Wednesday, November 11, 2009

Gereja Saudara Dapat Bertumbuh

Latar Belakang
Buku ini ditulis dengan konteks gereja di Amerika Serikat oleh Charles Peter Wagner dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1976. Wagner adalah mantan profesor pertumbuhan gereja pada Fuller Theological Seminary School of World Mission. Latar belakang pendidikan beliau adalah B.S. Rutgers University (summa cum laude) pada 1952, M.Div. Fuller Theological Seminary pada 1955, Th.M. Princeton Theological Seminary pada 1962, M.A. Fuller Seminary School of World Mission (Missiology) pada 1968, dan Ph.D. University of Southern California (Social Ethics) pada 1977. Buku ini dibagi menjadi 12 bab yang mengulas pengertian dan pengaplikasian pertumbuhan gereja.

Pendahuluan
Gerakan pertumbuhan gereja memasuki Amerika Utara pada 1972 dengan dipelopori oleh Donald McGavran. Perngertian pertumbuhan gereja menurut beliau adalah segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab. Sedangkan tujuan pertumbuhan gereja adalah lebih mengefektifkan penyebaran Injil dan melipatgandakan gereja-gereja di daerah baru.

Bab 1: Bertumbuh atau Tidak Bertumbuh
Penulis menyoroti adanya gereja-gereja yang bertumbuh (secara kuantitas jemaat) dan sebagian lain tidak bertumbuh. Pertumbuhan gereja tidaklah sederhana karena tidak ada formula yang berlaku secara universal. Walaupun demikian ada beberapa ciri-ciri bagi seorang pemimpin pertumbuhan gereja yaitu adanya ketaatan yang teguh, menetapkan sasaran dengan jelas, bersandar pada pengamatan yang tajam, tegas dalam mengevaluasi hasil, dan sikap optimis dan beriman. Dengan demikian ada tanda-tanda penting suatu gereja yang sehat yaitu peran sang gembala, sidang jemaat yang menggunakan karunia rohaninya, ukuran gereja yang tepat, struktur dan fungsi yang efisien, kesatuan (jemaat) yang homogen, metode yang tepat, dan adanya skala prioritas.

Bab 2: Apakah Pertumbuhan Gereja Itu?
Dasar Alkitabiah pertumbuhan gereja di mulai sejak kejatuhan manusia dalam dosa (ada banyak ayat pendukung dalam hal. 34-37). Allah bekerja melalui orang-orang percaya untuk memperkenalkan Injil kepada mereka yang belum percaya. Penatalayanan yang berhasil harus melibatkan waktu, uang dan tenaga (juga pikiran). Dengan demikian, pertumbuhan gereja tidak dapat dilepaskan dari faktor ilmu pengetahuan. Aspek ilmiah pertumbuhan gereja menaruh perhatian pada pengertian dan penguraian semua faktor yang ambil bagian dalam kasus-kasus kegagalan dan keberhasilan dalam usaha-usaha penginjilan.

Bab 3: Cukup Besarkah Iman Anda?
Dalam bagian ini penulis memperlihatkan bagaimana iman merupakan sebuah syarat yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan gereja. Penggunaan iman harus berasal dari pendeta dan dari para pemimpin awam ditambah dengan kesediaan untuk membayar harga bagi pertumbuhan itu.
Kegagalan dalam pertumbuhan gereja disebabkan gagalnya menetapkan sasaran-sasaran yang berani dan melakukan apapun untuk mencapainya. Acapkali kegagalan untuk menetapkan sasaran adalah ketakutan untuk mengambil resiko. Di pihak lain mengambil resiko adalah bagian yang hakiki dari penggunaan iman.

Bab 4: Gembala Sidang, Jangan Anda Takut Terhadap Kekuatan
Salah satu faktor dalam pertumbuhan gereja adalah gembala sidang. Hal ini membawa konsekuensi tanda penting pertama dari gereja yang sehat dan bertumbuh adalah seorang gembala sidang yang menganut cara berpikir serba mungkin dan yang kepemimpinan dinamisnya digunakan untuk mempengaruhi seluruh gereja supaya bekerja bagi pertumbuhan. Dengan kata lain, seorang gembala sidang yang berwibawa dan kuat kepemimpinannya mempunyai potensi yang besar untuk mempengaruhi dan memimpin jemaat menuju gerekan pertumbuhan gereja.

Bab 5: Bebaskan Kaum Awam
Tanda penting kedua adalah kaum awam yang diberdayakan dengan baik. Kedua tanda ini (gembala dan kaum awam) tidak dapat berfungsi terpisah satu dengan lainnya. Pemberdayaan kaum awam yang dimaksud oleh penulis adalah setiap jemaat menemukan karunia rohaninya dan berfungsi sesuai dengan karunianya tersebut. Sedangkan dalam gerakan penginjilan, penulis mempunyai hipotesa bahwa kira-kira sebesar 10% dari jemaat mempunyai karunia untuk menjadi penginjil dengan hanya 0,5% (dari 10%) yang aktif menggunakannya. Kesimpulannya adalah potensi terbesar pertumbuhan gereja berasal dari penginjilan oleh 10% jemaat dewasa digabungkan dengan penggunaan karunia rohani 90% anggota jemaat lainnya.

Bab 6: Berapa Besarkah yang Dimaksud Dengan Cukup Besar Itu?
Tanda penting ketiga adalah bahwa gereja-gereja itu cukup besar. Konteks pengertian cukup besar adalah gereja tersebut seharusnya sebuah gereja yang bertumbuh. Dasar pemikirananyha adalah ketika gereja kecil bertumbuh, akhirnya menjadi gereja yang besar dan semakin besar gereja berarti semakin banyak orang yang dimenangkan bagi Kristus.
Berkaitan dengan besaran gereja, penulis menyatakan bahwa ukuran maksimum setiap gereja terutama tergantung pada falsafah pelayanannya. Gereja dikatakan cukup besar ketika memenuhi dua persyaratan: cukup besar untuk memungkinkan falsafah pelayanannya berfungsi secara efisien dan menyediakan dasar yang memadai bagi peningkatan pertumbuhan.

Bab 7: Ibadah Raya + Jemaat + Sel = Gereja
Tanda keempat adalah rumusan sbb: Ibadah raya + Jemaat + Sel = Gereja. Maksud penulis adalah ibadah raya gereja diselenggarakan dengan baik dan menyenangkan sehingga membuat jemaat pulang dengan perasaan bahwa mereka baru saja mengalami perjumpaan dengan Allah. Di sisi lain, gereja itu harus berfungsi sebagai komunitas persekutuan di mana setiap orang saling mengenal nama masing-masing. Lebih lanjut, gereja harus dapat pula memecah persekutuan menjadi lebih kecil lagi menjadi kelompok sel di mana anggotanya saling berhubungan secara pribadi dalam semangat kekeluargaan.

Bab 8: Lain Orang Lian Selera! Mengapa?
Tanda penting kelima adalah homogenitas keanggotaannya (bahasa, ekonomi, budaya, ras dan sosial). Dasar pemikiran penulis adalah orang ingin menjadi kristen tanpa melintasi rintangan rasial, bahasa, atau golongan. Jadi pada prinsipnya manusia ingin bersosialisasi dengan manusia lain yang mirip dengan dirinya sendiri. Satu nilai positif adalah penjangkauan dalam konteks masyarakat yang homogen menjadi relatif lebih dimungkinkan. Walaupun demikian, penulis tidak bermaksud menjadi rasis melainkan penulis berpendapat bahwa seharusnya kita menerima adanya perbedaan kebudayaan dan menghargai integritas budaya orang-orang yang berbeda dengan kita.

Bab 9: Autopsi Sebuah Gereja Mati
Pada bagian ini penulis mencoba untuk meneliti penyebab-penyebab matinya gereja. Paling tidak ada dua penyebab utama yaitu:
• Sukuisme. Yang dimaksud dengan sukuisme adalah perubahan lingkungan, yaitu ketika para anggota gereja berpindah rumah dan rumah yang ditinggalkan di tempati orang-orang baru yang tidak dapat mereka layani.
• Kebutaan manusia. Kebutaan manusia berasal dari kegagalan untuk mengenali prinsip unit homogen dari pertumbuhan gereja
Bab 10: Keputusan atau Murid?
Tanda penting keenam adalah penggunaan suatu metode penginjilan yang berhasil. Penulis membenarkan prinsip tujuan membenarkan cara atau dalam istilahnya: pragmatisme yang disucikan. Yang dimaksudkan penulis di sini adalah adanya pergeseran metode penginjilan dari model KKR era Billy Graham yang bergantung pada pengkhotbah ‘luar’ menjadi penginjilan yang berimbang perannya antara ‘gereja luar’ dengan gereja lokal. Pada tahun 1970-an metode ini bergeser menjadi pembicara dari luar mentransfer ilmunya kepada para pemimpin gereja lokal dan gereja lokal yang melakukan penginjilannya.

