Monday, April 2, 2007

Ini Aku, Utuslah Aku

Oleh: Pdt. Yohan Candawasa, 040207 di GKKK Solo

Mat 9: 35-38
Ada beberapa hal yang (mulai) menghilang dalam gereja:
1. Cara pandang/cara berpikir/cara ber-respon seseorang terhadap suatu masalah dapat berbeda sekali dengan cara pandang orang yang lain. Jadi untuk suatu hal yang sama, manusia bisa ber-respon dengan cara yang berbeda. Hal ini terjadi karena manusia melihat suatu hal berdasarkan tujuan tertentu, apakah untuk kepentingan yang melihat atau untuk kepentingan yang dilihat. Misalnya waktu akan menyebrang kita melihat mobil-mobil di kanan-kiri untuk kepentingan kita yang melihat (kita yang mendapat manfaat), bukan untuk kepentingan/kebutuhan yang dilihat. Sering kali cara pandang kita dalam segala hal hanya untuk kepentingan kita pribadi. Hal ini berbeda dengan cara pandang Yesus dalam Mat 9: 35-38 dimana Ia melihat orang banyak dan hati-Nya tergerak untuk berbelas kasih kepada mereka, untuk kepentingan orang banyak yang bagaikan domba tanpa gembala. Kita dapat melihat suatu hal yang sama tetapi dengan respon yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan Tuhan Yesus. Yesus selalu melihat dalam konteks kebutuhan orang lain bukan kebutuhan diri-Nya sendiri. Kita harus belajar untuk melihat untuk kepentingan yang dilihat, mengikis egoisme kita.
2. Belas kasih bukan sekedar kasihan menjadi langka di dunia bahkan di gereja karena:
· Sibuk sehingga tidak punya waktu buat diri sendiri apalagi untuk orang lain. Jaman ini telah mengikis rasa belas kasihan kita kepada sesama.
· Harga belas kasih mahal. Contoh kisah orang Samaria yang menolong orang yang dirampok. Kita lihat dalam Luk 10: 33-35 berapa harga belas kasih orang Samaria. Saat ini rasa belas kasih telah menghilang bahkan di dalam gereja karena kita telah ‘membunuh’ belas kasih itu.
· Sejak kecil banyak anak-anak tidak dididik dengan belas kasih atau dikasihi sehingga mereka tumbuh dengan penuh luka jiwa dan kekosongan jiwa. Jaman ini adalah jaman Narcis dimana anak-anak bertumbuh dengan tidak mendapat hal-hal yang seharusnya didapatnya dan mendapat hal-hal yang tidak seharusnya ditanggungnya. Sebuah survey di sebuah sekolah Kristen di Solo mengatakan 80% remaja merasa keluarganya tidak memberi perhatian kepadanya. Orang tumbuh tanpa belas kasih akan sangat sukar untuk mengasihi orang lain. Kita lihat banyak orang datang ke gereja untuk memenuhi kebutuhan narcisnya untuk mendapatkan berkat dan berkat saja bukannya untuk pikul Salib dan berkorban. Berapa banyak kita mendengar kotbah yang menantang untuk berbelas kasih dan berkorban? Hari ini banyak gereja meneriakkan kita akan mendapat dan mendapat segala kebutuhan kita (egosentris), maka mana bisa kita memikirkan kepentingan orang lain. Kita diajar untuk mengejar dunia bukannya mengejar sifat-sifat Allah.

Ada sebuah kisah nyata tentang seorang hamba Tuhan di Taiwan yang secara berkala datang ke sebuah kuil. Ada kalanya dia cepat pulang tetapi ada kalanya pula dia tidak pulang sampai hari malam. Apakah yang dilakukan sang hamba Tuhan itu?
Ternyata dia hanya melihat orang-orang yang berlalu-lalang keluar masuk ke kuil tsb dan menggumulkan hatinya dihadapan Tuhan. Bila hatinya telah tersentuh dengan belas kasih hingga menangisi orang-orang berdosa tsb barulah dia pulang.............

3. Mat 9:35-38 menunjukkan sikap Yesus yaitu:
· Melihat orang banyak (melihat dengan mata)
· Ber-belas kasih kepada mereka (belas kasih dengan hati)
· Mengajak murid-muridnya berdoa untuk meminta penuai-penuai bagi domba-domba yang tak bergembala. Kita baca bahwa murid-murid-Nya setuju dengan-Nya, berarti mereka melihat sama dengan cara Yesus melihat dan berbelas kasih seperti Yesus berbelas kasih. Kita membaca dalam pasal 10 Allah menjawab doa murid-murid dengan mengutus mereka sebagai penuai. Jadi yang berdoa adalah sekaligus sebagai jawaban doanya. Siapkah kita diutus oleh Allah? Atau kita berdoa dan berharap orang lainlah yang diutus?

Hari ini apakah kita berdoa meminta karakter Yesus, meminta mata seperti mata Yesus, hati seperti hati Yesus, merelakan diri untuk melaksanakan jawaban doa atau apakah kita berdoa hanya untuk masalah pribadi kita? Tuhan rindu kita untuk meminta karakter yang serupa dengan karakter Yesus.

Brikanku Hati
Brikanku hati, sperti hatiMu
Yang penuh dengan belas kasihan
Brikanku mata, sperti mataMu
Memandang tuaian di sekelilingku
Brikanku tanganMu ‘tuk melakukan tugasMu
Brikanku kakiMu melangkah dalam rencanaMu
Brikanku, brikanku, brikanku hatiMu

Kotbah di atas diringkas oleh Hendra dan belum diperiksa oleh pengkotbah

No comments: