Wednesday, December 12, 2007

Ketika Penderitaan tak Tertanggung & Allah tak Terpahami

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
(Roma 8:28-29)

Ayat ke 28 mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Saudara, berdasarkan pernyataan tsb, perkenankanlah saya mengajukan dua buah pernyataan, tolong dijawab di dalam hati saja mana yang menurut saudara benar.
Pertama: ‘Karena Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup saya, maka berarti hidupku pastinya jadi mudah dan lancar’; atau yang kedua: ‘Sekalipun Allah mereka-rekakan yang baik dalam hidup saya, hal itu tidak berarti hidupku menjadi mudah dan lancar’. Mari kita berdoa.
Saudara, sepintas ayat 28 kelihatannya mudah dipahami, Penekanannya adalah ‘Allah turut bekerja dalam segala sesuatu dalam hidup kita bagi kebaikan kita’. Ketika berada dalam keadaan yang baik dan lancar, kesehatan baik, anak-anak baik, bisnis lancar, o saudara sangat mudah untuk mengaminkan pernyataan Paulus tsb bukan?. Namun di sisi lain ketika hidup menjadi berat dan menekan, ketika semua rencana-rencana pecah berkeping-keping dan dunia rasa-rasanya terbalik menimpa kepala kita, bukankah dengan mudah pula kita mempertanyakan kebenaran ayat tersebut.
Berapa banyak di antara kita yang berpikir bahwa orang kristen yang baik dan benar kebal terhadap penderitaan dan malapetaka dan orang yang mati karena penyakit atau kecelakaan, adalah orang yang berdosa besar sehingga dihukum Tuhan. Kira-kira satu bulan sebelum pesawat Adam Air jatuh dan menewaskan semua penumpangnya, yang termasuk di dalamnya ada sekeluarga pendeta, ada sebuah kotbah di radio kristen di Surabaya: saya yakin...orang benar tidak akan terbunuh, tidak akan mati dalam kecelakaan pesawat. Bukankah Matius 7:11 mengatakan ‘Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.’ Nah, bukankah asal kita meminta hal-hal yang baik kepada Allah pasti dikabulkan sesuai janji Allah sendiri?. Mari kita belajar apa sebenarnya yang dimaksud oleh Matius dengan kata “Baik” dalam perikop paralelnya dalam Lukas 11:13: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Jadi ternyata saudara, yang dimaksud dengan ‘baik’ oleh Matius di jelaskan dengan gamblang oleh Lukas sebagai Roh Kudus. Tuhan berjanji memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya, bukan hal lainnya. Untuk hal-hal lainnya Tuhan tidak pernah berjanji untuk selalu mengabulkannya, walau saya percaya Tuhan pasti mengabulkan permintaan kita sepanjang hal itu sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan cara dan waktu-Nya. Amin saudara?. Tuhan tidak pernah berjanji langit selalu biru, hidup tanpa kesulitan dan penderitaan bagi orang kristen, bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari yang namanya problem, masalah, kesulitan, sakit penyakit dan segala macam penderitaan yang lain. Ada seorang yang pernah berkata: hanya orang gila atau orang mati yang hidup tanpa pernah merasakan penderitaan. Jika demikian keadaannya muncul beberapa pertanyaan sbb: penderitaan orang kristen berasal dari mana? Apa maksud Tuhan dengan penderitaan, dan mengapa Allah kadang-kadang berdiam diri saja, seakan-akan tak perduli dengan penderitaan manusia?
Penderitaan hidup berasal dari mana?
Saudara, ternyata Alkitab banyak mencatat penderitaan yang dialami anak-anak Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang baik dan setia. Dengan mudah kita menemukan contoh seperti Yusuf yang dibuang ke dalam sumur, difitnah, masuk penjara, Stefanus yang mati dirajam karena memberitakan Firman Tuhan sampai Petrus yang mati syahid disalibkan secara terbalik. Nah, jika demikian faktanya, kita menjadi heran, sebenarnya penderitaan manusia berasal dari mana? Dalam menyikapi hal ini kita harus mengerti bahwa penderitaan yang kita alami berasal dari dua macam sumber, pertama adalah ujian dan yang kedua adalah pencobaan. Ujian berasal dari Tuhan dan kadang-kadang atau sering kali Dia memberikan berbagai ujian kepada manusia untuk membentuk karakter kita menjadi lebih baik. Pencobaan berasal dari iblis karena Tuhan tidak pernah mencobai manusia sedangkan iblis senantiasa mencobai manusia dengan maksud untuk menjatuhkan manusia. Contoh dalam Alkitab adalah ketika setan mencobai Yesus setelah Dia berpuasa 40 hari. Contoh pencobaan masa kini adalah narkoba dan seks bebas. Saudara, narkoba dan seks bebas adalah dosa yang menimbulkan efek kecanduan di mana setan cuma cukup menggoda kita sekali saja karena setelah itu kita jalan sendiri. Dosa ini seperti patung kucing yang tangan kanannya maju ke depan dan ke belakang. Saudara tahu itu kan? Untuk menggerakkan tangan itu, berapa kali yang dibutuhkan? Cuma sekali!! Setelah itu setan berkata: berikutnya udah nggak perlu di goda, tidak perlu dicobai lagi, dia sudah otomatis akan jalan sendiri!!.

Mengapa Tuhan mengijinkan penderitaan?
Ada banyak alasan mengapa Tuhan mengijinkan penderitan menimpa orang kristen, berikut tiga di antaranya:
· Membentuk karakter. Kesebelasan Indonesia baru saja gagal masuk babak semi final di Asian Games di Thailand. Kegagalan itu bukan sebuah kejutan bagi orang yang mengerti bagaimana melatih dengan benar. Kesebelasan Indonesia dipersiapkan hanya dalam beberapa bulan dan dari persiapan singkat tsb diharapkan sebuah keberhasilan. Dapatkah hal ini terjadi?. Demikian pula dengan karakter. Manusia yang tidak pernah melewati pergumulan apapun, yang tidak pernah menghadapi kemalangan dalam hidupnya, yang tidak pernah kehilangan apapun tidak akan pernah mempunyai sebuah karakter yang kuat.
Penderitaan melalui ujian diperlukan demi kebaikan kita untuk memproses, mentransformasi karakter kita agar semakin mirip dengan karakter Kristus. Max Lucado pernah menulis, "Tuhan mau menerima kita apa adanya, (tak perduli bagimana jahat, rusaknya diri kita) tapi Dia tak pernah mau membiarkan kita tetap seperti apa adanya; Artinya seperti yang dinyatakan pada ayat 29, Allah ingin kita makin bertumbuh menyerupai Yesus." Memang ujian bukanlah sesuatu yang enak untuk dijalani. Kita ingin dalam kehidupan sehari-hari tidak usah ada penderitaan, tidak usah ada ujian. Tetapi ingat saudara, seperti buah anggur yang tidak akan pernah menjadi minuman anggur kecuali digencet, diperas, seperti tanah liat yang akan pernah menjadi keramik yang indah tanpa dibentuk dan dibakar, demikian juga tanpa kesulitan karakter kita tidak akan pernah berkembang menjadi serupa dengan Kristus. Secara jujur kita tidak suka keluar dari comfort zone kita dan kita lebih suka kalau Tuhan berfungsi sebagai jin botol yang selalu memenuhi semua permintaan kita. Kesaksian pengemis. Dengan jujur saya mengaku kadang saya hanya mengejar berkat-Nya saja tanpa perduli pada Pribadi yang memberikan berkat tsb. Kadang kita berlaku seperti anak kecil yang menunggu hadiah yang dibawa ortunya tanpa perduli pada diri pemberinya sendiri. Itulah yang kadang kita lakukan, kita mendekati Tuhan untuk mendapatkan sesuatu dari-Nya dan kita tidak mendekati-Nya karena Diri-Nya sendiri.
· Kadang-kadang penderitaan diperlukan untuk menegur kita. Penderitaan adalah salah satu sarana yang dipakai Allah ketika kita menulikan hati dan pikiran kita terhadap teguran Allah. Ketika jalan kita melenceng dan kita menutup hati kita terhadap panggilan Tuhan, kadang Tuhan memakai penderitaan untuk memanggil kita pulang. Ketika James Baker ditangkap karena penyelewengan dan penipuan sehingga masuk penjara, maka semua teman-temannya meninggalkan dia bahkan juga istrinya. Ketika Billy Graham ditanya komentarnya akan James Baker, dia hanya mengucapkan sebuah kalimat singkat: memang dia pantas masuk penjara. Selama satu tahun lebih Billy Graham diam tidak berkomentar lebih lanjut. Suatu hari saat James Baker sedang mengepel lantai, seorang sipir memanggilnya dan mengatakan: ada seorang pengunjung. Jawabnya, aku tidak mau ketemu siapa-siapa. ‘apa kamu yakin? orang ini berbeda’ akhirnya dengan malas-malasan sambil membanting pelnya dia keluar ke ruang tamu. Ternyata pengunjungnya adalah Billy Graham; tanpa berkata sepatah katapun Billy Graham mengulurkan tangannya dan memeluk erat James Baker dan mereka berdua menangis bersama. Momen itulah adalah momen pertobatan sejati seorang James Baker, dan dari dalam penjara ia menulis sebuah buku: Saya Menyesal. Saudara, melalui penderitaan, Tuhan menyelamatkan James Baker.
· Melalui penderitaan, nama Tuhan dimuliakan.
Mungkin saudara bertanya, apa hubungan penderitaan dan kemuliaan Tuhan.
Kesaksian penginjil di India. Berhenti sampai kematiannya.
Saudara reaksi si anak sangat wajar dan manusiawi. Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan hamba-Nya mati mengenaskan sedemikian rupa? Dia adalah orang yang taat yang bahkan meninggalkan kehidupan duniawinya yang nyaman di Amerika untuk menjadi misionaris. Lanjutan cerita.

Mengapa Allah seakan diam, tak perduli pada penderitaanku?
Ada dua hal yang ingin saya sampaikan kepada saudara:
· Matius 25: 40 mengatakan: ‘Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.’ Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia tetap hadir dalam penderitaan yang kita alami. Itulah sebabnya ketika Yesus menampakkan diri pada Saulus, Ia tidak berkata: Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya umat-Ku? Yesus berkata: Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Perkataan yang sama diulangi ketika Saulus bertanya: siapakah Engkau Tuhan? Yesus menjawab: ‘Akulah Yesus yang engkau aniaya’. Saudara, Yesus tidak pernah berubah dahulu, sekarang dan selamanya. Dalam setiap pergumulan dan jerit tangis kita, Dia ada di situ. Darah yang dicurahkan-Nya di bukit Golgota masih tetap tercurah bagi saudara dan saya. Penderitaan yang ditanggung-Nya di Kayu Salib masih tetap menyertai kita. Seorang teolog yang bernama R.C Sproul berkata: tidak pernah ada manusia yang diminta Allah untuk menderita lebih berat daripada penderitaan yang Ia timpakan kepada anak tunggal-Nya sendiri. Teolog lain, John Piper menulis bahwa penderitaan Yesus tuntas karena Dia melewati setiap pencobaan dan penderitaan, di mana penderitaan itu datang dengan intensitas kekuatan yang semakin dahsyat sampai akhirnya datang dengan kekuatan yang maksimal. Penderitaan Yesus terus bertambah karena Dia tidak pernah menyerah. Jika saja Ia menyerah maka penderitaan dan cobaan itu tidak akan pernah mencapai tingkat yang tertinggi. Inilah perbedaan Yesus dengan kita karena tidak ada seorangpun yang pernah bertahan terhadap siksaan seperti yang diterima-Nya di Kayu Salib dan keluar sebagai pemenang.
· Ketika kita menderita, ketika kita disakiti orang lain, marilah kita mengingat bahwa sebenarnya kita melakukan hal yang sama bahkan lebih berat kepada Yesus, setiap kali kita melakukan dosa. Apa maksudnya? kira-kira satu tahun yang lalu saya pernah difitnah oleh sorang saudara seiman. Dengan kejam tak berperasaan dia memfitnah saya dan keluarga saya. Ketika saya klarifikasi, semua yang dituduhkan terbukti fitnah belaka, tapi dia tidak mau mengaku salah secara gentelman ‘face to face’ melainkan hanya mengirim SMS yang isinya minta maaf kalau perkataannya menyingung saya. Kata-kata ini luar biasa saudara, artinya apa? Artinya jika saya tersinggung karena kata-katanya, ya sorry, tapi dia sendiri tidak merasa bersalah. Wah...wah saudara berhari-hari hati saya mau meledak, saya marah-marah, rasanya ingin balas, belum balas belum puas. Kalo mau balas gampang sekali karena istri saya tahu banyak rahasia-rahasia kemunafikan dia. Sampai beberapa lama kemudian Tuhan tegur saya melalui kotbah seorang pendeta yang mengatakan bahwa jika kita ingin tahu betapa sakitnya hati Yesus, ingatlah sebuah peristiwa yang paling menyakitkan dalam hidupmu, kalikan 100 kali, itulah rasanya hati Yesus yang kita sakiti melalui perbuatan kita yang berdosa. Dari penderitaan itu, Tuhan mengajar saya untuk mengampuni dan menyatakan bahwa saya tidak sendiri dalam penderitaan dan melalui penderitaan itu saya belajar memperdalam pengenalan pribadi akan Allah.

Saya tidak tahu apa penderitaan yang saudara alami saat ini tetapi ingatlah bahwa Yesus hadir dan perduli, Ia ikut merasakan dan menyertai penderitaan anak-anak-Nya. Serahkanlah semua penderitaan saudara dengan penyerahan diri secara total dan biarkan Allah bekerja karena Allah kita adalah Allah yang perduli dan mengerti. Memang jalan Tuhan yang tak terbatas sering kali tidak kita pahami dengan otak kita yang terbatas. Seperti James Baker yang ketika di penjara merasa semua pintu telah tertutup baginya, ternyata Allah membuka sebuah jendela baginya. Saudara, hari natal sudah menjelang, mari kita review kehidupan kita. Jika saat ini kita sedang menghadapi penderitaan dan kesulitan, mari kita renungkan apakah penderitaan kita timbul dari pencobaan iblis atau ujian dari Tuhan. Bila penderitaan itu timbul dari pencobaan sehingga menghasilkan dosa, cepat-cepat bertobat saat ini juga dan Tuhan pasti mengampuni apapun dosamu. Bila kesulitan timbul dari ujian, bertekunlah dalam ujian itu karena ketekunanmu akan menghasilkan buahnya pada waktunya. “Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”. (Yakobus 1 : 3-4).

Grace by grace,
Hendra, 101207

Bibliografi:
Yohan Candawasa, Menapaki Hari Bersama Allah & Dukaku Tempat Kudus-Mu
Yakub Susabda, Membawa Damai, Menjunjung Gelar
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, YKBK
Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru
Wahyu Pramudya (ed), Tribute to Dr. Jenny Wongka: Berjalan Bersama Allah
James M. Boice, Sure, I Believe, So What?