Friday, February 26, 2010

Martin Luther

Pendahuluan
Setiap orang kristen di seluruh dunia seharusnya tahu sebuah nama ini: Martin Luther. Luther adalah sang Reformator pertama yang mendobrak tradisi dan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh gereja Katolik. Tulisan ini membahas secara singkat riwayat hidup Martin Luther dan pandangan teologinya.

Kehidupan Awal
Martin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 di Eisleben, Jerman. Orangtuanya bernama Hans Luder (kemudian Luther) dan Margarethe Lindermann. Keesokan harinya pada perayaan hari St. Matin of Tours, Martin Luther dibaptiskan secara Katolik. Keluarganya pindah ke Mansfeld pada tahun 1484. Martin Luther mempunyai beberapa saudara laki-laki dan wanita dan dia dekat dengan salah seorang saudaranya, Jacob. Ayahnya, Hans, mempunyai keinginan anak pertamanya (Martin Luther) untuk menjadi seorang pengacara. Dia mengirim Martin ke sekolah Latin di Mansfeld, dan kemudian Magdeburg di tahun 1497. Pada usia 19 tahun di tahun 1501, Luther memasuki universitas Erfurt dan mendapatkan gelar master pada tahun 1505.
Untuk memenuhi harapan ayahnya, Luther mendaftar di sekolah hukum universitas Erfurt tetapi dengan segera ditinggalkannya. Luther percaya bahwa hukum mewakili suatu ketidakpastian sementara dia mencari kepastian dalam hidupnya. Kemudian Luther terbenam dalam dunia teologi dan filosofi. Ada dua orang yang mempengaruhi pemikiran Luter yaitu Bartholomaus Arnnoldi von Usingen dan Jodocus Trutfetter yang mengajarkannya untuk tidak mudah menerima pendapat orang lain walaupun itu berasal dari pemikir-pemikir terbesar dan untuk mencoba membuktikannya dengan pengalamannya sendiri. Ternyata filosofi terbukti tidak memuaskan dirinya karena tidak dapat membawa manusia kepada Tuhan. Karenanya Alkitab menjadi bagian penting baginya.
Pada tanggal 2 Juli 1505 Luther sedang berkuda dalam perjalanan pulang dari universitas ketika badai terjadi dan sebuah petir menyambar di dekatnya. Dengan ketakutan dia berteriak, “Tolong Santa Anna, aku akan jadi rahib”. Menepati janjinya, dia memasuki biara Agustian di Efurt pada 17 Juli 1505. Luther mendedikasikan dirinya hidup membiara, memaksa diri untuk berpuasa, berdoa ber-jam-jam, dsb. Pada tahun 1507 Luther ditabiskan menjadi imam dan mulai 1508 mengajar teologi di universitas Wittenberg. Dia mendapat gelar sarjana dalam Biblical studies dan pada tanggal 19 Oktober 1512 Luther mendapat gelar doktor teologi. Antara tahun 1514 dan 1515 melalui studi kitab Mazmur dan Roma, Luther mendapat pemahaman bahwa kita dibenarkan semata-mata oleh iman. Dengan kata lain dibenarkan oleh Allah melalui karya Kristus bukan melalui perbuatan kita sendiri.

Sejarah Reformasi
Pada tahun 1516-1517, Johann Tetzel dikirim ke Jerman untuk menjual surat pengakuan dosa guna mengumpulkan uang bagi pembangunan Basilika St. Peter di Roma. Luther menulis surat protes kepada Albrecht, Archbishop Mainz dan Magdeburg dilampiri tembusan 95 tesis. Sebenarnya Luther tidak bermaksud mengkonfrontasi gereja Katolik melainkan hanya keberatan secara akademis terhadap praktek-praktek gereja. Kemudian Luther mengirimkan 95 tesisnya ke gereja “All Saints” pada 31 Oktober 1517. Peristiwa inilah yang dikenal sebagai Reformasi Protestan. Dengan cepat 95 tesis Luther diterjemahkan dari Latin ke Jerman dan dicetak. Hal ini menimbulkan salah satu kontroversi pertama yang disebabkan oleh percetakan. 95 tesis Luther menyebar ke seluruh Jerman dalam dua minggu dan dalam dua bulan ke Eropa. Dalam tahun 1520 Luther menerbitkan tiga karyanya yang paling terkenal yaitu “To the Christian Nobility of the German Nation”, On the Babylonian Captivity of the Church, dan On the Freedom of a Christian”.
Dalam menanggapi 95 tesis Martin Luther, Paus Leo X mengirim Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan pada tahun 1518. Mazzolini menyatakan Luther sebagai penyesat dan menulis bantahan tertulis terhadap dalil-dalilnya. Luther menjawab dengan cara yang sama sehingga terjadi suatu pertikaian. Berikutnya Kardinal Kayetanus diutus Paus untuk menerima janji kesetiaan Luther di Augsburg pada bulan Oktober 1518. Meskipun secara tersirat mengaku taat pada gereja, Luther dengan berani menyangkal kewibawaan Paus dan menyatakan bahwa lembaga kepausan bukan hakikat gereja yang asli dan tidak dapat berubah. Paus melakukan upaya terakhir untuk menyelesaikan konflik dengan Luther pada Januari 1519. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan membuat Luther sepakat untuk berdiam diri sepanjang lawan-lawannya juga berdiam diri. Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap pendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya.
Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan ajarannya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sebagai orang buangan oleh Diet, tulisannya dilarang dan diperintahkan untuk ditangkap. Juga dikatakan setiap orang yang memberi makan atau tempat tinggal bagi Luther adalah tindak kejahatan. Bahkan diperbolehkan setiap orang untuk membunuh Luther tanpa dihukum. Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Kemudian dia juga menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.
Secara diam-diam Luther kembali ke Wittenberg dan memberikan delapan khotbah yang menyatkan nilai-nilai dasar kristiani seperti kasih, kesabaran, kemurah-hatian, dan kebebasan serta mengingatkan perlunya percaya kepada kata-kata Tuhan. Luther sendiri tidak mendukung penggunaan kekerasan untuk mendapatkan kebebasan beragama. Dia merasa bingung dengan orang-orang yang fanatik terhadap agama, namun di sisi lain radikal secara politik.
Kehidupan Pribadi Luther
Delapan tahun setelah menulis 95 tesisnya, Luther menikah dengan Katherine von Bora. Jika Luther adalah mantan biarawan, Katherine (Katie) adalah mantan suster. Mereka menikah pada tanggal 13 Juni 1525. Katie sangat berarti bagi Luther. Dia menjadi pengurus kebun, juru masak, perawat, peternak sapi, pemegang pembukuan, dan pembuat bir. Secara berkelakar Luther pernah berkata: “Untuk urusan rumah tangga, aku tunduk kepada Katir. Namun, untuk urusan lain aku tunduk kepada Roh Kudus”.
Luther dan Katie mempunyai enam orang anak. Ketika Luther berusia 59 tahun, putri mereka, Magdalena meninggal. Itu menjadi pukulan hebat bagi Luther karena pada waktu itu dia juga sedang menghadapi masalah yang lain yaitu kesehatan yang memburuk dan beberapa perselisihan agama yang besar. Pada tahun 1546, pada usia 62 tahun, Martin Luther meninggal dan Katie menyusul empat tahun kemudian. Kata-katanya yang terakhir adalah, “Aku akan berpegang pada Kristus kuat-kuat”. Ada sebuah pepatah yang suka dikutip Luther, “Seorang istri seharusnya membuat suaminya senang tatkala pulang ke rumah dan seorang suami seharusnya membuat istrinya merasa sedih ketika melihatnya pergi”.

Pandangan Penafsiran Martin Luther
Beberapa prinsip penafsiran Martin Luther menurut F.F Bruce yang dikutip oleh Sutanto adalah sbb:
1. Mementingkan iman dan penerangan Roh Kudus.
2. Alkitab adalah otoritas tertinggi, di atas gereja.
3. Alkitab dapat dimengerti dan bersifat konsekuen. Kesulitan dalam menafsir adalah ketidaktahuan manusia akan arti kata dan tata bahas Alkitab.
4. Setiap orang dapat mengerti Alkitab tanpa pertolongan atau petunjuk dari gereja. Alkitab harus ditafsir dengan Alkitab, maksudnya ayat yang kurang jelas ditafsir dengan ayat yang lebih jelas.
5. Pusat dari Alkitab adalah Kristus.
6. Membedakan Taurat dan Injil. Taurat berfungsi menunjukkan kesalahan manusia dan Injil adalah anugerah penyelamatan dan kuasa Allah.

Mark Shaw menyatakan bahwa teologi Luther adalah paradoks dan teologi Salib. Maksudnya adalah kunci dalam memahami kebenaran Alkitab ditinjau dari sudut kematian Kristus itu adalah bahwa Allah sekarang ini berbicara melalui paradoks, yaitu:
1. Paradoks Allah.
Dalam dalilnya yang kedua puluh Luther menyatakan “Seseorang baru layak disebut seorang teolog jika ia memahami hal-hal yang visibel dari sisi yang lemah dari Allah.
2. Paradoks Keselamatan.
Kematian Kristus adalah suatu pencapaian yang menyelamatkan saya dan bukan hasil usaha saya.
3. Paradoks realitas.
Realitas sejati tidak seperti yang dipikirkan akal busi. Realitas sejati mengenai Allah dan keselamatan-Nya bersifat “paradoksikal” dan tersembunyi di balik kontradiksinya. Hanya iman semata yang dapat memahami realitas yang sejati dan bersifat paradoks.
4. Paradoks penderitaan.
Penderitaan adalah sarana untuk menumbuhkan penyangkalan diri. Mustahil seseorang tidak tersanjung oleh perbuatan baiknya kecuali melalui pengalaman penderitaan dan kejahatan. Ia terlebih dahulu dihancurkan dan tidak berdaya, sehingga dia diajar bahwa perbuatan baiknya itu bukan apa-apa, dan perbuatan baiknya tidak bersumber dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah.
5. Paradoks kebenaran.
Luther menyatakan bahwa salib seharusnya merubah cara pandang kita terhadap setiap doktrin yang lain.
6. Paradoks pelayanan.
Dalam pelayanan gerejawi, tidak ada yang lebih kuat dari pada kelemahan. Maksudnya gereja dan diri kita akan hancur bila tidak ditopang Kristus yang disalibkan dan telah bangkit.

Penutup
Martin Luther tidak saja dipakai Tuhan untuk memicu Reformasi, tetapi juga meninggalkan pandangan teologi Injili yang baik. Tentu tidak semua doktrin Luther diterima semua kaum Injili, tetapi karyanya tetap abadi. Sola Fide, Sola Scriptura, Soli Deo Gloria.

No comments: