Wednesday, August 4, 2010

Pemahaman Perjanjian Baru

Pendahuluan

Buku ini ditulis oleh John William Drane, seorang teolog asal Skotlandia. Beliau pernah belajar di Universitas Aberdeen dan mendapat gelar PhD dari Universitas Manchester di bawah bimbingan F. F. Bruce. Buku ini adalah salah satu bukunya yang menjadi “best-seller”. Buku ini menyajikan pembahasan Perjanjian Baru dari sudut historis dan teologis sehingga memberikan pengertian yang lebih mendalam akan apa yang terjadi pada masa itu dari sudut pandang latar belakang historis dan teologi.

A. Latar Belakang
1. Dunia Perjanjian Baru
Permulaan kekristenan dimulai dengan kehidupan seorang dari Nazareth, yaitu Yesus. Dia dilahirkan kira-kira tahun 4 sM. Dia terkenal sebagai guru agama dan menjadi sorotan hanya selama tiga tahun sebelum Dia menjalani hukuman salib.
Dalam waktu dua puluh tahun setelah Yesus disalibkan, di setiap peradaban Romawi seperti kota Roma, Korintus, Efesus, Filipi, Anthiokia di Siria, dan kota-kota lain, terdapat paling tidak satu kelompok pengikut-Nya. Tidak berselang lama, fitnah yang diikuti dengan penganiayaan terhadap para pengikut Yesus berlangsung. Tidak hanya penganiayaan, dalam perkembangannya kekristenan juga harus “bersaing” dengan pemikiran, ideologi dan filsafat-filsafat dunia. Sebagai contoh adalah filsafat Helenisme, aliran Stoa, aliran Epikurus, gnotisisme, agama-agama mistis dan agama Yahudi dengan berbagai kaum seperti kaum Saduki, Farisi, Zelot, dan Eseni. Dalam keadaan seperti itulah agama Kristen berkembang. Ada banyak cara untuk menjelaskan keberhasilan luar biasa kekristenan, tetapi satu hal yang jelas adalah Kabar Baik itu relevan bagi dunia Romawi. Tidak hanya mereka sanggup menjawab secara intelektual, tetapi lebih dari itu mereka memperlihatkan kehidupan mereka bahwa mereka mempunyai tujuan dan makna hidup yang didambakan banyak orang.

B. Yesus Juruselamat
2. Kelahiran Yesus Dan Permulaan Pelayanan-Nya
Yesus lahir sekitar tahun 4 sM, bukan antara tahun 1 sM dan 1 M karena adanya kesalahan yang dibuat pada abad ke-6 M dalam menghitung permulaan tarikh Masehi. Kehidupan-Nya ketika anak-anak hanya sedikit diketahui. Walaupun demikian, tampaknya Dia mendapat pendidikan yang baik. Ia dianggap cocok untuk membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani di sinagoge (Luk 4:16 – 20), padahal tidak semua anak seumur-Nya dapat membaca bahasa Ibrani. Selain itu Yesus menguasai dua bahasa lainnya yaitu bahasa Aram dan Yunani. Injil Lukas hanya mencatat sebuah peristiwa ketika Yesus berumur dua belas tahun dan tertinggal di Yerusalem.
Peristiwa berikutnya tentang Yesus adalah ketika Ia sudah berumur sekitar tiga puluh tahun. Saudara sepupu-Nya, Yohanes memulai sebuah gerakan agama dan mendapat banyak pengikut. Yesus datang kepada Yohanes untuk menerima baptisan. Setelah dibaptis, Yesus ditantang untuk mengatur prioritas-Nya dengan benar sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah. Cobaan itu berupa menghindari penderitaan dan pelayanan yang rendah hati sesuai kehendak Allah sbb:
• Yesus dicobai untuk membentuk umat baru melalui tindakan di bidang ekonomi, dengan menjadikan roti dari batu (Luk 4:1 – 4).
• Yesus dicobai untuk dikenal sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah melalui pertunjukan kuasa ajaib (Luk 4:9 – 12). Mujizat adalah tanda-tanda yang hidup dari pemberitaan-Nya, bukan inti berita itu sendiri.
• Yesus dicobai untuk menjadi Mesias politis (Mat 4:8 – 10). Yesus menolak tawaran iblis untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi dan untuk memerintah dengan “kuasa” dan “kemuliaan” suatu kerajaan duniawi yang sama dengan kekaisaran Roma.


3. Siapa Yesus itu?
Untuk mengetahui siapakah Yesus, kita perlu meninjau apa yang dikatakan Yesus tentang diri-Nya sendiri, yaitu:
• Anak Manusia.
Yesus menggunakan istilah “Anak Manusia” dalam tiga cara yang berbeda sesuai konteksnya:
 Untuk menggambarkan keberadaan-Nya sebagai manusia biasa (bandingkan Mar 10:45 dan Luk 22:27; Mar 8:27 dan Mat 16:13; Mat 19:28 dan Luk 22:30).
 Untuk menunjuk pada kedatangan-Nya di masa depan di atas awan surgawi dan kepada kemuliaan-Nya di sebelah kanan Allah (Matius 24:27, 37; Lukas 17:30, 18:8, 21:36, 22:69; Daniel 7).
 Yesus paling sering berbicara mengenai diri-Nya sebagai Anak Manusia yang menderita . Dari empat belas kali pemakaian istilah “Anak Manusia” dalam Injil Markus, sembilan kali di antaranya menunjuk pada kematian-Nya.
• Mesias.
Dalam Injil Markus, hany ada satu ayat di mana Yesus mungkin menyebut diri-Nya sebagai Mesias (Mar 9:41). Pada waktu menghadap Imam Besar, Dia tidak ragu menyatakan diri sebagai Mesias. Tetapi pada umumnya Yesus tidak memakai kata “Mesias” mengenai diri-Nya sendiri karena tahu bahwa para pendengar-Nya akan mengartikannya sebagai raja duniawi yang akan membentuk negara yang baru.
• Anak Allah.
Kitab-kitab Injil secara jelas mencatat pemakaian istilah “Anak Allah” dikatakan sendiri oleh Yesus untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan Allah sendiri.
• Hamba Tuhan.
Yesus hidup dan mati tepat seperti yang dinubuatkan Yesaya sebagai “Hamba Tuhan yang menderita”.


4. Kematian Yesus
Sebuah pertanyaan yang sangat penting dalam Perjanjian Baru adalah pertanyaan mengenai kematian Yesus. “Mengapakah Yesus mati?” diberi dua jawaban berdasar fakta sejarah dan secara teologis. Kematian Yesus adalah sebuah peristiwa sejarah yang biasa walau tidak dapat dimengerti tanpa memandangnya sebagai bagian dari rencana Allah sendiri (Luk 19:10).
Perjanjian Baru sendiri memberikan lima hal pokok mengenai kematian Yesus di kayu salib, yaitu:
• Pertempuran
Seluruh kehidupan dan pelayanan Yesus adalah pertempuran melawan kuasa jahat. Dengan kematian-Nya, perjuangan-Nya menghasilkan kemenangan sempurna atas dosa dan maut melalui kebangkitan-Nya (Kol. 2:8 – 15)
• Teladan
Salib adalah pernyataan teladan kasih Allah (Rm. 5:8; 1 Yoh 4:10; 1 Ptr. 2:21)
• Persembahan kurban
Kematian Yesus adalah kurban bagi pendamaian antara Allah dan manusia.
• Tebusan
Dalam Markus 10:45, Yesus sendiri menyatakan secara gamblang bahwa Dia hendak menjadi tebusan dosa manusia.
• Pengganti
Pada dasarnya kematian-Nya adalah untuk menggantikan manusia berdosa (1 Ptr 2:24; Mar. 10:45).

5. Kebangkitan Yesus
Orang-orang Kristen pertama yakin akan historitas peristiwa kebangkitan Yesus dan rangkaian peristiwa-peristiwanya. Bukti-bukti kebangkitan-Nya adalah sbb:
• Kepercayaan jemaat mula-mula
Kepercayaan jemaat mula-mula yang dituliskan dalam Kisah Para Rasul demikian konsisten dan teratur.
• Keterangan Paulus
Surat Paulus dalam 1 Kor. 15 ditulis tidak lebih dari 25 tahun setelah Yesus disalibkan. Surat itu bukan untuk memberitahu jemaat tentang kebangkitan-Nya melainkan untuk mengingatkan mereka kembali.
• Tradisi kitab-kitab Injil
Semua kitab Injil menekankan dua fakta utama yaitu kuburan Yesus ditemukan dalam keadaan koong dan kebangkitan Yesus dilihat oleh orang-orang yang berlainan pada waktu yang berbeda pula.
• Para murid
Para murid justru menjadi saksi-saksi yang berani dan jemaatpun bertumbuh. Pokok utama kesaksian mereka adalah Yesus hidup dan tetap berkarya.

C. Kerajaan Allah
6. Apa Kerajaan Allah Itu?
Pengertian tentang “kerajaan Allah” yang dimaksudkan oleh Yesus berarti “umat baru”. Yesus melihat umat baru dengan dua cara. Di satu pihak Ia melihatnya sebagai pemerintahan Allah dalam hidup orang-orang yang menyerahkan diri mereka kepada Allah. Di pihak lain, pemerintahan Allah tersebut adalah sesuatu yang dapat dan akan diperlihatkan kepada seluruh dunia.

7. Gambaran Kerajaan: Perumpamaan Yesus
Dalam Perjanjian Baru, peribahasa atau pepatah sering disebut “perumpamaan”. Beberapa cerita Yesus yang paling dikenal merupakan perumpamaan. Yesus banyak menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan berita-Nya. Maksud Yesus menggunakan perumpamaan sama seperti pengkhotbah modern memakai ilustrasi. Pada umumnya suatu perumpamaan hanya menjelaskan satu hal saja walau ada perumpamaan yang mempunyai lebih dari satu pokok utama. Misalnya perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14 – 30; Luk 19:11 – 27) menegaskan hubungan antara tanggung jawab pribadi dan penghakiman terakhir. Tetapi ada hal lain yang ditekankan juga yaitu tuan tersebut telah melampaui kewajiban hukum maupun moralnya dengan mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya.

8. Kuasa Kerajaan: Mujizat Yesus
Apa yang dimaksud dengan mujizat tidaklah selalu jelas. Ada yang mengartikannya dengan segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam. Sebaliknya orang lain mengatakan tidak ada hukum alam. Yang ada adalah rasionalisasi tentang bagaimana hal-hal biasanya terjadi.
Untuk mengerti apa arti mujizat, kita harus menempatkannya dalam konteks keseluruhan pelayanan Yesus. Kehidupan Yesus adalah pemenuhan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, mujizat selalu mempunyai arti tertentu. Dalam pola pikir Ibrani, kata davar dapat berarti sebagai kata dan perbuatan. Karya Allah adalah tindak lanjut dari perkataan-Nya. Jadi apa yang dilakukan identik dengan apa yang dikatakan. Sebagai contoh, mujizat yang dilakukan Musa di depan Firaun merupakan wahana berita Allah, tanda-tanda yang hidup dari kebenaran Firman Allah. Dalam konteks Yesus, mujizat-mujizat-Nya menyatakan dalam bentuk perbuatan apa yang diajarkan-Nya dalam perumpamaan. Dengan demikian, tujuan dari mujizat adalah suatu penerimaan tanpa syarat akan pemerintahan Allah atas hidup manusia.

9. Dampak Kerajaan: Ajaran Yesus Tentang Etika
Pada zaman Yesus, hukum-hukum Perjanjian Lama dijadikan ruwet dengan banyak tafsiran dan penerapan yang sangat terinci oleh orang Farisi. Sikap Yesus tentang perilaku sangat berbeda. Pada beberapa peristiwa Ia secara langsung menentang peraturan-peraturan yang ditetapkan orang Farisi. Contohnya ketika Yesus mengatakan bahwa “hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia diadakan untuk hari Sabat”.
Khotbah di bukit (Mat 5 – 7) adalah pengajaran etika yang paling komprehensif dalam kitab Injil. Ada tiga unsur yang dipakai Yesus untuk menyampaikan ajran-Nya dalam khotbah di bukit yaitu penggunaan sajak, pemakaian perumpamaan dan ilustrasi, dan menggunakan bahasa yang dilebih-lebihkan. Pengajaran Yesus tentang etika sendiri tidak dapat dilepaskan dari kedaulatan Allah dan sifat Allah sebagai dasar dan titik tolaknya. Akibatnya sedikitnya ada tiga akibat praktis yaitu:
• Memberikan kesadaran yang lebih besar mengenai keseriusan dosa.
• Kebaikan kristiani mempunyai sifat rohani yang bukan dari dunia ini, yang melampaui tuntutan akal budi.
• Keinginan terbesar umat Allah seharusnya adalah menyenangkan hati Allah dan membalas cinta kasih-Nya dengan cara-cara yang mencerminkan sifat Allah sendiri.

D. Kitab-kitab Injil
10. Asal-Usul Kitab Injil
Kata Injil mempunyai arti “kabar baik”. Ada tiga pengertian penting terhadap kitab-kitab Injil yaitu:
• Kitab-kitab Injil adalah kisah selektif tentang kehidupan dan pengajaran Yesus.
• Isinya bukan hanya cerita-cerita tentang Yesus. Cerita-cerita itu berkaitan erat dengan teologi para penulisnya.
• Karena para penulisnya memilih bahan mereka sesuai dengan tujuannya masing-masing, kita dapat mengetahui sesuatu tentang penulis dan para pembaca mereka.

Para penulis Injil mendapat sumber bagi tulisannya melalui beberapa cara yaitu:
• Kutipan-kutipan Perjanjian Lama yang dipenuhi dalam hidup Yesus.
• Kata-kata Yesus sendiri.
• Ucapan-ucapan Yesus yang dikumpulkan dan dijadikan semacam buku pedoman bagi para guru dalam jemaat mula-mula (logia).
• Sumber “Q” berupa naskah tertulis atau tradisi lisan.

11. Empat Potret Yesus

Injil Markus
Penulis Injil ini sulit dipastikan karena Markus adalah nama yang umum. Diperkirakan Markus menulis di Roma untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jemaat di kota itu. Injil ini ditulis bagi pembaca non-Yahudi. Waktu penulisannya berkisar antara tahun 45 – 70 M. tujuan penulisannya adalah untuk memelihara cerita-cerita Petrus sebagai kesaksian yang langgeng bagi jemaat dan ditulis dengan tujuan khusus untuk memperkenalkan sisi lain dari Yesus sebagai Allah yaitu Yesus yang manusia sejati pula.

Injil Lukas
Penulis Injil ini adalah Lukas, seorang dokter non-Yahudi. Tujuan penulisannya adalah untuk menolong Teofilus dan orang percaya lainnya agar memperoleh pengertian yang lebih baik tentang iman Kristen, menekankan bahwa orang yang mengikuti Yesus tidak harus memeluk agama Yahudi sebelumnya, menekankan ada hubungan penting antara Yesus dengan kehidupan jemaat kontemporer melalui Roh Kudus, dan menyatakan bahwa kabar baik tentang Yesus berlaku bagi semua orang.

Injil Matius
Tidak ada kesepakatan bulat di antara para ahli tentang penulis dan waktu penulisan Injil ini. Tujuan utama Injil Matius adalah untuk menunjukkan Yesus adalah anak Allah dan Mesias. Kitab ini disusun menurut tema pribadi Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah (1:1 – 4:16), pemberitaan berita Yesus (4:17 – 16:20), dan penderitaan, kematian dan kebangkitan Mesias dan Anak Allah (16:21 – 28:20).

Injil Yohanes
Menurut Ireanus, penulis Injil ini adalah rasul Yohanes. Waktu penulisan menurut kebanykan ahli adalah antara tahun 70 – 100 M. Injil ini mempunyai latar belakang Yahudi yang kuat dan sedikit latar belakang Yunani pada prakatanya. Secara umum dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes melengkapi Injil sinoptik dan juga menjelaskan beberapa hal yang terjadi dalam Injil sinoptik. Hal ini menjadikan seluruh cerita kehidupan dan pelayanan Yesus menjadi lebih mudah dipahami.

12. Dapatkah Kitab-Kitab Injil Dipercaya?
Ada pandangan tertentu yang dikemukakan kaum liberal tentang Yesus. Salah satu tokohnya, Bultmann bersikap skeptis terhadap kebenaran “Yesus sejarah”. Tentu saja banyak sekali alasan untuk menolak pandangan Bultmann itu. Kitab-kitab injil mempunyai akar yang kuat dalam konteks Yahudi dan di banyak tempat kita temukan kitab Injil itu asli. Penolakan Bultmann dan Schleiermacher akan hal-hal supranatural dipatahkan oleh ilmuwan masa kini yang mengakui jalannya alam jauh lebih rumit dari sekedar sistem mekanis yang berjalan ketat sesuai dengan prinsip sebab akibat. Pada akhirnya kita harus menyimpulkan bahwa Yesus yang historislah yang menjadi dasar iman Kristen sebab Allah telah bekerja dalam peristiwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus dengan mengungkapakan sifat-Nya sendiri dan mendamaikan manusia dengan diri-Nya sendiri.

E. Jemaat Mula-Mula
13. Menghadapi Dunia Purba
Tidak semua pengajaran Yesus sama sekali baru dan unik. Tetapi yang membedakan Yesus dan apa yang memisahkan pengikut-pengikut-Nya secara radikal dari agama Yahudi adalah kerangka dasar pengajaran-Nya. Dalam hal hukum Taurat dan agama dan suku bangsa, Yesus mengambil posisi yang berbeda secarfa fundamental dengan guru-guru Yahudi. Kaum Farisi sangat menekankan tindakan-tindakan lahiriah yang atur oleh peraturan. Sedangkan Yesus jauh lebih memntingkan siap seorang itu sebenarnya dan bukan perbuatan yang dilakukannya.
Setelah jemaat bertumbuh, terjadi konflik antara orang-orang Kristen Helenis (orang Yahudi yang berbahasa Yunani) dan orang-orang Kristen yang berbahasa Ibrani atau Aram. Perkataan Stefanus menimbulkan kemarahan sesama anggota Helenis. Mereka menuduh Stefanus sebagai penghujat sehingga menyeretnya ke depan mahkamah agama Yahudi (Sanhedrin). Stefanus dihukum mati. Salah satu akibat langsung adalah meluasnya penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Penganiayaan membuat orang Kristen tersebar keluar dari Yerusalem dan mereka menjadi misionaris pertama.



14. Kisah Para Rasul
Penulis kitab Kisah Para Rasul adalah Lukas, seorang dokter non-Yahudi yang menemani Paulus dalam perjalanannya. Waktu penulisan agak sulit ditentukan. Kelompok Tubingen dan John Knox memilih penulisan setelah tahun 100 M. F. F. Bruce memilih tahun 62 – 70 M, seangkan pendapat lain memilih tahun 80 – 85 M.
Tujuan utama penulisan kitab ini adalah sbb:
• Lukas mendorong pembacanya untuk meneladani orang-orang yang telah menjadi Kristen sebelum mereka, dan untuk melakukan bagi generasi mereka seperti yang Paulus lakukan bagi generasinya.
• Menekankan bahwa agama Krsiten dapat mempunyai hubungan baik dengan kekaisaran Roma.
• Berusaha untuk menyusun fakta-fakta tentang kekristenan secara sistematis bagi pembacanya.

F. Rasul Paulus
15. Siapa Paulus Itu?
Paulus adalah seorang Yahudi Helenis yang berasal dari kota Tarsus. Dari Tarsus, paulus dikirim untuk belajar kepada rabi Gamaliel di yerusalem. Rupanya ada tiga pengaruh utama pada Paulus selama masa mudanya yaitu agama Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia.
Paulus adalah seorang Farisi yang setia. Ajaran-ajaran Farisi menjadi cermin di mana Paulus melihat kekurangan-kekurangannya sendiri yang begitu jelas dinyatakan sehingga ia menilai dirinya sebagai “orang yang paling berdosa” (1 Tim 1:15). Tetapi di dalam Kristus ia melihat pencerminan apa yang dapat dicapainya oleh anugerah Allah yang cuma-cuma.
Di dalam Perjanjian Baru peran Paulus kelihatan sangat menonjol. Bahkan dalam kitab Kisah Para Rasul-pun, para Rasul kelihatan kalah penting dibandingkan Paulus. Tetapi sebenarnya pekerjaan Paulus jelas melangkapi pekerjaan banyak tokoh lain di jemaat mula-mula.
Pengetahuan Paulus akan kata-kata dan perbuatan Yesus tidak didapatnya melalui pertemuan pribadi dengan Yesus melainkan dari murid-murid-Nya yang pertama. Tetapi ada banyak nasihat paulus begitu dekat dengan ajaran Yesus seperti yang tercatat dalam kitab Injil. Sebagai contoh:
• Kasih kepada musuh (Mat 5:43 – 48; Rm. 12: 14 – 21)
• Kasih kepada Allah dan sesama (Mrk. 12:29 – 31; Rm 13:8 – 10)
• Tanggung jawab kepada negara (Mrk 12:13 – 17; Rm 13:1 – 7).

16. Paulus Si Penganiaya
Setelah hukuman mati kepada Stefanus, orang-orang Kristen keluar dari Yerusalem untuk menghindari penganiayaan. Salah satu tempat berkumpulnya para pengikut Yesus adalah Damsyik. Paulus menghadap imam besar untuk meminta kuasa untuk mengejar, membawa pulang, mengadili dan menghukum pengikut Yesus. Dalam perjalanannya ke Damsyik, Paulus melihat “cahaya yang lebih terang dari matahari” menyinarinya dan disapa oleh Kristus sendiri. Hidup Paulus berubah secara radikal. Dari pembenci orang Kristen menjadi pembelanya yang terbesar. Di Damsyik, matanya yang buta dipulihkan melalui Ananias dan Paulus-pun tinggal, bersekutu dan bersahabat dengan orang-orang yang dulu diburunya. Tidak ada perbedaan antara hamba dan orang bebas, Yahudi dan non-Yahudi di dalam Kristus.
Semangat keyakinan yang berapi-api inilah yang kemudian mengilhami Paulus untuk membawa berita Injil ke kota-kota Palestina sampai pelosok dunia yang dikenal pada saat itu. Paulus menunjukkan perubahan hidup yang radikal dan melalui surat-suratnya kepada jemaat-jemaat, ia telah meninggalkan pengertian yang tak ternilai bagi kita semua.

17. Perjalanan Misioner Pertama
Paulus dan Barnabas dikhususkan untuk mengadakan perjalanan misioner yang pertama. Mula-mula mereka pergi ke Siprus dan membawa berita Injil kepada seorang pejabat Roma, Sergius Paulus. Dari Siprus mereka berlayar ke Antiokhia dan Likaonia, bagian dari Galatia. Setelah pekerjaan yang berhasil di beberapa kota, mereka kembali ke Antiokhia di Siria. Setiap kali memulai pelayanan di sebuah kota, mereka selalu menuju ke sinagoge Yahudi.
Dalam perkembangan berikutnya, orang-orang yang menjadi percaya oleh pemberitaan Paulus dan Barnabas di datangi oleh pembawa berita dari Yerusalem yang mengatakan bahwa selain percaya kepada Kristus, mereka juga harus melakukan segala perintah yang terdapat dalam Perjanjian Lama seperti misalnya disunat agar mendapatkan keselamatan. Ketika Paulus mendengar kabar ini, dia menjadi marah dan menulis surat kepada mereka. Surat itulah yang dikenal sebagai surat Galatia.

18. Perjalanan Misioner Kedua
Dalam perjalanan misioner yang kedua, Paulus berangkat lagi ke dunia non-Yahudi bersama Silas sebagai pendamping. Dalam perjalanannya, paulus mendapat lagi dua kawan seperjalanan yaitu Timotius dan Lukas. Hal pertama yang dilakukan paulus adalah mengunjungi beberapa jemaat yang didirikannya di Galatia Selatan. Setelah itu Paulus berencana untuk pergi ke Asia, sebuah provinsi Roma yang meliputi Efesus. Tetapi rencana ini dilarang oleh Roh Kudus sehingga mereka pergi ke Troas. Pada malam harinya Paulus bermimpi tentang seorang Makedonia yang berteriak minta tolong. Hal ini diartikan Paulus sebagai petunjuk Allah untuk menuju Eropa.
Kota pertama yang dikunjungi Paulus adalah Filipi dan di sana Paulus mendapat Lidya sebagai petobat yang pertama. Ketika menjalankan penginjilan, Paulus terus menerus diganggu oleh seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung dalam dirinya. Ketika Paulus mengusir roh tenung itu, tuan dari hamba itu begitu marah karena hamba itu sebelumnya menghasilkan banyak uang baginya. Tuan itu menuduh Paulus dan Silas menimbulkan kekacauan sehingga mereka dicambuk dan dimasukkan ke penjara. Malam itu ketika gempa bumi terjadi sehingga membuka pintu penjara, mereka tetap tinggal dan akhirnya mendapatkan kepala penjara beserta keluarganya bertobat. Kota berikutnya yang mereka kunjungi adalah Tesalonika dan Berea, di mana banyak orang bertobat. Setelah itu Paulus melanjutkan perjalanan ke Atena dan Korintus. Tidak lama setelah tiba di Korintus, datang berita bahwa ada beberapa masalah dalam jemaat Tesalonika. Paulus menulis surat 1 Tesalonika kepada mereka. Paulus memberikan nasihat dalam perilaku orang Kristen, tentang masa depan, dan menghayati hidup Kristen. Rupanya surat ini menimbulkan spekulasi yang keliru akan kedatangan Kristus yang kedua. Paulus kemudian menulis suratnya yang kedua kepada jemaat Tesalonika dengan pokok-pokok menganai jemaat dan musuhnya, jemaat dan masa depan, dan jemaat dan masyarakat.

19. Perjalanan Misioner Ketiga
Perjalanan misioner ketiga lebih bersifat penggembalaan yang dipusatkan pada dua kota utama yaitu Efesus dan Korintus. Efesus merupakan ibu kota Asia, sebuah provinsi Roma. Kunjungan Paulus di Efesus merupakan bagian terpenting dari pelayanannya pada masa itu. Efesus adalah pusat geografis dari semua tempat yang dikunjungi Paulus dan merupakan pusat agama kafir yang penting. Pelayanan Paulus begitu berhasil walau dia mengalami banyak penderitaan.
Selama tinggal selama tiga tahun di Efesus, Paulus menerima berita buruk yang menimpa jemaat Korintus sehingga dia menulis surat untuk memperingatkan bahaya percabulan. Tidak lama kemudia Paulus mendapat laporan dari keluarga Kloe tentang perpecahan jemaat. Surat 1 Korintus adalah tanggapan Paulus atas laporan itu. Setelah itu paulus mendengar bahwa suratnya tidak membawa hasil sehingga dia pergi ke Korintus dengan kunjungan yang disebutnya sebagai kunjungan yang mendukakan (2 Kor. 2:1). Sekembalinya ke Efesus, Paulus mengutus Titus dengan surat yang isinya jauh lebih keras untuk melawan serangan kepada dirinya sebagai rasul. Surat ini tercatat pada 2 Kor. 10 – 13. Di Makedonia Paulus bertemu dengan Titus yang membawa berita bahwa telah terjadi perubahan sikap pada jemaat Korintus. Melalui Titus, Paulus kembali menulis surat yang menyatakan suka citanya yang besar. Surat itu adalah 2 Kor. 1 – 9.
Pokok-pokok yang disampaikan Paulus dalam surat 1 Korintus adalah mengenai hidup dalam Kristus (1 Kor. 1:10 – 4:21), hidup di dunia (1 Kor. 5:1 – 11:10, dan hidup dalam jemaat (1 Kor. 11:2 – 15:58). Sedangkan surat 2 Korintus dibagi menjadi empat pokok yaitu: menghadapi masalah-masalah (2 Kor. 1:3 – 2:13), apa artinya rasul? (2 Kor. 2:14 – 7:4), memandang ke masa depan (2 Kor. 7:5 – 9:15), dan kewenangan dan kharisma (2 Kor. 10:1 – 13:10).
Kota Roma adalah tujuan akhir Paulus dalam penginjilannya. Jadi Paulus menyiapkan kunjungannya ke Roma dengan menulis sebuah surat kepada jemaat Roma. Surat Roma dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: bagaimana mengenal Allah (Rm. 1 – 8), Israel dan keselamatan (Rm 9 – 11), perilaku Kristen (Rm. 12 – 15).

20. Paulus Tiba Di Roma
Dalam menulis surat kepada jemaat Roma, Paulus meminta mereka untuk berdoa bagi pelayanannya di Yerusalem. Pada kenyataannya, memang Paulus lebih dibenci di Yudea daripada tempat lain. Dalam pandangan orang Yahudi, Paulus adalah seorang penghianat iman Yahudi. Orang-orang Yahudi yang melihat Paulus di bait Allah di Yerusalem hendak membunuhnya di tempat itu juga. Seorang komandan pasukan Roma menangkap Paulus dan hendak mencambuknya. Tetapi Paulus menuntut kekebalan sebagai seorang warga negara Roma. Setelah melewati pengadilan Sanhedrin, prokurakor Roma, Feliks dan Porsius Festus, Paulus memutuskan untuk menggunakan haknya untuk naik banding kepada pengadilan tertinggi di Roma.
Perjalanan ke Roma mengalami banyak rintangan sebelum akhirnya Paulus mendarat di Italia Selatan. Di Roma, Paulus menjadi tahanan selama dua tahun. Di sana Paulus mengabarkan Injil kepada pemimpin masyarakat Yahudi. Sebagian menjadi percaya walau banyak yang menolaknya. Tradisi mengatakan Paulus mati syahid tahun 64 M di Roma pada waktu penganiayaan yang diperintahkan kaisar Nero.

21. Surat-Surat Dari Penjara
Paulus menulis surat kepada jemaat Kolose, Filipi dan Efesus serta surat pribadi kepada Filemon pada saat dia berada dalam penjara di Roma pada tahun 60 – 62 M.
Paulus memberikan tanggapan terhadap merebaknya ajaran palsu di Kolose dengan menekankan bahwa di dalam Kristus beriman dapat menemukan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Rupa-rupanya beredar ajaran bahwa mereka membutuhkan pengantara-pengantara supra-natural lainnya, dan Yesus hanyalah salah satu dari berbagai manifestasi Allah.
Bersama dengan surat Kolose, Paulus juga mengirim surat kepada Filemon, seorang anggota terkemuka jemaat tersebut. Maksud surat ini adalah untuk mendamaikan seorang budak (Onesimus) milik Filemon yang melarikan diri dan akhirnya bertobat.
Dalam surat kepada jemaat Efesus, Paulus mengemukakan beberapa hal yaitu menekankan posisi sentral Kristus dalam rencana Allah dan dalam kehidupan orang percaya, menasihatkan jemaat untuk memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, tentang moralitas pribadi, dalam kegiatan sosial yang dikuasai oleh kasih, dan akan tipu daya iblis yang hanya dapat dilawan dengan seluruh perlengkapan senjata Allah.
Paulus menulis surat kepada jemaat Filipi untuk mengucapkan terima kasih atas pemberian mereka kepadanya. Selain itu Paulus juga menasehati mereka untuk saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupa-rupa hal ini berkaitan dengan pertengkaran dua orang wanita, Euodia dan Sintikhe. Selain itu dia juga memberikan teladan Yesus sebagai pola perilaku Kristen dan menjelaskan apa artinya praktek hidup seorang Kristen yang hidupnya dipenuhi oleh hidup Yesus.
Sementara itu surat-surat pastoral yaitu surat 1 dan 2 Timotius dan Titus mempunyai kemiripan satu dengan lainnya. Ada empat pokok utama yang dikupas dalamnya yaitu tentang guru-guru palsu, iman yang sejati, perilaku Kristen, dan kepemimpinan Kristen.

G. Jemaat Berkembang
22. Iman Kristen
Tulisan-tulisan Paulus bukanlah uraian teologi secara sistematis melainkan memang benar-benar surat. Sehingga untuk memperoleh sajian yang jelas dan logis tentang pemikirannya, kita harus memberi perhatian khusus kepada konteks di mana surat itu ditulis. Bagi Paulus pokok utama Injil adalah kasih Allah bagi manusia yang tidak layak menerimanya dan yang telah diungkapkan melalui Yesus, harus diterima dengan iman, yakni dengan penyerahan diri kepada Allah bukan berdasar perasaan, melainkan berdasarkan fakta mutlak tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, serta persekutuan baru dengan Allah.
23. Jemaat Kristen
Istilah ekklesia yang dipakai oleh penulis diterjemahkan sebagai “jemaat”. Jemaat adalah karya Allah, didirikan pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus menghembuskan hidup baru ke dalam murid-murid Yesus. Secara teologis, jemaat merupakan titik awal dari perubahan yang terjadi dalam dunia sebagai akibat kedatangan orde baru Allah.
Salah satu istilah yang sering dipakai oleh Paulus untuk melukiskan jemaat adalah “tubuh Kristus” (Ef. 1:23). Ia memakai gambaran yang mudah dimengerti pembacanya. Dia belajar dari pertemuannya dengan Yesus di Damsyik. Paulus kaget karena menganiaya jemaat berarti menganiaya Dia. Gambaran ini membawa Paulus kepada empat aspek tentang jemaat dan anggotanya, yaitu:
• Semua anggota dibutuhkan dalam jemaat.
• Semua anggota berbeda dan mempunyai fungsi yang berlainan.
• Semua anggota sama kedudukannya.
• Semua anggota bertanggung jawab terhadap sesamanya.

24. Roh Dan Huruf
Kisah jemaat mula-mula sungguh dikuasai oleh pengalaman hidup bersama Roh Kudus yang bekerja di antara mereka. Roh Kudus memberitahu apa yang harus dikatakan dalam pemberitaan mereka dan memberikan keberanian untuk mengatakannya. Tidak ada suatu lembaga resmi dan pemimpin lembaga yang mengatur “jalannya organisasi”. Tetapi dalam beberapa puluh tahun kemudian keadaan ini berubah. Ada empat alasan utama bagi perubahan gaya hidup jemaat mula-mula yaitu:
• Perkembangan jemaat yang sangat pesat mengakibatkan perkembangan jemaat yang melembaga.
• Ajaran sesat yang membuat jemaat memikirkan posisinya sendiri. Akibatnya mereka mulai menilai kehidupannya dalam tiga bidang utama yaitu kepercayaan, ibadah, dan kewibawaan.
• Perubahan sosial. Setiap kelompok pasti akan mengalami perubahan ketika sang pemimpin telah meninggal.
• Pengharapan yang tak terpenuhi, akibatnya jemaat menjadi lembaga karena menyakini hal itu paling baik secara teologis.

Sementara itu proses pengumpulan dan pengakuan kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai kanon Kitab Suci menjalani proses panjang selama beberapa abad. Pada akhirnya pada abad ke-4 kita mendapatkan dua daftar kitab-kitab yang berwibawa, yaitu dari Athanasius di Timur (367 M) dan dari konsili Karthago di Barat (397 M).

25. Jemaat Dan Asal Yahudinya
Dalam Rm. 11:13 Paulus menganggap dirinya sebagai rasul bagi orang non-Yahudi. Walaupun demikian, ke manapun dia pergi, dia selalu menyampaikan pemberitaannya pertama kali di sinagoge. Surat-surat Paulus sendiri mempunyai ciri khas Yahudi. Ada empat kitab yang dapat membantu untuk mengerti segi Yahudi dalam kehidupan jemaat yaitu:

Surat Yakobus
Penulis kitab ini adalah Yakobus tetapi tidak begitu jelas Yakobus yang mana yang dimaksud. Sebagian besar ahli mengatakan Yakobus saudara Yesus. Sedangkan waktu penulisannya pada masa awal kehidupan jemaat. Pokok perhatian surat ini adalah pada perilaku yang benar. Inti ibadah yang sejati kepada Allah adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri dan tanpa perbuatan yang mengungkapkan perasaan seperti itu, iman tidak ada harganya (Yak. 2:1 – 26). Istilah iman yang digunakan Yakobus adalah mengacu pada “pengakuan iman” saja yang diperlukan. Sehingga dia menekankan tanpa akibat praktis, “pengakuan iman” itu saja tidak berguna.

Surat Ibrani
Penulis surat ini tidak diketahui dan waktu penulisannya adalah pada masa menjelang penganiayaan oleh kaisar Nero. Para pembaca pertamanya adalah orang Kristen Yahudi Helenis di Roma. Bagi bangsa Yahudi, Bait Allah di Yerusalem selalu mempunyai tempat istimewa dalam kehidupan dan pemikiran mereka. Jemaat di Yerusalem rupanya terus menerus beribadah di Bait Allah sedangkan orang Kristen Helenis merasa hal itu sekarang sudah mubazir. Dalam menanggapi hal itu, penulis Ibrani yakin bahwa tidak ada artinya orang Kristen mengikuti tuntutan-tuntutan keagamaan dari hukum Taurat. Pemberitaan Yesus, sang Imam Besar Agung adalah sabda Allah yang terakhir bagi manusia dan menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi yang taat pada-Nya.

Surat 1 Petrus
Penulis surat ini adalah rasul Petrus dan ditulis pada tahap awal penganiayaan oleh Nero. Permasalahan yang dijelaskan oleh Petrus berkisar pada keyakinan sebagian orang bahwa untuk memperoleh bagian dalam berkat yang dijanjikan Allah, orang itu harus menjadi anggota keluarga Abraham sesuai Perjanjian Lama dengan melakukan sunat dan Taurat. Petrus sangat yakin bahwa sunat dan pemeliharaan hukum Taurat tidak diharuskan bagi orang Kristen non-Yahudi. Orang Kristen sekarang merupakan “keluarga Abraham” yang sejati tanpa diperlukan ketaatan pada hukum Taurat. Di bagian lain Petrus mengingatkan bahwa umat Allah harus mempunyai patokan moral yang berbeda dengan orang lain. Akhirnya Petrus memberikan nasihat kepada para pemimpin jemaat untuk menjadi teladan bagi jemaat.

