Friday, October 1, 2010

(Tugas Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru)

Missions** And The New Testament Scripture
(Tugas Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru)
Diterjemahkan oleh Hendrawan Widodo

** misi (mission) adalah misi Allah (missio Dei, sedangkan misi (missions) adalah tugas dari misi Allah itu. “Mission” adalah “pengutusan Tuhan”, “missions” adalah tugas-tugas “mission” Yaitu tugas-tugas pengutusan yang dilaksanakan oleh umat Allah untuk menggenapkan keseluruhan rancangan Allah yang kekal guna membawa shalom bagi ciptaan-Nya.

Misi Dan Kitab Suci Perjanjian Baru
Dalam studi kita tentang Perjanjian Baru, agar kita dapat menangkap signifikansi artinya secara penuh sebagai sebuah buku misi, kita akan menjauh sedikit dan melihatnya secara keseluruhan daripada sekedar melihat bagian-bagian yang digabungkan untuk membuktikan adanya pengajaran misinya. Kita ingin untuk mengerti tempatnya dalam Kitab Suci, pesan-pesannya sebagai pewahyuan Ilahi, tujuan penulisannya, dan tujuan dari institusi-institusi dan operasional-operasional yang dimaksudkannya.

I. Tujuan Perjanjian Baru
Sebuah fakta yang mengejutkan, diungkapkan oleh catatan, bahwa Kristus, sang penulis gerakan misi, tidak menulis sebuah bukupun, dan tidak memberikan sebuah arahan yang spesifik kecuali instruksi kepada para murid-Nya untuk berkumpul di Yerusalem sampai mereka mendapat kuasa dari Sorga, dan perintah untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Kabar Gembira kepada seluruh bangsa-bangsa. Kelihatannya Dia melakukan sendiri seluruh pekerjaan mengajar, berkhotbah, dan menyembuhkan. Dia meninggalkan tugas kepada para murid-Nya untuk bersaksi tentang diri-Nya kepada seluruh dunia (KPR 1:8).

1. Diperlukan Sebuah Wahyu Tentang Injil.
Murid-murid Kristus, yang harus menyebarkan sebuah kepercayaan baru, memerlukan sebuah interpretasi/penafsiran yang terpercaya akan diri Yesus, kehidupan dan pesan-pesan-Nya. Memang mereka sudah mempunyai Perjanjian Lama, tetapi hal itu belum cukup. Menghadapi fakta akan kuatnya kepercayaan bangsa Israel dan kepercayaan pagan orang-orang non-Yahudi, mereka segera sadar jika mereka akan mengabarkan Kabar Baik kepada seluruh bangsa-bangsa, mereka harus mempunyai dokumen tertulis yang tidak hanya berisi ajaran Kristus, tetapi juga menunjukan bahwa kepercayaan baru bertumbuh keluar dari hidup-Nya dan pelayanan-Nya adalah puncak dari Perjanjian Lama dan konsumasi (pemenuhan akhir) dari maksud penebusan Tuhan bagi seluruh dunia. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bahwa Roh Kudus menginspirasikan penulisan Kitab Suci Perjanian Baru.
2. Untuk Menginterpretasikan Kristus.
Perjanjian Baru ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mencapai dua tujuan: (1). Untuk memperlihatkan bahwa kehidupan dan pelayanan Yesus adalah pemenuhan dari Perjanjian Lama; (2). Untuk memberikan Kabar Baik Yesus beserta intrepetasinya kepada dunia: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3:16 – 17).
Kristus meninggalkan murid-murid-Nya, yang akan dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, untuk bersaksi bagi-Nya di seluruh dunia (KPR 1:8). Mereka yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, telah menulis kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai bagian dari kesaksian mereka kepada Yesus, untuk menyatakan kepada dunia Kabar Baik ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
3. Sebuah Pesan Misi.
Perjanjian Baru berada di atas segala sesuatu buku-buku misi. Perjanjian Baru ditulis oleh para misionaris bagi gereja-gereja yang misioner dan delapan belas berita misi mengungkapkan sebuah agama yang misioner bagi seluruh dunia. “Dalam situasi yang nyata dan penting, “ kata Dr. Carver, “Perjanjian Baru adalah produk usaha penginjilan/misi. Sebuah hal yang paling penting adalah Roh Kudus memberikan kepada kita Wahyu Kristiani untuk memenuhi kebutuhan akhir pekerjaan misi dalam bersaksi tentang Yesus (Seluruh dunia dalam seluruh kata-kata).
Karenanya Perjanjian Baru tidak hanya berisi misi Injil, melainkan hanya misi Injil. “Hal ini secara mendalam menghindari menjadi sesuatu yang lain” kata Dr. Horton. “itu bukanlah hukum perburuhan atau kode yang menarik, bukan sistem stereotype dari institusi gereja, bukan kegiatan seremonial atau pendeta, atau gedung gereja – semuanya adalah akumulasi atau pertumbuhan - tetapi secara simpel dan teguh adalah sebuah suara, suara tangisan di padang gurun, sebuah suara dari Sorga, suara yang mengundang semua manusia kepada Kerajaan Allah, dan berkata, “Biarlah dia yang mendengar datang”.

II. Tujuan Kabar Baik Misi
Karakter misi Perjanjian Baru diperlihatkan dalam seluruh kitab-kitabnya terutama dalam ke-empat Injil. Studi secara mendalam menunjukkan ke-empat Injil tidak hanya menulis tentang biografi Yesus saja, melainkan untuk menafsirkan Dia dan berita-Nya kepada seluruh dunia dalam konteks misi (Yoh. 20:30 – 31).

1. Kristus Adalah Penguasa Dunia – Matius.
Tujuan penulisan Injil Matius adalah untuk mengungkapkan Kristus sebagai penguasa dunia. Lebih lanjut, hal itu adalah Kabar Baik dari otoritas-Nya: otoritas atas segalanya – hak untuk mewarisi kekuasaan yang diungkapkan dalam karakter-Nya; hak untuk mengelola seperti yang ditunjukkan dalam penebusan-Nya; hak untuk mengungkapkan Wahyu seperti yang dinyatakan dalam pengajaran-Nya.
Matius mengawali Injilnya dengan silsilah yang menempatkan Yesus dalam garis keturunan Daud. “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.” (Mat. 1:1). Hal ini mengkaitkan Yesus dengan dua kovenan terpenting dalam Perjanjian Lama yaitu kovenan Daud (Raja) dan kovenan Abraham (Janji Tuhan) (Kej. 15:18; 2 Sam. 7:8 – 16). Matius menutup Injilnya dengan sebuah visi akan kedatangan Kristus ke dunia dengan penuh kemuliaan dan kekuasaan (Mat. 25:3 – 46). Kalimat kunci adalah: “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:10).
2. Kristus Adalah Pekerja Yang Berkuasa – Markus.
Injil Markus ditulis untuk mengungkapkan Yesus sebagai pelayan Allah. Injil ini menggabungkan pakaian kerajaan dengan kain pelayan. Dia selamanya bekerja dengan kekuasaan yang hebat dan kemenangan. Kalimat kunci adalah: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mar. 10:45).
Dalam Injil ini karakter pelayan Kristus berlanjut terus menerus tanpa terputus. Di sana tidak ada silsilah, karena siapa yang memberikan silsilah seorang pelayan?. Tetapi, pelayan yang rendah hati, yang mengosongkan diri-Nya dari rupa Allah dan mengambil rupa manusia (Fil. 2:6 – 8) adalah Allah yang berkuasa (Kol.2:9) seperti yang dinyatakan oleh Markus 1:1, dan karenanya pekerjaan besar menyertai dan mengklarifikasikan pelayanan-Nya.
Sebagai Injil – Pelayan, Markus mempunyai karakteristik Injil perbuatan daripada kata-kata.
Kristus diungkapkan sebagai pekerja Ilahi yang merestorasi dunia yang hilang dan jatuh. Dia mengusir setan-setan, menyembuhkan berbagai penyakit, memperbaharui mereka yang berdosa, mengalahkan kematian dan menghidupkan. Dia memulihkan yang hancur. Dia menghardik dan mengusir setan untuk menolong mereka yang dapat dipulihkan dan dan ditolong. Dia adalah pelayan Allah, berkuasa penuh, menderita, berkarya tanpa henti, sampai pada akhirnya. Dia berkarya tanpa cacat sehingga manusia dapat diselamatkan. Dia mengimpartasikan roh yang sama kepada para murid-Nya, sampai setelah kematian-Nya “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mar. 16:20). Injil Markus adalah sebuah panggilan untuk menderita bersama Kristus bagi penebusan dunia.

3. Kristus Adalah Manusia Yang Sempurna – Lukas.
Injil Lukas ditulis untuk menyatakan Kristus sebagai Anak Manusia yang sempurna. Lukas melihat Yesus dengan kesadaran penuh akan tujuan Allah ketika Dia berkata, “"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej. 1:26). Pada diri Yesus-lah gambaran dan rupa Allah yang nyata pada manusia terjadi.
Lukas memulai Injilnya dengan menyatakan kejadian-kejadian ajaib berkaitan dengan kelahiran Yohanes dan Yesus. dia mengisahkan kunjungan malaikat Gabriel kepada Maria dan pernyataan kepada Maria tentang fakta yang mulia bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias: “Karenanya, juga pribadi yang suci akan dilahirkan darimu dan harus disebut sebagai Anak Allah” (Luk. 1:25 – 38). Seluruh Injil Lukas adalah Wahyu (pengungkapan) bahwa manusia berdosa dapat diselamatkan dan menjadi sempurna, suci, diberkati, dan kekal. Kalimat kuncinya adalah “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10).
4. Kristus Adalah Anak Allah – Yohanes.
Injil Yohanes ditulis untuk menyatakan ke-Tuhanan Yesus. Di dalamnya kita mendapati keteraturan progresifitas kata-kata dan karya-karya yang memperlihatkan Yesus adalah Anak Allah. Yohanes menguraikan misteri ini seperti cahaya yang belum pernah terlihat sebelumnya. Yohanes memperlihatkan bahwa Krsitus adalah Allah yang menyertai kita.
Tujuan pokok Injil Yohanes adalah agar manusia percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah (Yoh. 20:31). Injil Yohanes memperlihatkan bahwa Kristus dalam realitas adalah Anak Allah dan merupakan identitas dan realitas dari kehadiran-Nya, simpati-Nya, kuasa-Nya bersama gereja-Nya sepanjang waktu. Lebih lanjut, dia tidak seperti yang digambarkan oelh Matius (sebagai Anak Daud), oleh Markus (sebagai pekerja yang berkuasa), oleh Lukas (sebagai Anak Manusia), tetapi Yohanes menggambarkan Yesus sebagai Firman, Anak Allah (Yoh. 1:12 – 13).
Kalimat kuncinya adalah “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Dalam eksistensi-Nya, kita memperoleh pengetahuan akan artinya eksistensi Allah. Dalam perkataan-Nya, kita belajar kebenaran asali dari Allah. Dalam tindakan-Nya, kita menemukan aktivitas Allah. Dalam Injil Yohanes, Kristus menghubungkan para murid-Nya kepada diri-Nya dengan cara menjadikan hidup dan aktivitas para murid menjadi kelanjutan pelayanan penebusan-Nya. “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21).
5. Pernyataan Misi.
Pada ke-empat Wahyu Kristus dalam ke-empat Injil, kita mendapatkan amanat misi.
Injil Matius adalah Kabar Baik dari Raja. Amanat Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk memproklamirkan ke-Tuhanan Yesus ke seluruh dunia. Inilah catatan pertama dari khotbah, apakah ada di rumah atau di luar negeri. Inilah catatan pertama yang dibutuhkan dunia (Mat. 28:18 – 20).
Injil Markus adalah Injil pelayanan. Amanat Yesus yang dicatat berdasarkan pada kewajiban para murid-Nya untuk memproklamirkan Kabar Baik penebusan-Nya ke seluruh dunia. Itulah sebuah berita tentang pemulihan dan pembaharuan (Mar. 16:15 – 16).
Injil Lukas memberitakan Kabar Baik dari Manusia yang ideal dan sempurna. Amanat Yesus yang dicatat kepada para murid-Nya adalah kewajiban mereka untuk mengungkapkan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan seluruh dunia. Siapa saja yang menerima Dia wajib untuk bersaksi, membuktikan, menyatakan, menjalankan teladan Kristus, menjawab kegagalan dunia dengan kemenangan yang mereka alami (Luk. 24:46 – 49).
Injil Yohanes adalah Kabar Baik akan demonstrasi/tanda dari Allah. Amanat yang dicatat oleh Yohanes adalah panggilan para murid untuk bersekutu bersama Kristus dalam pelayanan-Nya di dunia untuk melawan dosa. Kemanusiaan berada dalam keadaan yang tidak harmonis dengan Allah. Sebagai hasilnya, terjadi pergolakan, ketakutan, kecurigaan, ketidak-stabilan dalam pemerintah, keberdosaan dalam kehidupan pribadi, kesedian dan luka di mana-mana. Dosa adalah penyebab itu semua dan dosa tidak harmonis dengan Allah. Kristus datang untuk merekonsiliasi dunia dengan Allah. Dia datang untuk menyelamatkan dunia dari dosa. Misi-Nya adalah misi penebusan bagi semua orang dan dia memamnggil para murid-Nya ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dalam tanggung-jawab terhadap dunia (Yoh. 20:21).
Tidak ada seorangpun yang dapat mendengarkan Yesus berkata-kata dalam Injil, dan paling sedikit ketika Dia berbicara tentang diri-Nya sendiri, tanpa terpesona oleh sifat universal dari berita-Nya dan misi-Nya. Ke-empat Injil memberikan gambaran diri Yesus yang patuh selamanya. Dia diperkenalkan sebagai Penyelamat secara universal.

III. Membuka dan Memperluas Visi
Dari ke-empat Injil yang mencatat tindakan-tindakan Kristus, kita sampai ke KPR. KPR mencatat tindakan-tindakan murid-murid Yesus. Kitab ini, dijelaskan sebagai Injil ke-lima atau kitab dari Roh Kudus, memberitahukan tentang karya dari para misionaris pertama. Kitab ini mengungkapkan ide-ide misionaris dalam pelayanan para murid.
1. Perkembangan Yang Sangat Menakjubkan.
Kristus meninggalkan beberapa orang murid. Di luar para rasul, ada paling sedikit seratus dua puluh orang di Yerusalem (KPR 1:15) dan kira-kira lima ratus orang lainnya (1 Kor. 15:16) yang tersebar ke seluruh Galilea dan daerah sekitar Yerusalem. Kita melihat hidup para murid sebuah perkembangan yang menakjubkan.
Secara normal kita menduga ada sekelompok kecil orang yang menyertai Sang Guru dari Nazaret dan mereka yang berpikir bahwa Dia akan membebaskan Israel (Luk. 24:21), ketika Guru mereka disalib, tenggelam dalam kekecewaan dan kembali kepada pekerjaan mereka semula. Tetapi hal itu tidak terjadi. Fakta yang menakjubkan adalah mereka, yang tidak terpelajar, tidak mempunyai uang, tidak punya pengaruh, tidak punya posisi dalam kehidupan sosial, secara tiba-tiba dan tidak dapat dicegah, dengan dimulai dari Yerusalem, pergi keluar ke semua arah untuk menyatakan bahwa Yesus yang disalib adalah Penyelamat dunia (KPR 2:22 – 39; 4:10 -12; 10:34 – 43; 11:19 – 26; 13:1 – 5).
2. Pergerakan Dunia Sudah Dimulai.
Sebuah gerakan dunia dimulai dari hari Pentakosta. Ketika janji Allah Bapa turun kepada para murid-Nya dan kuasa dari Roh Kudus memenuhi mereka, mereka tidak dapat tetap diam dalam kamar di atas, tetapi harus turun ke bawah dengan hati yang berkobar-kobar kepada rakyat yang berdosa dan lapar (KPR 2:1 – 4).
Di sana mereka berkumpul, di samping penduduk Yerusalem, Yahudi Helenis atau Yahudi perantauan dari tiga belas negara yang berbeda yang disebut dalam KPR 2:8 – 12. Mereka mendengar kesaksian dan mendengar tentang “Pekerjaan besar Allah” pada hari itu ketika khotbah misi pertama dilakukan, khotbah pertama yang memberitakan pertobatan, baptisan, pengampunan dosa, dan karunia Roh Kudus diberitakan. “Hari itu jumlah mereka ditambahkan kira-kira tiga ratus orang (KPR 2:41). Khotbah misi kedua dilakukan beberapa hari kemudian (KPR 3:11 – 26). Keduanya dilakukan oleh Petrus. Petrus memulai kesaksiannya mula-mula di Yerusalem dan dilanjutkan kepada tempat-tempat lain di dunia, dimulai dari antara orang-orang non-Yahudi dengan Kornelius (KPR 10:34 – 43).
3. Termasuk Orang-orang Non-Yahudi.
Segera setelah Pentakosta, terjadi perselisihan antara mereka yang berpikiran sempit dan mereka yang berpikiran luas mengenai Kabar Baik (KPR 15:5 – 6). Beberapa orang yang memegang teguh tradisi Yahudi menyatakan bahwa Kabar Baik hanya bagi Yahudi sehingga orang-orang non-Yahudi harus menjadi orang Yahudi untuk dapat meneriama Kabar Baik (KPR 15:1). Orang-orang lainnya percaya Kabar Baik diberikan bagi semua orang. Perbedaan ini membawa mereka kepada konferensi misi pertama (KPR 15:2 – 31). Kitab KPR memperlihatkan bagaimana kontroversi diselesaikan dengan mendukung pendapat yang kedua (Kabar Baik bagi setiap orang percaya di seluruh dunia).
Sejauh ini selama gereja tetap tinggal di Yerusalem, sangat kelihatan berciri Yahudi. Tetapi Yesus tidak bermaksud agar gereja tetap tinggal di Yerusalem. Itu adalah gereja di seluruh dunia dengan puj-pujian di seluruh dunia dan misi sedunia. Tujuan dari pasal pertama KPR adalah untuk menunjukkan bagaimana Roh Kudus memimpin gereja keluar dari komunitas Yahudi kepada komunitas dunia dan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus dan harus dilakukan: gereja bagi semua bangsa.
Gereja memulai misi dunianya dengan tersebarnya para murid dari Yerusalem setelah Stephen dirajam (KPR 8:4 – 5). Filipus melakukan pekerjaan misi di Samaria (KPR 8:4 – 5). Para rasul Petrus dan Yohanes, yang datang untuk memeriksa pekerjaan Filipus (KPR 8:14) tetap memberitakan Kabar Baik di berbagai desa di Samaria (KPR 8:25). Para murid sudah melebarkan pekerjaan mereka ke luar Yerusalem, tetapi Kabar Baik belum dikabarkan kepada non-Yahudi. Ketika mereka dipaksa keluar dari Yerusalem karena penganiayaan dan pergi kepada Antiokia, Siprus, dan Fenesia, mereka tetap hanya memberitakan kepada orang Yahudi (KPR 11:9). Hal ini terjadi sampai orang Siprus dan Kirene memberitakan Injil kepada orang Yunani dengan hasil sejumlah besar orang menjadi percaya (KPR 11:20 – 21). Bahkan Petrus sendiri secara pribadi harus mendapat sebuah penglihatan Ilahi sebelum dia siap untuk memberitakan Kabar Baik Injil kepada Kornelius (KPR 10:9 – 21).
Pekerjaan di antara non-Yahudi dimulai oleh Barnabas, seorang murid yang kaya dari Siprus yang telah menyerahkan semua hartanya dan menyerahkannya ke gereja di Yerusalem (KPR 4:36 – 37). Ketika kabar sampai kepada gereja di Yerusalem, mereka mengutus Barnabas ke Antiokia (KPR 11:22 – 23). Ketika melihat kerja Roh Kudus, Barnabas mencari Saulus di Tarsus. Kemudian, selama satu tahun penuh mereka melayani di Antiokia (KPR 11:23 – 26). Barnabas adalah misionaris pertama yang kirim keluar dalam Perjanjian Baru.
4. Kabar Gembira Bagi Seluruh Dunia.
Di Antiokia-lah misionaris pertama diutus. “Ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka. Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Jadi, mereka dikirim oleh Roh Kudus sendiri (KPR 13:1 – 4). Gereja digerakkan oleh Roh Kudus untuk menjadi berkat dan para misionaris diutus keluar oleh Roh Kudus. Inilah kombinasi agung antara mandat Ilahi dan usaha manusia dalam melaksanakan perintah Allah.
Selama dua puluh tahun setelah kematian Kristus, ibukota Greko-Siria di Timur menjadi titik tolak bagi usaha yang sistematis, yang diarahkan oleh Roh Kudus, untuk mengabarkan Injil ke seluruh Asia Kecil dan Kepulauan Aegean. Usaha yang tak kenal lelah dari para misionaris yang menjalankan tugas dipimpin oleh Roh Kudus ke Makedonia dan Yunani. Dari semenanjung, mereka mendapat penglihatan akan Italia dan Roma dan daerah-daerah lain sampai Spanyol dan “the pillars of Hercules”.
Kemudian diikuti oleh tiga perjalanan misi Paulus di Asia Kecil, Yunani, Eropa dan seluruh dunia Barat mengenal Yesus. Pada hari itu, ketika patuh pada visi dari sorga, Paulus dan Lukas berlayar langsung ke Samothrace dan mendarat di Neapolis, pelabuhan Filipi. Kekristenan meninggalkan tempat kelahirannya dan menjadi sejarah dan secara sungguh-sungguh satu usaha misi global yang agresif mentransformasikan iman bagi segala ras.

IV. Surat-surat Misi
1. Surat-surat Misi Paulus.
Tidak ada seorangpun yang dapat membaca surat-surat Paulus tanpa menyadari natur “World-Wide”nya. Surat-surat Paulus adalah surat-surat misionari dari hasil pekerjaan misinya dan perlu untuk dikaji secara keseluruhan.
1) Surat Roma.
Surat ini ditulis sebab Paulus merasa bahwa gereja di Roma mempunyai posisi yang strategis. Semua gereja harus berdasar pada iman. Surat ini adalah manifesto Kabar Baiknya. Tema surat yang diungkapkan adalah “Kebenaran asali Tuhan” (Rom. 1:16 – 17). Kebenaran ini dapat dicapai manusia melalui Kristus (Rom. 3:21 – 28) bagi orang Yahudi dan non-Yahudi (Rom. 3:29 – 30). Dunia digambarkan sedang menuju kehancuran (Rom. 3: 9 – 23). Kondisi ini terjadi karena dosa Adam (Rom. 5:12), tetapi melalui kebenaran seorang, Kristus, “Anugerah cuma-cuma didapat melalui pembenaran dari Kristus (Rom. 5:18). Surat Roma adalah Kabar Baik bagi dunia.
2) Surat 1 dan 2 Korintus.
Surat ini ditulis untuk mereformasi penyalah-gunaan yang mengancam untuk melemahkan kehidupan spiritual gereja di Korintus. Dalam surat ini kita mendapatkan gambaran kesulitan nyata yang dihadapi oleh orang-orang Kristen di tengah komunitas yang membencinya. Kita melihat benturan antara kekristenan dan budaya. Belum lagi benturan dengan kepercayaan paganisme. Dalam surat ini Paulus sebagai misionaris memberikan prinsip-prinsip kepercayaan terhadap Kristus dalam rangka membangun gereja Perjanjian Baru di daerah paganisme.
3) Surat Galatia.
Surat ini ditulis untuk membetulkan ajaran-ajaran yang salah. Paulus mengumpulkan petobat-petobat baru non-Yahudi dan kemudian ada orang-orang yang menyesatkan mereka dengan mengatakan untuk menjadi seorang Kristen, mereka harus menjadi Yahudi. Tema dari surat Galatia adalah pembuktian Injil anugerah Tuhan tanpa syarat apapun. Hal ini penting sebagai dokumen misi. Kunci pemikiran adalah “Pembenaran orang-orang non-Yahudi oleh iman (Gal. 3:8).
4) Surat Efesus.
Surat ini ditulis untuk menempatkan gereja sebagai institusi Ilahi dan untuk memperlihatkan bagaimana anggota gereja seharusnya berlaku/berjalan. Dalam surat ini kita mengetahui posisi yang mulia dari orang-orang yang percaya melalui anugerah; Kebenaran berkenaan dengan gereja, yang adalah tubuh Allah dan perjalanan yang berharga sebagai orang Kristen. Kita belajar bahwa di dalam gereja, perbedaan antara Yahudi dan non-Yahudi tidak ada; semua adalah sama di hadapan Kristus (Ef. 2:11 – 22).
5) Surat Filipi.
Surat ini ditulis untuk mengekspresikan apresiasi yang mendalam dari rasul Paulus untuk uang yang dikirimkan gereja Filipi bagi dirinya (Fil. 4:15 – 19). Hanya gereja Filipi-lah yang diperlihatkan oleh catatan, Paulus menerima bantuan keuangan. Hal itu merupakan suport yang paling antusias yang diterima Paulus dan seharusnya menjadi model bagi semua gereja dalam misinya (Fil. 1:3 – 7).
6) Surat Kolose.
Surat ini ditulis untuk menempatkan gereja sebagai penjaga dan untuk menyelamatkannya dari kesalahan guru-guru palsu yang mengaku sebagai orang Kristen, tetapi bermaksud untuk menyebarkan ide-ide Yahudi (Kol. 2:4 – 8). Kristus adalah satu-satunya Penyelamat (Kol. 2:9 – 13). Paulus tidak hanya menulis bagi gereja saja tetapi bagi gereja-gereja sepanjang sejarah untuk membimbimbing mereka dalam misinya di tengah ajaran sesat di dunia (Kol. 2:18 – 23; 4:15 – 16).
7) Surat 1 dan 2 Tesalonika.
Surat ini ditulis untuk memberikan instruksi dalam doktrin-doktrin misi dan untuk menguatkan gereja mula-mula di tengah penganiayaan (1 Tes. 1:7 – 10). Surat kedua ditulis untuk memperbaiki impresi yang salah tentang kedatangan Kristus yang kedua dan untuk mendesak orang-orang Kristen Tesalonika untuk melanjutkan hidupnya (2 tes. 2:1 – 5).
8) Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus.
Surat ini ditulis untuk menguatkan para rekan kerja Paulus. Paulus menasihati para pengkhotbah-pengkhotbah muda berkaitan dengan administrasi gereja.
Ketika gereja bertumbuh dalam angka dan bertambah kuat, secara alami timbul pertanyaan akan aturan gereja, pengakuan iman, dan disiplin. Dalam lapangan misi, pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan terjadi. Pertama-tama rasul Paulus menanganinya sendiri, tetapi pada perkembangan berikutnya tampak jelas diperlukan petunjuk-petunjuk yang jelas bagi gereja-gereja sepanjang zaman. Inilah isi surat kepada Timotius dan Titus.
9) Surat Filemon.
Surat ini adalah surat yang terpendek dari semua surat Paulus. Surat ini sangat bernuansa misi karena berisi tentang kebenaran, revolusi terhadap dunia kuno, tidak hanya non-Yahudi dan orang liar, bahkan budak-pun dapat diterima di Kerajaan Allah dan harus diterima sebagai saudara dalam Kristus (Fil. 1:10, 14 – 16).
Semua tulisan Paulus adalah karya misi dan tidak dapat dipahami terpisah dari usahanya untuk mengenalkan Kristus kepada bangsa-bangsa. Sebuah elemen yang konstan dan permanen pada pikiran dan pekerjaannya adalah misi. Kasih akan Kristus dan pikiran akan dunia yang terhilang membelenggunya.

2. Surat-surat Misi Lainnya.
Surat-surat misi lainnya tidak mempunyai kesan yang sangat kuat dibandingkan dengan surat-surat Paulus, tetapi mempunyai tujuan dan cara pandang yang sama.
1) Surat Ibrani.
Surat ini merupakan “connecting link” antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tujuan surat Ibrani adalah untuk menunjukkan bahwa institusi besar hukum adalah bersifat simbolis dan kebenaran yang belum jelas akhirnya telah diungkapkan (Ib. 9:1 – 11). Kuil dan para imam, altar dan pengorbanan, cadar dan Kemah Suci memasuki arti “World-Wide”. Hal ini dipenuhi dan digenapi di dalam Kristus (Ib. 9:11 – 15). Hal ini sebenarnya tidak pernah hilang melainkan tersimpan oleh bangsa Yahudi sampai akhirnya diberikan kepada seluruh dunia. Apa yang terjadi di Israel sebelumnya adalah persiapan yang panjang. Sekarang hal ini sudah diungkapkan bagi dunia dan bayangan yang menutupi telah tersingkap dan isinya telah nyata.
2) Surat Yakobus.