Bab 11: Sudah Teraturkah Prioritas Anda?
Tanda penting yang terakhir adalah kemampuan untuk mengatur prioritas dengan baik. Ada tiga prioritas bagi setiap anggota gereja yaitu tanggung jawab kepada Kristus, tanggung jawab kepada Tubuh Kristus, tanggung jawab kepada pekerjaan Kristus di dalam dunia. Aktivitas lain di luar ketiga prioritas di atas merupakan sub-prioritas dan sub-sub prioritas. Misalnya prioritas tanggung jawab kepada pekerjaan Kristus mempunyai sub prioritas satu: penginjilan, sub-sub prioritas satu: pelayanan sosial dan sub prioritas dua: keterlibatan sosial dengan sub-sub prioritas dua: aksi sosial.

Bab 12: Allah Ingin Gereja Anda Bertumbuh
Pada bagian penutup, penulis menyatakan bahwa Allah ingin agar gereja kita bertumbuh. Berdasarkan contoh dari karya Kristus sendiri ketika Dia hidup di dunia dan contoh-contoh pertumbuhan gereja mula-mula, penulis menyatakan bahwa Allah memerintahkan diusahakannya pertumbuhan gereja. Contoh teladan Kristus seharusnya membuat kita merasa optimis, Amanat Agung hanya akan diselesaikan oleh mereka yang menyerahkan semuanya kepada Allah. Karena Dia ingin gereja kita bertumbuh, maka gereja kita dapat bertumbuh.

Penutup
Peter Wagner adalah salah satu tokoh pertumbuhan gereja yang cukup dihormati. Melihat latar belakang pendidikannya, Wagner adalah seorang Injili walau dalam perkembangannya dia mengalami perubahan sehingga menyebut dirinya sebagai seorang karismatik Injili. Buku ini secara pas menggambarkan pandangan teologinya.
Motivasi Wagner untuk memenangkan jiwa tidak perlu diragukan lagi, hanya saja cara-cara yang digunakan dan dasar Alkitabiahnya perlu untuk dicermati dengan hati-hati. Sebagai contoh, dia tidak ambil pusing apakah pertumbuhan gereja itu berdasarkan pemberitaan Firman Tuhan yang jelas oleh W.A. Criswell dengan Robert Schuller yang jarang menyampaikan pemberitaan yang jelas dan hanya memberitakan ‘cara berpikir yang menganggap segalanya mungkin’ (hal. 28). Contoh kedua adalah ketika dia membandingkan Kathryn Kuhlman dengan Billy Graham (hal 105). Bagaimana mungkin seorang Injili mempunyai pendapat seperti itu? Bagaimana otoritas Firman Tuhan di samakan dengan ilmu psikologi ala Schuller?.
Kritik berikutnya adalah kecenderungan Wagner untuk mengikuti selera pasar seperti Schuller. Ketika Firman disesuaikan dengan pasar yang berdosa, maka pemberitaan Firman yang sehat dan benar menjadi satu utopia belaka.
Berikutnya adalah cara penafsiran Wagner terhadap iman yang sembrono. Seakan-akan dengan iman maka semuanya menjadi mungkin. Iman haruslah dikaitkan dengan kehendak Tuhan dan kebenaran Firman-Nya. Tanpanya, iman menjadi iman yang egois.
Di luar beberapa kritik di atas, karya Wagner ini sangat penting sebagai bahan refleksi kita. Harus diakui ada banyak gereja yang begitu konvensional dalam dunia yang bergerak semakin cepat ini. Seakan-akan gereja adalah lembaga yang out of date. Kesan ini harus dihapus dengan kemauan gereja untuk merubah metode yang usang dan belajar untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan Alkitab tanpa mengkompromikan isinya. Sekali lagi tugas kita adalah untuk menanam, menyirami dengan cara-cara yang baik dan Tuhanlah yang memberi pertumbuhan.

No comments: