Wednesday, November 11, 2009

10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen

Bab 1: Bila Anda Mau Hidup Menurut Kemauan Allah

Allah menghendaki agar semua orang kristen bertumbuh menjadi seperti Yesus. Kehidupan sebagai orang kristen adalah kehidupan rohani yang memerlukan disiplin agar dapat bertumbuh ke arah menjadi seperti Yesus.
1 Timotius 4:7b menyatakan kita harus melatih diri untuk beribadah atau dengan kata lain, kita harus melatih diri secara rohani melalui disiplin rohani. Hal ini adalah suatu perintah dari Tuhan kepada kita bukan sekedar anjuran saja. Walaupun demikian untuk menjalankan kehidupan rohani yang disiplin bukan sebuah hal yang mudah. Tetapi disiplin tanpa arah (tujuan) adalah sesuatu yang melelahkan dan menjemukan. Jadi disiplin rohani yang dilakukan kita mempunyai tujuan yang jelas yaitu patuh pada kemauan Allah dengan menjadi serupa dengan Kristus. Dengan mengetahui tujuannya maka disiplin rohani menjadi hal yang menyenangkan.

Disiplin Rohani (cara hidup menurut kehendak Allah)
Disiplin rohani terdiri dari disiplin secara pribadi dan secara kelompok yang meningkatkan pertumbuhan rohani. Disiplin rohani yang dibahas dalam buku ini terdiri dari 10 poin yaitu bergaul akrab dengan Firman Tuhan, berdoa, beribadah, memberitakan Injil, melayani, tanggung-jawab menggunakan waktu, berpuasa, bersaat teduh, menulis dalam buku harian, menekuni hal-hal rohani. Orang kristen hanya dapat menjadi dewasa secara rohani melalui disiplin. Hanya melalui disiplin kita dapat hidup sesuai kehendak Allah.
Ada tiga hal yang dipakai Allah untuk mentransformasikan karakter kita:
1. Sesama manusia (Amsal 27:17). Tuhan dapat memakai teman atau lawan bahkan semua orang untuk merubah kita.
2. Keadaan (Roma 8:28). Keadaan seperti cuaca, beban keuangan, kesehatan dll dapat dipakai Allah untuk merubah kita.
3. Disiplin rohani. Dalam melaksanakan disiplin rohani, Tuhan memberi kebebasan untuk memilih. Sedangkan dalam dua poin di atas kita biasanya hampir tidak dapat memilih. Melalui disiplin rohani, Allah bekerja dari dalam ke luar, sedang melalui keadan dan orang lain, prosesnya bergerak dari luar ke dalam.
Secara teologis harus dipahami bahwa disiplin rohani tidak membuat manusia menjadi kudus karena kekudusan adalah anugerah Allah semata-mata (Yohanes 17:17; 1 Tesalonika 5:23; Ibrani 11:2). Disiplin rohani adalah melatih dari untuk hidup dalam kekudusan. Disiplin rohani adalah alat Allah, saluran Allah agar kita bertumbuh dalam kekudusan. Disiplin adalah kunci pemuridan dan Yesus sendiri memberikan teladan dalam menjalani hidup dalam disiplin rohani.
Bab 1 ini ditutup dengan tiga renungan yang bagus sekali yaitu:
• Mengabaikan disiplin rohani adalah sesuatu yang berbahaya.
• Disiplin rohani mewujutkan kemerdekaan rohani.
• Setiap orang kristen dipanggil untuk menikmati disiplin rohani.
Komentar:
Bab ini menyadarkan saya untuk mulai hidup dalam disiplin rohani. Selama ini saya berdisiplin dalam belajar teologi tanpa melakukan aspek-aspek lainnya. Inilah bagian dari proses pengudusan bagi semua orang percaya di mana kita harus mentransformasi karakter kita bersama Roh Kudus agar semakin mirip dengan Kristus. Melalui disiplin rohani maka perubahan karakter akan terjadi sehingga kita dapat mengatakan bahwa disiplin rohani mewujutkan kemerdekaan rohani; hal-hal jelek yang dulu kita inginkan menjadi hal-hal yang kita tidak inginkan lagi. Inilah kemerdekaan rohani.
Bab 2: Bergaul Akrab Dengan Firman Tuhan (1)

Dalam kehidupan kristen, disiplin rohani yang terpenting adalah pemahaman akan Firman Tuhan. Tidak ada kehidupan kristen yang sehat tanpa makanan rohani dari Firman Tuhan. Alkitab menyatakan jalan dan kehendak Allah sekaligus menyatakan petunjuk bagaimana hidup menyenangkan hati Allah.
Ada beberapa faktor dalam bergaul akrab dengan Firman Tuhan:
• Mendengarkan Firman Tuhan.
Mendisiplin diri untuk mendengarkan Firman Tuhan berarti secara tetap berarti menghadiri kebaktian dalam gereja yang injili. Cara lain adalah mendengarkan melalui kaset khotbah atau siaran radio kristen. Lukas 11:28 menyatakan bahwa bukan hanya sekedar mendengarkan Firman Tuhan, tetapi mematuhi apa yang Tuhan katakan dan menjadi seperti Kristus dalam perilaku sehari-hari. Roma 10:17 menyatakan kita menjadi beriman karena mendengarkan Firman Tuhan.
• Membaca Firman Tuhan.
Melalui Matius 4:4, Yesus mengharapkan kita untuk membaca ‘setiap kata’ dalam Alkitab. Jika ingin berubah menjadi seperti Kristus, kita harus berdisiplin untuk membaca Alkitab setiap hari secara tetap dan teratur. Untuk itu kita harus meluangkan waktu, mengusahakan untuk mempunyai daftar pembacaan Alkitab dan setiap membaca Alkitab, cari satu kata, satu istilah, atau satu ayat untuk direnungkan.
• Mempelajari Firman Tuhan.
Membaca Alkitab bagaikan menelusuri danau dengan sebuah kapal motor sehingga membuat kita melihat betapa luasnya isi Alkitab. Di pihak lain, mempelajari Alkitab bagaikan menelusuri danau dengan kapal layar secara pelan-pelan sehingga membuat kita melihat betapa dalam artinya. Ezra 7:10; Kisah 17:11; 2 Timotius 4:13 memberikan contoh betapa nabi Ezra, jemaat Berea dan rasul Paulus bertekun dalam mempelajari Firman Tuhan.
Mengapa orang kristen banyak yang lalai mempelajari Firman Allah?
R.C. Sproul dengan tegas mengatakan bahwa kelalaian mempelajari Firman Tuhan bukan karena mengalami kesulitan dalam memahami artinya atau karena Firman itu membosankan, melainkan diperlukan waktu dan usaha untuk mempelajarinya. Artinya kemalasan adalah penyebabnya. Penulis memberikan kemungkinan yang lain yaitu karena sebagian orang tidak tahu bagaimana caranya mempelajari Alkitab dan di mana harus memulainya. Penulis menyerankan untuk mencatat penemuan dan pertanyaan yang muncul ketika membaca Alkitab. Gunakan ayat-ayat referensi dan kamus Alkitab. Cara lain adalah mempelajari paragraf demi paragraf dalam setiap pasal yang dipelajari.

Komentar
Pertama, memang benar mendengarkan, membaca, dan mempelajari Alkitab sangat penting bahkan paling penting dalam disiplin rohani. Inilah dasar fondasi iman kristen karena tanpa pemahaman yang benar akan Firman Tuhan, tidak mungkin kita mengetahui apa kehendak Tuhan. Alkitab adalah buku tentang Tuhan dan apa yang dilakukan-Nya serta apa yang Dia ingin kita lakukan.
Kedua, saya pikir apa yang penulis sarankan untuk mempelajari Firman Tuhan (hal. 38-39) tidaklah semudah itu. Diperlukan sebuah study mendalam yang dipimpin oleh orang yang sudah belajar untuk dapat mengetahui isi Alkitab secara benar dan sehat.
Bab 3: Bergaul Akrab Dengan Firman Tuhan (2)

Bab ini mengungkapkan bahwa hanya mendengarkan Firman Tuhan saja adalah bagaikan mengumpulkan buah-buahan sebanyak mungkin, lalu membawanya pulang. Buah-buah tersebut akan habis dalam beberapa hari. Berbeda jika kita mempunyai pohonnya sendiri sehingga dapat selalu menikmati buahnya. Membaca dan mempelajari Alkitab bagaikan mempunyai pohon rohani yang bila dilengkapi dengan ‘menghafalkan, merenungkan, dan menerapkan Firman Tuhan’ akan meningkatkan panen buah rohani.
Manfaat dan metode menghafalkan Firman Allah
• Memberikan kekuatan rohani.
• Menguatkan iman.
• Membekali diri untuk bersaksi dan membimbing orang lain.
• Mengingatkan akan nasihat dan petunjuk dari Tuhan.
• Mendorong kita untuk merenungkannya.
Firman Tuhan adalah pedang Roh, tetapi Roh Kudus tidak dapat menolong kita untuk menggunakannya bila kita belum menyimpan ‘pedang’ tersebut dalam pikiran kita.
Penulis memberikan beberapa metode untuk menghafalkan ayat-ayat Alkitab: memilih ayat-ayat yang akan dihafalkan, menuliskannya, menghafalkannya, dan mengulangi dan merenungkannya setiap hari.
Manfaat dan metode merenungkan Firman Allah
Merenungkan Firman Tuhan berarti memikirkannya secara mendalam dan mencari makna rohaninya sehinga kita mengerti dan dapat menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Jika Firman Tuhan ibarat teh celup dan kita adalah air panasnya, maka mendengarkan Firman Tuhan adalah mencelup teh celup satu kali ke dalam air panas. Membaca Alkitab adalah mencelup untuk kedua kalinya, mempelajari Alkitab adalah mencelup untuk ketiga kalinya, menghafalkan ayat-ayat Alkitab adalah mencelup untuk keempat kalinya. Setiap celupan akan melarutkan teh lebih banyak, tapi hanya dengan merendamnya semua manfaat teh akan larut dalam air panas. Merenungkan Firman Tuhan adalah ibarat merendam teh celup ke dalam air panas.
Metode yang dapat digunakan untuk merenungkan Firman Tuhan adalah dengan memlih ayat-ayat yang tepat sesuai pimpinan Roh Kudus, mengulangi ayat-ayat itu dengan tekanan yang berbeda, tuliskan kembali dengan kata-kata kita sendiri, mencari penerapan dalam hidup kita, sering berdoa waktu merenungkannya, dan jangan terburu-buru.
Manfaat dan metode menerapkan Firman Allah
Merenungkan Firman Tuhan harus berlanjut kepada menerapkannya. Agar dapat menerapkannya, diperlukan pemahaman yang mendalam akan Firman itu misalnya konteksnya, latar belakang historis dll. Jadi merenungkan adalah kunci bagi penerapan dan pelaksanaan Firman Tuhan tersebut.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat meningkapkan penerapan yaitu dengan bertanya pada diri sendiri misalnya apakah ayat-ayat ini menyingkapkan sesuatu yang harus kita lakukan, sesuatu yang harus kita percayai, sesuatu yang menegur dosa dll. Pada akhirnya, di akhir saat teduh, kita seharusnya sudah dapat menyebutkan satu hal yang akan kita lakukan.
Komentar
Sebenarnya proses awal dari mendengarkan sampai merenungkan dan menerapkan Firman Allah adalah suatu paket yang tidak boleh dipisahkan. Khusus tentang penerapan memang menjadi sensitif di masa kini yang penuh keterbukaan. Hamba Tuhan dituntut keras untuk dapat melakukan apa yang diucapkannya agar tidak dicap ‘jarkoni’ (bisa berkata, tidak bisa melakukan).
Bab 4: Berdoa

Allah telah berbicara kepada umat-Nya melalui Yesus dan melalui Alkitab, tetapi Dia juga senantiasa siap mendengarkan kita, mendengarkan doa kita. Dalam 1 Tesalonika 5:17, Tuhan mengharapkan kita untuk selalu berdoa dalam arti selalu berada dalam jalur hubungan dengan-Nya. John Piper mengatakan bahwa doa adalah bagaikan ‘walkie talkie’ dalam peperangan rohani di mana kita dapat mengunakan ‘walkie talkie’ doa sebagai sarana untuk hidup dalam jalan-Nya dan sekaligus doa berfungsi sebagai senjata dalam peperangan rohani.
Dalam prakteknya, Yesus sendiri memberi teladan dalam berdoa tetapi banyak orang kristen tidak berdoa seperti seharusnya. Kita sering tidak berdoa karena kurang percaya doa kita akan dikabulkan, kita segan berdoa ketika sedang merasa Tuhan tidak dekat dengan kita. Ketika kita kurang menyadari perlunya berdoa, ketika kita kurang menyadari kebesaran Allah maka doa kita akan minim sekali. Penyebab lain kurangnya doa adalah karena kita belum belajar berdoa.
Belajar berdoa (Lukas 11:1)
Lukas 11:1 dengan jelas menceritakan bagaimana para murid meminta agar Yesus mengajarkan mereka berdoa. Ada beberapa cara pembelajaran:
• Belajar berdoa dengan mulai berdoa.
Cara terbaik belajar berdoa adalah dengan berdoa. Dengan berdoa, Roh Kudus akan lebih mudah untuk membimbing kita.
• Belajar berdoa dengan merenungkan Firman Allah.
Merenungkan Firman Tuhan adalah mata rantai penghubung antara membaca Alkitab dan berdoa (Mazmur 5:2; 19:8-11, 15). Membaca Firman yang dilanjutkan dengan merenungkannya, meresapinya, mengunyahnya dan kemudian dilanjutkan dengan membicarakannya dengan Tuhan lewat berdoa. Jadi kita berdoa berdasarkan apa yang kita dapatkan dalam Alkitab.
• Belajar berdoa dengan berdoa bersama orang lain.
Murid-murid belajar berdoa tidak hanya mendengarkan ajaran Yesus tntang doa, melainkan juga dengan berdoa bersama Dia. Kita dapat belajar berdoa dari orang lain untuk mengenal prinsip-prinsip doa. Misalnya bagaimana berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan, bagaimana berdoa sambil menelusuri ayat-ayat Alkitab, berdoa syafaat bagi para utusan Injil dll.
• Belajar berdoa dengan membaca buku tentang doa.
Buku-buku tentang berdoa yang ditulis oleh tokoh-tokoh dapat membuat kita memiliki pandangan rohani tentang bagaimana berdoa sebagaimana sudah disingkapkan Tuhan kepada mereka.
Doa yang dikabulkan
Tuhan mengabulkan doa yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika kita tidak menerima apa yang ita minta maka kita harus mawas diri. Mungkin itu doa yang egosentris, mungkin juga kita harus lebih bertekun, apakah ada dosa yang belum diselesaikan? dll.
Komentar
Menarik sekaligus teguran keras bagi diri sendiri agar mulai belajar berdoa. Kadang pendirian teologis juga membuat seseorang ‘kurang’ berdoa karena yakin Tuhan sudah menentukan semuanya sehingga berdoa tidak menjadi prioritas. Bagian doa yang dikabulkan perlu mendapat penjelasan lebih mendalam agar tidak menyesatkan. Kutipan Andrew Murray perlu dijelaskan konteksnya agar tidak keliru ditafsirkan menjadi teologi kemakmuran.
Bab 5: Beribadah


Beribadah di gereja bukan untuk melakukan sebuah kewajiban. Tujuan kita beribadah di gereja adalah untuk menyembah-Nya. Ibadah yang hanya memuliakan Tuhan dengan bibir tanpa hati yang menyembah adalah ibadah yang sia-sia (Matius 15:8-9). Bagaimana agar ibadah kita tidak sia-sia? Kita harus belajar berdisiplin dalam beribadah sbb:
• Menyembah Tuhan adalah memusatkan hati dan pikiran kepada-Nya dan ber-respon positif pada-Nya.
Semakin kita memusatkan perhatian kepada Allah, semakin kita sadar betapa layaknya Dia meneima segala pujian dan hormat sehingga otomatis kita akan ber-respon positif kepada-Nya. Sebagai contoh ketika kita merenungkan kekudusan dan pengertian itu semakin dalam, otomatis akan timbul keinginan untuk menyembah-Nya. Jadi menyembah itu bukan lewat gerak dan kata-kata tapi melalui hati dan pikiran kita.
• Menyembah Tuhan dilakukan dalam roh dan kebenaran.
Yohanes 4:23-24 dan 1 Korintus 12:3 menyatakan bahwa tidak ada orang yang dapat menyembah Tuhan dengan mengakui kebenaran pernyataan itu tanpa dipimpin oleh Roh Kudus. Jadi menyembah dalam roh adalah menyembah dari batin yang terdalam dan harus dilakukan berdasar kebenaran Firman Tuhan. Penyembahan bukanlah kewajiban karena penyembahan yang berkenan kepada-Nya adalah penyembahan yang timbul sebagai rasa kasih kita pada-Nya.
• Beribadah dalam kebaktian umum dan dalam saat teduh pribadi.
Pernyataan ini berdasar pada Ibrani 10:25. Perjanjian baru menggambarkan gereja sebagai tubuh (1 Kor. 12:12), anggota keluarga Allah (Ef 2:19), dan bangunan (Ef. 2:21). Ada hal-hal tertentu yang hanya dapat dialami dalam ibadah bersama. Sebaliknya, ada hal-hal tertentu pula yang hanya kita peroleh dalam ibadah pribadi. Tuhan berkenan untuk tidak membatasi pertemuan dengan kita hanya sekali dalam satu minggu. Setiap hari Dia menyediakan bimbingan dan kekuatan bagi kita.
• Disiplin diri dalam ibadah harus terus dipupuk.
Ibadah kepada Tuhan seumur hidup membutuhkan disiplin. Tanpa disiplin, ibadah kita akan menjadi lemah dan labil. Hubungan dengan Tuhan harus senantiasa dijaga dan dipupuk agar bertumbuh semakin erat dan kita bertransformasi semakin mirip Kristus. kita harus sadar diri sebagai manusia berdosa yang lemah.

Komentar
Saya sangat tertegur dengan topik ibadah pribadi setiap hari karena jujur, seringkali rutinitas hidup membuat ibadah pribadi tiap hari menjadi rutinitas belaka tanpa ‘api’ yang berkobar. Lebih buruk lagi cukup banyak orang kristen yang beribadah karena kewajiban, karena legalitas. Inilah sebuah tantangan besar bagi gereja masa kini.
Saya ingat sebuah ucapan: ‘lingkungan yang baik tidak mudah untuk menarik kita ke atas, tapi lingkungan buruk lebih mudah untuk menarik kita ke bawah.’ Jadi memang disiplin untuk beribadah pribadi dan di gereja sangat penting untuk menjaga ‘ritme’ hidup kita.


Bab 6: Memberitakan Injil

Penginjilan adalah sebuah tema yang sangat luas. Bab 6 membahas disiplin diri dalam memberitakan Injil karena bila kita mau hidup menurut kehendak Tuhan, kita harus memberitakan Injil.
Tuhan menghendaki kita memberitakan Injil
Jelas Amanat Agung memerintahkan setiap orang percaya bukan hanya hamba Tuhan atau penginjil untuk memberitakan Injil. Inti penginjilan adalah memberitakan keselamatan dari Allah yang ada dalam Yesus kepada orang belum percaya. Penginjilan dapat dilakukan secara lisan, tertulis, rekaman secara pribadi atau berkelompok.
Dalam penginjilan, sebenarnya Tuhan sudah memberikan kuasa-Nya kepada kita walau sering orang kristen tidak mematuhinya. Ada beberapa hambatan yang menyebabkan kita tidak memberitakan Injil yaitu:
• Takut. Takut karena merasa belum mendapat pelatihan khusus. Masalahnya keyakinan itu tidak kunjung muncul.
• Metode bersaksi. Metode yang tidak sesuai dengan kepribadian akan membuat kita merasa takut untuk bersaksi.
• Pengalaman bersaksi di masa lalu yang kurang berhasil.
Sebenarnya tolok ukur kesuksesan pemberitaan Injil tidak diukur dari hasil atau tanggapan orang yang di Injili, melainkan dari penyampaian berita keselamatan itu sendiri. Ketika pemberitaan Injil dilakukan secara jelas dan benar yaitu dilakukan atas dasar Alkitab, maka hal itu adalah penginjilan yang berhasil, terlepas dari hasilnya.
Perlunya mendisiplin diri memberitakan Injil
Mendisiplin diri memberitakan Injil artinya tidak hanya menunggu datangnya kesempatan untuk bersaksi, baru bersaksi. Besaksi perlu sikap yang pro-aktif. Sebenarnya penyebab utama kita tidak bersaksi adalah karena kita tidak mendisipin diri untuk melakukannya. Dalam hidup sehari-hari sering kita melewatkan kesempatan untuk bersaksi, misalnya kita tidak ngobrol hal-hal rohani dengan rekan kerja, dengan teman-teman dll. Jika kita tidak mendisiplin diri memberitakan Injil, maka mudah untuk mencari alasan untuk memaklumi keadaan kita yang tidak memberitakan Injil.
Ada beberapa cara untuk bersaksi, misalnya:
• Menjadi pendengar yang baik. Melalui percakapan kita mengetahui kebutuhan teman saat itu dan hal ini dapat menjadi batu loncatan bagi pemberitaan Injil sebagi kebutuhan utama manusia.
• Memberi perhatian yang tulus dan menyediakan diri untuk mendoakan mereka. Hal ini membuka jalan untuk berbincang tentang hal rohani.
• Aktif bertanya, menjalin persahabatan di luar jam kerja.
1 Petrus 4:10-11 mengungkapkan bahwa karunia Roh dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu karunia melayani dan karunia berbicara. Masing-masing orang kristen harus mengabarkan Injil sesuai karunianya. Selain berbicara langsung, memberitakan Injil dapat dilakukan dengan melayani. Misalnya mendukung pekerjaan Tuhan melalui mendukung pekerjaan para misionaris, mengundang teman dalam persekutuan dll.
Komentar
Memang memberitakan Injil adalah salah satu perintah langsung Yesus yang paling diabaikan gereja dan orang kristen. Seringkali kita sudah merasa cukup dengan hanya terlibat dalam pelayanan di gereja dan tidak terpikir untuk terlibat dalam misi penginjilan, baik secara pribadi atau dalam lingkup badan misi. Saya sendiri sudah bertekad untuk selalu menyinggung misi dalam setiap renungan Firman Tuhan yang saya sampaikan.
Bab 7: Melayani

Pelayanan dapat dilakukan di dalam gereja dan di luar gereja. Pelayanan dapat dilakukan di depan umum seperti berkhotbah maupun di belakang layar seperti mengatur sound system. Yang paling sulit untuk dilakukan adalah mempunyai hati dan sikap yang melayani di tengah-tengah rumah tangga kita sendiri. Sifat kedagingan tidak menyukai pelayanan, tapi Tuhan menghendaki setiap orang kristen melayani.
Ada enam motif dalam pelayanan:
• Tergerak oleh keinginan mau patuh. Keinginan untuk mematuhi perintah Allah membuat kita melayani, apapun pekerjaannya.
• Tergerak oleh perasaan berterima kasih. Sebagai orang berdosa yang mendapat anugerah keselamatan, sudah selayaknya perasaan berterima kasih mendorong kita untuk melayani-Nya.
• Tergerak oleh suka cita. Melayani Tuhan tidak pantas dilakukan dengan hati mengomel melainkan dengan hati yang bersuka cita.
• Digerakkan fakta sudah diampuni. Kita melayani karena sudah diampuni bukan supaya diampuni.
• Digerakkan oleh kerendahan hati. Dalam pelayanan, yang menjadi persoalan bukan seberapa baik kita melayani, tapi apakah kita melayani dengan rendah hati serupa dengan Yesus.
• Digerakkan oleh kasih. Motivasi yang benar adlah melayani karena kasih kepada Tuhan dan sesama. Karena kasih maka kita patuh pada pimpinan-Nya.

Setiap orang kristen mempunyai karunia untuk melayani
1 Korintus 12:4; 1 Petrus 4:10 menyatakan setiap orang percaya mempunyai karunia Roh dan sudah seharusnya melayani sesuai dengan karunianya. Ada tujuh karunia Roh yang tercantum dalam Roma 12:4-8.
Karunia Roh tidak sama dengan kecakapan alamiah. Walaupun demikian, talenta alamiah yang dikuduskan dan dipakai dengan benar dalam pelayanan kepada Tuhan sering dapat menunjukkan karunia apa yang ada pada kita. Satu hal yang penting adalah kita harus terus melayani walau belum tahu dengan tepat apa karunia kita, karena tanpa melayani kita tidak akan tahu apa karunia kita sesungguhnya. Jadi tujuan Tuhan memberikan karunia Roh adalah agar kita memakai karunia itu untuk melayani. Dengan melayani, kita akan diubahkan dan menjadi semakin mirip Yesus.

Dibutuhkan ketekunan dan kerja keras
Setelah mengetahui karunia kita dan memakainya untuk pelayanan, tidak berarti pelayanan menjadi mudah dan tidak membutuhkan banyak usaha. Paulus memberikan teladan sebagai seorang hamba dengan bekerja keras karena apa yang dia lebih cintai dari melayani Allah adalah Allah itu sendiri. Pelayanan kita kepada Tuhan tidak akan sia-sia.

Komentar
Memang untuk dapat melayani dengan efektif, kita perlu menemukan apa karunia kita. Tapi mengetahui karunia diripun tidak membuat pelayanan menjadi mudah karena proses pengudusan tetap berlangsung seumur hidup.
Sekali lagi saya disadarkan untuk mengintropeksi diri: apakah motivasi dalam pelayanan? Ketika mendapat pujian, sangat mudah motivasi kita bergeser, dari Teo-sentris menjadi egosentris. Pelayanan bukanlah sebuah hal yang sederhana dan membutuhkan komitmen tinggi.
Bab 8: Tanggung Jawab Menggunakan Waktu

Topik ini sangat menarik karena hidup manusia selalu berkaitan dengan waktu dan uang. Kedua hal ini merupakan dua faktor besar dalam banyak bidang kehidupan sehingga perlu dibahas dalam kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Menggunakan waktu secara disiplin
Kehidupan kristen yang disiplin tidak terlepas dari pemakaian waktu yang disiplin pula. Ada 10 alasan mengapa kita harus menggunakan waktu secara disiplin:
• Gunakan waktu secara bijaksana ‘karena hari-hari ini adalah jahat.’ Pikiran harus didisiplinkan karena tanpa kesadaran dan disiplin akan menajadi tidak produktif atau dikuasai kejahatan.
• Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan persiapan untuk memasuki kekekalan. Ada dua arti. Pertama, hidup di dunia adalah kesempatan persiapan memasuki alam baka. Kedua, jangan terlambat mengunakan kesempatan yang masih ada sekarang.
• Waktu ini singkat sekali. Karena manusia pasti mati, maka masa hidup sangatlah berharga.
• Waktu sedang terus berlalu. Selain singkat, waktu tersisa sedang terus berlalu tanpa bisa berhenti.
• Berapa lamakah waktu yang tersisa ini?. Selain singkat dan terus berlalu, kita tidak tahu berapa lama lagi yang kita punya.
• Waktu yang sudah lewat tidak dapat ditarik kembali.
• Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas penggunaan waktu. Selain diminta pertanggung jawaban, upah kita tergantung pada bagaimana kita menggunakan waktu di bumi ini.
• Waktu itu sangat mudah menjadi sia-sia. Mudah untuk menyia-nyiakan waktu dan kesempatan.
• Sewaktu menghadapi ajal, baru kita menghargai waktu.
• Nilai waktu sekarang ini. Penyesalan kemudian tidak lain akan menyangkut persoalan tidak menggunakan waktu di dunia untuk memuliakan Tuhan.
Menggunakan uang secara disiplin
Ada 10 prinsip mendisiplin diri dalam ‘memberi’ dari Perjanjian Baru:
• Segala sesuatu yang kita punya adalah milik Tuhan, kita pengurusnya.
• Memberi adalah lebih dari sekedar kewajiban, memberi adalah ibadah.
• Memberi mencerminkan iman kita bahwa Tuhan akan mencukupi.
• Memberi harus dilakukan dengan sikap pengorbanan dan murah hati.
• Memberi adalah cerminan apakah kita dapat dipercayakan kekayaan rohani.
• Memberi adalah pernyataan kasih, bukan kewajiban semata.
• Berilah dengan sukarela, dengan bersyukur, dan dengan suka cita.
• Memberi adalah tanggapan yang tepat terhadap suatu kebutuhan.
• Memberi secara terencana dan teratur.
• Memberi dengan murah hati mendatangkan berkat yang melimpah.
Komentar
Sungguh luar biasa prinsip-prinsip menggunakan waktu dan uang yang diuraikan oleh penulis. Ada banyak poin yang baru saya ketahui sehingga bab ini sangat memberkati dan menantang. Charles Swindoll pernah menulis bahwa pada saat kita memberi, pada saat itulah kita paling mirip Tuhan. Memberi bukanlah perbuatan yang mudah, itu memerlukan disiplin.
Bab 9: Berpuasa

Salah satu disiplin rohani yang biasanya tidak disukai orang adalah berpuasa karena berpuasa berarti menentang nafsu kedagingan, sifat yang menuruti nafsu jasmani.

Penjelasan mengenai puasa
Puasa adalah menahan diri secara suka rela untuk tidak makan demi tujuan yang rohani. Dalam arti luas, puasa tidak terbatas pada tidak makan saja melainkan tidak melakukan hal-hal wajar yang biasa dilakukan. Ada beberapa macam puasa:
• Puasa biasa, yaitu tidak makan tapi tetap minum.
• Puasa sebagian, yaitu tidak makan makanan tertentu.
• Puasa total, yaitu tidak makan dan tidak minum.
• Puasa luar biasa, yaitu tidak makan dan minum dalam jangka yang panjang. Puasa ini hanya terjadi bila Tuhan yang memanggil orang itu untuk melakukannya. Contoh: Ulangan 9:9; 1 Raja-Raja 19:8.
• Puasa privat, yaitu puasa tanpa diketahui orang lain.
• Puasa bersama, yaitu puasa bersama-sama.
• Puasa berkala, yaitu puasa dalam waktu-waktu yang tertentu.
• Puasa khusus, yaitu puasa yang dilakukan bila ada kebutuhan khusus.

Tuhan mengharapkan kita berpuasa
Tuhan Yesus mengharapkan pengikut-Nya untuk berpuasa, misalnya dalam Matius 6:16-17. seperti disiplin rohani lainnya, berpuasa bukanlah kewajiban melainkan hak istimewa. Tidak ada ketentuan berapa lama waktunya berpuasa, hal itu terserah diri kita dan pada pimpinan Roh Kudus.
Prinsip dalam berpuasa adalah puasa dilakukan untuk tujuan tertentu, yaitu:
• Untuk menguatkan doa dan menandakan kesungguhan orang yang menaikkan doanya.
• Untuk mencari petunjuk dari Tuhan. Puasa akan membuat kita lebih dapat menerima apa yang ditentukan Tuhan bagi kita.
• Untuk mengungkapkan kesedihan atas dosa yang kita lakukan atau dosa yang diperbuat orang lain.
• Untuk memohon kelepasan atau perlindungan akibat dosa diri atau dosa bangsa kita.
• Untuk mengekspresikan pertobatan dan bertekad untuk mematuhi Tuhan pada hidupnya yang baru.
• Untuk merendahkan hati di hadapan Tuhan. Puasa bukan kerendahan hati melainkan mengekspresikan kerendahan hati.
• Untuk mengungkapkan keperdulian terhadap pekerjaan Tuhan.
• Untuk melayani kebutuhan orang lain.
• Untuk mengatasi godaan dan mengabdikan diri kepada Tuhan.
• Untuk mengungkapkan kasih dan ibadah kepada Tuhan, untuk mengungkapkan bahwa kita mengasihi Tuan daripada makanan.

Komentar
Dalam lingkungan gereja saya, sangat langka kita mendengar khotbah yang membahas tentang berpuasa. Terus terang, bab ini membuka pengertian saya akan pentingnya disiplin puasa sekaligus memberikan begitu banyak macam-macam puasa beserta dasar Alkitabnya. Saya mau belajar untuk menjalankan disiplin puasa.
Bab 10: Saat Teduh


Unsur kesunyian dan kesendirian mempunyai daya untuk merubah diri seseorang. Yang dimaksud dengan kesunyian adalah mengacu pada tindakan untuk tidak berbicara pada orang lain untuk sementara waktu. Kita memanfaatkan kesunyian untuk bersaat teduh, berdialog dengan diri sendiri dan Tuhan. Saat teduh penting agar kerohanian kita bertumbuh.

Alasan mengapa saat teduh penting
• Mengikuti teladan Yesus, misalnya dalam Matius 4:1; 14:23; Markus 1:35; Lukas 4:42.
• Agar dapat mendengar suara Tuhan dengan lebih baik. Dalam dunia yang sangat bising, saat teduh membuat kita lebih peka terhadap suara Tuhan.
• Untuk mengungkapkan ibadah kita kepada Tuhan. Ibadah tidak hanya harus diekspresikan dengan kata-kata.
• Untuk mengungkapkan iman kepada Tuhan. Kita dapat mengekspresikan iman kepada Tuhan dengan berdiam diri dan memusatkan hati dan pikiran kepada-Nya dalam keheningan.
• Untuk memohon keselamatan dari Tuhan. Kesunyian dapat menyadarkan kita pada keberdosaan kita.
• Untuk dipulihkan secara jasmani maupun rohani. Kesunyian dan kesendirian dapat memulihkan fisik dan rohani serta membangkitkan daya kreasi kita.
• Untuk mendapatkan kembali perspektif rohani. Kadang keraguan dan masalah hanya dapat diselesaikan melalui saat teduh bersama-Nya.
• Untuk mencari kehendak Allah. Ada kalanya Tuhan menyingkapkan kehendak-Nya secara pribadi dalam saat teduh kita.
• Untuk belajar mengendalikan lidah. Orang yang mendisiplin diri untuk berdiam diri akan mampu mendengarkan secara efektif dan dapat berbicara hal-hal yang bermutu karena dapat mengendalikan diri.

Saran-saran untuk menikmati saat teduh
Disiplin ini dapat dilakukan secara teratur, bukan hanya dilakukan sekali-kali saja. Ada beberapa petunjuk sbb:
• Retret beberapa menit. Maksudnya menggunakan waktu luang yang singkat (misalnya saat lampu merah) untuk memusatkan hati dan pikiran kepada Tuhan.
• Sisihkan waktu tiap hari untuk bersaat teduh.
• Carilah tempat-tempat khusus untuk bersaat teduh. Maksudnya kita dapat memanfaatkan tempat tertentu (bisa berpindah-pindah) untuk bersaat teduh.

Komentar
Tidak dapat disangkal dalam dunia yang bising hari ini, saat teduh adalah sebuah disiplin rohani yang sangat penting. Saya menganggap saat teduh sebagai waktu untuk melakukan intropeksi pribadi. Dalam pengalaman saya, mendengarkan rekaman khotbah (atau mendengarkan lagu) dalam kesendirian dapat menjadi saat-saat yang sangat produktif bagi diri. Ada beberapa Firman yang menegur atau membuka hati dan pikiran. Tidak jarang dalam momen seperti itulah saya bisa menangis.

Bab 11: Menulis Dalam Buku Harian


Buku harian adalah sarana untuk mencatat perkembangan diri sewaktu melaksanakan disiplin rohani lainnya. Isinya dapat mencakup kejadian sehari-hari, pikiran, perasan, pergumulan sehari hari. Buku harian mempunyai manfaat dalam pembentukan karakter kita. Ada nilai-nilai yang didapat dengan menulis buku harian:
• Membantu kita mengerti dan memeriksa diri sendiri.
Dengan mencatat kejadian sehari-hari dan mencatat reaksi kita terhadap kejadian-kejadian tersebut, kita dapat mengevaluasi diri. Roh Kudus dapat memakai buku harian untuk menegur dosa-dosa kita.
• Membantu kita merenungkan Firman Tuhan.
Menulis buku harian dapat menolong kita untuk berkonsentrasi merenungkan Firman Tuhan.
• Membantu mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada Tuhan.
Buku harian adalah sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita di hadapan Tuhan.
• Membantu kita ingat akan perbuatan Tuhan.
Mencatat peristiwa yang terjadi di buku harian akan membantu kita untuk tidak melupakannya.
• Membantu kita menyalurkan berkat rohani.
Buku harian adalah sarana yang berguna untuk mengajarkan dan menyalurkan ajaran Firman Tuhan kepada anak kita dan pada angkatan yang akan datang.
• Memperjelas pengertian rohani dan pesan Tuhan.
Dengan mencatat pengertian rohani dan pesan Tuhan yang kita dapat dalam melakukan saat teduh, pengertian itu akan lebih kuat melekat pada pikiran kita.
• Membantu kita memonitor sasaran dan prioritas.
Buku harian akan sangat membantu dalam mengingatkan akan sasaran dan prioritas yang ingin kita capai.
• Membantu kita melakukan disiplin-disiplin rohani lainnya.
Dengan catatan yang lengkap, kita dapat memonitor perkembangan pribadi dalam melakukan disiplin rohani lainnya. Sifat kedagingan kita harus selalu dimonitor agar tidak menguasi kita, salah satu caranya adalah melalui catatan buku harian.

Cara menulis buku harian
Penulis berpendapat tidak ada sebuah cara yang paling baik bagi semua orang. Dalam keunikannya, setiap manusia mempunyai cara yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam mencatat buku harian, yang penting bukan caranya melainkan isinya.

Komentar
Bab 11 ini membahas disiplin rohani yang asing bagi saya pribadi. Memang sejak dahulu saya tidak biasa untuk menulis buku harian untuk tujuan apapun. Setelah membaca dan meringkas, saya sadar bahwa buku harian adalah sebuah hal yang penting bagi diri terutama untuk memonitor perkembangan kehidupan rohani. Melalui buku harian, kita juga dapat melayani dengan membagikan pengalaman kurang baik kita kepada orang lain agar tidak diulangi.

Bab 12: Belajar Dan Belajar

Seorang kristen yang Alkitabiah harus mempunyai kemauan untuk belajar sekaligus mempunyai hati yang mengabdi. Pengetahuan ibarat bahan bakar bagi hati agar hati kita berkobar. Jadi sebenarnya pengetahuan (rasio) dan hati adalah bagaikan dua sisi mata uang logam yang sama pentingnya. Pengetahuan tanpa hati yang hangat bagaikan sebuah pohon yang kering. Sebaliknya hati yang hangat tanpa pengetahuan yang benar laksana api yang menyala tanpa bahan bakar sehingga sebentar padam.
Hal ini tidak berarti kita harus menjadi orang yang briliant, melainkan kita semua harus menjadi murid Yesus dan mau belajar dari Dia.

Mengapa kita perlu belajar
• Belajar merupakan ciri orang yang bijaksana.
Amsal 9:9; 10:14 dengan jelas menunjukkan pentingnya belajar. Dikatakan orang bijak dan orang benar selalu haus akan hikmat dan pengetahuan. Pengetahuan adalah laksana harta yang sangat berharga dan tidak ternilai. Amsal 18:15 menyatakan hati orang bijak tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi mencarinya. Jadi Firman Tuhan mengatakan bahwa proses pembelajaran adalah proses seumur hidup yang tidak boleh berhenti.
• Melaksanakan perintah yang utama.
Markus 12:30 menyatakan bahwa mengasihi Tuhan harus ditunjukkan dengan jalan belajar kepada-Nya. Mengasihi Allah harus dilakukan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. R.C. Sproul mengatakan bahwa semakin mengenal Dia, semakin kita dapat mengasihi Dia. Semakin mengasihi Dia, semakin kita mengenal Dia. Agar Tuhan menjadi utama dalam hati kita, Dia harus menjadi yang utama dalam pikiran kita. Pikiran yang rohani merupakan prasyarat bagi kasih yang rohani dan bagi kepatuhan terhadap Tuhan. Jadi tidak mungkin kita mengasihi Tuhan tanpa mempunyai pengetahuan tentang Dia.
• Penting agar kita hidup menurut kehendak Tuhan.
Salah satu unsur untuk menjadi serupa dengan Yesus adalah belajar. Pertumbuhan rohani melibatkan perubahan mental, dan perubahan mental tidak akan terjadi tanpa belajar. Tanpa belajar kita akan menjadi serupa dengan dunia (Roma 12:2). Iman dan kasih kepada Tuhan tidak dapat bertumbuh jika kita tidak lebih banyak belajar mengenal Dia. Di samping itu orang yang kurang belajar akan menjadi santapan empuk bagi ajaran sesat.
Proses pembelajaran menjadi serupa Yesus tidak terjadi secara otomatis dengan bertambahnya usia. Untuk menjadi dewasa secara rohani dibutuhkan kerelaan untuk melatih diri dalam hal-hal rohani. Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mendengarkan kaset, VCD, buku, bercakap-cakap dengan orang yang dewasa rohaninya dll.

Komentar
Inilah disiplin rohani yang paling mudah bagi saya. Walau demikian saya selalu kekurangan waktu untuk membaca buku. Demikian banyak buku yang belum dibaca dan buku barupun terus bermunculan. Di STBI saya mendapat banyak berkat melalui buku-buku referensi mata kuliah. Sayang sekali buku terbitan LLB sulit dicari di toko-toko buku padahal dapat memberikan keseimbangan dari penerbit Momentum yang biasa saya baca.
Bab 13: Pantang Menyerah Berdisiplin

Yesus memberikan teladan sebagai pribadi yang sibuk walaupun tidak pernah terburu-buru. Injil menceritakan bagaimana kadang Yesus tidak tidur sama sekali. Satu kali Dia begitu lelah sampai tertidur di perahu yang diterjang badai. Sesungguhnya sikap malas menghambat seseorang menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Disiplin rohani membuat kita tidak hanya sekedar sibuk saja melainkan menjadi pribadi yang dikehendaki Tuhan. Bahkan sebenarnya disiplin rohani merupakan satu sarana Tuhan untuk meringankan dan melegakan hati kita. Ada tiga hal yang akan menguatkan kita dalam melaksanakan disiplin rohani:
• Peranan Roh Kudus.
Roh Kudus adalah pribadi yang berperan membangkitkan keinginan dan kekuatan di dalam kita untuk melakukan disiplin rohani yang menuntun kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Pada saat kita lemah, Roh Kuduslah yang mengingatkan dan menguatkan kita. Salah satu sarana yang dipakai Roh Kudus adalah melalui doa. Roh Kudus menggerakkan kita berdoa, tapi kita juga harus berinisiatif untuk berdoa. Roh Kudus setia membantu kita bertekun melakukan hal-hal yang membuat kita menjadi seperti Yesus dan hendaknya kita tidak mengeraskan hati dan mentaati pimpinan Roh Kudus bila mau hidup menurut kehendak Tuhan.
• Peranan persekutuan kristen.
Disiplin rohani tidak dapat dipisahkan dari pentingnya bersekutu dengan orang-orang kristen lainnya. Mengukur pertumbuhan rohani atas dasar hubungan kita dengan Tuhan saja belumlah lengkap. Pertumbuhan rohani juga harus diukur berdasarkan hubungan kita dengan saudara seiman. Salah satu penyebabnya adalah ada beberapa disiplin rohani yang harus dilakukan di tengah-tengah saudara seiman seperti beribadah bersama, melayani, kesaksian, dll. Jadi Tuhan menghendaki kerohanian kita bertumbuh di antaranya melalui interaksi kita dengan saudara-saudara seiman karena kehidupan mereka dapat dipakai oleh Tuhan menjadi alat untuk memurnikan kita.
• Peranan perjuangan dalam kehidupan kristen.
Kehidupan kristen adalah kehidupan yang penuh perjuangan. Melalui segala macam hal, iblis selalu berusaha untuk menjatuhkan kita. Firman Tuhan mengingatkan adanya tiga bahaya yaitu keduniawian, kedagingan, dan iblis yang selalu memerangi kita. Oleh karenanya kita harus senantiasa berjuang sepanjang hidup agar tidak terjatuh dalam dosa. Hidup yang senantiasa bergumul mengindikasikan kita sedang berperang melawan kedagingan, yaitu kecenderungan untuk berbuat dosa. Ketekunan dalam disiplin rohani sangat penting karena tanpa ketekunan, disiplin rohani tidak akan menjadi efektif.

Komentar
Bab penutup yang sangat indah. Setelah pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyimpulkan penulis buku menutup dengan sebuah kabar baik yaitu kunci keberhasilan disiplin rohani adalah ketekunan pribadi yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam setiap pergumulan hidup, Roh Kudus senantiasa ada untuk menguatkan kita. Bukankah ini sebuah kabar yang sangat baik?. Yang perlu dilakukan adalah melakukan bagian kita dan Roh Kudus akan melakukan bagian-Nya. On His Grace, hendra.

No comments: