Pendahuluan
Alkitab adalah Wahyu Khusus atau Penyataan Khusus Allah Bapa bagi anak-anak-Nya di dunia. Alkitab sudah selesai ditulis sekitar tahun 100 dan kanonisasi terakhir pada tahun 397 M pada Konsili Karthago mengesahkan 39 kitab PL dan 27 kitab PB sebagai totalitas Firman Allah.
Sebagai Penyataan Allah, Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi bagi segala aspek kehidupan manusia. John Calvin berkata bahwa seorang tidak dapat mengenal dirinya sendiri secara tepat sampai ia mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Ia katakan tentang manusia. Oleh karenanya, kepentingan terbesar manusia dalam hidupnya setelah keselamatan adalah untuk mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah.
Makalah ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan sumber teologi sitematika. Teologi sistematika mempunyai signifikansi arti yang sangat besar dalam dunia teologi karena menjadi dasar pengetahuan akan Allah.
Pengertian Teologi Sistematika
Dalam mempelajari teologi sistematika, setiap orang percaya harus mempunyai sebuah presuposisi tentang Allah dan Alkitab. Pandangan yang umum bagi kaum Injili adalah sbb:
1. Allah itu ada.
2. Allah telah menyatakan diri-Nya secara khusus dalam Alkitab.
3. Penyataan khusus harus diselidiki untuk mengetahui apa yang telah dinyatakan oleh Allah.
Untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang komprehensif tentang pengertian teologi sistematika bukanlah sebuah tugas yang mudah. Di kalangan para sarjana Alkitab-pun masih ada kerancuan pengertian antara istilah “Sistematika” dan “Dogmatika”. Louis Berkhof menyamakan pengertian karya-karya dogmatika dengan teologi sistematika. R. Soedarmo memberikan definisi dogmatika sebagai ilmu teologi yang menyelidiki dan merumuskan hal-hal yang dinyatakan di dalam Kitab Suci dan yang mencari kesatuan dari hal-hal tersebut. Perkataan dogmatika berhubungan erat dengan kata dogma. Dogma adalah kata benda dari kata kerja dokein yang berarti menduga, mengira. Dengan demikian, dogma berarti buah pikiran yang diakui oleh suatu golongan di dalam suatu ilmu (misalnya ilmu filsafat). Dengan pengertian ini, maka dogma dalam konteks Alkitab adalah hasil penyelidikan orang percaya tentang Firman Tuhan yang ditentukan oleh Gereja dan diperintahkan untuk dipercayai.
Di pihak lain, Paul Enns menyatakan bahwa memang pengertian teologi dogmatik kadang-kadang dibingungkan dengan teologi sistematik, sehingga ada beberapa karya teologi sitematik yang diberi judul “teologi dogmatik” (misalnya karya W. G. T. Shedd). Teologi dogmatik biasanya dimengerti sebagai studi yang menunjuk pada sistem kredo yang dikembangkan oleh suatu denominasi atau gerakan teologi tertentu.
Untuk mendapatkan pengertian yang benar tentang teologi sistematika, perlu melihat akar kata dalam bahasa aslinya. Kata teologi berasal dari kata Yunani theos yang artinya “Allah”, dan logos yang berarti “kata (Firman) atau percakapan”. Jadi teologi berarti percakapan tentang Allah. Dengan kata lain, melalui Firman, kita mengenal Allah. Kata sistematika berasal dari kata Yunani sunistano yang berarti “berdiri bersama-sama atau untuk mengatur”. Dari pengertian ini, teologi sistematika menekankan pensistematisan teologi.
Sampai tahapan pengertian ini teologi sistematika dapat dimengerti sebagai pensistematisan isi Alkitab menjadi tema-tema tertentu, misalnya doktrin Allah, doktrin Alkitab, dll. Dengan kata lain, teologi sistematika menghubungkan data tentang penyataan Alkitab secara menyeluruh untuk menunjukkan gambaran total mengenai pernyataan diri Allah secara sistematis. Melewati titik pengertian ini, kembali ada perbedaan pengertian apakah kebenaran yang diasimilasikan itu hanya terbatas pada Alkitab itu sendiri atau juga mencakup asimilasi informasi tentang Allah dari setiap sumber manapun juga. Lewis Sperry Chafer berpegang pada pandangan yang lebih luas dengan mengatakan bahwa teologi sistematik merupakan asimilasi informasi tentang Allah dari “setiap sumber manapun” termasuk informasi di luar Alkitab. Sedangkan Charles Hodge membatasi definisi teologi sistematik pada informasi yang berasal dari Alkitab saja.
Pandangan Paul Enns sejalan dengan Chafer dengan memandang teologi sistematika sebagai asimilasi kebenaran dari seluruh Alkitab dan dari luar Kitab Suci, dalam proses mensistematiskan doktrin-doktrin Alkitab. Demikian juga Millard Erickson menyatakan bahwa doktrin-doktrin iman kristen terutama berdasarkan pada Kitab Suci, ditempatkan dalam konteks budaya secara umum, dibahasakan dalam ungkapan yang relevan dengan zaman itu, dan berkaitan dengan isu-isu kehidupan.
Berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat ini, penulis memilih untuk setuju dengan pendapat Chafer, Enns, dan Erickson. Alasan penulis adalah berdasarkan sebuah buku yang ditulis oleh Arthur Holmes yang berjudul “Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah’. Holmes mengatakan bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah, tetapi tidak berarti semua kebenaran itu terkandung dalam Alkitab atau dapat disimpulkan dari Alkitab. Alkitab sendiri bukan sebagai penyataan yang lengkap mengenai segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, melainkan sebagai tuntunan yang sufisien (cukup) bagi iman dan perilaku umat Allah. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada bagian “Sumber Teologi Sistematik” di bagian bawah makalah ini.
Tujuan Teologi Sistematika
Ada beberapa tujuan mempelajari teologi sistematika, yaitu:
1. Sebagai penjelasan tentang kekristenan.
Teologi sistematik penting sebagai studi penelitian, penjelasan, dan pengorganisasian secara sistematis dari doktrin-doktrin yang merupakan dasar yang penting bagi kekristenan. Teologi sistematika menghasilkan pengertian yang jelas tentang kepercayaan dasar dari iman kristen.
2. Sebagai apologetik bagi kekristenan.
Teologi sistematik memampukan orang kristen untuk mempertahankan kepercayaan mereka secara rasional terhadap lawan-lawan dan orang yang antagonis pada iman kristen. Doktrin iman kristen yang telah disistematiskan harus diteliti, dijelaskan, dan dipresentasikan sebagai suatu pembelaan dari kekristenan sepanjang sejarah.
3. Sebagai alat untuk kedewasaan orang kristen.
Teologi sistematik adalah esensi dari kebenaran orang kristen, berarti teologi sistematik adalah kebenaran-kebenaran yang esensial bagi orang percaya (2 Tim. 3:16-17). Paulus sendiri memberikan teladan lewat tulisannya bahwa doktrin (teologi) adalah dasar dari kedewasaan orang kristen dan juga untuk melindungi orang percaya dari kesalahan (1 Yoh. 4:1; Yud. 4).
Sumber Teologi Sistematika
Teologi sistematik mempunyai dua sumber yaitu berasal dari sumber-sumber utama dan sumber-sumber kedua. Sumber-sumber utama adalah sbb:
1. Kitab Suci.
Alkitab adalah sumber utama bagi teologi yang mewahyukan tentang Allah dan relasi manusia dengan Dia. Karenanya pewahyuan Allah kepada manusia dalam 66 kitab PL dan PB adalah sumber utama dari pengetahuan manusia akan Allah.
2. Alam Semesta.
Mazmur 19 menyatakan bahwa alam semesta juga merupakan sumber utama dari pengetahuan akan Allah. Alam yang diwahyukan secara harmonis, adalah saksi yang terus-menerus menyatakan sifat-sifat Allah, kuasa-nya yang kekal, dan natur Ilahi (Roma 1:20).
Sedangkan sumber-sumber kedua adalah sbb:
1. Pengakuan-pengakuan doktrinal.
Pengakuan-pengakuan doktrinal seperti kredo Nicea, pengakuan Westminster, dan pengakuan lainnya mempunyai arti penting dalam memahami bagaimana orang kristen sepanjang abad telah mengerti konsep teologis.
2. Tradisi.
Yang dimaksud dengan tradisi di sini adalah tradisi yang benar karena tradisi bisa salah dalam memahami iman kristen. Apa yang diajarkan oleh individu tertentu, Gereja, dan denominassi merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan penyataan teologis.
3. Penalaran.
Penalaran yang dimadsud adalah penalaran yang dibimbing oleh Roh Kudus. Penalaran ini juga merupakan sumber teologi.
4. Pengalaman agamawi.
Pengalaman agamawi yang dimaksud di sini adalah pengalaman yang sehat, yang merupakan buah dari kesetiaan terhadap otritas Alkitab. Pengalaman itu harus dituntun, diatur, dan dijaga oleh Alkitab.
Penutup
Pengenalan akan Allah adalah kerinduan hati terbesar Agustinus. Jika seorang bapa Gereja dan teolog besar seperti Agustinus mempunyai kerinduan hati yang besar untuk mengenal Allah, sudah sepantasnya kita mempunyai kerinduan hati yang sama. “Pintu gerbang” dalam mengenal Allah di masa kini adalah Alkitab, dan teologi Biblika, Historika, dll di sistematiskan menjadi “sari” Alkitab yang telah disintesiskan agar mudah dipelajari melalui tema-tema (doktrin-doktrin). Seyogyanya setiap orang kristen belajar teologi dengan baik dan pembelajaran itu dapat dimulai dari teologi sistematika. Semakin sulit dan kacau keadaan dunia, pengetahuan yang sehat tentang teologi yang benar semakin diperlukan. Seyogyanya pula kita memberikan apresiasi yang tinggi kepada para teolog-teolog senior yang telah bersusah payah menyusun buku-buku pelajaran teologi sistematika sehingga kita dapat mempelajarinya dengan lebih mudah. Soli Deo Gloria.
Friday, February 26, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment