Friday, January 8, 2010

Baptisan dan Kepenuhan

Baptisan dan Kepenuhan
Peranan dan Karya Roh Kudus Masa Kini
(disadur dari John Stott)


Bab 1: Janji Akan Roh Kudus
Hidup kristiani adalah hidup di dalam Roh. Semua orang yang memiliki Roh Allah adalah anak-anak Allah, dan semua orang yang adalah anak Allah memiliki Roh Allah. Tidak mungkin memiliki Roh tanpa menjadi anak Allah atau menjadi anak Allah tanpa memiliki Roh (Rm 8:9). Paulus mengatakan bahwa hidup dalam Roh dan menjadi milik Kristus adalah ungkapan yang sinonim. Dengan kata lain Paulus mengatakan tidak ada seorangpun dapat menjadi milik Kristus tanpa memiliki Roh.
1 Kor. 6:19-20 menyatakan ketika kita dibeli dan harganya telah lunas dibayar, maka tubuh kita bukanlah milik kita sendiri melainkan milik Dia yang membeli/menebus kita. Oleh karena penebusan itu, tubuh kita disebut menjadi bait Roh Kudus karena Allah sendiri yang memberikan Roh Kudus kepada kita. Jadi memiliki Roh Kudus bukanlah hasil usaha manusia melainkan anugerah dari Allah (lihat Rm. 5:5).
Secara singkat, Roh Kudus menyatakan Kristus kepada kita sehingga kita bertobat, dan RK membentuk Kristus di dalam kita (proses pengudusan).

Apakah memiliki RK sama dengan ‘baptisan’ RK?
Ada dua pendapat yaitu ‘sama’ dan ‘tidak sama’.
Mereka yang berpendapat tidak sama mengajarkan bahwa baptisan RK adalah pengalaman kedua yang mengikuti, yang harus dialami oleh semua orang kristen setelah baptisan air. Di pihak lain, berpendapat bahwa baptisan RK adalah milik semua orang percaya yang telah benar-benar bertobat.
Pencurahan atau baptisan RK adalah salah satu berkat khusus zaman baru (2 Kor. 3:8). Ungkapan baptisan RK hanya muncul di Alkitab sebanyak 7 kali dalam PB dan merupakan pemenuhan dari harapan/nubuatan PL. Yesaya 32:15 berbicara tentang hari waktunya Roh akan dicurahkan kepada kita dari atas; Yehezkiel 39:28-29 berbicara akan pencurahan Roh ke atas kaum Israel; Yoel 2:28 menyatakan janji Tuhan untuk mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia. Yohanes pembaptis, nabi terakhir PL merangkum dalam Markus 1:8 dengan mengatakan “Aku membaptis kamu dengan air, tapi Ia akan membaptis kamu dengan RK. (lihat ayat paralel Mat. 3:11; Luk 3:16; Yoh 1:33). Jika kita melihat Yoh. 1:29, 33, ciri khas pelayanan Yesus adalah rangkap dua yaitu penebusan dosa manusia dan pembaptisan dengan RK.
Pada hari Pentakosta (Kis. 2:38), Petrus berseru dan meyakinkan bahwa semua orang yang akan bertobat dan percaya akan menerima dua berkat dengan cuma-Cuma yaitu pengampunan dosa dan karunia RK. Karunia Roh di sini bersinonim dengan ‘janji Roh’ (Kis. 1:4; 2:33, 39; ‘baptisan Roh (1:5), dan ‘pencurahan Roh’ (2:17, 33). Kesimpulan di sini adalah setiap orang yang bertobat menerima karunia Roh, yang dijanjikan Allah sebelum hari Pentakosta, dan dengan demikian dibaptis dengan Roh yang dicurahkan Allah pada hari Pentakosta. Kesimpulan ini konsisten dengan keyakinan Petrus pada kasus Kornelius (Kis. 11:16-17) yaitu baptisan dan juga sebagai karunia Roh. Jadi baptisan Roh sama dengan janji atau karunia Roh dan menjadi bagian tak terpisahkan dengan pengampunan dosa dan keselamatan. RK melahirkan kembali, mendiami, membebaskan dan mengubah kita. Paulus dalam Titus 3:4-7 menyatakan Roh yang dicurahkan untuk melahirkan kembali dan mambarui kita dilihat sebagai bagian dari keselamatan.
Baptisan atau pencurahan Roh Kudus adalah adalah berkat khusus dari zaman baru (zaman PB) karena sebelumnya belum dapat diperoleh, tapi juga berkat umum karena berkat itu menjadi hak kelahiran semua anak Allah. (Kis. 2:38-39) Jadi semua orang yang menerima panggilan Allah, ia mewarisi janji Allah akan RK.

Hari Pentakosta (Kisah pasal 2)
Dalam Kisah 2 ada dua kelompok orang yang terpisah waktu menerima baptisan atau karunia RK. Kelompok pertama berjumlah 120 orang (Kis. 1:15) dan kelompok kedua berjumlah kira-kira 3.000 (Kis. 2:41). Kedua kelompok ini menerima janji dan karunia yang sama yaitu RK (Kis. 2: 33; 39). Walaupun demikian, ada perbedaan yang sangat besar, yaitu kelompok 120 orang pertama telah dilahirkan kembali dan kelompok 3.000 orang kedua semula tidak percaya, menjadi percaya karena khotbah Petrus dan saat itu juga menerima pengampunan dosa dan karunia Roh yang sama seperti kelompok pertama, saat itu juga.
Pertanyaannya, mengapa kedua kelompok itu mengalami pengalaman yang berbeda?. Kelompok pertama sudah percaya, sudah dibaptis air, belum menerima karunia Roh sebelum Pentakosta. Kelompok kedua tidak percaya menjadi percaya, belum dibaptis air, dan menerima baptisan RK terlebih dahulu.
Jawabanya adalah karena janji Roh (Yoel 2:28) memang baru digenapi pada hari Pentakosta. Mengapa begitu? Karena hari Pentakosta menandai kejadian akhir dari ‘riwayat kerja’ Yesus di dunia dan menandai awal ‘riwayat kerja’ RK di dunia. Pencurahan Roh yang dinanti-nantikan baru dapat terlaksana setelah genap karya Kristus di dunia berupa kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Dengan demikian, Pentakosata menandai awal zaman baru, yaitu zaman Mesianis atau zaman Roh. Peristiwa Pentakosata tidak dapat diulangi dan hanya terjadi sekali dalam sejarah manusia seperti halnya kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus. Kesimpulannya, mereka yang bertobat (kelompok 2) pada hari Pentakosta menjadi pola bagi orang percaya berikutnya. Arti kedua Pentakosta adalah pemenuhan janji Kristus (Kis. 1:8) pada para rasul untuk melengkapi tugas kerasulan memberitakan Injil. Arti ketiga adalah Pentakosta adalah pembangunan rohani pertama di mana pertsama kali Roh menunjukkan kuasa-Nya dengan berkelimpahan.
Jadi baptisan RK bukanlah ‘second blessing’ melainkan kita menerima Roh karena percaya pada pemberitaan Injil dalam iman (Gal. 3:2; 14). Ada orang yang mengatakan karunia RK adalah ‘second blessing’ yang harus dikejar oleh orang percaya. Pendapat ini dikaitkan dengan Kis. 8:5-17. Filipus memberitakan Injil di Samaria dan banyak orang menjadi percaya dan dibaptis air. Nah, ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Pertanyaannya mengapa harus mengutus Petrus dan Yohanes??
Jawabannya adalah karena para petobat itu orang Samaria. Orang Yahudi menganggap orang Samaria adalah musuh besar mereka dan orang berdosa dan najis sehingga mereka tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh. 4:9). Rupa-rupanya tidak mudah bagi orang Yahudi untuk mengakui bahwa musuh besar merekapun mendapatkan keselamatan seperti mereka. Dengan konteks latar belakang seperti itulah Petrus dan Yohanes sampai harus datang untuk memeriksa dan meneguhkan pertobatan mereka dengan peletakan tangan. Jadi peletakan tangan adalah tanda yang meneguhkan bukan oleh karena peletaan tangan RK turun ke atas mereka. Perhatikan bahwa ketika orang Samaria dibaptis, mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 8:16) dan yang menyebabkan Roh tidak diberikan adalah keadaan historis. Keadaan historis ini bersifat khusus dan tidak dapat diulang dan dijadikan pola.
Alasan kedua adalah kejadian di Kis. 19:1-7. Ternyata mereka tidak tahu akan RK (ay. 2). Baptisan yang mereka terima adalah baptisan Yohanes Pembaptis, padahal seharusnya baptisan air harus dilakukan di dalam nama Allah tritunggal (Mat. 28:19). Setelah itu maka Paulus membaptis mereka dalam nama Kristus dan menumpangkan tangannya, dengan akibat RK turun ke atas mereka. Jadi sebelum dibaptis Paulus, mereka tidak dibaptis dalam nama Yesus dan tidak mengenal RK. Ayat 4 menyatakan ternyata mereka belum mengenal Yesus juga (sehingga Paulus perlu untuk menjelaskannya). Setelah mengerti dan menerima, Paulus membaptis mereka dan RK-pun turun kepada mereka.

Kesimpulan
• Baptisan Roh adalah sama dengan karunia Roh.
• Baptisan air adalah tanda upacara masuk kekristenan, sedangkan baptisan Roh adalah pengalaman kristiani yang mula-mula setelah bertobat. Dengan kata lain baptisan air adalah tanda dari baptisan dengan Roh sepanjang baptisan air itu adalah tanda pengampunan dosa.
• Orang yang sudah menerima karunia Roh, harus mengalami kelanjutannya dipenuhi dengan Roh dengan proses pengudusan (santification) dalam hidupnya, menyangkal diri agar semakin mirip dengan Kristus. Proses ini berlangsung sepanjang hidup kita.

Bab 2: Kepenuhan Roh
Apa yang terjadi pada hari Pentakosta adalah Allah mencurahkan Roh dan membaptis 120 orang dan 3.000 orang. Buah baptisan Roh adalah ‘penuhlah mereka dengan RK’ (Kis. 2:4). Jadi kepenuhan Roh adalah akibat dari baptisan Roh. Walaupun demikian, karena natur berdosa manusia, maka kepenuhan Roh mengalami dinamika dalam hidup kita. Manusia dapat kembali jatuh dalam dosa, menyesal dan kembali pada Allah secara berulang-ulang. Ketika berdosa, manusia tidak dipenuhi dengan Roh tapi tidak kehilangan Roh. Contoh di Alkitab adalah jemaat Korintus. Mereka adalah jemaat yang diperkaya dengan berbagai karunia rohani (1 Kor. 1:7) dan sudah dibaptis dengan RK (12:13). Namun, Paulus mengecam mereka sebagai jemaat yang tidak rohani atau tidak dipenuhi Roh. Oleh karenanya Yesus sendiri dalam Yoh 7:37-39 menasihati kita agar kepenuhan Roh terus menerus dijadikan milik kita dengan iman. Yesus menggambarkan air sebagai RK dan barang siapa yang haus hendaklah ia ‘datang’ dan ‘minum’. Kata kerja yang dipakai dalam ‘datang dan minum’ adalah present tense atau dalam bentuk masa kini. Artinya orang percaya harus selalu ‘datang dan minum’, harus selalu dipenuhi dengan RK. Jadi baptisan RK hanya sekali, sedangkan kepenuhan RK dapat terjadi berualang-ulang.

Ciri-ciri Kepenuhan Roh
Dalam contoh jemaat Korintus, Paulus menyindir mereka dengan mengatakan ‘kamu telah kenyang, telah penuh’ (4:8). Tetapi bukan kepenuhan RK karena bila benar mereka dipenuhi oleh Roh, tentu mereka akan dipenuhi dengan kasih, yang adalah salah satu buah Roh. Kasih adalah ikatan yang kuat antara buah dan karunia-karunia Roh. Jadi ciri-ciri dipenuhi oleh Roh adalah bersifat moral, bukan bersifat ajaib, dan berada pada buah-buah Roh bukan pada karunia-karunia Roh.
Paulus memberikan contoh akibat daqri kepenuhan Roh yang menghasilkan buah-buah Roh berupa kualitas moral dalam Ef. 5:18-21. Paulus mengkontraskan antara kepenuhan Roh dengan mabuk yang menimbulkan hawa nafsu. Kata Yunani menimbulkan hawa nafsu adalah ασωτία (asotia) yang berarti suatu keadaan di mana seseorang tidak mampu mengawasi/mengendalikan diri sendiri. Sebaliknya penuh dengan Roh mengakibatkan ‘berkata-kata, bernyanyi, bersorak, mengucap syukur, merendahkan diri’ secara sadar. Jadi keliru sekali kalau ada pandangan dipenuhi Roh berarti kita berada dalam keadaan yang tidak sadar atau tidak dapat mengendalikan diri sendiri. Jika mabuk berarti ada pengaruh alkohol yang bekerja dalam darah, maka kepenuhan Roh berarti ada RK dalam hati. Kepenuhan Roh bukan meliputi manifestasi mistis yang khusus tapi hubungan moral dengan Allah dan sesama.
Ef. 5:18b: ‘Hendaklah kamu penuh dengan Roh’ mempunyai beberapa implikasi sbb:
• Bentuknya perintah langsung.
• Kata kerjanya jamak, artinya kepenuhan Roh bukan hak tapi tugas kepada semua orang percaya.
• Kata ‘dipenuhi’ berbentuk pasif artinya kita menyerah tanpa syarat kepada kehendak-Nya. Walaupun demikian di dalam penyerahan diri untuk dibentuk oleh RK, kita berperan aktif menjalankan kehendak-Nya itu. Sebagaimana orang mabuk karena minum, kita dipenuhi Roh karena minum juga dari Yoh. 7:37.
• Bentuk kata kerjanya adalah bentuk masa kini yang terus menerus. Artinya kepenuhan Roh bukan terjadi hanya sekali, melainkan suatu upaya untuk memilikinya terus menerus secara bertambah-tambah. Jadi kegagalan dan keburukan perbuatan dari banyak orang percaya membuktikan bukan akan perlunya mereka dibaptis dalam RK, tapi perlu untuk menemukan kembali kepenuhan Roh yang telah hilang dari diri mereka akibat dosa (satu baptisan Roh, banyak kepenuhan).

Pertanyaannya, bagaimana supaya dipenuhi Roh terus menerus dan bertambah-tambah?
Paulus memberikan petunjuk dalam Ef. 1:17-19. Ada ordo atau urutan yang harus dipenuhi yaitu:
• Penerangan
• Pengertian
• Iman
• Pengalaman
Karena iluminasi atau penerangan dari RK maka kita tahu dan oleh iman kita menikmati apa yang kita ketahui. Pengalaman iman kita karenanya dipengaruhi sekali oleh pengetahuan hati kita. Selanjutnya makin banyak yang kita ketahui, makin besar kecakapan rohani kita dan makin besar tanggung-jawab kita kepada Allah dan sesama karena iman.
Perlu dicermati gejala-gejala yang bersifat jiwani (psikologis) yaitu pengalaman berasal lebih dari jiwa insani daripada karena Roh Allah. Ucapan-ucapan yang tidak disadari oleh otak dan berulang-ulang terkenal di kalangan orang Hindu, Mormon, dan penganut kalangan agama lain, juga di beberapa keadaan medis. Menghadapi keadan seperti itu Alkitab mengajarkan kita untuk menguji segala sesuatu, khususnya ‘menguji roh-roh’ (1 Tes. 5:21; 1 Yoh. 4:1). Sekali lagi tolok ukur kita hanyalah Alkitab saja.

Bab 3: Buah Roh
Karunia Roh atau baptisan RK akan menghasilkan buah-buah Roh. Buah-buah Roh adalah (Gal. 5:22-23). Ada 9 buah Roh yang dapat digolongkan menjadi 3 sekawan yang menggambarkan hubungan kita dengan Allah (kasih, sukacita, damai sejahtera), dengan sesama (kesabaran, kemurahan, kebaikan), dan dengan diri sendiri (kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri). Sekali lagi, bukti nyata karya RK dalam manusia bukanlah pengalaman-pengalaman yang emosional, subjektif, melainkan sifat-sifat moral kristiani yang tercakup dalam 9 buah Roh sehingga dapat hidup dalam kesesuaian dengan Allah dan sesama dalam pengawasan diri yang kuat.

Bagaimana caranya agar hidup kita berbuah?
Hidup yang berbuah adalah hidup yang semakin mirip dengan karakter Kristus. Keserupaan dengan Kristus bersifat supra-alami dalam asalnya (dari RK) tetapi bersifat alami dalam pertumbuhannya (kita yang berperan aktif). Sebagai ilustrasi walau tidak tepat benar tapi dapat memberikan gambaran yaitu ketika seorang anak akan memulai sebuah bisnis. Dalam memulai bisnis, ayahnya memberikan modal kerja dan bimbingan kepada anaknya, tetapi keputusan-keputusan strategis adalah tanggung-jawab sang anak. Agar dapat berhasil dalam usahanya, sang anak wajib untuk ‘berguru dan belajar’ dari sang ayah. Sayangnya, untuk belajar dari sang ayah memerlukan pengorbanan yang banyak yaitu menyangkal diri dan rela membayar harganya. Harganya macam-macam, bisa berupa teguran berulang-ulang, keluar dari zona nyaman, merubah pola pikir dan tradisi, harga diri yang tercabik karena merendahkan diri, dll. Seberapa banyak sang anak dapat belajar dari ayahnya, sebanyak itu pula keberhasilan bisnisnya.
Sang anak adalah gambaran saudara dan saya, sedangkan ayah menggambarkan Kristus melalui Firman Tuhan. Modal dan bimbingan sudah diberikan, pertanyaannya seberapa jauh kita mau merendahkan diri dan patuh pada Firman-Nya, sebesar itulah buah-buah Roh akan kita dapatkan.

Bab 4: Karunia-karunia Roh
Karunia-karunia Roh berbeda dengan buah-buah Roh. Buah-buah Roh adalah hasil yang kita dapatkan ketika kita rela menyangkal diri dan menyesuaikan seluruh hidup ke dalam prinsip-prinsip kebenaran Alkitab. Karunia-karunia Roh adalah pemberian dari Tuhan sebagai akibat pertobatan pribadi untuk memampukan orang itu melakukan pelayanan yang khusus dan sesuai. Jadi setiap orang percaya minimal mempunyai sebuah karunia (bisa lebih).
Dalam PB ada 4 daftar karunia rohani yaitu Kor. 12 (13 karunia), Roma 12:3-8 (7 karunia, 5 yang lain), Ef. 4:7-12 (5 karunia, 2 yang lain), dan 1 Pet. 4:10-11 (2 karunia, 1 yang lain). Jadi paling sedikit ada 20 karunia dalam PB.

Hubungan antara karunia rohani dengan bakat alami
Bakat-bakat alami diberikan Allah kepada semua orang, tetapi karunia rohani hanya diberikan pada orang percaya. John Owen membedakan karunia rohani menjadi dua macam yaitu karunia yang mengatasi segala kuasa dan kecakapan akal budi manusia (supra-alamiah) dan karunia yang memperbaiki dan meningkatkan kecakapan-kecakapan akal (alamiah) manusia. Satu prinsip paling penting adalah semua karunia rohani ditujukan bagi kepentingan-Nya bukan kepentingan pribadi.
Berkaitan dengan karunia rohani yang supra-alamiah, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah karunia mujizat masih ada? Walau ada pendapat lain, mujizat masih ada sebab siapakah manusia yang mengatakan apa yang harus atau tidak dilakukan-Nya?. Dia adalah Allah yang berdaulat dan bebas melakukan apa yang diinginkan-Nya.
Tetapi, masalahnya apa beda mujizat dan providensia (pemeliharaan) Allah??.
Mujizat adalah kejadian yang luar biasa, yang sifatnya supra natural.
Pemeliharaan Allah adalah pemeliharaan Allah pada manusia melalui proses sejarah alam setiap saat.
Ketika kita melihat Allah bekerja setiap saat, maka kita akan sadar bahwa segala penyembuhan adalah penyembuhan Ilahi, terlepas apakah kesembuhan itu melalui medis atau melalui doa. Baik medis maupun doa, keduanya adalah sekedar sarana bagi kesembuhan Ilahi.
Yang menjadi masalah adalah ketika manusia berupaya untuk ‘mengintervensi’ Allah dengan menggunakan ‘iman’ untuk menuntut bahkan meng-klaim memakai nama Yesus agar suatu mujizat terjadi. Mereka lupa bahwa Allah berhak untuk menolak doa mereka. Mereka lupa bahwa Yohanes Pembaptis yang disebut Yesus sebagai orang tebesar dalam PL, secara khusus dikatakan bahwa dia tidak pernah membuat mujizat (Yoh. 10:41).

Penutup
Ada sebagian orang yang percaya bahwa mujizat terjadi setiap hari bahkan setiap saat. Mereka lupa bila mujizat terjadi setiap saat, artinya mujizat itu bukan lagi keadaan yang supra natural karena sudah menjadi kejadian biasa tiap-tiap hari. Jadi pandangan yang sehat akan mujizat adalah mujizat adalah hak Allah yang berdaulat. Kita percaya bahwa Allah pernah melakukannya dan masih melakukan mujizat hari ini (dalam konteks pemeliharaan-Nya). Oleh karenanya sah-sah saja ketika berada dalam masalah besar (misal. sakit keras) kita berharap mujizat atau intervensi Allah langsung untuk menyembuhkan penyakit kita. Hanya, ketika Allah tidak menjawab permintaan kita, jangan kita kecewa dan menyalahkan Dia. Secara konkrit sepanjang sejarah Allah melakukan mujizat untuk meneguhkan kebenaran-kebenaran-Nya yang ditulis dalam Alkitab. Dengan kata lain kita harus melihat mujizat dalam perspektif redemptive revelation (sejarah penebusan). Allah tidak memberikan mujizat bagi kepentingan pribadi melainkan dalam koridor keselamatan. Jadi ketika kita mengalami mujizat hari ini, bersyukur dan bertanyalah kepada-Nya, apa yang harus kita lakukan untuk memuliakan nama-Nya dan melayani orang lain.

Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif

Pendahuluan

Pdt. Andreas Bambang Subagyo, Ph.D. mendapat gelar B.Th (1972) dari STBI, B.A. (1980) dari IKIP Negeri Semarang, M.Div. (1982) dari STBI, Sarjana pendidikan (1985) dari UKSW, M.A. (1988) dari Southwestern Baptist Theological Seminary, dan Ph.D (1993) dari Southwestern Baptist Theological Seminary, Texas. Beliau sekarang mengajar sebagai dosen paruh waktu di sejumlah STT dan sebagai praktsi pemberdayaan orang dewasa di Semarang.
Buku setebal hampir 500 halaman ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu konsep-konsep dasar, proposal dan pelaksanaan, dan pelaporan. Masing-masing bagian tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bab/pasal sehingga total mencapai 12 bab.


Bagian I: Konsep-konsep Dasar

Bab 1: Arti dan Fungsi Penelitian

Penelitian dilakukan berdasarkan salah satu dari paradigma positivis atau paradigma post-positivis.
Paradigma positivis mempunyai paradigma bahwa realitas dan apa yang benar adalah tunggal, konkret, dan dapat dibagi-bagi; hubungan antara yang mengetahui dan yang diketahui terlepas satu sama lain; generalisasi yang bebas dari waktu dan konteks dapat dilakukan; hubungan sebab-akibat dapat dipastikan karena ada itu penyebab yang nyata; nilai tidak berperan karena penelitian itu bebas nilai. Positivisme mempunyai dua sisi yaitu bersifat logis dan empiris sehingga riset adalah mengetahui dan atau berpikir ilmiah.
Paradigma post-positivis mempunyai paradigma bahwa realitas adalah lebih dari satu (jamak), merupakan bentukan, dan holistik; hubungan antara yang mengetahui dan yang diketahui tidak terpisahkan dan interaktif; generalisasi yang bebas waktu dan konteks tidak dimungkinkan sehingga hipotesis yang dibuat terikat waktu dan konteks; tidak ada penyebab yang sebenarnya karena semua entitas saling membentuk; penelitian itu terikat pada nilai.
Permasalahan bagi penelitian teologi adalah apakah penelitian teologi itu menggunakan pendekatan positivis atau post-positivis. Pada batas-batas tertentu penelitian teologi mempunyai ciri-ciri paradigma positivis, namun hanya mengandalkan paradigma positivis belaka tidaklah memadai. Demikian juga hanya mengandalkan paradigma post-positivis tidaklah memadai. Harus diingat bahwa penelitian teologi mempunyai pra-anggapan (misal. ada kuasa adi kodrati) yang mempengaruhi pra-anggapan tentang nilai, pengetahuan, logika, sejarah dan bahasa. Dapat dikatakan bahwa penelitian teologi mencakup berbagai metode penelitian ilmu-ilmu lainnya sehingga diperlukan pembelajaran metode-metode teologi dan metode-metode ilmu lainnya yang relevan dengan bidang teologi. Jadi dalam bidang keagamaan, penelitian dilakukan untuk kepentingan pelayanan, yaitu untuk melayani Allah dan manusia.

Bab 2: Ancangan dan Rancangan Penelitian

Sesuai dengan paradigma penelitian (positivis atau post-positivis), ada dua ancangan penelitian yang dapat dipilih yaitu ancangan positivis (kuantitatif) dan ancangan naturalis (kualitatif).
Ancangan positivis (kuantitatif) berpendapat bahwa satu-satunya metode ilmiah sejati untuk memperoleh pengetahuan adalah metode hipotesis-deduktif, yitu menggunakan metode ilmiah dengan prosedur langkah demi langkah dalam memecahkan masalah atas dasar pengamatan empiris.
Ancangan naturalis (kualitatif) berdasar pada metode kualitatif dan deskriptif untuk mengumpulkan data, menghasilkan hipotesis, dan kesimpulan umum sebagai bagian dari prosesnya.
Untuk penelitian teologi, Rothery menyarankan penggabungan kedua ancangan itu dengan memanfaatkan pandangan naturalis tanpa membuang pandangan positivis. Pandangan ini mengakui adanya dua realitas, yaitu realitas objektif dan realitas subjektif.
Dalam pengertian luas, rancangan penelitian menunjuk pada semua prosedur yang dipilih untuk menyelidiki sekumpulan pertanyaan atau hipotesis, hubungan kausal (jika ada) di antara variabel atau gejala yang diselidiki. Penulis buku membahas jenis-jenis rancangan penelitian ini dalam bab 3-bab 6 di bawah ini.


Bab 3: Penelitian Eksperimental dan Kuasi-Eksperimental

Penelitian eksperimental dan kuasi-eksperimental (penelitian yang menggunakan eksperimen dan kuasi-eksperimental sebagai strategi) mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Perbedaan di antara keduanya adalah dalam hal tingkat pengendalian eksperimennya.
Dalam penelitian eksperimental, pengendalian variabel sangatlah penting. Peneliti menjaga agar tidak ada pengaruh lain yang masuk kecuali variabel bebas. Berarti eksperimen dijaga agar valid secara internal (agar dapat disimpulkan bahwa variabel bebas menyebabkan perubahan pada variabel terikat) dan eksternal (dapat menarik kesimpulan umum terhadap populasi).
Sedangkan dalam penelitian kuasi-ekperimental, variabel bebas dapat muncul secara alami maupun karena diatur oleh peneliti. Pembagian kelompok secara acak mungkin tidak dapat dilakukan. Untuk meningkatkan rancangan, subyek dapat disepadankan.
Rancangan penelitian eksperimental dalam arti sempit tidak dapat digunakan untuk penelitian teologi, namun dapat digunakan dalam studi keagamaan. Misalnya mengadakan eksperimen mengenai ibadah dengan nyanyian kontemporer atau penyajian khotbah menggunakan multimedia.


Bab 4: Penelitian Kuantitatif Bukan Eksperimential

Penelitian kuantitatif bukan eksperimental sangat beragam jenisnya ditinjau dari berbagai segi misalnya dari tujuan secara umum atau secara khusus atau dari sifat variabel bebasnya. Jenis-jenis penelitian ini adalah:

• Penelitian survey.
Survey adalah penelitian yang sampelnya diambil dari satu populasi dengan keusioner, wawancara, dan pemeriksaan catatan sebagai sumber pengumpulan data pokok. Ada dua macam survey, yaitu cross-sectional (sensus) dan longitudinal.
• Penelitian pengamatan sistemik.
Melakukan pengamatan langsung dalam situasi yang sebenarnya tanpa diketahui subyeknya; atau jika subyeknya dilibatkan, dia diminta untuk melakukan peran tertentu dalam kelompok yang diamati.
• Analisis isi.
Yaitu sebuah teknik riset untuk menggambarkan isi yang tampak dalam bentuk komunikasi apapun secara obyektif, sistematik, dan kuantitatif.
• Penelitian kausal komparatif.
Penelitian ini menyelidiki hubungan kausal di antara variabel sebelum eksperimen dilakukan atau sebagai pengganti eksperimen.
• Penelitian korelasional.
Penelitian ini lebih dalam meneliti variabel bebas dan analisa data yang didapatkan. Hasil penelitian dilakukan dengan statistik korelasional.
• Penelitian untuk prakiraan.
Bertujuan untuk menetapkan tingkat kemungkinan bahwa sesuatu dapat terjadi di masa datang dengan meneliti kemampuan suatu variabel untuk memperkirakan suatu variabel kriterion.
• Penelitian evaluasi.
Evaluasi adalah kegiatan yang luas dan penting untuk merancang, menjalankan, dan memeriksa keguanan program-program kemasyarakatan dan hasilnya akan mempengaruhi kebijakan sosial dan memberikan jawaban atas hasil yang dicapai.
• Penelitian dan pengambangan.
Yaitu penerapan metode ilmiah untuk menciptakan sesuatu yang baru, yaitu proses yang berulang dan dimulai dari penetapan tujuan dan mutu produk. Produk dinilai, diperbaiki, dipakai lagi dan dinilai kembali.


Bab 5: Penelitian Kualitatif Bukan Eksperimental

Penelitian ini dipakai di bidang sosial dan humaniora, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu politik dan berbagai studi teologi.
Macam-macam penelitian kualitatif ilmu sosial dan humaniora:
• Grounded theory (metode perbandingan terus menerus).
Melakukan perbandingan terus menerus antara data dan kategori yang sedang muncul serta sampling teoritis dari kelompok yang berbeda untuk mempertegas perbedaan/persamaan informasi berdasar perspektif banyak subyek.
• Etnografi.
Menyelidiki satu kelompok kultural (suku) apa adanya dalam waktu yang lama melalui pengamatan.
• Fenomenologi.
Meneliti pengalaman manusia melalui penjelasan terperinci dari orang yang diselidiki (dari perspektif subyek).
• Studi kasus.
Menyelidiki sesuatu yang ada atau gejala yang diikat oleh waktu dan kegiatan, lalu mengumpulkan informasi terperinci dengan berbagai prosedur pengumpulan data selama waktu tertentu.
• Hermeneutik.
Yaitu interpretasi teks (makna tertulis) dengan menggunakan analisis tekstual dan interpretasi untuk mendapatkan makna dari teks.
• Metode biografi.
Melakukan penyelidikan pertama untuk mendapat sumber data, menggunakan arsip, dan mengembangkan suatu tema untuk mengintegrasikan kehidupannya.
• Penelitian partisipatif.
Yaitu studi sistematik mengenai usaha-usaha untuk mengubah dan menjadikan praktik pendidikan menjadi lebih baik melalui tindakan praktis dan refleksi atas akibat tindakan itu.
• Penelitian klinis.
Penelitian ini menekankan penggunaan banyak metode. Ciri utamanya adalah menentukan rancangan riset.

Riset Teologi Biblika
Yang dimaksud oleh penulis adalah eksegesis (memahami makna teks) dan kajian Alkitab (menyelidiki Alkitab dan bagian-bagiannya sebagai teks). Ada berbagai metode penelitian biblika, di antaranya adalah:
• Penerjemahan.
Penerjemahan adalah pemindahan teks kuno ke dalam bahasa modern dengan mempertahankan arti dan maksud asli penulisnya.
• Kritik teks.
Kritik teks adalah istilah umum yang menunjuk pada analisa ayat-ayat Alkitab atau semua metodologi yang diterapkan untuk menyelidiki teks biblikal. Jadi menyusun dan menetapkan teks asli sedekat mungkin.
• Kritik sumber.
Yaitu metodologi analisis dalam penyelidikan buku-buku biblikal untuk menemukan dokumen-dokumen yang telah dipakai dalam penyusunan wacana tertulis. Jadi menyelidiki ciri-ciri sebuah teks.
• Kritik bentuk.
Adalah analisis sebuah teks menurut bentuk-bentuk khas yang digunakan orang dalam konteks budaya tertentu.
Selain kritik-kritik di atas, ada berbagai bentuk kritik yang lain yaitu kritik redaksi (menyelidiki pesan dan maksud penulis dengan merekonstruksi situasi historisnya), kritik retorik (menyelidiki mengapa penulis menulis teks dan bagaimana dia menjadikan teks itu), kritik naratif (analisis kitab-kitab sebagai karya sastra yang utuh), kritik strukturalisme, kritik tanggapan pembaca, kritik dekonstruktif, kritik feminisme, dan kritik sosial. (hal 125-140)
• Penyelidikan Alkitab.
Penyelidikan Alkitab dapat menggunakan dan memadukan kritik-kritik di atas untuk mengetahui kebenaran Alkitab. Penulis memberikan 12 metode penyelidikan Alkitab yaitu model pertanyaan-pertanyaan pokok, model kanonik-historis, sintesis, kritis, biografis, historis, teologis, retoris, topikal, analitis, perbandingan, dan devosional. (hal. 140-145)
Salah satu penelitian teologi yang sangat penting adalah penelitian teologi sistematik. Penelitian ini adalah refleksi berdasar data Alkitab yang bertujuan untuk memformulasikan dan mereformulasikan ajaran secara kritis. Sitematika memberikan pernyataan doktrin-doktrin iman kristen yang berkaitan secara logis, berdasar Alkitab, dalam konteks budaya, dinyatakan dengan ungkapan kontemporer, dan berkaitan dengan masalah kehidupan atau kematian.
Penelitian teologi lain yang sangat penting adalah teologi praktika. Teologi praktika adalah bentuk pemikiran tentang kehidupan dengan maksud menjelaskan struktur dan kecenderungan pengalaman. Praktika bersifat komunal karena refleksinya dilakukan dalam masyarakat yang nyata. Praktika bersifat analitis, konstruktif, dan evaluatif.


Bab 6: Penelitian Kesejarahan

Penelitian sejarah adalah pencarian sistematis mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pertanyaan tentang masa lampau dan penafsiran fakta. Penelitian sejarah berhubungan dengan sejarah sosial dan sejarah kebudayaan. Agar makna dan hubungan antar-peristiwa dapat ditemukan secara tepat, peneliti harus mendekati peristiwa-peristiwa itu sedekat mungkin sehingga dapat direkonstruksi sebaik mungkin.


Bagian II: Proposal

Tahapan-tahapan riset terdiri dari perancangan, penulisan proposal, pelaksanaan riset, pelaporan dan presentasi. Format proposal penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat di halaman 175-178.

Bab 7: Masalah

Masalah yang terjadi adalah penyebab terjadinya penelitian. Masalah timbul bukan hanya yang dialami dalam praktek melainkan juga ketika ada dua teori yang saling bertentangan, bahkan hal-hal yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap bukan masalah. Walaupun demikian, kebanyakan masalah harus dicari melalui pengamatan, pengalaman, dan pemikiran (walau dapat secara kebetulan). Masalah penelitian bisa didapatkan bertolak dari teori, teologi, atau filsafat. Bidang yang dipilih adalah bidang yang paling menarik bagi peneliti. Setelah itu pokok persoalan (yang dibatasi luasnya) ditentukan dengan memikirkan variabel atau konsep-konsep dalam bidang studi itu. Misalnya bidang teologi memilih konsep ‘tritunggal’, bidang biblika memilih ‘dalam nama Yesus’, bidangpsikologi agama memilih ‘pengalaman puncak’.
Pernyataan masalah dapat ditulis dengan cara diskusi, proposisional, atau gabungan keduanya. Pernyataan masalah hendaknya lengkap tidak hanya berupa pokok dan jelas sehingga tidak disalah mengerti tetapi singkat.
Kata pendahuluan berfungsi untuk memberikan latar belakang permasalahan dan mengantarkan pembaca ke pernyataan masalah penelitian. Pembahasan dimulai dari hal-hal umum menuju hal-hal yang makin sempit dan khusus.
Pernyataan masalah perlu diikuti dengan penjelasan istilah. Istilah yang perlu dijelaskan adalah istilah yang pokok, kata-kata yang tidak biasa, konotasi tertentu dan variabel-variabel.
Setelah peneliti menentukan masalah penelitian, menetapkan, menjelaskan dan memberikan batasan operasional terhadap variabel-variabel, peneliti perlu mencari suatu hubungan di antara variabel-variabel itu. Hal ini disebut hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan deklaratif yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan tertentu di antara dua atau lebih variabel yang dapat diuji. Dalam mengembangkan hipotesis, peneliti perlu mempertimbangkan hubungan yang diharapkan di antara variabel-variabel tersebut. Contoh hipotesa: keanggotaan gereja meningkat jika identifikasi anggota gereja meningkat.
Tujuan utama tinjauan kepustakaan adalah untuk mengembangkan kerangka kerja dan alasan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan kepustakaan menentukan apakah hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ditetapkan sudah cukup diselidiki atau belum (kepatutan penelitian), membantu menghasilkan hipotesis dan pertanyaan penelitian. Bahan-bahan yang terkumpul perlu dipadukan sehingga menghasilkan sintesis kepustakaan yang logis dan kait mengkait dengan masalah penelitian.
Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengumpulkan data dengan cara tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebagai sasaran penelitian. Sasaran penelitian dapat mempunyai tujuan utama (maksud pokok penelitian) dan tujuan-tujuan spesifik (isu-isu spesifik yang akan diteliti). Kepentingan penelitian akan menjawab pertanyaan ‘so what?’ yang menjelaskan apa yang disumbangkan penelitian secara teoritis dan praktis terhadap dunia ilmu pengetahuan.


Bab 8: Metode

Di dalam metode, rancangan penelitian dan variasinya yang akan dilaksanakan harus dijelaskan, termasuk strategi atau metode yang akan digunakan beserta alasan pemilihannya. Jadi peneliti merancang riset dari awal sampai menjelaskan bagaimana dan dari mana data dikumpulkan. Dalam metode penelitian kuantitatif, data dapat dikumpulkan melalui administrasi instrumen (kuesioner, skala, tes), observasi dan pemeriksaan dokumen. Sedangkan secara kualitatif, data dikumpulkan melalui pengamatan dan pemeriksaan dokumen dan wawancara. Peneliti perlu memutuskan bagaimana melakukan pengujian terhadap validitas (isi, prakiraan), realibitas (konsistensi internal), prosedur penggunaan metode beserta alatnya dan bagaimana data yang diperoleh akan diperagakan.
Rancangan apapun yang dipilih memerlukan sumber data. Penelitian kuantitatif mendapatkan data dari populasi dan sampling, sedangkan penelitian kualitatif memperoleh data dari tempat penelitian atau partisipan. Populasi yang dipilih harus diberi batas secara jelas. Ketika populasi yang dipilih besar jumlahnya, sampel dapat dipilih, tetapi jika populasi yang diteliti kecil, keseluruhan populasi dapat digunakan. Prinsip yang penting mengenai sampel adalah benar-benar mewakili populasi bukan karena alasan lain. Sproull menyatakan empat metode pengumpulan data yaitu wawancara, administrasi instrumen, observasi, dan pemeriksaan dokumen tertulis. Pemakaian lebih dari satu metode sangat dianjurkan untuk menutupi kelemahan sebuah metode dengan metode yang lain.
Alat-alat pengumpulan data seperti kuesioner, daftar wawancara, skala, dll biasanya dibuat sendiri dan harus memenuhi tiga syarat yaitu valid (mampu berfungsi sesuai tujuan), reliabel (hasilnya dapat dipercaya), obyektif (jika diulang akan menghasilkan hasil yang sama).


Bab 9: Analisis

Bagian analisis meliputi uraian mengenai jenis analisis data yang akan dilakukan dan alasan pemilihannya, rencana penyajian data, prosedur analisis dan penyajian hasil analisis, ketentuan-ketentuan mengenai penafsiran hasil analisis dan evaluasi. Prosedur analisis data perlu dipastikan sesuai dengan data kuantitatif atau data kualitatif. Hal ini akan menentukan jenis analisis data yang dipakai, statistikal atau bukan statistikal. Penelitian yang memakai hipotesis memerlukan analisis statistik karena hipotesis itu perlu diuji.
Analisis data kuantitatif menggunakan analisis statistik. Ada empat tingkat pengukuran yang dilakukan yaitu:
• nominal, yaitu mengenakan angka pada obyek atau peristiwa yang tergolong secara timbal balik, eksklusif dan eksostif.
• ordinal, yaitu mengenakan angka yang berurutan pada objek atau peristiwa yang dapat ditempatkan dalam kategori ekslusif timbal balik dan dapat disusun dalam skala ‘lebih besar atau lebih kecil dari’.
• interval, yaitumengenakan angka pada objek atau peristiwa yang dapat dikelompokkan, dapat disusun dan jarak antara unit-unitnya dianggap setara.
• rasio, yaitu mengenakan angka pada objek atau peristiwa yang dapat dikelompokkan, disusun, dan jarak antara unit-unitnya dianggap setara.
Bila peneliti menggunakan analisis data kuantitatif, dia harus memilih memakai statistik parametrik (uji statistik untuk hipotesis yang berkaitan dengan parameter seperti mean dan karelasi) atau bukan parametrik ((uji statistik yang tidak memerlukan pra-anggapan uji parametrik dan jenis data interval). Pengambilan keputusan mengenai statistik mencakup dua jenis fungsi statistik, yaitu statistik deskriptif dan inferensial.
Penelitian kualitatif erat hubungannya dengan pengumpulan data berupa data deskriptif harus dianalisis agar dapat diartikan. Proses analisis data kualitatif mengubah sifat data dan mencakup tiga sub proses yaitu:
• deskripsi, yaitu mencatat data apa adanya dan menjawab pertanyaan ‘apa yang terjadi di sini?’.
• analisis, yaitu membahas identifikasi ciri-ciri objek serta menjelaskan secara sistematis hubungan di antara ciri-ciri itu dengan singkat dan bagaimana objek beroperasi.
• interpretasi, membahas pertanyaan ‘apa arti semuanya itu?, apa yang harus dilakukan?’ terhadap konteks dan makna sebagai kelanjutan dari penemuan.

Dalam penyajian data perlu dijelaskan bagaimana cara mempersiapkan data agar dapat dianalisis, cara mengatur data, dan cara menggambarkannya. Penyajian data dapat berupa tabel, visual, analisa naratif, dll. Sementara itu pada penafsiran dan evaluasi, penulis menjelaskan cara penafsiran yang telah ditentukan dan akan dilakukan. Bagaimana validitas simpulan itu dipastikan, harus dipastikan penafsirannya valid.
Penafsiran dan penyajian tidak dapat dipisahkan karena orang melakukan penafsiran pada waktu menyajikan hasil. Rancangan kualitatif hanya menyajikan rencana jawaban atas setiap pertanyaan penelitian karena tidak ada uji hipotesis. Oleh karenanya, peneliti harus menyatakan rencana penyajian hasil penafsiran. Simpulan rancangan kualitatif seharusnya mencakup langkah-langkah verifikasi, penentuan ketepatan laporan, dan menunjukkan kemungkinan pengulangan studi oleh orang lain. Dengan demikian, validitas penelitian dapat dipertanggung-jawabkan.


Bab 10: Perencanaan Waktu Pelaksanaan, Unsur Lain, dan Penulisan Proposal

Dalam melakukan penelitian, rencana pelaksanaan dan waktu penulisan harus direncanakan dengan baik dan realistis sesuai dengan keadaan dan kemampuan peneliti.
Sproull menyerankan pemakaian bagan PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method) untuk memperkirakan waktu. Langkah-langkahnya sbb:
• Menetapkan setiap kegiatan pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan. Meliputi mendapatkan sumber data, menyiapkan alat pengumpul data, mengumpulkan data, menganalisa data, membuat laporan, dan menyajikan hasil secara lisan.
• Mendaftar kegiatan yang bergantung dan tidak bergantung kepada penyelesaian kegiatan-kegiatan sebelumnya.
• Membuat bagan kegiatan-kegiatan yang bergantung kepada rangkaian waktu.
• Membuat bagan kegiatan-kegiatan yang berdiri sendiri pada waktu yang tepat dan selaras.
• Menghubungkan bagan kegiatan-kegiatan dengan garis.
• Menentukan perkiraan waktu untuk setiap kegiatan dan menempatkannya pada bagan.
• Menjumlahkan perkiraan waktu dalam setiap alur.
• Menentukan alur dengan jumlah perkiraan waktu yang terbanyak sebagai alur kritis dan mencantumkannya dalam bagan dengan garis tebal dan keterangan. (285-334)

Penulisan dan penyerahan proposal sangat penting karena untuk mendapatkan izin dan atau mendapat dana untuk penelitian bergantung pada seberapa baik proposal yang ditulisnya. Proposal adalah penuangan hasil merancang riset dalam bentuk tulisan secara ringkas dan jelas. Penulis memberikan 14 langkah-langkah penulisan proposal di halaman 335. Beberapa di antaranya sbb:
• Mengantarkan pembaca kepada masalah.
• Menetapkan masalah dan atau tujuan atau maksud atau arah.
• Mendefinisikan masalah.
• Mempersiapkan analisa data dan penafsiran hasil analisis.

Contoh usulan penelitian secara lengkap ada pada halaman 346-409.
Bagian III: Pelaksanaan dan Pelaporan

Bab 11: Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ada etika penelitian yang harus dipegang misalnya etika masyarakat akademis, etika sponsor, dan etika perguruan tinggi. Macam-macam etika dalam perilaku ilmiah adalah:
• Etika berkenaan dengan kebersamaan ilmuwan, yaitu mengakui sumber kutipan, peran orang lain, dan tidak merahasiakan hasil penelitiannya.
• Etika berkenaan dengan kepentingan pengetahuan, yaitu menjaga motif penelitian secara profesional.
• Etika berkenaan dengan keterbukaan, yaitu kritis dan jujur terhadap penelitian diri sendiri dan orang lain.
• Etika berkenaan dengan ketidakberpihakan, yaitu mengambil keputusan berdasar nilai ilmiah, bukan karena favoritisme.

Penulis meringkaskan sembilan langkah pelaksanaan proposal sbb:
• Membuat, memperbaiki, memilih, dan menguji coba alat pengumpulan data.
• Memilih sampel.
• Membuat kesepakatan dengan subyek.
• Mengumpulkan data.
• Mengatur dan meringkas data.
• Menganalisa data.
• Menguji hipotesa dan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
• Memriksa penemuan tidak terduga.
• Meringkaskan penemuan-penemuan dan menafsirkannya.


Bab 12: Penulisan Laporan Penelitian

Inilah langkah terakhir dalam proses penelitian tapi bukan berarti kurang penting. Bagaimanapun baiknya penelitian dan hasil-hasilnya, bila tidak disajikan dan dikomunikasikan dengan baik akan menjadi kurang berarti.
Laporan penelitian biasanya dapat dikualifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu laporan penelitian lengkap, artikel penelitian terpisah, dan laporan ringkas. Laporan penelitian ditujukan untuk kepentingan masyarakat akademik, sponsor penelitian, dan masyarakat luas.
Isi laporan penelitian biasanya meliputi empat bagian utama yaitu masalah, metode, penemuan, dan pembahasan. Sedangkan halaman depan meliputi halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar ilustrasi, halaman persembahan, halaman moto, halaman pengesahan, pengantar, dan abstrak.
Bagian-bagian utama laporan penelitian dimulai dengan pendahuluan. Pendahuluan meninjau masalah penelitian dan menunjukkan kepentingan praktis dan teoritis peneliktian. Di dalam pendahuluan dapat dimasukkan sintesis kepustakaan yang menunjukkan pokok permasalahan dan keadaan pengetahuan mengenai masalah itu sampai saat ini.
Metode penelitian meliputi semua keterangan mengenai bagaimana penelitian dijalankan dan mencakup penjelasan mengenai rancangan penelitian serta pemakaiannya, penjelasan mengenai populasi, prosedur dan besar sampel, penjelasan terperinci metode pengumpulan data, penjelasan lengkap eksperimen atau prosedur pengumpulan data, penjelasan terinci analisis yang dipakai dan prosedurnya, pernyataan mengenai keterbatasan dan pra-anggapan, dan penjelasan singkat mengenai masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian.
Penyajian penemuan di awali dengan penyajian data diikuti penemuan-penemuan atau hasil analisis yang disajikan dengan tepat dan jelas. Data-data dikelompokkan, diatur, dan dipilah sesuai dengan masalah penelitian. Hasil uji setiap hipotesis disajikan satu per satu. Baik hasil analisis data secara kuantitatif atau kualitatif harus disajikan sedemiikian rupa agar mudah dipahami pembaca.
Bagian pembahasan penemuan dapat dimulai dengan ringkasan masalah dan metode penelitian dan tinjauan mengenai temuan-temuan penelitian yang penting. Setelah itu arti penemuan atau penafsiran hasil analisis data dibahas dalam sintesis kepustakaan. Perincian isi pembahasan penemuan bergantung pada sifat penemuan dan yang telah dikatakan sebelumnya mengenai penemuan itu serta pada paradigma rancangan penelitian.
Bentuk laporan penelitian dapat berbentuk laporan penelitian historis (tidak ada format baku, masalah dan topik menentukan bagaimana penyajian penemuan tersebut), laporan penelitian kuantitatif (berbentuk penuturan penelitian), dan laporan penelitian kualitatif (berbentuk kisah penelitian).


Penutup

Sebagai panduan riset, buku ini memberikan suatu fondasi yang kokoh dan memberikan satu penggambaran proses melakukan riset dari proses pertama sekali sampai akhir penyelesaian penelitian. Isi buku sangat lengkap memberikan informasi, teori, dan contoh praktis melakukan penelitian, terutama bagi peneliti junior yang masih sangat terbatas pengetahuannya tentang penelitian.
Kekurangan dari buku ini menurut hemat saya adalah rumitnya penjelasan yang diberikan. Sebenarnya buku ini sangat sistematis, hanya penjelasan yang diberikan cenderung rumit karena penulis mengutip berbagai pendapat dari para ahli di mana banyaknya kutipan mereka akhirnya mengaburkan poin yang hendak disampaikan. Bukan pekerjaan yang mudah untuk menangkap maksud dari penulis, dibutuhkan konsentrasi dan usaha yang besar untuk memahami buku ini. Walaupun begitu sebagai buku pegangan mata kuliah metodologi penelitian pasca sarjana, buku ini sangat memadai. Persoalan lebih besar akan timbul ketika buku ini digunakan untuk tingkat sarjana.