Surat Yakobus mempunyai isi dan cara pandang yang misioner. Surat ini adalah pengajaran singkat dari Yesus dan sangat bersifat praktis tentang iman, perbuatan baik, dan berdoa. Pokok-pokok isinya tidak dengan jelas menunjukkan tentang misi, tetapi paling tidak berupa kesaksian akan perluasan misi pada zaman apostolik. Hal ini karena surat Yakobus ditujukan bagi “Dua belas suku yang tersebar di luar negeri (Yak. 1:1), yaitu orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen dan tersebar di seluruh dunia. Yakobus sendiri, seperti yang dinyatakan dalam KPR dan tradisi adalah seorang Yahudi ortodoks. Karena itu, surat ini sangat mengesankan melihat dia bersaksi melalui suratnya yang mengabarkan pesan kekristenan.
3) Surat Petrus.
Surat Petus memberikan bukti yang kuat akan rekonsiliasi yang tercapai pada zaman apostolik antara mereka yang berpikiran sempit dan mereka yang mempunyai konsep pemikiran yang luas, yang didukung oleh Paulus. Pada satu kesempatan Paulus menentang Petrus secara langsung (Gal. 2:11), tetapi surat ini menyatakan bahwa Petrus telah sepenuhnya menerima pemikiran misioner Paulus. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan surat ini adalah memberikan kesaksian bagi kemajuan misi yang dilakukan oleh gereja-gereja apostolik.
4) Surat Yohanes.
Surat Yohanes mempunyai signifikansi yang kaya dalam misi. Bagian ini kelihatannya bersifat maju dalam pemikiran karena tidak membahas keadaan dan detail sejarah. Yohanes melihat kebenaran kekristenan tidak mempunyai relasi dengan Yudaisme melainkan dalam relasinya kepada dunia. Maksudnya kekristenan bukan bagi bangsa Yahudi saja melainkan bagi dunia. Dia menulis bahwa manusia dapat percaya pada kebenaran yang memang dimaksudkan bagi manusia tanpa ada pembatasan. Dia melihat seluruh dunia berada dalam kuasa kegelapan dan kehadiran Kristus berasal dari Allah dan terang-Nya di dunia dimaksudkan agar dunia mendapatkan terang (1 Yoh. 1:5 – 7).

V. Wahyu Terakhir
Kitab Wahyu menutup Perjanjian Baru dengan menyengat sebab mengulangi dan mengkonfirmasi pesan misioner Injil. Pribadi yang muncul dalam ke-empat Injil, seperti munculnya terang dalam kegelapan, muncul dalam kitab Wahyu dengan digambarkan sebagai merpati yang mempesona dari badai petang hari (Wah. 1:12 – 18).
Dalam kitab ini, Anak Manusia menyatakan diri-Nya sebagai “Alpha dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir”. Dia memberikan pesan kepada gereja-Nya sebagai Domba yang dibunuh, tetapi sekarang hidup selamanya dan dimahkotai dalam kemenangan. Kita mendengar semua suara dari seluruh dunia menyatakan Dia sebagai “Raja di atas segala Raja dan Tuhan di atas segala Tuhan” (Wah. 19:1 – 16).
Melalui pertempuran yang membingungkan, teror penderitaan dari kekalahan dan asap dan api dari lubang di bumi memenuhi kitab dengan kegelapan yang pekat. Tidak ada kesalahan arti jika mengerti tujuan utama dari semuanya itu. Injil yang kekal sudah diproklamasikan melalui sorga dan sudah meliputi bumi. Tujuan kedatangan Kristus sudah tercapai. Setiap anggota keluarga dan suku-suku dan lidah mengaku Dia sebagai Tuhan. setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku. Itulah pemenuhan akhir yang mulia dari tugas misi (Wah. 22:1 – 14).
Survei singkat menunjukkan Perjanjian Baru adalah sebuah kitab misi. Kitab ini memberikan Pribadi bagi dunia, Injil bagi dunia, dan tugas bagi dunia. Perjanjian Baru ditulis untuk menginterpretasikan Kristus dan pesan-Nya kepada dunia. Kitab ini sangat terstruktur, kokoh dan bersifat misioner. Dari halam pertama sampai halaman terakhir, Perjanjian Baru dengan jelas menonjolkan sifat misionernya. Seseorang tidak dapat menilai sebuah puisi tanpa melibatkan puisi itu atau bagaikan seorang musisi handal yang tidak mempunyai pengetahuan tentang musik jika kita mencoba untuk mempelajari Perjanjian Baru tanpa memperhitungkan tujuan misi Allah dalam diri Kristus.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengerti dengan benar tanpa memahami Kabar Baik bagi dunia bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).