26. Kitab Wahyu
Sekembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel, mereka berusaha memelihara setiap butir hukum Taurat. Namun, ternyata mereka tidak mengalami kemakmuran. Malahan jalan menuju kemakmuran agaknya terletak dalam kerja sama dengan orang-orang Roma dan bukan karena kesetiaan pada agama. Keadaan yang membingungkan ini perlu sebuah penjelasan yang memuaskan.
Kitab Wahyu adalah sebuah sastra apokaliptik yang sulit dipahami. Cara berpikir kita berbeda dengan sudut pandang apokaliptik Yahudi. Sebenarnya jika diteliti terlihat jelas kitab ini berpegang pada penekanan kristiani yang positif tentang keterlibatan Allah dalam hidup manusia.
Bagian pertama kitab ini (1 – 3) membahas hal-hal yang duniawi dan menunjukkan pengenalan yang rinci terhadap pembacanya. Jemaat sedang terlibat pertikaian dalam kepercayaan Kristen. Iman mereka goncang dan akibatnya mereka kurang kuat dalam menghadapi penganiayaan negara. Oleh karenanya mereka harus mempunyai komitmen dengan kuat.
Bagian kedua kitab Wahyu (4 – 22) berkaitan dengan bahasa dan tulisan-tulisan yang bersifat apokaliptik. Semua penglihatan yang disajikan sulit dimengerti sepenuhnya. Tetapi Yohanes menyakinkan bahwa penderitaan yang dialami hanya bersifat sementara dan musuh akan mendapat hukuman Allah. Walaupun demikian, kaum Dispensationalis menafsirkan “tujuh jemaat” sebagai “tujuh zaman” dan saat ini kita sudah hidup dalam zaman yang terakhir.

27. Musuh Dalam Selimut
Sebuah faktor paling penting yang mempengaruhi perubahan pola hidup jemaat mula-mula adalah munculnya berbagai kelompok penyesat seperti kaum Montanis, Gnostik, dll. Kebanyakan dari mereka adalah lawan pribadi Paulus dan jelas pengaruh mereka tetap ada dalam jemaat-jemaat Kristen. Kalau Injil Yohanes ditulis agar orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, surat 1 Yohanes ditulis kepada orang Kristen dengan tujuan untuk menguatkan keyakinan mereka akan kebenaran yang sudah mereka terima.
Penulis 1 Yohanes menyatakan bahwa pengalaman mistik tidak berarti bagi iman Kristen. Hal-hal yang membedakan penyesat dan pengikut Yesus adalah dengan memiliki Roh Allah yang dengan sendirinya menghasilkan buah-buah kasih, ketaatan, dan kemenangan terhadap yang menentang kehendak-Nya.
Surat 2 dan 3 Yohanes merupakan surat-surat yang singkat. Dalam surat 2 Yohanes, penulis memperingatkan pembacanya agar waspada terhadap guru-guru penyesat. Sedangkan surat 3 Yohanes memberikan nasihat kepada Gayus tentang Diotrefes yang berusaha menjadi pemimpin jemaat.
Pokok masalah dalam surat Yudas dan 2 Petrus juga berkisar pada pengaruh guru-guru palsu dalam jemaat. Cara surat Yudas dan 2 Petrus menentang guru-guru palsu memberi kesan bahwa keduanya berasal dari keadaan yang mirip dengan keadaan yang dijumpai dalam bagian awal kitab Wahyu.



Analisa Buku
Kekuatan Buku
1. Penulis memberikan latar belakang dunia Perjanjian Baru secara terperinci dan jelas sekali.
2. Penulis pemberikan studi-studi khusus pada akhir setiap bab. Hal ini sangat berguna bagi pembelajar yang serius untuk memahami PB secara komprehensif.
3. Buku ini tidak sekedar membahas tiap-tiap kitab PB melainkan juga memberikan pembahasan hal-hal relevan dengannya. Misalnya dalam membicarakan Yesus, penulis membahas terlebih dahulu tentang mujizat (bab 8).
4. Disajikan secara sistematis walau pembaca harus mengikuti alur pikiran penulis.

Kelemahan Buku
1. Dari sudut pandang akademisi, saya tidak melihat kelemahan buku ini. Walaupun demikian, memang buku ini tidak mudah untuk dipahami (terutama bagi kaum awam) karena pembahasannya cukup mendalam.

Hal-hal Baru
1. Sebenarnya buku ini juga menjadi buku pegangan utama bagi pendidikan teologi yang pernah saya ambil. Walaupun demikian, membaca studi-studi kasus menyegarkan pikiran.

Saran
1. Pembelajaran pengantar PB tidak boleh hanya menggunakan buku ini karena penulis tidak bermaksud menulis bagi kaum awam. Tanpa pengetahuan tentang pengantar PB sebelumnya, buku ini sulit dipahami karena penulis mempunyai alur pikiran yang “kurang umum”.

Penutup
Penulis telah bekerja keras dan menghasilkan sebuah buku yang sangat bagus dan unik. Buku ini kental dengan penjelasan sejarah yang Alkitabiah. Saya percaya buku ini akan memperkaya setiap pembelajar yang serius. Inilah salah satu buku terbaik dalam pengantar PB.

No comments: