Baptisan dan Kepenuhan
Peranan dan Karya Roh Kudus Masa Kini
(disadur dari John Stott)
Bab 1: Janji Akan Roh Kudus
Hidup kristiani adalah hidup di dalam Roh. Semua orang yang memiliki Roh Allah adalah anak-anak Allah, dan semua orang yang adalah anak Allah memiliki Roh Allah. Tidak mungkin memiliki Roh tanpa menjadi anak Allah atau menjadi anak Allah tanpa memiliki Roh (Rm 8:9). Paulus mengatakan bahwa hidup dalam Roh dan menjadi milik Kristus adalah ungkapan yang sinonim. Dengan kata lain Paulus mengatakan tidak ada seorangpun dapat menjadi milik Kristus tanpa memiliki Roh.
1 Kor. 6:19-20 menyatakan ketika kita dibeli dan harganya telah lunas dibayar, maka tubuh kita bukanlah milik kita sendiri melainkan milik Dia yang membeli/menebus kita. Oleh karena penebusan itu, tubuh kita disebut menjadi bait Roh Kudus karena Allah sendiri yang memberikan Roh Kudus kepada kita. Jadi memiliki Roh Kudus bukanlah hasil usaha manusia melainkan anugerah dari Allah (lihat Rm. 5:5).
Secara singkat, Roh Kudus menyatakan Kristus kepada kita sehingga kita bertobat, dan RK membentuk Kristus di dalam kita (proses pengudusan).
Apakah memiliki RK sama dengan ‘baptisan’ RK?
Ada dua pendapat yaitu ‘sama’ dan ‘tidak sama’.
Mereka yang berpendapat tidak sama mengajarkan bahwa baptisan RK adalah pengalaman kedua yang mengikuti, yang harus dialami oleh semua orang kristen setelah baptisan air. Di pihak lain, berpendapat bahwa baptisan RK adalah milik semua orang percaya yang telah benar-benar bertobat.
Pencurahan atau baptisan RK adalah salah satu berkat khusus zaman baru (2 Kor. 3:8). Ungkapan baptisan RK hanya muncul di Alkitab sebanyak 7 kali dalam PB dan merupakan pemenuhan dari harapan/nubuatan PL. Yesaya 32:15 berbicara tentang hari waktunya Roh akan dicurahkan kepada kita dari atas; Yehezkiel 39:28-29 berbicara akan pencurahan Roh ke atas kaum Israel; Yoel 2:28 menyatakan janji Tuhan untuk mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia. Yohanes pembaptis, nabi terakhir PL merangkum dalam Markus 1:8 dengan mengatakan “Aku membaptis kamu dengan air, tapi Ia akan membaptis kamu dengan RK. (lihat ayat paralel Mat. 3:11; Luk 3:16; Yoh 1:33). Jika kita melihat Yoh. 1:29, 33, ciri khas pelayanan Yesus adalah rangkap dua yaitu penebusan dosa manusia dan pembaptisan dengan RK.
Pada hari Pentakosta (Kis. 2:38), Petrus berseru dan meyakinkan bahwa semua orang yang akan bertobat dan percaya akan menerima dua berkat dengan cuma-Cuma yaitu pengampunan dosa dan karunia RK. Karunia Roh di sini bersinonim dengan ‘janji Roh’ (Kis. 1:4; 2:33, 39; ‘baptisan Roh (1:5), dan ‘pencurahan Roh’ (2:17, 33). Kesimpulan di sini adalah setiap orang yang bertobat menerima karunia Roh, yang dijanjikan Allah sebelum hari Pentakosta, dan dengan demikian dibaptis dengan Roh yang dicurahkan Allah pada hari Pentakosta. Kesimpulan ini konsisten dengan keyakinan Petrus pada kasus Kornelius (Kis. 11:16-17) yaitu baptisan dan juga sebagai karunia Roh. Jadi baptisan Roh sama dengan janji atau karunia Roh dan menjadi bagian tak terpisahkan dengan pengampunan dosa dan keselamatan. RK melahirkan kembali, mendiami, membebaskan dan mengubah kita. Paulus dalam Titus 3:4-7 menyatakan Roh yang dicurahkan untuk melahirkan kembali dan mambarui kita dilihat sebagai bagian dari keselamatan.
Baptisan atau pencurahan Roh Kudus adalah adalah berkat khusus dari zaman baru (zaman PB) karena sebelumnya belum dapat diperoleh, tapi juga berkat umum karena berkat itu menjadi hak kelahiran semua anak Allah. (Kis. 2:38-39) Jadi semua orang yang menerima panggilan Allah, ia mewarisi janji Allah akan RK.
Hari Pentakosta (Kisah pasal 2)
Dalam Kisah 2 ada dua kelompok orang yang terpisah waktu menerima baptisan atau karunia RK. Kelompok pertama berjumlah 120 orang (Kis. 1:15) dan kelompok kedua berjumlah kira-kira 3.000 (Kis. 2:41). Kedua kelompok ini menerima janji dan karunia yang sama yaitu RK (Kis. 2: 33; 39). Walaupun demikian, ada perbedaan yang sangat besar, yaitu kelompok 120 orang pertama telah dilahirkan kembali dan kelompok 3.000 orang kedua semula tidak percaya, menjadi percaya karena khotbah Petrus dan saat itu juga menerima pengampunan dosa dan karunia Roh yang sama seperti kelompok pertama, saat itu juga.
Pertanyaannya, mengapa kedua kelompok itu mengalami pengalaman yang berbeda?. Kelompok pertama sudah percaya, sudah dibaptis air, belum menerima karunia Roh sebelum Pentakosta. Kelompok kedua tidak percaya menjadi percaya, belum dibaptis air, dan menerima baptisan RK terlebih dahulu.
Jawabanya adalah karena janji Roh (Yoel 2:28) memang baru digenapi pada hari Pentakosta. Mengapa begitu? Karena hari Pentakosta menandai kejadian akhir dari ‘riwayat kerja’ Yesus di dunia dan menandai awal ‘riwayat kerja’ RK di dunia. Pencurahan Roh yang dinanti-nantikan baru dapat terlaksana setelah genap karya Kristus di dunia berupa kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Dengan demikian, Pentakosata menandai awal zaman baru, yaitu zaman Mesianis atau zaman Roh. Peristiwa Pentakosata tidak dapat diulangi dan hanya terjadi sekali dalam sejarah manusia seperti halnya kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus. Kesimpulannya, mereka yang bertobat (kelompok 2) pada hari Pentakosta menjadi pola bagi orang percaya berikutnya. Arti kedua Pentakosta adalah pemenuhan janji Kristus (Kis. 1:8) pada para rasul untuk melengkapi tugas kerasulan memberitakan Injil. Arti ketiga adalah Pentakosta adalah pembangunan rohani pertama di mana pertsama kali Roh menunjukkan kuasa-Nya dengan berkelimpahan.
Jadi baptisan RK bukanlah ‘second blessing’ melainkan kita menerima Roh karena percaya pada pemberitaan Injil dalam iman (Gal. 3:2; 14). Ada orang yang mengatakan karunia RK adalah ‘second blessing’ yang harus dikejar oleh orang percaya. Pendapat ini dikaitkan dengan Kis. 8:5-17. Filipus memberitakan Injil di Samaria dan banyak orang menjadi percaya dan dibaptis air. Nah, ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Pertanyaannya mengapa harus mengutus Petrus dan Yohanes??
Jawabannya adalah karena para petobat itu orang Samaria. Orang Yahudi menganggap orang Samaria adalah musuh besar mereka dan orang berdosa dan najis sehingga mereka tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh. 4:9). Rupa-rupanya tidak mudah bagi orang Yahudi untuk mengakui bahwa musuh besar merekapun mendapatkan keselamatan seperti mereka. Dengan konteks latar belakang seperti itulah Petrus dan Yohanes sampai harus datang untuk memeriksa dan meneguhkan pertobatan mereka dengan peletakan tangan. Jadi peletakan tangan adalah tanda yang meneguhkan bukan oleh karena peletaan tangan RK turun ke atas mereka. Perhatikan bahwa ketika orang Samaria dibaptis, mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 8:16) dan yang menyebabkan Roh tidak diberikan adalah keadaan historis. Keadaan historis ini bersifat khusus dan tidak dapat diulang dan dijadikan pola.
Alasan kedua adalah kejadian di Kis. 19:1-7. Ternyata mereka tidak tahu akan RK (ay. 2). Baptisan yang mereka terima adalah baptisan Yohanes Pembaptis, padahal seharusnya baptisan air harus dilakukan di dalam nama Allah tritunggal (Mat. 28:19). Setelah itu maka Paulus membaptis mereka dalam nama Kristus dan menumpangkan tangannya, dengan akibat RK turun ke atas mereka. Jadi sebelum dibaptis Paulus, mereka tidak dibaptis dalam nama Yesus dan tidak mengenal RK. Ayat 4 menyatakan ternyata mereka belum mengenal Yesus juga (sehingga Paulus perlu untuk menjelaskannya). Setelah mengerti dan menerima, Paulus membaptis mereka dan RK-pun turun kepada mereka.
Kesimpulan
• Baptisan Roh adalah sama dengan karunia Roh.
• Baptisan air adalah tanda upacara masuk kekristenan, sedangkan baptisan Roh adalah pengalaman kristiani yang mula-mula setelah bertobat. Dengan kata lain baptisan air adalah tanda dari baptisan dengan Roh sepanjang baptisan air itu adalah tanda pengampunan dosa.
• Orang yang sudah menerima karunia Roh, harus mengalami kelanjutannya dipenuhi dengan Roh dengan proses pengudusan (santification) dalam hidupnya, menyangkal diri agar semakin mirip dengan Kristus. Proses ini berlangsung sepanjang hidup kita.
Bab 2: Kepenuhan Roh
Apa yang terjadi pada hari Pentakosta adalah Allah mencurahkan Roh dan membaptis 120 orang dan 3.000 orang. Buah baptisan Roh adalah ‘penuhlah mereka dengan RK’ (Kis. 2:4). Jadi kepenuhan Roh adalah akibat dari baptisan Roh. Walaupun demikian, karena natur berdosa manusia, maka kepenuhan Roh mengalami dinamika dalam hidup kita. Manusia dapat kembali jatuh dalam dosa, menyesal dan kembali pada Allah secara berulang-ulang. Ketika berdosa, manusia tidak dipenuhi dengan Roh tapi tidak kehilangan Roh. Contoh di Alkitab adalah jemaat Korintus. Mereka adalah jemaat yang diperkaya dengan berbagai karunia rohani (1 Kor. 1:7) dan sudah dibaptis dengan RK (12:13). Namun, Paulus mengecam mereka sebagai jemaat yang tidak rohani atau tidak dipenuhi Roh. Oleh karenanya Yesus sendiri dalam Yoh 7:37-39 menasihati kita agar kepenuhan Roh terus menerus dijadikan milik kita dengan iman. Yesus menggambarkan air sebagai RK dan barang siapa yang haus hendaklah ia ‘datang’ dan ‘minum’. Kata kerja yang dipakai dalam ‘datang dan minum’ adalah present tense atau dalam bentuk masa kini. Artinya orang percaya harus selalu ‘datang dan minum’, harus selalu dipenuhi dengan RK. Jadi baptisan RK hanya sekali, sedangkan kepenuhan RK dapat terjadi berualang-ulang.
Ciri-ciri Kepenuhan Roh
Dalam contoh jemaat Korintus, Paulus menyindir mereka dengan mengatakan ‘kamu telah kenyang, telah penuh’ (4:8). Tetapi bukan kepenuhan RK karena bila benar mereka dipenuhi oleh Roh, tentu mereka akan dipenuhi dengan kasih, yang adalah salah satu buah Roh. Kasih adalah ikatan yang kuat antara buah dan karunia-karunia Roh. Jadi ciri-ciri dipenuhi oleh Roh adalah bersifat moral, bukan bersifat ajaib, dan berada pada buah-buah Roh bukan pada karunia-karunia Roh.
Paulus memberikan contoh akibat daqri kepenuhan Roh yang menghasilkan buah-buah Roh berupa kualitas moral dalam Ef. 5:18-21. Paulus mengkontraskan antara kepenuhan Roh dengan mabuk yang menimbulkan hawa nafsu. Kata Yunani menimbulkan hawa nafsu adalah ασωτία (asotia) yang berarti suatu keadaan di mana seseorang tidak mampu mengawasi/mengendalikan diri sendiri. Sebaliknya penuh dengan Roh mengakibatkan ‘berkata-kata, bernyanyi, bersorak, mengucap syukur, merendahkan diri’ secara sadar. Jadi keliru sekali kalau ada pandangan dipenuhi Roh berarti kita berada dalam keadaan yang tidak sadar atau tidak dapat mengendalikan diri sendiri. Jika mabuk berarti ada pengaruh alkohol yang bekerja dalam darah, maka kepenuhan Roh berarti ada RK dalam hati. Kepenuhan Roh bukan meliputi manifestasi mistis yang khusus tapi hubungan moral dengan Allah dan sesama.
Ef. 5:18b: ‘Hendaklah kamu penuh dengan Roh’ mempunyai beberapa implikasi sbb:
• Bentuknya perintah langsung.
• Kata kerjanya jamak, artinya kepenuhan Roh bukan hak tapi tugas kepada semua orang percaya.
• Kata ‘dipenuhi’ berbentuk pasif artinya kita menyerah tanpa syarat kepada kehendak-Nya. Walaupun demikian di dalam penyerahan diri untuk dibentuk oleh RK, kita berperan aktif menjalankan kehendak-Nya itu. Sebagaimana orang mabuk karena minum, kita dipenuhi Roh karena minum juga dari Yoh. 7:37.
• Bentuk kata kerjanya adalah bentuk masa kini yang terus menerus. Artinya kepenuhan Roh bukan terjadi hanya sekali, melainkan suatu upaya untuk memilikinya terus menerus secara bertambah-tambah. Jadi kegagalan dan keburukan perbuatan dari banyak orang percaya membuktikan bukan akan perlunya mereka dibaptis dalam RK, tapi perlu untuk menemukan kembali kepenuhan Roh yang telah hilang dari diri mereka akibat dosa (satu baptisan Roh, banyak kepenuhan).
Pertanyaannya, bagaimana supaya dipenuhi Roh terus menerus dan bertambah-tambah?
Paulus memberikan petunjuk dalam Ef. 1:17-19. Ada ordo atau urutan yang harus dipenuhi yaitu:
• Penerangan
• Pengertian
• Iman
• Pengalaman
Karena iluminasi atau penerangan dari RK maka kita tahu dan oleh iman kita menikmati apa yang kita ketahui. Pengalaman iman kita karenanya dipengaruhi sekali oleh pengetahuan hati kita. Selanjutnya makin banyak yang kita ketahui, makin besar kecakapan rohani kita dan makin besar tanggung-jawab kita kepada Allah dan sesama karena iman.
Perlu dicermati gejala-gejala yang bersifat jiwani (psikologis) yaitu pengalaman berasal lebih dari jiwa insani daripada karena Roh Allah. Ucapan-ucapan yang tidak disadari oleh otak dan berulang-ulang terkenal di kalangan orang Hindu, Mormon, dan penganut kalangan agama lain, juga di beberapa keadaan medis. Menghadapi keadan seperti itu Alkitab mengajarkan kita untuk menguji segala sesuatu, khususnya ‘menguji roh-roh’ (1 Tes. 5:21; 1 Yoh. 4:1). Sekali lagi tolok ukur kita hanyalah Alkitab saja.
Bab 3: Buah Roh
Karunia Roh atau baptisan RK akan menghasilkan buah-buah Roh. Buah-buah Roh adalah (Gal. 5:22-23). Ada 9 buah Roh yang dapat digolongkan menjadi 3 sekawan yang menggambarkan hubungan kita dengan Allah (kasih, sukacita, damai sejahtera), dengan sesama (kesabaran, kemurahan, kebaikan), dan dengan diri sendiri (kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri). Sekali lagi, bukti nyata karya RK dalam manusia bukanlah pengalaman-pengalaman yang emosional, subjektif, melainkan sifat-sifat moral kristiani yang tercakup dalam 9 buah Roh sehingga dapat hidup dalam kesesuaian dengan Allah dan sesama dalam pengawasan diri yang kuat.
Bagaimana caranya agar hidup kita berbuah?
Hidup yang berbuah adalah hidup yang semakin mirip dengan karakter Kristus. Keserupaan dengan Kristus bersifat supra-alami dalam asalnya (dari RK) tetapi bersifat alami dalam pertumbuhannya (kita yang berperan aktif). Sebagai ilustrasi walau tidak tepat benar tapi dapat memberikan gambaran yaitu ketika seorang anak akan memulai sebuah bisnis. Dalam memulai bisnis, ayahnya memberikan modal kerja dan bimbingan kepada anaknya, tetapi keputusan-keputusan strategis adalah tanggung-jawab sang anak. Agar dapat berhasil dalam usahanya, sang anak wajib untuk ‘berguru dan belajar’ dari sang ayah. Sayangnya, untuk belajar dari sang ayah memerlukan pengorbanan yang banyak yaitu menyangkal diri dan rela membayar harganya. Harganya macam-macam, bisa berupa teguran berulang-ulang, keluar dari zona nyaman, merubah pola pikir dan tradisi, harga diri yang tercabik karena merendahkan diri, dll. Seberapa banyak sang anak dapat belajar dari ayahnya, sebanyak itu pula keberhasilan bisnisnya.
Sang anak adalah gambaran saudara dan saya, sedangkan ayah menggambarkan Kristus melalui Firman Tuhan. Modal dan bimbingan sudah diberikan, pertanyaannya seberapa jauh kita mau merendahkan diri dan patuh pada Firman-Nya, sebesar itulah buah-buah Roh akan kita dapatkan.
Bab 4: Karunia-karunia Roh
Karunia-karunia Roh berbeda dengan buah-buah Roh. Buah-buah Roh adalah hasil yang kita dapatkan ketika kita rela menyangkal diri dan menyesuaikan seluruh hidup ke dalam prinsip-prinsip kebenaran Alkitab. Karunia-karunia Roh adalah pemberian dari Tuhan sebagai akibat pertobatan pribadi untuk memampukan orang itu melakukan pelayanan yang khusus dan sesuai. Jadi setiap orang percaya minimal mempunyai sebuah karunia (bisa lebih).
Dalam PB ada 4 daftar karunia rohani yaitu Kor. 12 (13 karunia), Roma 12:3-8 (7 karunia, 5 yang lain), Ef. 4:7-12 (5 karunia, 2 yang lain), dan 1 Pet. 4:10-11 (2 karunia, 1 yang lain). Jadi paling sedikit ada 20 karunia dalam PB.
Hubungan antara karunia rohani dengan bakat alami
Bakat-bakat alami diberikan Allah kepada semua orang, tetapi karunia rohani hanya diberikan pada orang percaya. John Owen membedakan karunia rohani menjadi dua macam yaitu karunia yang mengatasi segala kuasa dan kecakapan akal budi manusia (supra-alamiah) dan karunia yang memperbaiki dan meningkatkan kecakapan-kecakapan akal (alamiah) manusia. Satu prinsip paling penting adalah semua karunia rohani ditujukan bagi kepentingan-Nya bukan kepentingan pribadi.
Berkaitan dengan karunia rohani yang supra-alamiah, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah karunia mujizat masih ada? Walau ada pendapat lain, mujizat masih ada sebab siapakah manusia yang mengatakan apa yang harus atau tidak dilakukan-Nya?. Dia adalah Allah yang berdaulat dan bebas melakukan apa yang diinginkan-Nya.
Tetapi, masalahnya apa beda mujizat dan providensia (pemeliharaan) Allah??.
Mujizat adalah kejadian yang luar biasa, yang sifatnya supra natural.
Pemeliharaan Allah adalah pemeliharaan Allah pada manusia melalui proses sejarah alam setiap saat.
Ketika kita melihat Allah bekerja setiap saat, maka kita akan sadar bahwa segala penyembuhan adalah penyembuhan Ilahi, terlepas apakah kesembuhan itu melalui medis atau melalui doa. Baik medis maupun doa, keduanya adalah sekedar sarana bagi kesembuhan Ilahi.
Yang menjadi masalah adalah ketika manusia berupaya untuk ‘mengintervensi’ Allah dengan menggunakan ‘iman’ untuk menuntut bahkan meng-klaim memakai nama Yesus agar suatu mujizat terjadi. Mereka lupa bahwa Allah berhak untuk menolak doa mereka. Mereka lupa bahwa Yohanes Pembaptis yang disebut Yesus sebagai orang tebesar dalam PL, secara khusus dikatakan bahwa dia tidak pernah membuat mujizat (Yoh. 10:41).
Penutup
Ada sebagian orang yang percaya bahwa mujizat terjadi setiap hari bahkan setiap saat. Mereka lupa bila mujizat terjadi setiap saat, artinya mujizat itu bukan lagi keadaan yang supra natural karena sudah menjadi kejadian biasa tiap-tiap hari. Jadi pandangan yang sehat akan mujizat adalah mujizat adalah hak Allah yang berdaulat. Kita percaya bahwa Allah pernah melakukannya dan masih melakukan mujizat hari ini (dalam konteks pemeliharaan-Nya). Oleh karenanya sah-sah saja ketika berada dalam masalah besar (misal. sakit keras) kita berharap mujizat atau intervensi Allah langsung untuk menyembuhkan penyakit kita. Hanya, ketika Allah tidak menjawab permintaan kita, jangan kita kecewa dan menyalahkan Dia. Secara konkrit sepanjang sejarah Allah melakukan mujizat untuk meneguhkan kebenaran-kebenaran-Nya yang ditulis dalam Alkitab. Dengan kata lain kita harus melihat mujizat dalam perspektif redemptive revelation (sejarah penebusan). Allah tidak memberikan mujizat bagi kepentingan pribadi melainkan dalam koridor keselamatan. Jadi ketika kita mengalami mujizat hari ini, bersyukur dan bertanyalah kepada-Nya, apa yang harus kita lakukan untuk memuliakan nama-Nya dan melayani orang lain.
Friday, January 8, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment