilan lintas budaya, penulis akan menyajikan dasar Alkitabiah yang paling jelas bagi penginjilan yaitu Amanat Agung Kristus yang berbunyi: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,<br />dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Bagian Firman Tuhan ini disebut sebagai Amanat Agung karena diberikan oleh Yesus setelah kebangkitan-Nya dan menjelang kenaikan-Nya ke sorga kepada semua orang percaya tanpa terkecuali. Jadi jelaslah bahwa tugas penginjilan memang tugas bagi hamba Tuhan dan juga semua orang percaya tanpa terkecuali. <br />Selain Amanat Agung, ada alasan-alasan lain mengapa kita harus melakukan penginjilan yaitu:<br />1. ALLAH menghendaki semua orang diselamatkan. (1 Timotius 2 : 3-4) “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.<br />2. Kasih kepada KRISTUS dan sesama (2 Korintus 5: 14, 18-20). “Sebab kasih KRISTUS yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan semuanya ini dari ALLAH, yang dengan perantaraan KRISTUS telah mendamaikan kita dengan diriNya, dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan KRISTUS……………berilah dirimu didamaikan dengan ALLAH. <br />3. Ketaatan sebagai bukti kasih. (Yohanes 14 : 21-23) <br />“Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku …….Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu……….<br />4. Kerelaan. (Yesaya 6 :18)<br />Nabi Yesaya merupakan contoh baik dari sikap terhadap panggilan ALLAH. (1)<br />Ada sebuah pendapat yang menarik yang ditulis oleh Yakub Tri Handoko, MTh terhadap Amanat Agung (Mat 28:19-20) sbb: Mayoritas orang memahami inti amanat agung terletak pada penginjilan (band. kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat) dan langkah selanjutnya adalah pemuridan, baptisan dan pengajaran. Bagaimanapun, menurut struktur kalimat Yunani di ayat 19-20, inti amanat agung justru terletak pada pemuridan. Hal ini didasarkan pada mood imperatif untuk kata kerja “jadikanlah murid” (lit. “muridkanlah”) yang diikuti oleh tiga participle (anak kalimat), yaitu “pergi”, “baptiskanlah” dan “ajarkanlah”. Penggunaan kata “muridkanlah” di sini menempatkan penginjilan dalam konteks mempelajari hukum (ajaran) Yesus. (2)<br />Di sini penulis tidak bermaksud membantah pendapat Handoko, tetapi ada sebuah pertanyaan yang mendasar yang perlu untuk diutarakan yaitu: tanpa melakukan penginjilan, siapa yang akan dimuridkan?. jadi jika inti dari Amanat Agung adalah memuridkan, artinya melakukan penginjilan (yang akan menghasilkan murid) adalah tindakan yang sangat penting sekali. <br />Pengertian Penginjilan<br />Ada beberapa definisi penginjilan yang ada, antara lain:<br />1. Archbishops Committee (tahun 1918) mendefinisikan kata menginjili/to evangelize sbb: <br />is so to present Christ Jesus in the power of the Holy Spirit, that men shall come to put their trust in God through Him, to accept Him as their Saviour,<br />and serve Him as their King in the fellowship of His Church.<br />(untuk menghadirkan Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus, sehingga semua orang akan datang dan percaya kepada Tuhan melalu Yesus, menerima Dia sebagai juruselamatnya dan untuk melayani Dia sebagai raja dalam persekutuan gereja-Nya. (3)<br />2. J.I. Packer mendefinisikan penginjilan sebagai memberitakan Inijil, kabar baik. Penginjilan adalah pengkomunikasian yang dilakukan oleh orang kristen sebagai penyambung lidah Allah yang menyampaikan berita pengampunan Allah kepada orang berdosa. (4)<br />3. The Department of Evangelism of the Presbyterian Church USA menyatakan: “Evangelism is joyfully sharing the good news of the sovereign love of God and calling people to repentance, to personal faith in Jesus Christ as savior and Lord, to active membership in the church and to obedient service in the world.” (Penginjilan adalah dengan gembira membagikan kabar baik tentang kedaulatan kasih Allah dan memanggil manusia untuk bertobat, untuk percaya secara pribadi pada Yesus sebagai juruselamat dan Allah, aktif dalam pelayanan di gereja dan untuk melayani di dunia dengan patuh.” (5)<br /><br />Dari tiga definisi di atas, menurut penulis definisi kedua adalah yang terbaik. Definisi pertama mengecilkan arti anugerah dan pemilihan Allah karena kata-kata ‘sehingga semua orang akan datang dan percaya kepada Tuhan melalu Yesus’ dapat diartikan manusia mendapatkan keselamatan karena datang dan percaya dengan kemauannya sendiri. Sedangkan definisi ketiga menjadi ‘melebar’ dengan kata-kata ‘aktif dalam pelayanan di gereja dan untuk melayani di dunia dengan patuh.’ Tentu saja kata-kata itu tidak salah tapi tujuan pemberitaan Injil adalah ‘memproklamasikan’ Kristus, bukan lainnya. <br /><br />Dasar Alkiabiah Penginjilan Lintas Budaya<br />Setiap budaya mempunyai kekhasannya masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Interaksi antara dua budaya yang berbeda akan menimbulkan potensi kesalah-pahaman. Demikian juga penginjilan lintas budaya mempunyai potensi kesalah-pahaman sehingga dapat terjadi bukan isi berita Injil belum diberitakan tapi si pembawa berita sudah ditolak terlebih dahulu.<br />Penginjilan dapat dilakukan dengan berbagi macam model atau metode. Salah satu model penginjilan adalah penginjilan lintas budaya. Dasar Alkitabiahnya adalah Kisah 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Ayat ini menunjukkan Yesus mengutus orang percaya untuk melakukan penginjilan di sekeliling kita sampai ke ujung dunia, yang berarti melakukan penginjilan lintas budaya.<br />Sebuah teladan diberikan oleh Paulus dalam Kisah 16:9 di mana Roh Allah mencegah Rasul Paulus ke Asia kecil dan membelokkannya ke Makedonia di mana Injil sangat dibutuhkan tidak hanya untuk bangsanya, tapi untuk semua makhluk dan tidak bisa ditunda. Setiap hari di seluruh dunia, banyak manusia<br />meninggal tanpa Kristus. Inilah yang juga harus menjadi urgensi kita dalam pengutusan lintas budaya. (6)<br /><br />Pengertian Konsep Penginjilan Lintas Budaya<br />Pengertian penginjilan dan misi penginjilan sering kali dipergunakan secara bergantian dan dianggap sama. Pada kenyataannya kedua istilah ini berbeda walau tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa penginjilan adalah bagian dari misi penginjilan dan fokus utama dari misi penginjilan adalah melakukan penginjilan. <br />Pengertian dari penginjilan lintas budaya adalah melakukan penginjilan kepada mereka yang mempunyai budaya yang berbeda dengan si penginjil. Pengertian mempunyai budaya yang berbeda tidak harus berarti melakukan penginjilan di luar negeri atau melakukan penginjilan kepada suku bangsa yang berbeda dengan si pembawa berita kabar baik itu. (7).<br />Pada kenyataannya, penginjilan lintas budaya dapat dilakukan kepada orang-orang yang sama suku bangsanya dengan si penginjil. Sebagai contoh, orang-orang dari suku Jawa dapat mempunyai worldview yang berbeda-beda dan mempunyai budaya yang berbeda pula. Si A yang tinggal di desa akan berbeda budaya dengan si B yang tinggal di kota besar, dan akan berbudaya berbeda pula dengan si C yang hidup di luar negeri walau mereka semua berasal dari suku bangsa yang sama. (8)<br />Dalam buku Kairos, hal ini di gambarkan dengan simbol E1, E2 dan E3. <br /><br />Kesulitan Utama Penginjilan Lintas Budaya<br />David J. Hesselgrave menulis dengan sangat rinci kesulitan-kesulitan yang dihadapi para misionary yang melakukan penginjilan lintas budaya (communicating Christ cross-culturally). Satu hal utama yang penulis tangkap adalah masalah perbedan budaya atau kultur ‘lipat tiga’. Maksudnya adalah Firman yang akan dikomunikasikan mempunyai kultur sendiri, pembawa berita mempunyai kultur sendiri yang berbeda, dan penerima beritapun mempunyai kultur yang berbeda. (9) Salah satu bahaya dalam penginjilan lintas budaya adalah sinkretisme karena proses kontekstualisasi yang berlebihan. Tentu saja masih ada banyak sekali kesulitan-kesulitan dalam melakukan penginjilan lintas budaya, walau akar persoalan yang paling dalam akan bersumber pada perbedaan kultur.<br /><br />Kesimpulan<br />Penginjilan wajib dilakukan oleh semua orang percaya, termasuk penginjilan lintas budaya. Walaupun demikian, penginjilan lintas budaya tidak harus dilakukan secara lintas negara. Sebagai contoh, PI lintas budaya dapat dilakukan kepada turis-turis yang datang ke kota di mana kita tinggal atau dilakukan pada masyarakat sekitar yang mempunyai budaya yang berbeda dengan kita.<br /><br />Bibliografi:<br />1. Pekabaran Injil Pribadi, diambil dari http://www.perkantasjkt.org/ArticleDetail.asp?id=16 pada 21 Februari 2009.<br />2. Yakub Tri Handoko, MENGGALAKKAN MISI DALAM GEREJA LOKAL: Sebuah Pengantar dan Pedoman Praktis, diambil dari http://www.gkri-exodus.org/page.php?ART-MS-Gereja_Misioner, pada 21 Februari 2009.<br />3. J.I. Packer, Evangelism And The Sovereignty Of God, Momentum Surabaya, 2003, halaman 25-26.<br />4. idem, 29.<br />5. <br />6. e-JEMMi - Edisi No_ 19 Vol_ 10-2007.htm, diambil dari http://www.sabda.org/publikasi/misi/2008/19/, pada 21 Februari 2009.<br />7. Kairos, (halamannya saya tidak dapat sebutkan karena buku Kairos milik saya, saya berikan kepada seorang hamba Tuhan).<br />8. Rahmiati Tanujaya, Materi dalam SAAT Preaching Conference 1, 2006.<br />9. David J. Hesselgrave, Communicating Christ Cross Culturally, SAAT Malang, 2001, halaman 104.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-61441756849485674892009-11-11T14:21:00.000+07:002009-11-11T14:22:02.170+07:00Introduction to Cross Cultural MinistryPendahuluan<br />Ringkasan paper (terjemahan) ini membahas tentang pengenalan akan pelayanan lintas budaya yang dibagi menjadi sembilan bagian yaitu the Bible is multi-cultural, the Bible is above the culture, the origin of communication, division caused by sin, a Biblical theologi of missions, worldview, degrees of cross cultural ministry, principles of cross cultural ministry, dan cross cultural teaching.<br /><br />Alkitab adalah multi kultural<br />Alkitab adalah sebuah dokumen yang multi kultural yang dapat digunakan oleh semua orang untuk ber-relasi dengan Allah dan manusia lainnya. (Kej. 1:27; Pengkotbah 3:11; Roma 2:14-15; 1 Yoh. 4:8)<br />Ted Ward mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia mirip satu dengan lainnya. Tuhan bermaksud agar manusia dalam berbagai budaya menggunakan prinsip-prinsip Alkitab dalam ber-relasi dengan budaya-budaya yang lain.<br /><br />Alkitab berada di atas budaya<br />Alkitab (wahyu khusus) berada di atas budaya karena budaya termasuk di dalam bagian wahyu umum. Kebenaran wahyu umum harus selalu ditundukkan di bawah kebenaran Alkitab sebagai kebenaran yang absolut. Hal ini mengakibatkan ketika terjadi benturan atau konflik antara budaya dan Alkitab, budaya tersebut yang harus ditundukkan di bawah kebenaran mutlak Alkitab (Yoh. 4:19-22; Titus 1:5-9; 1 Tim. 3:1-7).<br />Sebuah pertanyaan yang menarik dalam penafsiran Alkitab adalah apakah (penafsiran) Alkitab adalah hasil dari suatu keadaan budaya tertentu dan apakah hal ini berlaku pada setiap generasi dan setiap manusia?. Contoh dari pertanyaan ini misalnya pada pemimpin wanita di gereja (1 Tim. 2:12), dan isu poligami.<br />Marvin K. Mayers menyatakan bahwa para misionaris adalah agen-agen perubahan yang telah menghentikan pembakaran para janda di India, pembunuhan anak kembar di Afrika, dan prostitusi di Hawaii. Allah mampu dan ingin untuk menyatakan kesalahan dalam pengertian kita; walaupun demikian, hal itu tidak termasuk dalam berkompromi dengan pola pikir yang non-kristiani.<br /><br />Asal-usul komunikasi<br />Kita berkomunikasi karena Allah berkomunikasi dalam diri-Nya (Yoh 17:5, 24; Yoh 17:18; Yoh 17: 25; Yoh 1:1; Kej. 1:1-2; Yoh 1:3; Kol. 1:16). Francis Schaeffer menyatakan bahwa kasih dan komunikasi dalam Trinitas adalah dasar dari kasih dan komunikasi di antara pria dan wanita yang diciptakan-Nya (Kej. 1:27).<br /><br />Pemisahan disebabkan oleh dosa<br />Schaeffer juga menyatakan bahwa dunia kita adalah dunia yang abnormal karena sudah dipengaruhi oleh dosa yang juga mempengaruhi setiap aspek hidup manusia. Manusia terpisah dari Allah karena dosa menyebabkan pemisahan secara spiritual. Manusia terpisah dalam kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat, bahkan dalam budayanya sendiri. Hal ini menyebabkan masalah secara sosial dan psikologi. Keterpisahan ini menciptakan tantangan di dalam dan di antara budaya-budaya. Perbedaan diperkuat oleh dosa dan diekspolitasi oleh setan di antara orang kristen dan non kristen. Misalnya dosa seksual (Yud. 1:7), kesombongan intelektual (Kis. 17:18), kekejaman (Nahum 3:19).<br />Keterpisahan ini dapat ‘dijembatani’ oleh Alkitab. Pertobatan manusia akan menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Orang percaya adalah ciptaan yang baru dalam Kristus dengan tujuan dan nilai-nilai yang baru. Masalahnya penginjilan adalah sebuah peperangan rohani sehingga ada penolakan secara supranatural terhadap Firman Tuhan sehingga perlu kuasa Roh Kudus untuk menembusnya. Hal inilah yang disebut sebagai ‘kebangkitan awal (awakening)’, bukan ‘kebangunan (revival) yang terjadi di antara orang percaya.<br /><br />Teologi penginjilan yang Alkitabiah.<br />Allah bermaksud untuk terlibat dalam penginjilan lintas budaya. Matius 28: 19-20 menyatakan bahwa Dia sendiri menyertai kita. Bahkan sejak PL, Dia sudah menjadi terang bagi orang belum percaya (Yes. 42: 6-7). Pantekosta menggaris-bawahi halangan besar dari segi bahasa bagi penginjilan lintas budaya. Sedangkan halangan untuk melakukan PI lintas budaya kepada non Yahudi di atasi Allah dengan mengirimkan malaikat-Nya (kepada Petrus), penglihatan, dan waktu yang tepat (Kis 10:3, 11, 19-20). Salah satu halangan yang dihadapi adalah etnosentris, yaitu pandangan/penilaian yang menganggap budaya diri sendiri lebih baik dari pada budaya orang lain.<br /><br /><br />Pola-pikir<br />Budaya dapat didefinisikan sebagai solusi-solusi tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang diadopsi oleh sekelompok bagian masyarakat. Kepercayaan terdalam dan asumsi terhadap dunia, termasuk nilai-nilai, perspektif, dan kelakuan membentuk pola pikir seseorang. Pola pikir membentuk cara pikir di mana pesepsi diinterprestasikan. Pola pikir ini sering tidak disadari karena terbentuk secara alami sejak mulai lahir.<br />Dalam menemukan pola pikir dari sebuah grup etnis, George Foster menganjurkan pemakaian metode triangulation. Mencari penjelasan yang masuk akal yang digunakan (misal.mengeluaran banyak biaya bagi pernikahan). Sementara itu perilaku yang ‘tidak biasa’ diobservasi (misal tidak membuat pesta mewah walau mempunyai banyak kekayaan). Penjelasan dicari dari penjelasan sebanyak mungkin dari perilaku yang tidak biasa itu. Hasilnya didapat dari intersection (pertemuan) jawaban-jawaban yang paling banyak agar dapat menjelaskan perilakunya, di mana perilaku tersebut menjelaskan pola pikirnya. <br /><br />Tingkatan dari pelayanan PI lintas budaya <br />Kis 1:8 dapat dijadikan acuan bagi tingkatan keterlibatan dalam PI lintas budaya. Bagi orang Yahudi, Yerusalem bukanlah lintas budaya (M1), walaupun demikian dalam budaya yang sama ada sub-budaya yang berbeda. Sedangkan Samaria dapat dikategorikan sebagai PI lintas budaya (M2). Di sini biasanya dasar bahasa sama dengan perbedaan dialek. Sedangkan ‘ujung dunia’ (M3) adalah PI lintas budaya dengan bahasa dan budaya yang berbeda. <br /><br />Prinsip-prinsip pelayanan PI lintas budaya<br />Bagian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:<br />1. Inkarnasi. <br />Gap budaya terbesar yang pernah terjadi adalah ketika Allah berinkarnasi menjadi bayi Yesus, inilah kenosis. Prinsip inkarnasi dari PI lintas budaya inilah model yang paling dominan dalam misi penginjilan dewasa ini.Yesus datang untuk melayani, bukan untuk dilayani. Dia mengosongkan diri-Nya dan menciptakan jembatan bagi Allah dan manusia berdosa. <br />Identifikasi pada ‘target’ manusia diilustrasikan oleh Paulus dalam 1 Kor 9: 22b). Ilustrasi tentang sunat dalam Kis. 16:3 mengajarkan prinsip-prinsip kontekstualisasi. Prinsip kontekstualisasi meembuat Firman Tuhan relevan bagi si target tanpa mengkompromikan kebenaran prinsip Alkitab. Jadi pelayanan inkarnasi adalah pelayanan yang fleksibel tanpa mengkompromikan prinsip Firman Tuhan. Bagaimanapun juga, identifikasi secara menyeluruh terhadap yang dilayani sulit bahkan tidak mungkin dilakukan karena perbedaan-perbdaan seperti bahasa, pola pikir, pendidikan, dan ekonomi. Jonathan Bonk memberikan contoh kesulitan dalam hal ekonomi. Dia menganjurkan pengidentifikasian secara ekonomi terhadap yang dilayani, tetapi ketika sang misionaris berada dalam level ekonomi yang sama dengan yang dilayani (konteksnya miskin), dia akan mengalami kesulitan karena pelayanan membutuhkan uang.<br /><br />2. Etnografi: belajar budaya.<br />Paulus memberikan contoh dalam Kis. 17:23 di mana dia menggunakan kepercayaan rakyat Atena yang memuja “Allah yang tidak dikenal’ dengan memproklamirkan Firman Tuhan. Di sini Paulus sadar untuk membangun jembatan budaya antara rakyat Atena dan Firman Tuhan. <br />Pengamatan terhadap etnografi terhadap budaya akan membantu untuk mengerti terhadap yang dilayani dan menemukan titik temu bagi Firman Tuhan. Sebuah contoh adalah pengertian ‘anak perdamaian’ bagi suku Sawi yang dilayani Don Richardson. Ted Ward menyarankan untuk mencari pola perilaku dan mengajukan pertanyaan ‘mengapa?’. <br />Pelayanan PI lintas budaya bagaikan ‘melakukan penambangan’. Kita perlu menyelidiki dengan hati-hati segala situasi, menyerap berbagai informasi seperti: Bagaimana mereka ber-reaksi, mengapa mereka ber-reaksi seperti itu, dan lain-lain. Riset etnografi terhadap budaya target sangat berguna seperti misalnya Dictionary of Race an Ethnic Relations dan Encyclopedia od African American Religion. <br /><br />3. Membangun relasi.<br />Esensi dari pelayanan kristen adalah hubungan pribadi dengan yang dilayani. Sebuah hubungan yang baik secara pribadi mendahului pemberitaan Injil yang efektif sehingga si pemberita harus diterima terlebih dahulu sebelum Injil diterima. Tentu saja hal ini tidak mutlak karena Roh Kudus tidak terbatas kuasanya, tetapi hubungan baik secara pribadi sangatlah penting bagi pemuridan.<br />Sebuah kepercayaan tidak mudah didapat, hal ini mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Hal lain yang perlu diperhatikan (Meyers) adalah penerimaan terhadap kekurangan diri sendiri berdasar pada penerimaan Allah kepada diri sendiri. Akan lebih mudah untuk menerima kekurangan orang lain ketika kita sadar dan mampu menerima kekurangan diri sendiri (Roma 15:7). Tuhan dapat juga memakai kesulitan hidup untuk membentuk kita agar dapat melayani dengan baik (Josh McDowell). Dari dasar penerimaan terhadap diri sendiri kita dapat mengasihi orang lain karena kasih mengatasi konflik.<br /><br />Pengajaran PI lintas budaya<br />Kelompok-kelompok etnis yang berbeda-beda mempunyai gaya belajar yang berbeda. Perbedaan yang umum adalah antara ‘field dependent’ dan ‘field independent’. Metode PI yang dahulu adalah berfokus pada kelompok dengan hubungan murid dan guru. Study secara independen dan orientasi pembelajaran dapat menentukan metode yang cocok bagi suatu budaya tertentu. <br /><br />Kesimpulan<br />Penginjilan lintas budaya adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, walaupun demikian diperlukan sebuah persiapan yang matang agar pelayanan itu dapat berhasil dengan maksimal dan optimal. Seperti layaknya melakukan kegiatan penambangan, pelaku PI lintas budaya perlu mempersiapkan diri terhadap mental, budaya, bahasa, pola pikir, geografi, dll. Sebuah persiapan yang baik, doa yang banyak dan penyertaan Roh Kudus adalah kunci keberhasilan misi lintas budaya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-20308046517794844042009-11-11T14:19:00.001+07:002009-11-11T14:19:49.591+07:00Pengembangan Kompetensi ProfesionalPendahuluan<br /><br /> Buku ini ditulis oleh Pdt. Dr. Sentot S. Sadono. Beliau adalah mantan ketua umum GGBI dan saat ini beliau menjabat ketua (rektor) Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia di Semarang.<br /> Buku ini dibagi menjadi tujuh bab yang mengulas secara lugas dan Alkitabiah tentang topik pengembangan kompetensi profesional para hamba Tuhan yang melayani diberbagai bidang.<br /><br /><br />Bab I: Profesional Dan Kompetensi Profesional<br /><br />A. Profesi dan profesional<br />Bab ini memberikan pengertian dan perbedaan pengertian antara profesi dan profesional. Pengertian profesional sebagai kata benda adalah orang yang berprofesi tertentu. Sedangkan sebagai kata sifat pengertian profesional menunjuk kepada sifat cara kerja atau hasil kerja seseorang yang berprofesi tertentu. <br />Sedangkan pengertian profesi sendiri tidak selalu seperti pengertian umum bahwa profesi adalah pekerjaan. Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan profesi sebagai: bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu”. Definisi di atas sebenarnya tidak dapat dipakai untuk menentukan apa saja pekerjaan yang termasuk profesi dan mana yang tidak. Dalam memahami definisi profesi, Cervero menyatakan pentingnya mengetahui ancangan-ancangan utama untuk memberikan definisi profesi, memilih satu di antaranya, dan menyediakan alasan bagi pilihan itu. <br /><br />Ada tiga ancangan untuk mendefinisikan profesi:<br />• Ancangan statik. <br />Ancangan ini menetapkan bahwa profesi harus mencakup pemakaian intelektual, memperoleh bahan-bahannya dari sains, mencakup sasaran yang pasti dan praktis, memiliki teknik yang dapat diajarkan, cenderung pada pengaturan diri sendiri, dan altruistik.<br />• Ancangan proses<br />Ancangan ini memandang semua pekerjaan ada pada sebuah kontinum profesionalisasi.<br />• Ancangan sosio-ekonomi<br />Ancangan ini mengatakan bahwa sebuah profesi adalah konsep rakyat yang spesifik secara historis dan nasional. <br /><br /> Buku ini cenderung mengikuti ancangan sosio-ekonomi sampai batas-batas tertentu. Ancangan ini tidak terlalu longgar atau terlalu ketat sehingga cenderung mengikuti paradigma filosofis postpositivisme yang menekankan kemungkinan dan mengakui unsur subyektifitas tanpa terlalu jauh masuk ke dalam relativisme.<br />B. Kompetensi Profesional<br />Kompetensi profesional mencakup kemampuan untuk berfungsi secara efektif dalam tugas-tugas yang dianggap pokok dalam profesi tertentu. Kompetensi profesional mencakup (1). Keahlian-keahlian khusus bagi profesi atau bidang ilmu yaitu dasar pengetahuan khusus untuk bidang ilmu, kecakapan teknis yang dianggap pokok dalam profesi, dan kemampuan menyeesaikan macam-macam masalah yang dihadapi dalam profesi. (2). Ciri-ciri umum orang yang memudahkan orang itu mengembangkan atau mempertahankan kompetensi profesional yaitu kemampuan intelektual, ciri-ciri kepribadian, motivasi, sikap dan nilai. <br /><br />C. Profesional Keagamaan<br /> Panggilan para rohaniawan adalah panggilan untuk menjadi seorang yang benar-benar percaya. Panggilan ini adalah panggilan umum bagi semua orang kristen dan merupakan dasar bagi panggilan-panggilan lainnya. Panggilan ini umumnya bersifat kodrati walau ada yang berifat adikodrati. Penulis buku berpendapat bahwa hamba Tuhan adalah profesional plus-minus karena hamba Tuhan menyambut panggilan dan melaksanakan pengutusan Tuhan dan gereja-Nya serta bertanggung jawab pada Tuhan. <br /> Profesionalisme dalam pelayanan kristen berarti mengembangkan pengetahuan khusus mengenai Alkitab, teologi, khotbah, etika, konseling dll. Contohnya belajar pemakaian bahasa, suara, intonasi dalam khotbah, study lanjut dalam psikoterapi untuk melakukan konseling. <br /> Pengertian profesional adalah mampu menerapkan prinsip-prinsip umum pada situasi tertentu, mempertimbankan situasi yang baru dan membuat keputusan mengenai situasi itu berdasarkan pengetahuan. Terlepas dari dianggap profesional atau tidak, hamba Tuhan harus memenuhi syarat-syarat kompetensi tertentu yaitu dengan mengembangkan dan membaharui setiap segi kompetensinya sebagai seorang hamba Tuhan. <br /><br /> Ada beberapa kriteria pengembangan dan pembaharuan keahlian:<br />• Kriteria eksekutif: seseorang dapat melakukan keahlian secara hemat dari segi sarana dan secara luwes.<br />• Kriteria teknik: dapat melakukan keahlian dengan hasil yang diharapkan dan paling efektif.<br />• Kriteria psikososial: melaksanakan keahlian secara bebas dari ketidaksehatan psikologis dan ketidaksehatan organisasi.<br />• Kriteria moral: melaksanakan keahlian dengan membantu perubahan sifat pribadi dan sosial sesuai dengan prinsip-prinsip cara hidup yang manusiawi.<br />• Kriteria internal: melaksanakan keahlian dengan kesadaran bahwa ia melakukan secara baik dan unggul. <br /><br /> Kriteria-kriteria di atas penting karena yang diharapkan bukan hanya sekedar menyelesaikan tugas melainkan juga cara mengerjakannya. Hal ini mencakup gaya, sikap, dan komitmen sehingga ada integritas. Pengembangan dan pembaharuan ini diupayakan mencapai stailisasi (tingkatan di mana ada perpaduan antara teknik dan gaya) dan artistri (menjadi ahli sehingga dapat berpikir sambil menjalankannya). <br /> Berdasarkan 1 Tim. 3:1-7 dan Titus 1:5-9, kualitas hamba Tuhan adalah pengalaman sebagai orang kristen, kepribadian yang mencerminkan buah-buah Roh, setia dalam perkawinan, berhasil dalam keluarganya, berpengetahuan kebenaran dan mampu mengajar, bernama baik, dan bebas dari kejahatan. Untuk itu pengetahuan dasar keahlian tidak hanya mencakup pengetahuan teologi klasik saja melainkan mencakup juga pengetahuan seperti psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, manajemen dll. <br /> Pengembangan kompetensi dan pembaharuan kompetensi hamba Tuhan juga harus disesuaikan dengan konteks hidup kontemporer. Tanpa pengembangan dan pembaharuan maka hamba Tuhan akan kehilangan fungsinya di gereja dan di masyarakat. Perkembangan zaman telah mendorong peran gereja secara marjinal di masyarakat. Agama kristen dan pemimpinnya hanya akan berpengaruh secara privat, yaitu terhadap kehidupan pribadi dan kelompok khusus yang terbatas dan tidak berpengaruh secara publik. Gereja terdiferiansi menjadi sub-sistem bukan lagi menjadi sistem yang dominan. Bahkan dalam sub-sistem itu, banyak peran hamba Tuhan yang diambil oleh sub-sistem lain (bidang pengetahuan, sastra, pendidikan tinggi, dan kesembuhan). Dalam sub-sistem gereja masa kini anggota gereja makin tinggi kesadarannya bahwa penggilan dan pelayanan itu juga bagi mereka juga sehingga pelayanan-pelayanan yang dulu hanya dijalankan hamba Tuhan, kini dijalankan oleh anggota gereja juga. Kecuali bila hamba Tuhan mengubah perannya, maka di sub-sistemnya sendiri ia akan mempunyai peran yang marginal.<br /><br /><br />Bab II: Pengembangan Kompetensi: Kepentingan Dan Ancangan<br /><br />A. Kepentingan Pengembangan Kompetensi.<br /> Dalam perkembangan masa globalisasi ini, hamba Tuhan harus menyikapinya secara kognitif dengan keterbukaan dan siap untuk berubah. Masa ini ada anggota-anggota jemaat yang ingin dan mampu berbagi pelayanan dengan hamba Tuhan. Karenanya pengembangan kompetensi harus mencakup pembekalan bagi pelayanan anggota jemaat sehingga mutu pelayanannya setaraf dengan hamba Tuhan. Pembekalan tidak hanya secara teologia tetapi sampai pada tindakan transformasi segi kehidupan yang lebih baik.<br /> Kegagalan untuk mempertahankan kompetensi profesional menghasilkan keusangan profesional berupa kesenjangan antara pengetahuan, kecakapan, kemamuan, dan keahlian untuk menjalankan tugas-tugasnya masa kini dan masa mendatang. Keusangan ini dapat mengakibatkan inkompetensi profesional.<br /><br />B. Ancangan Dalam Pengembangan Kompetensi.<br /> Ada dua macam ancangan dalam pembaharuan kompetensi profesional yaitu pembaharuan yang dilakukan segera sesudah keusangan atau ketika kompetensi menurun (ancangan remedial) dan ancangan berupa pembaharuan secara terus menerus, segera setelah gelar diterima dan berlangsung sepanjang kariernya (ancangan developmental).<br /> Ada tiga ancangan bagi pemeliharaan kompetensi profesional:<br />• Memusatkan perhatian pada fakor-faktor di lingkungan kerja yaitu motivasi, penugasan kerja, perilaku dan sifat supervisory, suasana organisasi, interaksi dengan rekan, dan kebijakan dan praktek manajemen. Dengan kata lain ada dua faktor pendukung pembaruan kompetensi profesional yaitu faktor pendukung dari lingkungan dan faktor pendukung dari diri sendiri (motivasi pribadi). <br />Ada lima faktor utama dari lingkungan kerja yang mendorong pembaruan kompetensi:<br />(1). Tantangan kerja dan tugas<br />(2). Perilaku supervisori<br />(3). Suasana organisasi<br />(4). Interakasi dengan rekan kerja<br />(5). Kebijaksanaan dan praktek manajemen<br /><br />Untuk memperkirakan motivasi digunakan tiga informasi yaitu kepercayaan ekspektansi, kepercayaan intrumentalitas, dan valensi hasil. Ekspektansi mengacu pada pemahaman antara usaha (proses belajar) dengan hasil yang didapat. Instrumentalitas mengacu pada kepercayaan bahwa mencapai suatu hasil akan mempengaruhi hadiah. Valensi mengacu pada nilai yang ditempatkan seseorang pada hasil dan hadiah. <br /><br />Berdasarkan hal di atas, Farr dan Middlebrooks menekankan pada peningkatan motivasi profesional yang ditentukan oleh interaksi antara faktor lingkungan kerja dan faktor pribadi. Sementara itu Miller mengusulkan strategi organisasional, environmental, dan rancangan kerja yang menyuburkan kompetensi. Sedangkan Kaufman mengusulkan teknik-teknik pengelolaan untuk mempertahankan kompetensi dalam aspe-aspek yang berkenaan dengan ciri-ciri individual, berkenaan dengan sifat kerja, dan berkenaan dengan suasana keorganisasian.<br /><br />• Melibatkan pelatihan kecakapan khusus yang kurang pada dirinya.<br />Queeny dan Smutz mengembangkan sebuah model yang disebut The Practice Audit Model yang mencakup fase-fase sbb:<br />(1). Mengorganisasikan tim profesi yang menjalankan proyek<br />(2). Mengembangkan penggambaran praktek<br />(3). Mengembangkan bahan pemeriksaan unjuk kerja<br />(4). Sesi audit praktek<br />(5). Menganalisis indikator-indikator unjuk kerja membandingkan unjuk kerja dan standar.<br />(6). Merancang dan merencanakan program pedidikan profesional lanjutan.<br />(7). Mengimplementasikan program; mengevaluasi keefektifan program.<br />Model lain adalah behavioral modeling (Sparkin dan Goldstein) yang memakai prosedur belajar terstruktur mencakup, modeling, role playing, dan kembalian unjuk kerja.<br /><br />• Meliputi pembaharuan secara mandiri dengan pengarahan oleh diri sendiri.<br /><br />Bab III: Kecakapan Belajar Dalam Pengembangan Kompetensi<br /><br /> Pembaruan kompetensi mempunyai sebuah syarat yang sangat penting yaitu kecakapan belajar. Orang yang memiliki kecakapan belajar adalah orang yang mengetahui cara mengendalikan belajarnya, cara mengembangkan rencana belajar pribadi, cara mendiagnosa kekuatan dan kelemahan sebagai pelajar, cara memahami sebuah gaya belajar chart, cara mengatasi hambatan pribadi terhadap belajar, kriteria bagi tujuan-tujuan belajar yang baik, kondisi yang kondusif dalam belajar, cara belajar dari pengalaman hidup sehari-hari, cara bernegosiasi dengan birokrat kependidikan, cara belajar dari multimedia, cara memimpin dan berperan serta dalam kelompok diskusi dan kelompok penyelesaian masalah, cara memanfaatkan lokakarya dan konferensi, cara belajar dari seorang mentor, cara memakai intuisi dan visi untuk belajar, cara menolong orang lain belajar secara lebih efektif.<br /><br /> Untuk dapat belajar demi pembaruan kompetensi, hal berikut harus dilakukan:<br />• Memenuhi syarat-syarat untuk berhasil dalam belajar. Bagian ini terdiri dari pengertian umum yang menjadi dasar sikap positif dan motivasi, kecakapan dasar untuk belajar, pengetahuan tentang diri sendiri, dan pemahaman tentang tiga proses metode belajar (belajar mandiri, kerjasama, dan kelembagaan).<br />• Menyesuaikan belajar dengan gaya belajar, yaitu kecenderungan dan selera pribadi yang mempengaruhi belajar atau cara-cara khas seseorang dalam memproses informasi, merasa, dan bertindak dalam situasi belajar. <br />• Mengikuti pelatihan, yaitu kegiatan terorganisir atau pengajaran untuk meningkatkan kompetensi dalam belajar. <br /><br /> Smith meringkaskan langkah-langkah pengembangan kompetensi dalam belajar bagaimana belajar sbb:<br />• Pemahaman umum. <br />Terdiri dari belajar mungkin, belajar develomental, kecemasan dan penolakan formal, belajar bagaimana belajar penting, belajar dapat digunakan dalm situasi lain, rancangan meningkatkan keefektifan belajar, dan pelajar mempunyai hak.<br />• Kecakapan dasar. <br />Berupa komunikasi, membaca dan memahami bacaan, dan menghitung.<br />• Sumber daya dan metode.<br />Yaitu kecakapan untuk belajar sendiri, belajar bersama, belajar dari lembaga, dan kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek belajar.<br />• Pengetahuan diri sendiri.<br />Tentang gaya belajar dan hambatan pribadi dalam belajar.<br />• Riset dan pelatihan<br />Berupa mengembangkan pengetahuan baru mengenai belajar bagaimana belajar dan menolong orang lain belajar bagaimana belajar.<br /><br /><br />Bab IV: Pengembangan Kompetensi Melalui Pendidikan Profesional Lanjutan Dan Study Lanjut<br /><br /> Untuk membarui kompetensi melalui sarana pendidikan profesional lanjutan (misalnya perguruan tinggi, organisasi profesi) harus dipilih yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan diri sendiri. <br />Dalam mempertimbangkan study lanjut perlu ditanyakan beberapa pertanyaan sbb:<br />• Bagaimana bidang pengetahuan atau praktek ini dikembangkan?<br />• Apakah konsep-konsep dan istilah-istilah pokoknya?<br />• Apakah teori-teori pokoknya?<br />• Siapa pakar-pakarnya yang secara pling luas dihormati?<br />• Apakah satu atau dua buku pengantarnya?<br /><br /><br />Bab V: Pengembangan Kompetensi Dengan Belajar Sendiri<br /><br /> Salah satu cara untuk belajar sendiri adalah melakukan belajar secara mandiri atau melaksanakan proyek belajar pribadi. Syarat-syarat yang perlu untuk belajar sendiri adalah:<br />1. Pemahaman atas asumsi-asumsi yang mendasari mode belajar mandiri dan apa bedanya dari belajar bersama dan belajar kelembagaan.<br />2. Memahami proses yang tercakup seperti perencanaan dsb.<br />3. Adanya kemudahan lebih banyak dalam implementasi proses.<br /><br />Untuk merencanakan proyek belajar mandiri perlu melakukan sebuah perencanaan yang baik dan teratur. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sbb:<br />• Menentukan apa yang dipelajari<br />• Memastikan sasaran dan tujuan<br />• Menetapkan kriteria evaluasi<br />• Menentukan sumber daya<br />• Memutuskan bilamana mencari pertolongan<br />• Memilih strategi<br />• Pelaksanaan strategi.<br />Mencakup melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan, membaca, mendengar, mengamati, menonton, berlatih sebuah kecakapan, memperoleh kembalian, merancang cara menghindari rintangan, menciptakan lingkungan belajar yang cocok, menerapkan apa yang dipelajari, dan kegiatan lain-lain.<br /><br /> Selain apa yang sudah ditulis di atas, ada cara belajar sendiri yang dapat dijalankan:<br />• Menemukan, mengakses, memilih dan memakai sumber informasi, termasuk membaca bacaan profesional dan mengkritik riset.<br />• Melakukan praktek atau belajar dari praktek dan pengalaman hidup sehari-hari. <br />• Menjadi anggota asosiasi profesional.<br />• Membagikan pikiran-pikiran secara tertulis dan melalui presentasi.<br />• Belajar dari mentor.<br />• Belajar dari radio dan TV (multimedia).<br />• Belajar dengan komputer.<br />• Belajar melalui intuisi dan mimpi.<br /><br /><br />Bab VI: Pengembangan Kompetensi Dengan Belajar Bersama<br /><br /> Belajar bersama adalah belajar secara mandiri yang dilakukan secara bersama-sama. Diperlukan kondisi yang mendukung agar proses belajar bersama dapat berjalan secara optimal:<br />• Setiap orang berbagi dalam pengembangan dan evaluasi program.<br />• Kebebasan berekspresi diizinkan.<br />• Anggota-anggota kelompok memiliki kecakapan melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah bersama-sama.<br />• Mendorong sikap diagnostik terhadap proses belajar.<br /><br />Langkah-langkah perencanaan dalam belajar bersama adalah sbb:<br />• Menetapkan minat bersama semua angota.<br />• Mengembangkan pertanyaan, isi, ide, kecakapan, masalah khusus dalam kegiatan belajar.<br />• Menetapkan sasaran.<br />• Memilih sumber daya yang sesuai.<br />• Memilih prosedur atau strategi yang patut.<br />• Menempatkan kegiatan utama dalam sebuah format dan jadwal waktu.<br /><br />Kegiatan belajar bersama melibatkan beberapa atau banyak orang sehingga setiap anggota termasuk pemimpin perlu menjaga tindakan yang bertangung-jawab sbb:<br />• Komunikasi: mendengar secara aktif dan menolong orang lain untuk memahami apa yang dibicarakan.<br />• Suasana: ikut berpartisipasi secara aktif untuk menciptakan sebuah suasana yang kondusif sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.<br />• Keterbukaan: menyatakan apa yang ingin dipelajari, mencoba ide baru, meminta feedback.<br />• Perlaku lain: berbagi dalam pengembangan dan evaluasi program, menjadi relawan bagi tugas dan peran khusus, dll.<br /><br /><br />Bab VII: Perencanaan Pengembangan Kompetensi Profesional<br /><br /> Sebuah rancangan mempengaruhi efektifitas belajar sehingga sebuah pembaruan kompetensi profesional di awali dengan rancangan yang baik. Langkah-langkah sebuah rancangan yang baik adalah sbb:<br />• Menggambarkan peristiwa pelayanan. <br />Gambarkan peristiwa-peristiwa yang perlu ditanggapi dari pelayanan pastoral. Contoh: sebuah kasus, laporan kejadian, laporan verbatim, dll.<br />• Memperhatikan sumber-sumber informasi yang relevan untuk didengarkan dalam merenungkan keputusan pastoral.<br />Sumber informasi adalah sumber informasi kristen (Alkitab, ajaran gereja sepanjang zaman, denominasi gereja), pengalaman pribadi, dan sumber informasi kebudayaan.<br />• Mengambil keputusan mengenai pelayan pastoral.<br />Langkah-langkah dalam merencanakan inervensi pastoral adalah menetapkan pokok permasalahan yang dihadapi, menetakan sasaran, menyatakan nilai-nilai yang tercermin dalam sasaran yang ditetapkan, menetapkan agenda, melaksanakan strategi, menilai intervensi pribadi.<br /><br /><br />Penutup<br /> <br /> Buku ini memberikan pencerahan akan arti pentingnya seorang hamba Tuhan memperbaharui kompetensi profesionalnya dalam pelayanannya. Bahkan lebih dari itu buku ini juga memberikan informasi bagaimana caranya untuk memperbarui kompetensi profesional. Jadi buku ini pantas menjadi buku yang wajib dibaca oleh setiap hamba Tuhan baik yang sudah lama melayani maupun yang baru lulus dari seminari. Hal ini penting karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Artinya lebih baik membuat rancangan pengembangan kemampuan profesional pribadi sedini mungkin daripada menunggu kemampuan itu menjadi usang terlebih dahulu.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-25450111692331748592009-11-11T14:18:00.000+07:002009-11-11T14:19:01.111+07:00Manajemen Pengembangan PelayananPendahuluan<br /><br /> Buku ini ditulis oleh Drs. Hadi P. Sahardjo. Th.M. Beliau adalah alumni SAAT Malang (B.Th; S.Th.; M.A. in Theology dan M.Div., alumni International Theological Seminary Los Angeles, USA (Th.M.) dan melayani di GII Hok Im Tong Bandung. Saat ini beliau sedang study lanjut doktoral (D.Th.) di STBI Semarang.<br /> Buku ini dibagi menjadi sebelas bab yang mengulas dan memberikan solusi bagaimana seharusnya setiap hamba Tuhan dapat mengembangkan dan meningkatkan pelayanannya.<br /><br /><br />Bab 1: Pengembangan Peran-Peran Pelayan<br /><br /> Bab ini membahas tentang peran-peran hamba Tuhan, yang dengan menyadari tugas panggilannya, sudah seharusnya terus-menerus meng-up grade dirinya. Sebelum melakukan hal itu, dia harus mengenali dirinya sendiri berkenaan dengan perannya sebagai:<br />• Peran sebagai pribadi.<br />Perilaku dan kehidupan pribadi seorang hamba Tuhan sangat berpengaruh terhadap pelayanan dan kepemimpinannya. Hal-hal berikut sangat penting untuk diperhatikan yaitu panggilannya, karakter, moral, kerohanian, kehidupan doanya, reputasi keuangan, gaya hidup, dan komitmennya.<br />• Peran sebagai kepala rumah tangga.<br />Mampu memberikan peran yang tepat kepada istrinya, menjaga keharmonisan keluarga, dan menjadikan kehidupan keluarga sebagai contoh bagi jemaat.<br />• Peran sebagai pelayan.<br />Tulus melayani bukan minta dilayani.<br />• Peran sebagai pengkhotbah.<br />Menyadari khotbah adalah bagian terpenting dalam pelayanannya.<br />• Peran sebagai guru/pengajar.<br />Cakap mengajar.<br />• Peran sebagai administrator.<br />Mengerti prinsip-prinsip organisasi dan administrasi secara tepat.<br />• Peran sebagai motivator.<br />Bertindak proaktif bagi kemajuan gereja dengan memotivasi jemaat.<br />• Peran sebagai inovator.<br />Inovasi penting dilakukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di masa mendatang.<br /><br /><br />Bab 2: Pengembangan Kualifikasi-Kualifikasi Dalam Pelayanan<br /><br /> Bab ini membahas sebagai pemimpin rohani, hamba Tuhan harus membekali diri dengan berbagai kualifikasi untuk menunjang pelayanannya yaitu:<br />• Kualifikasi natural, misalnya mental yang stabil, sifat yang simpatik, tekun, realistik.<br />• Kualifikasi pendidikan, yaitu pendidikan Alkitab di STT dan pendidikan budaya (bahasa, sejarah, psikologi, dll).<br />• Kualifikasi kerohanian, yaitu sudah lahir baru, pengalaman yang cukup, mempunyai kehidupan bersaat teduh dan berdoa secara rutin, sensitif dalam kehidupan rohani.<br /><br />Ada tiga tugas pokok hamba Tuhan, yaitu:<br />• Proclaim, yaitu pemberitaan Firman Tuhan dari mimbar, memimpin ibadah, mengajar.<br />• Leading, yaitu menjalankan tugas sebagai gembala, mengatur masalah organisatoris dan administrasi.<br />• Care, yaitu menjalankan tugas pastoral (konseling) dan mengembangkan bimbingan jemaat.<br /><br />Pelayanan yang dilakukan hamba Tuhan adalah pelayanan yang holistik yang meliputi seluruh aspek hidup manusia. Hal ini meliputi juga pelayanan perkunjungan (visitasi). Tujuan visitasi adalah mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu persatu, mengabarkan Firman Allah dalam konteks hidup sehari-hari, melayani, dan membangun jemaat. <br />Visitasi dapat dilakukan di rumah jemaat dan rumah sakit. Kunjungan di rumah dapat bersifat hiburan, memberikan nasihat, ucapan syukur, dan bersifat pimpinan. Sedangkan kunjungan di rumah sakit perlu karena biasanya pasien merasa kesepian dan tidak dapat pergi ke mana-mana. Selain itu semasa sakit biasanya seseorang menjadi lebih terbuka terhadap berita Injil. <br /><br /><br />Bab 3: Mengembangkan Hubungan Interpersonal Dalam Diri Seorang Pelayan<br /><br />Dalam pelayanan sehari-hari hamba Tuhan harus memperhatikan hubungan interpersonalnya dengan jemaat. Ada beberapa hubungan penting yang harus diperhatikan: hubungan antara gembala dan jemaat, hubungan antara anggota jemaat, hubungan dengan masyarakat, hubungan hamba Tuhan dengan pendahulunya, penerusnya dan jemaat yang akan ditinggalkannya. Kepribadian seseorang akan terbentuk dalam interaksinya dengan sesama secara pribadi.<br /><br />Dalam pelayanan konflik yang merepotkan dapat terjadi. Ada beberapa macam konflik yang berbeda yaitu: <br />• Konflik intrapersonal<br />• Konflik interpersonal<br />• Konflik substantif, yaitu di antara seseorang dengan orang lain atau sekelompok orang lain, di antara seseorang dengan organisasi, dan di antara dua organisasi.<br /><br />Dari cara pendekatannya, ada beberapa jenis konflik, yaitu:<br />• Approach-approach. Pilihan antara dua hal yang sama-sama baik.<br />• Approach-avoidance. Pilihan antara dua hal yang saling bertentangan tetap punya nilai yang sama-sama berat/sulit.<br />• Avoidance-avoidance. Pilihan antara dua hal yang seharusnya sama-sama dihindari.<br />• Multiple approach-avoidance. Pilihan dari berbagai macam pilihan yang semuanya punya tingkat kesulitan dan bobot yang sama-sama berat.<br /><br />Konflik yang terjadi dapat disebabkan oleh rasa saling tidak percaya, salah paham, komunikasi yang buruk, perbedaan nilai, dan emosi yang tinggi. Sebagai akibat terjadinya konflik pelayanan terhambat dan terjadi perpecahan dalam gereja karena terjadi dis-integasi, dis-fungsi, dan dis-sosiasi. Sedangkan strategi yang dapat dipakai dalam menghadapi konflik adalah strategi kolaborasi, kompromi, menghindar, akomodasi, kompetisi. Strategi lain adalah menggunakan pihak ketiga berupa arbitrasi, mediasi, dan konsultasi antar pihak. Dengan demikian, penyelesaian konflik menurut Alkitab adalah dengan sikap yang objektif (Neh. 5:1-13), saling mengampuni (Mat. 6:14), komitmen kepada kesatuan gereja (Ef. 4:3), optimis (1Tes. 5:18), proses penyelesaian yang benar (Mat. 18:15-20), doa (Mat. 18:20), mohon hikmat dari Tuhan (2 Raj. 3), kasih, empati dan ketulusan. <br /><br /><br />Bab 4: Penghambat Perkembangan Pelayan<br /><br /> Bagian ini membahas beberapa hal yang menyebabkan krisis atau penghambat perkembangan pendeta bahkan penyebab kegagalan pendeta: <br />• Kurang profesional.<br />• Congkak.<br />• Dengki.<br />• Terlalu mengasihani diri sendiri.<br />• Masalah keuangan.<br />• Masalah seks.<br />• Kedudukan.<br /><br /><br />Bab 5: Pengelolaan Pikiran, Perkataan Dan Tindakan Pelayan<br /><br /> Kegiatan berpikir, berkata-kata dan tindakan seorang pelayan Tuhan perlu dikelola dengan baik. Filipi 4:8 memberikan petunjuk tentang kegiatan berpikir yaitu memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, yang sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji. Kegiatan berpikir sangat penting karena pikiran akan menjadi landasan bagi perkataan yang diucapkan. Sedangkan Paulus memberikan beberapa prinsip bagi tindakan orang percaya yaitu 1 Kor. 6:12; 1 Kor. 8:13; 1 Kor. 9:23; 1 Kor. 10:23; 1 Kor. 10:31; 1 Kor. 11:2-16. Paulus mengatakan apapun yang kita perbuat, perbuatlah itu bagi kemuliaan Allah. Inilah prinsip yang sangat penting.<br /><br /><br />Bab 6: Pengembangan Diri Melalui “Self-Disclosure”<br /><br /> Salah satu prinsip penting dalam pengembangan diri adalah melalui tahapan “self-disclosure” atau penilaian tentang diri sendiri yang jujur tanpa memakai topeng. <br /><br />Sidney Jourad mengatakan “Bila seseorang tidak mengakui pada dirinya sendiri tentang siapa, apa, dan bagaimana dia itu, maka dia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan dan kemudian dia akan sakit dan mati. Dan tidak ada seorangpun dapat menolongnya melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan yang ada. <br /><br /> Sebenarnya topeng-topeng yang dipakai sehari-hari adalah suatu tempat bersembunyi dan menghalangi orang lain untuk mengetahui diri kita sebenarnya. Salah satu topeng yang paling sering dipakai dan diterima masyarakat adalah dengan menampilkan “kepribadian” yang baik. <br />Selain itu ada topeng-topeng lainnya yaitu:<br />• Humor dan tertawa.<br />Orang yang selalu jenaka seringkali merupakan orang yang merasa ketakutan dan merasa tidak aman.<br />• Tukang bicara.<br />Orang yang selalu berbicara walau sebenarnya tidak ada hal yang perlu dibicarakan. Berbicara terus menerus adalah topeng sehingga pribadi yang asli tidak terlihat.<br />• Rasionalisasi.<br />Yaitu cara yang dipakai untuk membenarkan dirinya dengan cara mencari alasan yang masuk akal. Sering cara ini dipakai untuk mengingkari perasaan yang sebenarnya dan mencari jalan keluar dari perasaan kita yang sebenarnya secara “rasional” walau sebenarnya bukan itu alasan sebenarnya bagi kita. Hal ini dapat dinyatakan dengan indah dalam bahasa inggris “The thing is not the thing, but the thing behind thing is the real thing”.<br />• Kegairahan rohani.<br />Pengalaman religius dapat menjadi sebuah kepalsuan terbesar karena menjadi tempat palarian dari kenyataan. Kegiatan rohani menjadi tempat untuk menyembunyikan “aku” yang sebenarnya beserta segala konflik-konflik yang ada di dalamnya. <br />• Kesibukan.<br />Inilah sebuah topeng yang populer dan diterima di masyarakat. Kesibukan dilakukan untuk menghindari perasaan hampa yang mencekam. Hanya saja “bekerja keras” adalah sifat yang bagus dan dipuji masyarakat sehingga topeng ini diterima dengan baik. <br /><br /> Selain apa yang sudah disebutkan di atas, masih banyak topeng yang lain seperti harga diri yang lebih, apatis, sombong, kasar, dll.<br /><br /><br />Bab 7: Pengembangan Dan Pengelolaan Karunia-Karunia Bagi Pelayanan<br /><br /> Karunia-karunia yang dimaksud adalah karunia-karunia dalam Roma 12:3-8, 1 Kor. 12:4-11, 28-30, Ef. 4:11, 1 Ptr. 4:11. paling sedikit ada 1 karunia yang dapat dikategorikan dalam tiga kategori utama yaitu:<br />• Karunia yang berkaitan dengan pelayanan.<br />Yaitu melayani, membagikan sesuau, kemurahan, memberi pertolongan, memimpin, menggembalakan.<br />• Karunia yang berkaitan dengan perkataan.<br />Bernubuat, mengajar, memberitakan Injil, hikmat, pengetahuan, menasihati, berbicara, membedakan roh.<br />• Karunia yang berkaitan dengan tanda-tanda.<br />Iman, menyembuhkan, mengadakan mujizat, berbahasa Roh, menafsirkan bahasa Roh.<br /><br />Perbandingan antara buah Roh dengan karunia-karunia Roh<br /><br />No Perbedaan dalam Buah Roh Karunia-karunia Roh<br />1 Kepemilikan Setiap orang percaya harus memiliki setiap aspek buah Roh Tidak setiap orang percaya memiliki semua karunia<br />2 Pengembangan Dihasilkan dari dalam Dihasilkan dari luar<br />3 Sifat Bekaitan dengan karakter (sifat) rohaniah Berkaitan dengan kemampuan rohaniah<br />4 Kegunaan Untuk kebaikan diri dan orang lain (baik yang percaya maupun belum) Untuk kebaikan Tubuh Kristus<br />5 Jumlah Tunggal dengan sembilan aspek Jamak/banyak, paling sedikit ada 19 karunia<br />6 Pengoperasian Dijalankan melalui kehadiran Roh Kudus Dijalankan melalui kuasa Roh Kudus<br />7 Masa Keberadaan Tetap/bersifat permanen Akan berhenti kalau yang sempurna datang<br /><br /> Selain bentuk karunia seperti di atas, ada bentuk lain yang dijumpai dalam Alkitab, yaitu:<br />• Karunia organisasi<br />Kemampuan untuk menyusun rancangan yang efektif untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dicapai.<br />• Karunia seni<br />Kemampuan istimewa untuk membangun jemaat dengan seni.<br />• Karunia kerajinan tangan<br />Kemampuan untuk melayani jemaat dengan pekerjaan tangannya.<br />• Karunia penginjilan<br />Karunia untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya kepada pengenalan akan Kristus.<br />• Karunia berkata-kata dengan hikmat<br />Kemampuan untuk berkata-kata dengan hikmat.<br />• Karunia memberi<br />Kemampuan untuk membei dan membagi-bagi materi dengan iklas untuk kerajaan Allah.<br />• Karunia menolong<br />Menolong orang lain agar mereka dapat melakukan karunianya dengan lebih efektif.<br />• Karunia memberkan tumpangan<br />Membuka rumahnya dengan senang hati bagi orang yang membutuhkan tumpangan.<br />• Karunia juru syafaat<br />Mendoakan orang lain dalam waktu yang lama<br />• Karunia pengetahuan<br />Menemukan, mengumpulkan, menganalisa dan merumuskan informasi dan ide bagi pertumbuhan jemaat.<br /><br />• Karunia kepemimpinan<br />Mampu memimpin orang lain untuk bekerja sama dengan sukarela dalam mencapai tujuan bagi kemuliaan Allah.<br />• Karunia belas kasihan<br />Menunjukkan belas kasihan yang diwujutkan dalm tindakan nyata.<br />• Karunia musik<br />Mampu memuji Allah dengan suara, alat musik, dan menggubah musik yang membangun iman.<br />• Karunia melayani<br />Melibatkan diri untuk melaksanakan tugas tertentu dengan sarana yang ada agar tujuan yang diinginkan tercapai.<br />• Karunia mengajar<br />Kemampuan untuk menyampaikan dan mengajar jemaat untuk bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi.<br />• Karnia kerasulan<br />Otoritas kerohaniannya diakui jemaat secara spontan sebagai seorang pemimpin rohani.<br />• Karunia membedakan roh<br />Mampu untuk membedakan apakah suatu sikap berasal dari Allah atau dari iblis.<br />• Karunia menggembalakan<br />Mampu menanggung beban dan tanggung-jawab demi kesejahteraan kerohanian jemaat dalam jangka waktu yang panjang.<br />• Karunia bernubuat<br />Menerima dan memberikan secara langsung berita dari Allah untuk umat-Nya. Hal ini bukan meramalkan atau mengatakan peristiwa di masa datang melainkan mengatakan berita Allah dalam situasi yang kongkrit.<br /><br /><br />Bab 8: Mengembangkan Kepemimpinan Seorang Pelayan<br /><br /> John Edmund Haggai membahas beberapa garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan sbb:<br />• Prinsip visi.<br />Kepemimpinan yang baik dimulai dengan visi yang jelas dari Allah. Dengan visi yang jelas, dapat ditentukan apa yang akan dilakukan.<br />• Prinsip perumusan tujuan<br />Tujuan dirumuskan berdasarkan visi. Contoh perumusan tujuan adalah SMART (Specifis, Measurable, Attainable, Realistic, Tangible).<br />• Prinsip kasih<br />Seorang pemimpin harus mendasarkan kepemimpinannya pada kasih pada Allah, sesama dan diri sendiri.<br />• Prinsip kerendahan hati<br />Memusatkan perhatian pada tindakan yang rendah hati dan berpusat pada kemuliaan Kristus.<br />• Pengendalian diri<br />Pengndalian diri adalah bukti penguasaan kasih.<br />• Prinsip komunikasi<br />Pemimpin yang baik dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. <br /><br />• Prinsip penanaman modal<br /> Pemimpin ibarat menanamkan modal. Dia tidak hanya menuntut tapi juga tahu bagaimana berbuat bagi orang lain.<br />• Prinsip kesempatan<br />Pemimpin harus jeli dan peka terhadap kesempatan.<br />• Prinsip energi/kekuatan<br />Integritas seorang pemimpin akan mempeoleh keyakinan dan rasa hormat dari orang-orang lain.<br />• Prinsip daya tahan<br />Keberhasilan pemimpin dilihat dalam menghadapi kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi.<br />• Prinsip otoritas<br />Otoritas secara internal adalah karisma, harga diri, kepribadian yang mendapat apresiasi dari jemaat. Otoitas secara eksternal berasal dari jabatannya. Otoritas internal bersifat stabil, otoritas eksternal bersifat semu.<br />• Prinsip kesadaran diri<br />Kesadaran diri meningkatkan mutu kepemimpinan karena mengetahui apa kelebihan dan kekuranan dirinya sehingga dapat meningkatkan diri secara optimal.<br /><br /> Cueni mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepemimpinan seorang pelayan sbb: Tahu bagaimana harus memimpin orang lain, mampu membawa orang lain kepada visi yang tertentu dan jelas, mampu memotivasi orang lain, memberikan semangat dan membakar keberanian orang lain, memberikan keteladanan yang baik, memilki harapan terbaik, menjadi pekerja keras, berani mengambil resiko dan tanggung-jawab, mengasihi orang lain, dan memiliki pandangan dan prinsip tentang pentingnya administrasi.<br /> Tugas utama seorang pemimpin adalah membuat keputusan yaitu mengambil keputusan dengan bijaksana, menentukan metode yang dipakai, menentukan prosedur yang berlaku, mengawasi dan menegakkan disiplin, dan mengontrol secara keseluruhan. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin harus meyakini kehendak Tuhan, keputusannya jelas dan tegas, terarah pada tujuan tunggal yang jelas, sesuai dengan prioritas, rela membayar harga, bertanggung-jawab dan berani melakukan keputusan yang diambilnya.<br /><br /><br />Bab 9: Manajemen Pelayanan Melalui Penyusunan Program<br /><br /> Penyusunan program kerja yang baik dan terarah adalah rangkaian kegiatan yang diawali dengan analisa jemaat dan masyarakat sekitar. Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan tujuan yang diikuti dengan penusunan program kerja. Setelah itu barulah masuk ke langkah-langkah proses perencanaan. <br /> Analisa situasi dilakukan dengan mencari hubungan antara fakta yang ada, hubungan struktural dan historis agar menemukan masalah yang ada. Analisa data untuk menemukan kebutuhan pokok jemaat dan masyarakat dilakukan dengan mengelompokkan data keanggotaan dan data kependudukan. Kemudian mencatat data khusus seperti potensi masalah. Langkah berikutnya adalah menghubungkan data tersebut dan melakukan analisa data historis dan data strutural. Dari hasil analisa data tersebut ditentukan prioritas kebutuhan dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Langkah terakhir adalah menyusun program kerja jemaat di mana pelaksanaan program akan menghasilkan jawaban atas kebutuhan atau masalah jemaat.<br /><br /><br />Bab 10: Manajemen Team Work<br /><br /> Team work adalah melakukan pekerjaan tertentu oleh satu team kerja yang anggotanya men-subordinasikan dirinya bagi kepentingan kelompok. Kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap anggota adalah kualifikasi spiritual, edukasional, dan organisasional. Sedangkan untuk pemberdayaan team work sebagai kesatuan membutuhkan keterampilan dalam direction skill, implementation skill, learning skill, dan integration skill.<br /><br /><br />Bab 11: Study Kasus, Godaan, Kejatuhan Dan Restorasi<br /><br /> Bagian ini membahas study kasus yang terjadi pada pendeta Truman Dollar yang jatuh dalam dosa seksual. Proses restorasi terdiri dari tiga level yaitu restorasi kepada keutuhan spiritual, restorasi kepada pelayanan dan posisi semula. Proses restorasi memakai strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. Setelah 18 bulan diadakan evaluasi atas proses restorasi.<br /> Bagian kedua membahas topik tentang kejenuhan hamba Tuhan terhadap pelayanannya. Dikemukakan alasan-alasan mengapa pendeta rawan terhadap kejenuhan, gejala-gejala kejenuhan, kepribadian yang rawan terhadap kejenuhan, dampaknya pada keluarga dan kodrat pelayanan yang memang mencenderungkan kejenuhan.<br /><br /><br />Penutup<br /><br /> Buku ini menyajikan pembahasan tentang pengembangan dan peningkatan pelayanan setiap hamba Tuhan secara kontemporer sehari-hari. Pembahasan yang dilakukan cukup beragam meliputi segi psikologi, manajemen, kepemimpinan, dan dilengkapi dengan penyajian study kasus. Terlepas dari kesan kurang mendalamnya setiap pembahasan, buku ini mampu memberikan ‘insight’ akan pentingnya pengembangan kompetensi para hamba Tuhan dalam masa post-modern saat ini.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6572133464751752822.post-41598033469552574642009-11-11T14:17:00.000+07:002009-11-11T14:18:17.061+07:00Emotional Quality ManagementPendahuluan<br /><br />Buku ini ditulis oleh seorang trainer profesional, konsultan SDM, penulis dan praktisi SDM berpengalaman bernama Anthony Dio Martin. Latar belakang pendidikannya adalah Psikologi dari Universitas Gadjah Mada serta S-2 pada program MBA Strategic Leadership dan Master Certified Professional Recruiter dan Psychological Assessor (CPR) dari Vancouver, Kanada.<br /><br /><br />Bagian Satu: Misteri Kualitas Emosi<br /><br />Bab 1: Alarm Problematika Emosi<br /><br /> Bab ini membahas atau lebih tepatnya menggiring pembacanya untuk menyadari tentang pentingnya peran emosi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Emosi yang terkendali dan positif akan sangat berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dengan baik. Sebaliknya emosi yang tidak terkendali dan negatif justru memicu manusia untuk kehilangan akal sehatnya dan mampu untuk bertindak anarkis. <br /> Penulis buku menyatakan bahwa emosi yang tak menyenangkan banyak menyerap energi keseharian di kantor. Menurut study empiris 1995-1996 di beberapa negara Amerika Serikat, menunjukkan berkembangnya emosi yang tidak menyenangkan menyebabkan tingginya turnover, tingginya absensi, bias komunikasi, penyerangan secara fisik, stress, hilangnya jam produktif, saling tidak percaya dan infisiensi dalam pengambilan keputusan. Pesan yang disampaikan penulis adalah agar kita berhati-hati dengan pikiran kita, dengan emosi yang negatif karena akan berpengaruh pada kondisi fisik dan mental.<br /><br /><br />Bab 2: Emosi, Agenda Yang Terlupakan<br /><br /> Sesuai dengan judulnya, bab ini menyajikan pembahasan lebih lanjut tentang pentingnya mengelola emosi. Kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat menangani masalah. <br />Daniel Goldman mengatakan bahwa kunci sukses terletak pada emosi. Emosi pada dasarnya menggambarkan ‘perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda’ atau dengan kata lain emosi adalah reaksi manusiawi terhadap berbagai kejadian nyata. Goldman menunjukkan pentingnya EQ dengan mengatakan bahwa IQ hanya berkontribusi 20% pada kesuksesan seseorang, sedangkan kontribusi EQ mencapai 80%. <br />Miichael E. Rock memberikan tips untuk mengembangkan kemampuan EQ yaitu dengan berpikir jernih, menjaga kesehatan emosi dan belajar memilih tindakan yang pantas untuk setiap situasi. Sedangakan penulis buku memberikan tips sbb: mulai dengan berpikir positif terhadap diri dan orang lain, belajar mengekspresikan perasaan, memikirkan dampak kata-kata kita terhadap perasaan orang lain, menggali unmet emotional/need pada setiap orang yang mempunyai masalah emosi, dan belajar untuk mengelola emosi tidak mnyenangkan yang kita rasakan.<br /><br /><br />Bab 3: EQ, Sang Sumber Inspirasi<br /><br /> Bagian ini membahas EQ lebih lanjut. Dikatakan bahwa dalam dunia kerja IQ membuat kita diterima bekerja, tetapi EQ-lah membuat kita dipromosikan. Pemimpin ber-EQ tinggi cenderung lebih sukses dari pada yang hanya ber-IQ tinggi. EQ bukan suatu karakter yang tetap melainkan dapat dipelajari di segala usia. <br /> Candance Pert menyatakan ada kaitan erat antara EQ dan IQ. Dalam diri kita senantiasa terjadi pertukaran informasi antara ‘perasaan’ dan ‘pikiran’. IQ merencanakan strategi dan taktik sedangkan EQ melakukan penyesuaian dan membantu mencapai tujuan. <br /> Study tentang EQ menunjukkan bahwa EQ cenderung bersifat situasional dan berubah sesuai dengan pengalaman dan usia. Untuk mengukur tingkat EQ ada beberapa standar tes. Petrides dan Furnham membaginya menjadi:<br />• Trait EQ, yaitu diukur melalui hasil laporan diri sendiri atau digabung dengan hasil penilaian orang lain.<br />• Information processing EQ yang berkait erat dengan hasil pilihan pribadi saat dihadapkan pada berbagai situasi. Hasil ini didapat dengan membandingkan hasilnya dengan orang yang sudah terbukti ber-EQ tinggi.<br />Contoh lain adalah ‘Tes EQ-I’ yang dikembangkan oleh Baron. Alat tes ini mengukur EQ melalui lima hal utama yaitu interpersonal skills, intrapersonal skills, stress management, adaptability, dan general mood.<br /><br /><br />Bab 4: Lahirnya Quotient-Quotient Lain<br /><br /> Bagian ini membahas bentuk-bentuk kecerdasan-kecerdasan lain di luar IQ dan EQ. Paul Stoltz melihat ada orang yang ber-IQ dan EQ tinggi masih gagal mencapai sukses. Jawabannya ada dalam kerangka berpikir yang disebut Adversity Qoutient (AQ) yang mendasari semua segi kesuksesan. AQ adalah kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan dan akhirnya mampu mengatasi kesulitan. AQ mempunyai empat komponen utama yaitu CORE. C adalah control, O dari origin atau ownership, R adalah Reach, dan E adalah endurance. Sedangkan untuk memiliki kemampuan AQ yang tinggi orang harus mempelajari teknik LEAD. L adalah listen, E adalah explore, A adalah analize dan D adalah doing.<br /> Sementara itu Danah Zohar dan Ian Marshall mengembangkan Spiritual Quotient (SQ). Semakin banyak orang yang cerdas (IQ tinggi) ternyata dibarengi dengan semakin banyak kesulitan dan masalah yang timbul karena tidak adanya kebijaksanaan sejati. SQ-lah yang mengintegrasi semua kecerdasan manusia dan menjadikan manusia utuh secara intelektual, emosional maupun spiritual.<br /> Sedangkan Ary Ginanjar Agustian mengambangkan konsep Emotional Spiritual Quotient (ESQ) yang memadukan konsep EQ dan SQ. Baginya jika hanya mempelajari EQ, manusia akan berkembang tanpa prinsip sejati ke-Tuhanan segingga manusia bisa menjadi manipulatif dan sesat. Di sinilah manusia membutuhkan panduan SQ. Jadi ESQ adalah gabungan antara EQ dan SQ. <br />Penulis buku menawarkan suatu model komprehensif tentang unsur di balik peningkatan IQ, EQ, AQ, SQ maupun ESQ seseorang. Unsur itu adalah emosi yang menjadi latar belakang dari IQ, EQ, AQ, dan SQ. Model ini disebut Emotional Quality management (EQM). EQM tidak mempertentangkan atau mencari kecerdasan (IQ,EQ,AQ,SQ) mana yang terbaik, melainkan berfokus pada unsur fundamental di balik model kecerdasan itu, yaitu unsur emosi manusia itu sendiri. <br /><br /><br />Bagian Dua: Model EQM<br /><br />Bab 5: EQM Model<br /><br /> Pada bab ini penulis mengadopsi konsep feng shui sebagai model EQM. Feng shui adalah jalan untuk menjaga keharmonisan manusia dan alam semesta. Keseimbangan elemen feng shui adalah dasar bagi aliran energi ‘Chi’ dalam diri manusia. Dikatakan bahwa keseimbangan unsur-unsur pembentuk emosi merupakan dasar bagi keseimbangan ‘energi positif’ itu sendiri. Unsur-unsur itu adalah: <br />• Emotional maturity. Kematangan emosi hanya melalui proses panjang, bukan secara instan.<br />• Emotional knowledge. Pengembangan emosi secara tepat bisa terwujut bila kita mampu memahaminya secara benar pula.<br />• Emotional spirituality. Pertumbuhan sejati emosi memerlukan unsur emosi ke-Tuhanan.<br />• Emotional autenticity. Hanya orang yang mempunyai emosi otentik yang dapat berkembang secara dewasa.<br />• Emotional reconciliation. Rekonsiliasi dengan diri sendiri dan sesama perlu agar manusia bisa meningkatkan kematangan emosi tanpa beban emosi masa lalu.<br /><br />Model kematangan emosi EQM dibentuk dari kolaborasi unsur emotional knowledge, emotional spirituality, emotional autenticity, dan emotional reconsiliation. Kematangan emosi terjadi secara bertahap melalui tahapan-tahapan di mana tangga sebelumnya menjadi fondasi dan pendukung bagi tangga di atasnya. Tangga itu adalah kesadaran emosi pada diri sendiri maupun sesama (emotional awarness), penerimaan pada diri sendiri dan orang lain (emotional acceptance), persaudaraan dengan diri sendiri dan sesama (emotional affection), penguatan emosi bagi diri sendiri dan orang lain (emotional affirmation).<br /><br /><br />Bagian Ketiga: Pemeliharaan Kualitas Emosi<br /><br />Bab 6: Emotional Knowledge<br /><br /> Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan mengenai emosi itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mendekati dunia emosi dari tataran kognitif. <br />Du Prez memberikan definisi emosi sebagai suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Emosi adalah reaksi kognitif manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi spesifik. Dengan demikian emosi terkait dengan aspek persepsi, pengalaman dan proses berpikir. Emosi dasar manusia digolongkan dalam tiga jenis yaitu gembira, takut, dan marah.<br /> Dalam kehidupan, emosi tidak hanya berfungsi sebagai’ survival kit’ melainkan juga sebagai pembangkit energi, pembawa pesan, memperkuat informasi yang disampaikan, dan sebagai penyeimbang kehidupan kita. <br />Secara anatomi syaraf emosi, struktur otak manusia terdiri dari:<br />• Thalamus yang berfungsi sebagai ‘air traffic controller atau CPU komputer’. <br />• Korteks, yaitu ‘translator ‘ atau filter berupa akal sehat.<br />• Amygdala, yaitu ‘emotional sentinel’ atau pencetus emosi.<br /><br />Cara kerjanya adalah Informasi/stimulus yang diterima oleh panca indera akan dihubungkan ke thalamus. Dari thalamus, stimulus diproses dan diarahkan ke korteks untuk disaring baru kemudian diteruskan ke amygdala yang kemudian akan ber-reaksi secara emosi. Kadang terjadi stimulus tidak disalurkan ke korteks tetapi melalui jalan pintas langsung ke amygdala. Ketika hal ini terjadi maka kita akan ber-reaksi secara emosional. <br /> Emosi dapat dikendalikan melalui tiga tahap yaitu dengan berhati-hati dengan persepsi yang kita terima melalui panca indera, berhenti sejenak dan membiarkan korteks memikirkan apa yang terjadi, dan biarkan korteks menganalisa lebih lanjut stimulus yang diterima. <br /> Kesimpulan dalam memahami emosi adalah bahwa semua orang mempunyai kebutuhan dasar emosi, setiap orang memiliki kebutuhan emosi paa tingkatan yang berbeda, kebutuhan emosi manusia berbeda pada level kebutuhannya, bukan paa jenisnya, variasi kebutuhan emosi lebih beragam dari pada kebutuhan dasar, perasaan adalah nyata dan tidak dapat diperdebatkan, dan emosi adalah kekuatan dahsyat yang tertidur.<br /><br /><br />Bab 7: Emotional Spirituality<br /><br /> Pada bab ini penulis buku membahas pengaruh kehidupan spiritual terhadap kematangan emosi. Emotional spirituality adalah dasar-dasar emosi Ilahi yang berkembang pada diri manusia sendiri. <br />Ada tiga emosi dasar universal yang sehat dari emotional spirituality yang diwarnai keimanan sejati yaitu: cinta kasih, murah hati/perduli, dan damai/penuh syukur. Waktu semangat kasih yang sejati dilakukan, muncul perasaan perduli. Inilah yang memberikan rasa damai dan bahagia. Rasa ini terwujut dalam sikap syukur atas semua peristiwa dalam hidupnya, maka semangat kasihpun tumbuh semakin subur. Sebaliknya sumber masalah emotional spirituality yang tidak sehat adalah egoisme yang menimbulkan keserakahan dan selanjutnya menyebabkan sikap ketakutan pada pemiliknya, yang akhirnya membuat orang tersebut menjadi semakin egois. Inilah siklus emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.<br />Dari uraian di atas kita melihat ada perbedaan antara emosi spiritual yang menyenangkan dan tidak menyenangkan sebagai berikut:<br />• Cinta kasih vs egoisme.<br />• Keperdulian vs keserakahan.<br />• Perasaan syukur vs ketakutan.<br /><br />Bab 8: Emotional Authenticity<br /><br /> Menjadi pribadi yang otentik adalah memahami struktur eksistensi dirinya sendiri tanpa terpengaruh tekanan masyarakat, nilai-nilai, pendidikan, tanpa menjadi konformis. Individu yang otentik menjadi dirinya sendiri sesuai dengan identitas pribadinya. Sebaliknya pribadi yang tidak otentik sibuk dengan segala macam usaha untuk mencapai dan menjaga citra dirinya yang palsu. Mereka terbiasa memakai topeng-topeng untuk menutupi diri dari perasaan tidak aman yang berasal dari diri sendiri maupun tekanan masyarakat. <br /> Ada beberapa jenis topeng yang populer dalam hidup sehari-hari sbb:<br />• Topeng kepemilikan.<br />• Topen intelektualitas.<br />• Topeng sosial.<br />• Topeng moral.<br />• Topeng impresif.<br />• Topeng jabatan.<br />• Topeng seksualitas.<br /><br />Untuk menjadi pribadi yang otentik, seseorang harus mengembangkan kejujuran emosi. Untuk itu dia harus menyadari bahwa pada dasarnya hidupnya terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama adalah citra diri sendiri yang ditampilkan secara sosial dan menyangkut penilaian orang lain. Lapisan kedua adalah konsep diri yang menyangkut penilaian kita terhadap diri sendiri, lapisan ketiga adalah jati diri, yaitu diri kita yang sesungguhnya. <br />Langkah-langkah untuk mengembangkan kejujuran emosi adalah dengan mengakui adanya perasan atau emosi tidak menyenangkan yang pernah dialami. Langkah kedua adalah belajar untuk mengetes keyakinan dengan belajar dari pengalaman yang membuat kita menyembunyikan perasaan. Langkah ketiga adalah mengambil kendali atas perasaan dan belajar mengekspresikannya secara jujur. Langkah keempat adalah menyakinkan diri kembali tentang apa akibatnya bila emosi tidak pernah terekspresikan secara jujur.<br /><br /><br />Bab 9: Emotional Reconciliation<br /><br /> Ada perbedaan antara memberi maaf dan rekonsiliasi. Pemaafan atau pengampunan cenderung bersifat personal karena berupa respon untuk melupakan kesalahan orang lain pada dirinya. Sedangkan rekonsiliasi selain memberi maaf juga saling berdamai. <br />Study empiris menunjukkan bahwa memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah unsur penting bagi pertumbuhan emosi untuk mencapai pribadi yang matang dan dewasa. Orang yang mudah memaafkan tidak mudah tersinggung, tidak mudah menyalahkan orang lain dan punya sikap yang rasional. Sedangkan dampak kebencian membahayakan kesehatan jantung dan sistim peredaran darah manusia. Jadi sebenarnya memaafkan bermanfaat bagi diri sendiri bukan orang lain. Memaafkan bukan tindakan yang menunjukkan kelemahan karena memaafkan berarti menolak menjadi korban rasa benci dan dendamnya. Justru untuk memaafkan diperlukan kekuatan yang besar.<br /> <br />Ada beberapa fase dalam proses memaafkan menurut Enright dan Reed:<br />• Fase pengungkapan yaitu ketika sedang merasa sakit hati.<br />• Fase keputusan ketika mulai memikirkan untuk memaafkan tapi belum memberikan maaf sepenuhnya.<br />• Fase tindakan ketika ada tingkat pemikiran baru untuk memberikan maaf secara aktif.<br />• Fase pendalaman yaitu internalisasi makna dari proses memaafkan.<br /><br />Dalam bentuk yang lain proses memaafkan dapat berupa lima tahapan yaitu penolakan, berpikir rasional, berinisiatif, penguatan, dan bertindak. Sementara itu emosi yang belum terselesaikan akan menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi secara sehat, tingkat interaksi rendah, muncul gangguan fisik seperti sulit tidur, sakit kepala, dan kehidupan menjadi tidak produktif. <br /><br /><br />Bagian Empat: Kematangan Emosi<br /><br />Bab 10: Emotional Awareness<br /><br /> Penyadaran emosi adalah langkah mendasar menuju kematangan emosi. Tanpa kemampuan untuk merasakan perasaannya sendiri, mustahil seseorang dapat merasakan apa yang terjadi pada diri orang lain. Manusia sulit menyadari emosinya karena pengalaman traumatis masa kecil, takut kelihatan rapuh sehingga menutup perasaannya, sistim pendidikan yang lebih menekankan rasio. <br /> Level penyadaran emosi berkaitan erat dengan EQ. Orang yang mampu menyadari level emosinya (cerdas) dan menguasainya menjadi tuan atas emosinya. Dengan demikian orang yang cerdas secara emosi menyadari sepenuhnya emosi yang dkeluarkannya. Orang yang tidak cerdas secara emosi cenderung menjadi orang yang reaktif dalam bertindak. Sedangkan orang yang cerdas secara emosi mampu bertindak proaktif. Contohnya dalam menghadapi suatu masalah dia mampu menguasai emosinya dengan penyadaran rasionya sehingga mempunyai beberapa alternatif dalam bertindak. Orang yang proaktif artinya mampu mengendalikan dirinya sendiri, bukan dikendalikan oleh lingkungan atau situasi.<br /><br /><br />Bab 11: Emotional Acceptance<br /><br /> Carl Rogers menyatakan bahwa perubahan diri yang mendasar harus dimulai dari penerimaan diri apa adanya tanpa syarat. Siapa diri manusia tdak ditentukan oleh tampilan fisik melainkan oleh apa yang ada di dalam dirinya yaitu harga dirinya. Harga diri berbeda dengan percaya diri. Orang yang percaya diri belum tentu mempunyai harga diri yang tinggi. Sebaliknya orang yang mempunyai harga diri mudah untuk percaya diri. Harga diri adalah karakter sedangkan percaya diri adalah reputasi. <br /> Seringkali manusia mempunyai penerimaan diri yang bersyarat. Penerimaan diri yang bersyarat adalah perasaan yang selalu dikaitkan dengan harapan, keinginan, kepercayaan atau standar hidup tertentu. sebenarnya makin bersyarat penerimaan diri, makin tidak sehat kesehatan emosinya. <br /> Penerimaan yang bersyarat dapat terjadi pada penerimaan kita terhadap orang lain. Penerimaan bersyarat selalu di awali dengan kata “jika”, tetapi penerimaan tak bersyarat di mulai dengan kata “walaupun”. Pembelajaran akan penerimaan tak bersyarat dimulai dengan menerima orang itu dalam bentuk penerimaan terhadap emosi yang mereka miliki. Contohnya dengan teknik validating yaitu teknik untuk membaca, menyimpulkan sekaigus menunjukkan bahwa kita memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Cinta sejati butuh pengakuan dan penerimaan terhadap orang lain dari dua sisi yaitu menerima orang itu apa adanya dan menerima apa saja yang tidak dipunyainya. <br /><br /><br />Bab 12: Emotional Affection<br /><br /> Emotional affection berbicara tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Dalam berbicara dengan orang lain ada beberapa prinsip dasar sbb:<br />• Individual differences, maksudnya adalah tidak ada manusia yang sama persis dalam hal minat, kebiasaan dan karakter.<br />• Different treatment, yaitu karena tidak ada manusia yang sama persis, maka tidak dapat diperlakukan dengan sama.<br />• Starting from me. Maksudnya cara membangun hubungan emosi yang mendalam adalah memulainya dari diri kita terlebih dulu.<br />• Golden rule yaitu lakukan pada orang lain apa yang kamu ingin orang lain lakukan pada kita, jangan lakukan pada orang lain apa yang kita tidak ingin orang lain lakukan pada kita, lakukan pada orang lain, apa yang mereka ingin kita lakukan walau mereka tidak melakukan apa yang kita inginkan, dan jangan lakukan pada orang lain apa yang mereka tak ingin kita lakukan pada mereka walau mereka melakukan apa yang kita tidak inginkan pada kita.<br />• Risk taking, yaitu mengambil resiko untuk ditolak dalam berhubungan dengan orang lain.<br />• Menyesuaikan, bukan mengontrol. Sebaiknya kita menyesuaikan diri dengan keadaan , bukan memaksakan diri untuk mengontrol.<br />• Persepsi menentukan emosi. Bersikap positif dan berhati-hati sebab persepsi menentukan emosi kita.<br /><br /> Sedangkan untuk membina hubungan yang sehat diperlukan manajemen emosi sbb: belajar menerima dan memberi pujian, belajar meneima dan mengendalikan kemarahan dan belajar menyatakan emosi.<br /><br /><br />Bab 13: Emotional Affirmation<br /><br /> Bab terakhir membahas tentang penguatan emosi. Dalam tahap ini kita bergerak dan bertindak atau dengan kata lain bertindak dengan kesanggupan mengambil resiko-resiko emosi. Michael George merumuskan sukses sebagai visi+imajinasi+emosi. Sedangkan penulis buku menambahkan satu kata di belakangnya yaitu “Aksi”. <br /> Untuk memulai aksi diperlukan tenaga ekstra untuk melawan hal-hal yang tidak menyenangkan dan menghambat. Dasar utama dari semua perubahan adalah Emosi. Dikatakan baik manusia yang telah sukses maupun yang gagal, manusia sering bermasalah dalam hal penguatan emosi. Kadang setelah mencapai kesuksesan tertentu manusia tidak berani keluar dari zona nyamannya dan di situlah proses kejatuhan dirinya dimulai. Hanya dengan penguatan emosi manusia dapat terus menapaki level kesuksesan yang baru.<br />Pertanyannya adalah mengapa sulit untuk menguatkan emosi?. Otot-otot emosi memerlukan tempaan melalui berbagai masalah dan kesulitan agar dapat menjadi kuat. Masalahnya selama ini banyak orang tua yang lebih berusaha menjaga perasaan anaknya atau membiarkan anaknya untuk selalu menang dalam permainan. <br /> Untuk melengkapi kekuatan dahsyat emosi, orang-orang yang sukses terbukti sangat berorintasi pada visi hidupnya. Dalam mencapai keberhasilan, mereka memadukan antara visi hidup dengan emosi-emosinya. Hal inilah yang disebut Anthony Robbins sebagai prinsip pleasue. Artinya kita mengejar visi hidup dengan perasaan emosi yang senang sehingga memberikan kekuatan yang lebih besar lagi. Selain visi hidup dan kekuatan emosi, Napolen Hill menambahkan satu unsur lagi yaitu ketahanan emosi yang berasal dari tempaan terus menerus dalam hidup. <br /> Untuk menguatkan emosi ada latihan dalam berbagai langkah. Pada dasarnya penguatan emosi dibagi menjadi dua bagian utama yaitu penjernihan masalah dan penguatan diri. Langkah awal penjernihan masalah adalah memastikan kita mampu melihat fakta. Langkah kedua adalah melakukan pengecekan akan kebenaran fakta tersebut. Langkah ketiga menguji apa yang dialami emosi sehubungan dengan langkah kedua. Langkah keempat adalah penguatan diri. Di sinilah prosesnya memperkuat diri menghadapi situasi krisis dan kegagalan. Langkah kelima adalah langkah proaktif menuju penguatan otot emosi secara realistis. Langkah terakhir adalah affirmasi terhadap diri kita.<br /><br /><br />Epilog<br /><br /> Pada epilog penulis buku berpesan untuk melakukan apa yang sudah diketahui. Peningkatan kualitas kehidupan emosi membutuhkan waktu, usaha, dan pengalaman. Inilah proses seumur hidup dan kita harus mulai melangkah walau hanya selangkah demi selangkah sampai pada wakunya kita akan sampai pada kemajuan yang berarti.<br /><br /><br />Penutup/kesimpulan<br /><br /> Buku ini adalah sebuah buku yang luar biasa bila ditinjau dari luar iman kristen. Penulis buku telah berusaha keras untuk mendekati keberadaan manusia dengan pendekatan kognitif yang jujur dan open minded. Sebagai hasilnya adalah sebuah buku yang ‘memandang manusia dari perspektif manusia’. Dalam tingkatan tertentu isi buku sangat membantu semua orang yang mencoba mengerti dan mengembangkan dirinya. <br /> Sebuah kesalahan yang fatal justru karena penulis tidak bertitik tolak dari wahyu khusus (penyataan khusus) untuk mengerti tentang manusia seutuhnya. Mengutip ucapan Calvin “bijaksana sejati berasal dari pengenalan akan Allah dan pengenalan akan diri. Tetapi seseorang tidak dapat mengenal dirinya secara tepat sampai ia mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Allah katakan tentang manusia’. Jadi buku ini berguna bagi referensi yang menambah wawasan kita tetapi kita harus sadar bahwa isinya bukanlah kebenaran yang mutlak melainkan mengandung kebenaran yang relatif.Unknownnoreply@blogger.com0